"Stop," aku berkata sebelum meninggalkan kendaraan menyebalkan tersebut. Aku terus berjalan untuk menenangkan pikiranku sejenak dari kerecohan di mobil tadi. Tidak beberapa lama aku bertapak, aku menemukan keramaian yang sudah tidak asing lagi. Ya, keramaian itu adalah keramaian kedai kopi di pagi hari minggu ini. Bagiku, hanya disinilah aku bisa melepaskan tas berisi semua beban hidupku dan hanya menyeruput kopi hangat dan memandangi suasana pantai. Orang berlalu-lalang dibalik jendela kedai. Dapat kulihat segelintif orang berpakaian baju renang dan membawa berbagai peralatan pantai seperti tikar, payung, dan, handuk bergelantungan di leher mereka. Ombak-ombak besar terus berjalan menuju pantai, membawa hawa sejuk mendekat ke jendelaku. Pasir pantai yang terlihat seperti berlian selalu membuatku merasa rileks dan tidak ingin berpijak dari tempatku. Dilain tempat, dapat kulihat seorang wanita sedang membaca buku di bangku taman. "Satu caffe latte," ujar salah satu pegawai kepada barista kedai untuk menyiapkan minuman tersebut. Bau kopi terus mengitari kepalaku seperti lalat dan aku pun menyadari kalau kedai ini semakin ramai. Keramaian seperti ini sudah menjadi ciri khas kedai ini. Kedai bernama 'Sailor's Sensation' sudah berdiri sejak kakekku yang dulunya pelaut sering mengajakku kesini untuk menemaninya minum kopi semetara aku bermain di pantai. Karena terlalu seru mendengarkan radio di kedai itu, aku terkejut saat aku menyadari seorang kakek menanyakan sesuatu.

"Maaf dek, adek punya pulpen tidak?" tanya kakek dengan logat jawanya yang kental. "Ah iya, ada kok pak" jawabku. Aku pun merogoh saku untuk mengambil pulpen yang tak sengaja aku bawa dari kantor. Sang kakek itu pun mengambil pulpen yang aku berikan dan mulai menulis di kertas yng dia ambil dari saku bajunya yang lusuh. Aku berbalik untuk memandangi susana pantai. Entah karena keributan kedai itu atau hanya aku yang melamun, tetapi aku hampir lupa bahwa si kakek masih meminjam pulpenku. Aku menyeruput sisa isi cangkirku dan berputar balik untu meminta kembali pulpen dari kakekitu. Aku terkejut ketika dibelakangku, yang sebelumnya adalah kakek yang sedang menulis menghilang tanpa sepengetahuanku. Aku mulai panik kemana kakek itu pergi dan ketika aku menoleh, aku menemukan sepucuk kertas yang sepertinya diremas di lantai. Aku ragu membaca isi surat itu karena mungkin saja kakek tadi mungkin saja kembali untuk mengambilnya, tetapi benakku ingin mengambilnya. Aku bergegas pulang dengan kertas itu tanpa memikirkan hal lain.

Hp-ku berdering sesaat aku sudah masuk kedalam taksi. Ternyata kakakku menelpon, "Ri, kamu dimana?". "Aku bentar lagi pulang, tolong minta mbak untuk bukakan intu ya?" aku jawab. "Iya,tapi..." hubungan teleponku terputus karena sinyalku yang jelek. Aku bergegas untuk pulang. Di perjalanan, pikiranku terus menuju kejadian kakek tadi. Dan anehnya, aku menjadi teringat cerita mistis dan horor lainnya. Aku tidak percaya akan tahayul tetapi kejadian barusan membuatku terpikir akan hal-hal itu. Aku mengabaikan hal itu dan mulai berpikir secsra logika apa saja kemungkinan yang akan terjadi kepadaku. Mungkin saja kakek tadi malu utnuk mengembalikan dan langsung pergi. Sampai dirumah, aku tanpa basa-basi langsjng menuju kamar dan mencoba untuk tidur. Susah sekalj utnuk tidur tanpa memikirkan apa isi surat yang ditulis kakek misterius itu. Aku mulai memberanikan diri untuk membuka isi kertas tadi. Akh merogoh saku bajuku untuk membuka isi surat tersebut. Ternyata isi surat itu hanya tertera sebuah nama, Alexia Subandi. Namanya terdengar asing di pikiranku sejak semua nama ku biasanya bernama lokal seperti Sri atau Nira. Untungnya teman andalanku masih dapat bekerja. Aku segera memanggil mbah gugel untuk mencari siapa sebenarnya 'Alexia' ini. Setelah beberapa lama ku pantang laysr komputer, aku menemukan bahwa dia seorang wanita berumur 22 tahun yang sedang naik daun di dunia akting. Pantas saja aku tidak pernah mendengar namanya, mungkin karena katro atau tak peduli. Saat kulihat fotonya, aku hanya terpana melihat apa yang kulihat di layar komputerku. Wajah manis seperti model korea dihiasi oleh rambut hitam panjang dan mata biru yang indah. Aku terkejut saat aku mendengar ketukan pintu,"Ri, ada tamu buatmu". Aku heran siapa yang mencariku siang bolong begini. "Iya, aku bentar lagi turun," jawabku sambil memakai baju. Saat aku turun aku melihat seorang wanita duduk bersama kakakku di ruang tamu. Aku toleh untuk melihat muka tamuku ini. Saat itulah aku menyadari wajahnya tidak begitu asing. ALEXIA