Kajian Penerapan PSAK 48 (revisi 2009):
Penurunan Nilai Aset di Perusahaan
Migas
Oleh:
Yohanes Handoko Aryanto1
2011
1 Penulis merupakan peneliti independen mantan staf divisi teknis Ikatan Akuntan Indonesia.
Kata Pengantar
Dengan usaha yang optimal, bantuan dari segala pihak, dan terutama atas rahmat dari Tuhan YME, kajian ini akhirnya dapat diselesaikan dengan baik. Di luar segala kekurangannya, tulisan ini ditujukan untuk menyajikan suatu kajian dari segi teoritis dan konsep normatif atas penerapan PSAK 48 (revisi 2009):
Penurunan Nilai Aset, yang berlaku efektif sejak 1 Januari 2011.
Penerapan PSAK 48 (revisi 2009) masih tergolong baru, apalagi untuk sektor migas di Indonesia. Oleh karena itu, tulisan ini dilengkapi dengan landasan teori, dan benchmark praktik. Diharapkan tulisan ini dapat memberikan suatu perspektif lain atas penerapan PSAK 48 (revisi 2009) di perusahaan migas.
Dalam hidup yang singkat ini, penulis menyadari hanya kebaikan dan karya yang dapat ditinggalkan manusia. Semoga karya ini dapat bermanfaat. Setidaknya, dapat menambah ilmu bagi para pembacanya.
Jakarta, 30 November 2011
Penulis,
Yohanes Handoko Aryanto
Halaman | i
Daftar Isi
Kata Pengantar ......................................................................................................| i| Daftar Isi ................................................................................................................| ii| Abstraksi ...............................................................................................................| iv| 1| Pendahuluan ...................................................................................................| 1| 1.1| Batasan Kajian .............................................................................................................| 3| 1.2| Permasalahan ..............................................................................................................| 3| 2| Landasan Teori ..............................................................................................| 5| 2.1| Penyajian Wajar Aset ..................................................................................................| 5| 2.2| Penurunan Nilai ...........................................................................................................| 6|
| 2.2.1 Definisi dan Ruang Lingkup Penurunan Nilai .......................................................| 7|
| 2.2.2| Indikasi Penurunan Nilai ......................................................................................| 8| 2.3| Nilai Terpulihkan (Recoverable Amount) ....................................................................| 9| 2.4| Unit Penghasil Kas .....................................................................................................| 10| 2.5| Aset Korporat ............................................................................................................| 13| 3| Landasan Praktik .........................................................................................| 15| 3.1| Praktik di Perusahaan Migas Kelas Dunia .................................................................| 15|
| 3.1.1| Statoil .................................................................................................................| 15|
| 3.1.2| ConocoPhillips ...................................................................................................| 17|
| 3.1.3| Chevron .............................................................................................................| 17|
| 3.1.4| Exxon Mobil .......................................................................................................| 18|
| 3.1.5| Total S.A. ............................................................................................................| 19| 3.2| Paper Publikasi Kantor Akuntan Publik .....................................................................| 19|
| 3.2.1| PriceWaterhouseCoopers ..................................................................................| 19|
| 3.2.2| Ernst & Young ....................................................................................................| 21|
| 3.2.3 KPMG .................................................................................................................| 22| 3.3| Pedoman Akuntansi Lain ...........................................................................................| 22| 4| Analisis ..........................................................................................................| 25| 4.1| Pengelompokan Aset ................................................................................................| 25|
| 4.1.1| Aset Individual ...................................................................................................| 25|
| 4.1.2 Aset Tetap Kelompok Unit Penghasil Kas ..........................................................| 27|
| 4.1.3| Aset Korporat.....................................................................................................| 30| 4.2| Aset Eksplorasi ..........................................................................................................| 30| 4.3| Mekanisme Uji Penurunan Nilai ................................................................................| 31|
| 4.3.1| Indikasi Penurunan Nilai ....................................................................................| 31|
| 4.3.2| Uji Penurunan Nilai ............................................................................................| 31| 4.4| Dampak PSAK 64: Aktivitas Eksplorasi dan Evaluasi Sumber Daya Mineral .....................| 34|
Halaman | ii
5. Simulasi Perhitungan Uji Penurunan Nilai 35
5.1 Simulasi UPK field dan atau gabungan field 36
5.2 Simulasi UPK Struktur 37
6 Kesimpulan & Saran 39
6.1 Kesimpulan 39
6.2 Saran 40
Referensi 1
Lampiran: Diagram Uji Penurunan Nilai 4
Halaman | iii
Abstraksi
Dengan berlakunya PSAK 48 (revisi 2009): Penurunan Nilai Aset, per 1 Januari 2011, Perusahaan Migas yang memiliki akuntabilitas publik di Indonesia harus menerapkan perlakuan dalam PSAK tersebut. Jika terdapat indikasi penurunan nilai untuk aset individual, kelompok aset, atau unit penghasil kas, maka uji penurunan nilai harus dilakukan. Permasalahan yang muncul adalah, pengelompokan aset untuk tujuan penurunan nilai ini hanya diatur secara prinsip sehingga sangat memerlukan judgement dalam penerapannya. Judgement ini bisa jadi berbeda antara satu pihak dan pihak lainnya, tergantung intepretasi dan persepsi dalam memahami pengaturan yang berbasis prinsip. Oleh karena itu, judgement yang dibuat harus didasarkan pada argumen yang logis dan reasonable agar dapat diterima secara umum.
Kajian ini bertujuan untuk memberikan argumen yang dapat diterima umum atas judgement pengelompokan aset untuk tujuan uji penurunan nilai. Diharapkan kajian ini dapat memberikan gambaran dari sisi teori dan konsep normatif untuk penerapan PSAK 48 (revisi 2009) di perusahaan migas.
Halaman | iv
1 Pendahuluan
Saat ini Indonesia yang diwakili oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia (DSAK IAI) sedang melakukan proses konvergensi Standar Akuntansi Keuangan (SAK) dengan International Financial Reporting Standards
(IFRSs). Proses konvergensi ini dilakukan sebagai bukti komitmen Indonesia yang diwakili pemerintah Indonesia dalam memenuhi kesepakatan forum G-20, hasil pertemuan pemimpin negara G20 di Washington DC pada tanggal 15 November 2008. Berikut ini poin kesepakatan forum G20,
1. Strengthening Transparency and Accountability
2. Enhancing Sound Regulation
3. Promoting integrity in Financial Markets
4. Reinforcing International Cooperation
5. Reforming International Financial Institutions
Untuk entitas pelapor, poin terpenting dari kesepakatan G20 adalah poin pertama, yaitu meningkatkan transparansi dan akuntabilitas. Oleh karena IFRSs adalah standar akuntansi berbasis prinsip yang dirancang untuk menutup kelemahan-kelemahan dari standar akuntansi lama seperti misalnya pencatatan off balance sheet atau penggunaan pos luar biasa, maka diharapkan dengan dilakukannya konvergensi IFRSs, tujuan dalam poin pertama tersebut dapat tercapai.
Selain diharapkan dapat meningkatkan transparansi dan akuntabilitas, konvergensi dengan IFRSs juga diharapkan dapat meningkatkan keterbandingan laporan keuangan antar entitas lepas batas yurisdiksi, karena IFRSs merupakan standar akuntansi yang berbasis prinsip (principle based) dan tidak lagi berbasis aturan (rule based). Dengan menggunakan basis prinsip, IFRSs memiliki tingkat keterterapan yang jauh lebih luas dan dapat mencakup praktik-praktik di berbagai entitas lepas batas yurisdiksi jika dibandingkan dengan standar akuntansi yang berbasis aturan, karena prinsip jauh lebih mendasar dan fleksibel jika dibandingkan dengan aturan yang sifatnya lebih detail dan tidak fleksibel. Sebuah keuntungan yang sekaligus merupakan kelemahan dari IFRSs adalah, diperlukannya judgement dalam penerapannya. Judgement ini dapat berbeda-beda
Halaman | 1
antara satu pihak dengan pihak lainnya. Hal yang cukup penting dalam penentuan judgement adalah dasar penalaran yang logis dan dapat diterima (reasonable).
Dengan dilakukannya proses konvergensi IFRSs ini, entitas-entitas bisnis yang memiliki akuntabilitas publik harus menerapkan SAK yang sebagian besar sudah konvergen dengan IFRSs. Salah satu dari entitas bisnis yang berakuntabilitas publik adalah BUMN dan tentu saja termasuk anak perusahaannya, karena laporan keuangan anak perusahaan harus dikonsolidasikan dengan entitas induknya. Khusus untuk BUMN, penggunaan SAK yang berterima umum di Indonesia diwajibkan dalam instruksi Menteri Negara BUMN RI nomor SE-05/MBU/2009.
Salah satu dari pengaturan dalam SAK yang harus diterapkan oleh perusahaan migas adalah pengaturan dalam PSAK 48 (revisi 2009): Penurunan Nilai Aset. PSAK 48 (revisi 2009) ini menggantikan PSAK 48 (1998): Penurunan Nilai Aset, dan bersumber dari IAS 36: Impairment of Assets yang berlaku efektif 1 Januari 2009. PSAK 48 (revisi 2009) berlaku efektif per 1 Januari 2011 dengan ketentuan transisi prospektif.
PSAK 48 (revisi 2009) mensyaratkan agar aset-aset yang terkena pengaturan dalam PSAK tersebut diuji penurunan nilai ketika terdapat indikasi penurunan nilai. Uji penurunan nilai ini diterapkan pada aset individual, kelompok aset, atau UPK (Unit Penghasil Kas – Cash Generating Unit/CGU). UPK merupakan kelompok aset terkecil teridentifikasi yang menghasilkan aliran kas masuk yang sebagian besar independen dari aliran kas masuk dari aset atau kelompok aset lain.
Tujuan dari uji penurunan nilai dan penurunan nilai adalah agar aset-aset yang disajikan dalam laporan posisi keuangan mencerminkan sisa potensi jasa secara wajar. Penyajian yang wajar (fair presentation) unsur-unsur dan pos-pos dalam laporan keuangan adalah salah suatu karakteristik kualitatif informasi keuangan yang diutamakan dalam IFRSs.
Penggunaan UPK dalam pengujian penurunan nilai yang diatur dalam PSAK 48 (revisi 2009) akan memiliki dampak pada metode inventarisasi aset. Jika pada umumnya aset dikelompokkan per jenis aset, maka berdasarkan PSAK 48 (revisi 2009), untuk aset-aset yang tidak dapat menghasilkan kas secara individual, aset-
Halaman | 2
aset tersebut harus dikelompokkan ke dalam UPK untuk keperluan uji penurunan nilai.
Seperti yang telah dibahas sebelumnya, UPK ditentukan berdasar kelompok aset terkecil (atau aset) yang dapat menghasilkan aliran kas yang independen dari kelompok aset lain. Penentuan dari UPK merupakan tahap awal yang cukup penting dalam melakukan uji penurunan nilai. Tahap selanjutnya adalah perhitungan jumlah terpulihkan. Kesalahan dalam dua tahap ini akan berdampak pada under/overstated rugi penurunan nilai yang harus diakui, dan tentu saja ini akan berdampak pada under/overstated kinerja keuangan dan nilai aset di laporan posisi keuangan.
Permasalahan yang muncul adalah, tidak adanya standar atau panduan yang baku dan mendetail untuk penentuan klasifikasi aset ke dalam UPK. PSAK 48 (revisi 2009) hanya memberikan batasan prinsip secara normatif. Sehingga untuk penerapannya, entitas pelapor harus menggunakan judgement sendiri dalam menentukan UPK. Permasalahan bisa terjadi pada saat dilakukannya audit, terutama oleh auditor eksternal. Bisa jadi judgement yang dibuat oleh entitas pelapor berbeda dengan pandangan dari auditor. Oleh karena itu, untuk tujuan ini diperlukan dasar-dasar argumentasi yang kuat untuk mendukung judgement. Kajian ini akan berusaha memberikan dasar-dasar argumentasi yang reasonable dalam penentuan metode inventarisasi aset untuk compliance dengan PSAK 48 (revisi 2009).
1.1 Batasan Kajian
Tulisan ini bertujuan untuk mengkaji metode penerapan PSAK 48 (revisi 2009) di perusahaan migas. Pembahasan akan dipertajam pada pengelompokan aset untuk tujuan uji penurunan nilai, penentuan unit penghasil kas dan argumen-argumen pendukungnya.
1.2 Permasalahan
Permasalahan yang akan dibahas dalam kajian ini akan dititikberatkan pada metode inventarisasi aset dan kaitannya dengan uji penurunan nilai. Dengan adanya konsep UPK, metode inventarisasi aset akan cukup berdampak pada
Halaman | 3
efisiensi dan efektifitas pengolahan data untuk menghasilkan informasi mengenai
penurunan nilai.
Halaman | 4
2 Landasan Teori
Dalam mengkaji penerapan PSAK 48 (revisi 2009), diperlukan beberapa teori dan konsep pendukung. Berikut ini beberapa teori dan konsep yang akan digunakan untuk mengkaji penerapan PSAK 48 (revisi 2009) tersebut.
2.1 Penyajian Wajar Aset
Aset adalah salah satu elemen laporan keuangan yang cukup penting. Jika dikaitkan dengan elemen liabilitas dan ekuitas, aset akan membentuk informasi semantik berupa posisi keuangan (Suwardjono, 2005). Sedangkan aset yang tersaji di laporan posisi keuangan sendiri menunjukkan informasi mengenai sumber daya untuk menghasilkan laba (the resources to create earnings). Aryanto (2011) menjelaskan informasi yang terkandung dalam aset sebagai berikut,
If the assets are reflects the resources to create earnings, therefore the cost that contained in such assets reflects the power, which is power that will be used by an entity in its efforts (expense) to generate revenue.
Berdasar penjelasan di atas, dapat dikatakan bahwa aset mencerminkan sumber daya dari suatu entitas untuk melakukan upaya yang disebut beban (expense), sehingga nantinya diharapkan upaya ini akan menghasilkan pendapatan (revenue).
Daya atau manfaat ekonomik dari aset yang dikuasai entitas untuk melakukan upaya ini tentu saja terbatas. Daya ini dapat berkurang karena digunakan dalam kegiatan upaya yang normal. Misalnya karena aset tersebut digunakan untuk kegiatan usaha atau beroperasi. Selain itu, daya dari aset juga dapat berkurang karena kejadian-kejadian selain kegiatan upaya normal. Misalnya aset tersebut mengalami keusangan atau kerusakan. Secara akuntansi, berkurangnya daya karena telah digunakan dalam kegiatan upaya yang normal diakui dalam proses pembebanan (charge) biaya menjadi beban depresiasi. Sedangkan berkurangnya daya karena kejadian selain kegiatan upaya normal diakui dalam proses pembebanan biaya menjadi rugi penurunan nilai.
Telah dikemukakan dalam bab sebelumnya bahwa IFRSs cukup menekankan karakteristik kualitatif penyajian wajar. Jika dikaitkan dengan aset, maka aset seharusnya disajikan secara wajar di laporan posisi keuangan. Salah satu cara
Halaman | 5
untuk meningkatkan kualitas kewajaran atas penyajian aset adalah dengan dilakukannya uji penurunan nilai jika terdapat indikasi bahwa aset mengalami penurunan nilai. PSAK 48 (revisi 2009) paragraf 09 menyatakan bahwa,
Pada setiap akhir periode pelaporan, entitas menilai apakah terdapat indikasi aset mengalami penurunan nilai. Jika terdapat indikasi tersebut, maka entitas mengestimasi jumlah terpulihkan aset tersebut.
Pengaturan di atas mencerminkan bahwa penyajian wajar dalam laporan keuangan tahunan merupakan karakteristik kualitatif informasi yang cukup penting. Sehingga pada setiap akhir periode pelaporan perlu dilihat apakah terdapat indikasi penurunan nilai.
Secara konsep, faktor penentu penyajian wajar aset tidak hanya dari uji penurunan nilai saja. Untuk aset tetap, estimasi nilai residu dan nilai manfaat pada setiap akhir periode pelaporan dapat berubah. Oleh karena itu, PSAK 16 (revisi 2007) paragraf 54 mengatur sebagai berikut,
Nilai residu dan umur manfaat setiap aset tetap harus di-review minimum setiap akhir tahun buku dan apabila ternyata hasil review berbeda dengan estimasi sebelumnya maka perbedaan tersebut harus diperlakukan sebagai perubahan estimasi akuntansi sesuai dengan PSAK 25: Laba atau Rugi Bersih untuk Periode Berjalan, Koreksi Kesalahan Mendasar, dan Perubahan Kebijakan Akuntansi.
Dari pengaturan-pengaturan di atas jelas terlihat bahwa penyajian aset di laporan posisi keuangan harus cukup wajar dan mencerminkan daya yang sesungguhnya dari aset tersebut. Sehingga, jika dikaitkan dengan kajian yang akan dibahas, metode inventarisasi aset yang digunakan harus dapat digunakan untuk menghitung penurunan nilai sehingga aset yang disajikan di laporan posisi keuangan mencerminkan daya yang sesungguhnya dari aset dan memenuhi karakteristik kualitatif wajar.
2.2 Penurunan Nilai
Dalam sejarah perkembangan akuntansi, penurunan nilai merupakan metode pelengkap depresiasi yang digunakan dalam model biaya (historical cost model). Hal ini dikarenakan metode depresiasi tidak mencerminkan perubahan nilai kini dari aset (Kvaal, 2005).
Halaman | 6
Wiecek & Young (2009) menjelaskan tujuan penyajian sumber daya
ekonomik di laporan posisi keuangan sebagai berikut,
An entity’s economic resources are presented on its statement of financial position as key information for users. The assumption in evaluating these assets is that they are reported on this statement as no more than the amount the entity can recover from their use or sale.
Pernyataan di atas menyebutkan bahwa nilai aset yang dilaporkan dalam laporan keuangan diasumsikan tidak melebihi nilai aset yang dapat dipulihkan melalui pemanfaatan atau penjualan aset tersebut. Nilai jual aset atau nilai pemanfaatan aset yang lebih rendah dari nilai tercatat menunjukkan bahwa aset tersebut nilainya telah turun, atau dalam kata lain aset tersebut mengalami penurunan daya untuk menghasilkan aliran masuk manfaat ekonomik di masa depan. Jika hal demikian terjadi, maka nilai tercatat aset harus diturunkan hingga sebesar nilai terpulihkannya (dicatat rugi penurunan nilai). Tujuan dari hal ini adalah agar nilai aset yang disajikan di laporan posisi keuangan tetap mencerminkan kewajaran sumber daya ekonomik yang dikuasai oleh entitas, sehingga informasi yang disajikan ini tidak menyesatkan (mislead) para pengguna laporan keuangan dalam melakukan pengambilan keputusan.
2.2.1 Definisi dan Ruang Lingkup Penurunan Nilai
Rugi penurunan nilai didefinisikan dalam PSAK 48 (revisi 2009) sebagai, “jumlah yang merupakan selisih lebih jumlah tercatat suatu aset atau unit penghasil kas atas jumlah terpulihkannya.” Aset dikelompokkan ke dalam unit penghasil kas jika aset tersebut tidak menghasilkan aliran kas secara independen. Jika keadaan berubah (pada umumnya kebalikan indikasi rugi penurunan nilai), rugi penurunan nilai untuk aset selain goodwill dapat dibalik (reversed). Tujuannya untuk mencerminkan peningkatan kembali daya dari aset.
Paragraf 2 dari PSAK 48 (revisi 2009) menjelaskan mengenai ruang lingkup pengaturan. Penurunan nilai diterapkan atas semua aset kecuali persediaan, aset kontrak konstruksi, aset imbalan kerja, aset keuangan dalam lingkup PSAK 55 (revisi 2006), properti investasi metode revaluasi, biaya tangguhan dan aset takberwujud dalam kontrak asuransi, serta aset tidak lancar dimiliki untuk dijual.
Halaman | 7
2.2.2 Indikasi Penurunan Nilai
Uji penurunan nilai dilakukan jika terdapat indikasi penurunan nilai. Berikut ini beberapa pertimbangan dalam menilai adanya indikasi penurunan nilai berdasarkan PSAK 48 (revisi 2009) paragraf 122,
Informasi dari sumber eksternal:
a. Penurunan signifikan nilai pasar
b. Perubahan negatif signifikan teknologi, pasar, ekonomi atau lingkup hukum
c. Peningkatan suku bunga pasar atau tingkat imbalan pasar investasi
d. Jumlah tercatat aset neto entitas melebihi kapitalisasi pasarnya.
Informasi dari sumber internal
e. Bukti keusangan atau kerusakan fisik aset.
f. Perubahan signifikan atas penggunaan aset, penghentian aset atau restrukturisasi operasi, pelepasan aset, dan penilaian ulang umur manfaat aset dari tidak terbatas menjadi terbatas.
g. Bukti internal bahwa kinerja ekonomi aset lebih buruk, atau akan lebih buruk, dari yang diharapkan.
Daftar indikasi penurunan nilai di atas hanya contoh dari beberapa indikasi. Entitas dapat menentukan indikasi lain terjadinya penurunan nilai. Selain disebutkan dalam PSAK 48 (revisi 2009), indikasi terjadinya penurunan nilai juga dinyatakan dalam PSAK 64. Perbedaannya dengan PSAK 48, indikasi dalam PSAK 64 dikhususkan untuk aset-aset dalam tahapan eksplorasi dan evaluasi. Berikut indikasi penurunan nilai yang dinyatakan dalam PSAK 64 (tidak terbatas pada daftar berikut)3,
a. Hak eksplorasi di suatu wilayah telah atau akan kedaluarsa dan tidak diperbarui;
b. Pengeluaran substantif untuk eksplorasi dan evaluasi di suatu wilayah tidak dianggarkan atau direncanakan;
c. Tidak ditemukan sumber daya mineral yang memenuhi skala ekonomis dan entitas memutuskan untuk menghentikan aktivitas eksplorasi dan evaluasi;
d. Meskipun pengembangan pada suatu wilayah tertentu sedang dalam proses pengerjaan, jumlah tercatat aset eksplorasi dan evaluasi tidak dapat terpenuhi seluruhnya dari keberhasilan pengembangan atau penjualan aset tersebut.
2 Dikutip dengan perubahan.
3 Dikutip dengan perubahan
Halaman | 8
Jika terdapat indikasi penurunan nilai seperti yang telah dijelaskan di atas, maka entitas harus melakukan uji penurunan nilai dengan cara membandingkan nilai tercatat aset dengan nilai terpulihkannya
2.3 Nilai Terpulihkan (Recoverable Amount)
Pengujian penurunan nilai dilakukan dengan membandingkan nilai tercatat (carrying amount) dan nilai terpulihkan (recoverable amount). Jika nilai tercatat lebih tinggi dari nilai terpulihkan, maka aset mengalami penurunan nilai dan harus diturunkan sebesar nilai terpulihkannya.
Secara normatif, aset dapat dipulihkan nilainya dengan dua cara. Pertama dijual sehingga menghasilkan kas, kedua digunakan untuk beroperasi sehingga menghasilkan kas. Sehingga, pemulihan nilai aset dengan cara pertama dapat ditentukan dari nilai wajar dikurangi dengan biaya untuk menjual (nilai wajar bersih). Sedangkan pemulihan nilai aset dengan cara kedua dapat dilihat dari proyeksi aliran kas dari titik pengujian hingga akhir pemanfaatan aset di masa depan dan dinilaikinikan dengan memperhitungkan tingkat risiko, baik risiko inflasi maupun risiko modal4.
Pemulihan nilai aset dari nilai wajar bersih harus dibandingkan dengan hasil dari proyeksi nilai kini aliran kas (nilai pakai), kemudian dipilih mana yang lebih tinggi. IASC dalam basis for conclusions5 IAS 36 paragraf BCZ23 mensyaratkan hal ini dengan tujuan untuk mencerminkan perilaku manajemen yang rasional. Sedangkan Wielenberg & Scholze (2007) menyebutkan bahwa dasar dari pemilihan mana yang lebih tinggi ini adalah pemanfaatan “optimal” aset. Sebagai penjelasan, bisa jadi nilai pakai aset mengalami penurunan namun nilai wajar bersihnya masih lebih tinggi dari nilai tercatat. Secara wajar, dalam kondisi semacam ini aset dapat dimanfaatkan secara optimal melalui penjualan daripada dipakai hingga akhir masa manfaat. Selain itu, secara rasional manajemen akan lebih memilih untuk menjual aset tersebut daripada memanfaatkannya hingga
4 Lihat PSAK 48 (revisi 2009), paragraf 33-57.
5 Berisi reasoning dibalik pengaturan dalam setiap IFRSs. PSAK tidak memiliki basis for conclusions (BC), sehingga untuk hal-hal yang pengaturannya sama dengan IFRSs kajian ini menggunakan BC dari IFRSs untuk memperkuat argumen.
Halaman | 9
akhir masa manfaat. Dalam kondisi sebaliknya, ketika nilai wajar bersih mengalami penurunan namun nilai pakai aset masih lebih tinggi dari nilai tercatat, pemakaian optimal aset secara wajar adalah dengan dimanfaatkan hingga akhir masa manfaat daripada dijual. Selain itu, secara rasional manajemen tidak akan menjual aset dan lebih memilih untuk memakainya hingga akhir masa manfaat. Sehingga dari penjelasan ini dapat ditarik kesimpulan bahwa idealnya penurunan nilai aset tidak dapat ditentukan hanya dengan melihat salah satu nilai terpulihkan, namun perlu membandingkan mana yang lebih tinggi antara nilai wajar bersih atau nilai pakai.
2.4 Unit Penghasil Kas
Secara umum, biasanya pemulihan nilai aset melalui penjualan lebih dapat ditentukan. Misalnya dengan melihat harga pasar terobservasi, harga pasar aset sejenis, harga pasar aset terkini, atau menggunakan model. Namun, cukup sulit untuk menentukan pemulihan nilai aset melalui proyeksi aliran kas yang akan dihasilkan oleh aset tersebut, apalagi jika aset tersebut tidak dapat menghasilkan aliran kas secara individual. IAS 36 paragraf BCZ114 menyebutkan bahwa,
assets work together to generate cash flow‟?. Sehingga, untuk mengukur penurunan nilai dari aset semacam ini, digunakanlah konsep UPK sebagai alat pengukur dan alokasi penurunan nilai aset. Aset-aset yang secara individual tidak dapat menghasilkan aliran kas dikelompokkan ke dalam suatu unit yang mana aset-aset tersebut digunakan untuk menghasilkan kas yang independen dari aset atau kelompok aset lain.
Finch (2010) menyatakan bahwa realisasi penurunan nilai sangat bergantung pada dua buah pilihan yaitu, kebijakan mengenai identifikasi dan komposisi dari UPK yang unik, dan kebijakan dalam mengestimasi nilai terpulihkan UPK tersebut. Sehingga, pembuatan kebijakan dalam melakukan klasifikasi atau inventarisasi aset ke dalam UPK dan perhitungan estimasi nilai terpulihkan dari UPK tersebut harus didasarkan pada penalaran yang logis dan reasonable. Selain untuk mencapai tujuan penyajian wajar, hal ini juga dapat digunakan sebagai dasar
Halaman | 10
argumentasi ketika pihak-pihak yang berkepentingan membaca atau membuat assurance atas laporan keuangan (khususnya auditor).
Untuk tujuan pengelompokan aset-aset ke dalam UPK, luas lingkup pengelompokan tersebut harus diperhatikan. Secara logika, luas lingkup UPK berbanding lurus dengan risiko terjadinya penurunan nilai. Semakin kecil lingkup UPK maka semakin tinggi risiko terjadinya penurunan nilai dan semakin besar lingkup UPK maka semakin kecil risiko terjadinya penurunan nilai. Contoh berikut digunakan untuk menunjukkan logika dasar dari argumen sehingga perhitungan penurunan nilai dipermudah, suatu unit A nilainya turun menjadi -5 dan suatu unit B nilainya naik sebesar 10. Jika masing-masing unit tersebut dijadikan UPK, maka entitas harus mengakui penurunan nilai sebesar -5 yang dialokasikan ke tiap-tiap aset dalam unit A, dan tidak mengakui kenaikan apapun dari unit B (karena kenaikan nilai untuk model historical cost tidak diakui). Namun jika UPK ada dalam tingkatan gabungan dari unit A & B, maka tidak ada penurunan nilai yang diakui karena penurunan -5 dari A mengurangi kenaikan nilai 10 dari B, sehingga menghasilkan nilai gabungan 5. Dari contoh ini dapat ditarik kesimpulan bahwa, semakin banyak agregasi unit-unit ke dalam UPK, maka semakin minimum penurunan nilai yang harus diakui. Kesimpulan ini sejalan dengan argumen dari Accounting and Finance Association of Australia and New Zealand (AFAANZ, 2011),
As the group of assets allocated to the CGU increases then the likelihood of recording impairment decreases due to the aggregation process allowed within IAS 36.
Secara teori & konsep, tidak ada aturan maupun panduan yang memberi batasan yang mendetail untuk penentuan UPK. PSAK 48 (revisi 2009) hanya memberikan batasan secara prinsip penentuan UPK sebagai berikut,
1. Paragraf 64: Jumlah terpulihkan dari suatu aset individual tidak dapat ditentukan jika:
a) nilai pakai aset tidak dapat diestimasi mendekati nilai wajar dikurangi biaya penjualan; dan
Halaman | 11
b) aset tidak menghasilkan aliran kas masuk yang independen dari kelompok aset lain.
Dalam kasus ini, nilai pakai dan jumlah terpulihkan, dapat ditentukan hanya
untuk Unit Penghasil Kas aset.
2. Paragraf 66: Jika tidak mungkin untuk mengestimasi jumlah terpulihkan aset individual, entitas menentukan nilai terpulihkan dari unit penghasil kas yang mana aset tercakup.
3. Paragraf 70: Jika terdapat pasar aktif untuk hasil yang diproduksi oleh aset atau kelompok aet, maka aset atau kelompok aset ini merupakan UPK
4. Paragraf 72: UPK ditentukan secara konsisten dari periode ke periode untuk aset atau jenis aset yang sama, kecuali perubahan dapat dijustifikasi.
5. Paragraf 76: Jumlah tercatat dari unit penghasil kas:
a) mencakup hanya jumlah tercatat dari aset-aset yang dapat diatribusikan langsung, atau dialoksikan dengan dasar yang layak dan konsisten, ke unit penghasil kas dan akan menghasilkan aliran kas masuk yang digunakan dalam menentukan nilai pakai unit penghasil kas; dan
b) tidak mencakup jumlah tercatat dari setiap liabilitas yang diakui, kecuali jumlah terpulihkan dari unit penghasil kas tidak dapat ditentukan tanpa mempertimbangkan liabilitas tersebut.
6. Paragraf 98: Rugi penurunan nilai diakui untuk UPK jika dan hanya jika, jumlah terpulihkan dari unit tersebut (kelompok dari unit) lebih kecil dari jumlah tercatatnya.
Dialokasikan untuk mengurangi jumlah tercatat aset dari unit tersebut (kelompok dari unit) dengan urutan:
a) pertama, untuk mengurangi jumlah tercatat atas setiap goodwill yang dialokasikan ke unit penghasil kas tersebut (kelompok dari unit); dan
b) selanjutnya, ke aset lain dari unit tersebut (kelompok dari unit) dibagi pro rata atas dasar jumlah tercatat setiap aset di dalam unit tersebut
(kelompok dari unit).
Berdasar poin 3 (b) di atas, liabilitas yang telah diakui tidak digunakan dalam perhitungan penurunan nilai. Liabilitas ini dapat berupa utang atau provisi. ARO
Halaman | 12
(Asset Retirement Obligation) merupakan biaya yang sifatnya provisi (liabilitas yang angkanya masih estimasi), oleh karena itu ARO dikeluarkan dari perhitungan penurunan nilai. Penjelasan di poin 4 (b) ini mengambil konsep yang sama dari IAS 36. Mirza, Orrell, & Holt (2009:309)6 menjelaskan bahwa ARO dikeluarkan dari nilai tercatat aset dan nilai pakai untuk perhitungan penurunan nilai.
2.5 Aset Korporat
Dalam konsep penurunan nilai berdasar PSAK 48, aset-aset korporat dialokasikan ke dalam UPK untuk tujuan pengujian penurunan nilai. Hal ini dikarenakan aset korporat memiliki karakteristik khusus berdasar PSAK 48 (revisi 2009) paragraf 95 yaitu, “tidak menghasilkan aliran kas masuk secara independen dari aset atau kelompok aset lain dan jumlah tercatatnya tidak dapat sepenuhnya diatribusikan pada unit penghasil kas yang sedang ditelaah.” Contoh aset korporat misalnya aset divisi atau aset kantor pusat.
Paragraf 97 dari PSAK 48 (revisi 2009) memberikan panduan untuk pengujian aset korporat sebagai berikut7,
Dalam menguji penurunan nilai UPK, entitas mengidentifikasi semua aset korporat yang terkait dengan UPK yang sedang ditelaah. Jika sebagian dari jumlah tercatat aset korporat:
a. dapat dialokasikan dengan dasar yang rasional dan konsisten pada unit tersebut, maka entitas membandingkan jumlah tercatat dari unit tersebut (termasuk porsi dari jumlah tercatat aset korporat yang dialokasikan pada unit tersebut) dengan jumlah terpulihkan.
b. tidak dapat dialokasikan dengan dasar yang rasional dan konsisten pada unit itu, maka entitas:
i. membandingkan nilai tercatat unit, di luar aset korporat, dengan nilai terpulihkannya dan mengakui setiap rugi penurunan nilai.
ii. Mengidentifikasi kelompok terkecil dari unit penghasil kas yang mencakup unit penghasil kas yang ditelaah dan yang sebagian dari nilai tercatat aset korporat dapat dialokasikan atas dasar rasional dan konsisten
6 Lihat case study 8 mengenai perhitungan penurunan nilai oil platform.
7 Dikutip dengan perubahan
Halaman | 13
iii. Membandingkan nilai tercatat dari kelompok unit penghasil kas tersebut (termasuk bagian dari jumlah tercatat aset korporat yang dialokasikan pada kelompok unit tersebut) dengan jumlah terpulihkannya.
Halaman | 14
3 Landasan Praktik
Selain landasan teori, kajian ini juga menggunakan landasan praktik untuk mendukung pembahasan masalah. Landasan praktik diperlukan karena secara teori tidak ada pengaturan atau panduan yang mengatur secara detail untuk penentuan UPK dan alokasi aset korporat ke dalam UPK.
Landasan praktik ini akan membahas praktik yang telah diterapkan perusahaan migas kelas dunia, paper publikasi kantor akuntan publik, dan pedoman akuntansi lain yang relevan.
Dalam bab 3 ini, istilah field mengacu pada glosarium istilah produksi migas yang dikeluarkan American Petroleum Institute yaitu,
An area consisting of a single reservoir or multiple reservoirs all grouped on, or related to, the same individual geological structural feature and/or stratigraphic condition. The field name refers to the surface area, although at times it may refer to both the surface and the underground productive formation.
Pada umumnya, di perusahaan migas kelas dunia satu field merepresentasi satu wilayah kerja penambangan.
3.1 Praktik di Perusahaan Migas Kelas Dunia
Kajian dilakukan atas kebijakan akuntansi yang tercermin dalam laporan keuangan (baik konsolidasian maupun nonkonsolidasian, termasuk juga laporan audit) beberapa perusahaan migas di dunia. Laporan yang digunakan adalah laporan antara tahun 2009-2011. Beberapa perusahaan yang dikaji adalah Conoco Phillips (laporan proxy 2011), Total S.A (laporan konsolidasian 2009), Exxon Mobil (laporan keuangan 2010), Chevron (laporan tahunan 2009), dan Statoil (laporan konsolidasian 2010).
3.1.1 Statoil
Statoil adalah perusahaan energi internasional produsen migas & hasil olahan migas yang berkantor pusat di Norwegia. Kegiatan utama Statoil adalah eksplorasi, produksi, distribusi dan pengolahan migas. Perusahaan ini listed di Oslo Stock Exchange dan New York Stock Exhange (NYSE). Dalam laporan
Halaman | 15
konsolidasian 2010, kebijakan akuntansi Statoil bagian penurunan nilai aset tetap (impairment of plant, property, and equipment) disebutkan8,
Individual assets are grouped based on levels with separately identifiable and largely independent cash inflows. Normally, separate cash generating units are individual oil & gas fields or plants. For capitalised exploration expenditure, the cash generating units are individual wells.
Terlihat bahwa Statoil mengelompokkan aset-aset berdasar independensi dalam menghasilkan aliran kas masuk. Wajarnya, UPK merupakan sebuah field (untuk produksi migas – sektor hulu) atau plant (untuk pengolahan migas – sektor hilir).
Untuk aset eksplorasi, UPK adalah sumur.
Statoil menggunakan metode successful efforts untuk pengakuan aset-aset eksplorasi. Pada awalnya, pengeluaran terkait eksplorasi dan evaluasi diakui sebagai aset takberwujud (intangible assets). Biaya geological & geophysical dan biaya eksplorasi lain-lain dibebankan ketika terjadinya. Jika tidak ditemukan cadangan terbukti, maka pengeluaran yang sebelumnya telah dikapitalisasi dievaluasi untuk penghapusan atau penurunan nilai (UPK berdasar sumur). Jika ditemukan cadangan terbukti maka direklasifikasi dari aset takberwujud ke assets under development (aset tetap) ketika memasuki tahap proyek pengembangan9.
Dalam perhitungan nilai terpulihkan, Statoil tetap membandingkan mana yang lebih tinggi antara nilai wajar bersih dan nilai pakai. Namun seringkali nilai terpulihkan merupakan nilai pakai. Nilai pakai ini dihitung berdasarkan future cash flow yang disesuaikan dengan risiko spesifik terhadap aset dan didiskontokan menggunakan tingkat diskonto WACC setelah pajak. Disebutkan bahwa penggunaan tingkat diskonto WACC setelah pajak tidak menimbulkan perbedaan material dengan penggunaan tingkat diskonto material sebelum pajak.
8 Statoil Statutory Report 2010, halaman 14.
9 Statoil Statutory Report 2010, halaman 12.
Halaman | 16
3.1.2 ConocoPhillips
ConocoPhillips adalah perusahaan pemegang cadangan terbukti terbesar ke tujuh di dunia, dan perusahaan energi terintegrasi internasional terbesar ke tiga di Amerika. Berikut ini kebijakan akuntansi atas penurunan nilai aset tetap10 di sektor hulu,
Individual assets are grouped for impairment purposes based on a judgmental assessment of the lowest level for which there are identifiable cash flows that are largely independent of the cash flows of other groups of assets—generally on a field-by-field basis for exploration and production assets, or at an entire complex level for downstream assets. Because there usually is a lack of quoted market prices for long-lived assets, the fair value of impaired assets is typically determined based on the present values of expected future cash flows using discount rates believed to be consistent with those used by principal market participants, or based on a multiple of operating cash flow validated with historical market transactions of similar assets where possible.
Dalam kebijakan akuntansi di atas disebutkan bahwa untuk tujuan penurunan nilai, aset-aset dikelompokkan ke dalam unit penghasil aliran kas yang independen, biasanya untuk aset eskplorasi dan produksi berdasarkan field per field.
Untuk keperluan perhitungan penurunan nilai, nilai terpulihkan pada umumnya didasarkan pada nilai kini aliran kas masa depan, karena biasanya tidak tersedia harga pasar kuotasi untuk aset-aset semacam ini.
3.1.3 Chevron
Chevron adalah perusahaan energi multinasional yang listed di NYSE dan termasuk enam besar perusahaan migas dunia (supermajor). Dalam kebijakan akuntansi bagian penurunan nilai aset tetap dan investasi di afiliasi11 dinyatakan,
From time to time, the company performs impairment reviews and determines whether any write-down in the carrying value of an asset or asset group is required. For example, when significant downward revisions to crude-oil and natural-gas reserves are made for any single field or concession, an impairment review is performed to determine if the carrying value of the asset remains recoverable.
10 ConocoPhillips Notice of 2011 Annual Stockholders Meeting and Proxy Statement 2010, B32.
11 Chevron Annual Report 2009, halaman 29.
Halaman | 17
Terlihat bahwa Chevron menggunakan basis sebuah field atau wilayah kerja penambangan sebagai UPK di sektor hulu.
Untuk aset tetap yang dimiliki untuk dijual, perhitungan penurunan nilai dilakukan dengan membandingkan nilai tercatat dengan nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual. Hal ini dikarenakan secara wajar dan rasional manajemen hanya akan menjual aset tetap dalam kategori ini, sehingga aset dalam kategori ini dipulihkan nilainya hanya melalui penjualan. Sedangkan untuk aset tetap lain dilakukan dengan membandingkan nilai wajar dengan nilai aliran kas masa depan diskontoan. Hal ini dikarenakan tujuan manajemen memakai aset tersebut untuk produksi migas, sehingga secara wajar dan rasional aset ini tidak akan dipulihkan nilainya melalui penjualan.
3.1.4 Exxon Mobil
Exxon Mobil adalah perusahaan energi multinasional yang listed di NYSE. Memiliki cadangan migas sebesar 72 milyar BOE pada tahun 2007, dan termasuk enam besar perusahaan migas dunia.
Exxon Mobil menggunakan cadangan migas sebagai dasar indikasi penurunan nilai di sektor hulu. Penurunan nilai dilakukan atas dasar field per field. Berikut ini kebijakan akuntansi Exxon Mobil12,
The Corporation estimates the future undiscounted cash flows of the affected properties to judge the recoverability of carrying amounts. Cash flows used in impairment evaluations are developed using annually updated corporate plan investment evaluation assumptions or crude oil commodity prices and foreign currency exchange rates. Annual volumes are based on individual field production profiles, which are also updated annually.
Exxon Mobil memperkirakan aliran kas masa depan yang tidak didiskontokan untuk menentukan jumlah terpulihkan. Analisis dilakukan dengan basis cadangan terbukti, dan jumlah cadangan yang disesuaikan dengan risiko dimasukkan dalam evaluasi penurunan nilai.
12 Exxon Mobil Financial Statement and Suplemental Information 2010, halaman F31.
Halaman | 18
3.1.5 Total S.A.
Total S.A. adalah salah satu perusahaan migas terbesar di dunia, dan listed di NYSE. UPK di sektor hulu Total S.A. berdasarkan field, seperti yang dijelaskan berikut ini13,
The CGU of the Upstream segment affected by these impairment are oil fields.
Perhitungan penurunan nilai di sektor hulu Total S.A. menggunakan nilai pakai sebagai nilai terpulihkan, yang mana nilai pakai ini menggunakan aliran kas masa depan diskontoan (discounted future cash flow).
3.2 Paper Publikasi Kantor Akuntan Publik
Kajian dilakukan atas paper publikasi dari kantor akuntan publik (KAP) yang memberikan intepretasi dan panduan praktis penerapan standar akuntansi. Publikasi KAP yang dikaji berasal dari tiga KAP yang merupakan “The Big Four” yaitu PriceWaterhouseCoopers (PWC), Ernst & Young (E&Y), dan KPMG.
3.2.1 PriceWaterhouseCoopers
Berdasar paper publikasi PWC14, terdapat beberapa fakta menarik dalam hal kebijakan penurunan nilai. Untuk penentuan UPK terdapat sebuah panduan yang cukup jelas yaitu,
A CGU is the smallest group of assets that generates cash flows largely independent of other assets or groups of assets. A CGU in a petroleum upstream entity will often be identified as a field and its supporting infrastructure assets. Production, and therefore cash flows, can be associated with individual wells. The field investment decision is made based on expected field production, not a single well, and all wells are dependent on the field infrastructure.
Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa pada umumnya UPK adalah sebuah field termasuk aset infrastruktur pendukungnya. Argumen yang menjadi dasar adalah, karena semua sumur bergantung pada infrastruktur dalam suatu field
13 Total S.A. Statutory Auditors Report on the Consolidated Financial Statements 2009, halaman
28.
14 Realtime: Delivering International Financial Reporting Standards in the Oil and Gas and Utilities Industries, 2006. Paper publikasi pada tahun 2006 masih dianggap relevan dalam hal penentuan UPK dan penentuan jumlah terpulihkan, karena perbedaan IAS 36 yang efektif 1 januari 2009 dan IAS 36 yang efektif 1 April 2004 hanya dalam hal tambahan pengungkapan estimasi yang digunakan untuk menentukan nilai terpulihkan.
Halaman | 19
dan keputusan investasi didasarkan pada produksi field. Jadi walaupun produksi dan aliran kas dapat diasosiasikan dengan sumur individual, hal ini tidak membuat sumur individual menjadi UPK. Oleh karena itu, penentuan sebuah UPK tidak hanya dilihat dari asosiasi aliran kas yang dihasilkan dari kelompok aset (atau aset) terkecil saja, namun juga harus melihat agregasi dari infrastruktur yang digunakan bersama.
Jika perhitungan nilai terpulihkan menggunakan nilai pakai, maka ARO dikeluarkan dari perhitungan, karena tingkat diskonto yang digunakan untuk menentukan ARO dan nilai pakai (nilai kini aliran kas masa depan) bisa jadi berbeda. Oleh karena nilai pakai mengecualikan ARO, maka nilai tercatat yang digunakan sebagai pembanding juga harus sudah dikurangi dengan ARO.
Penentuan perhitungan nilai terpulihkan menggunakan nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual harus konsisten dengan perlakuan ARO. Hal ini dikarenakan ARO merupakan provisi yang dikapitalisasi sebagai cost (biaya) aset. Secara logika, untuk pemulihan nilai melalui penjualan, harga jual aset suatu barang harus lebih tinggi dari biayanya. Biaya dari aset termasuk ARO, sehingga untuk dijual secara wajar dan rasional, harga jual dikurangi biaya menjual harus lebih tinggi dari biaya aset ini.
Intepretasi mengenai perhitungan nilai terpulihkan dan kaitannya dengan ARO dalam publikasi PWC di atas sedikit berbeda dengan intepretasi dari Mirza, Orrell, & Holt. Dalam intepretasi Mirza, Orrell & Holt, ARO dikeluarkan dari nilai tercatat dan nilai pakai, namun tidak dikeluarkan dari nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual. Selanjutnya, penentuan nilai terpulihkan tetap membandingkan mana yang lebih tinggi antara nilai pakai (tanpa ARO) dan nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual. Kemudian, nilai terpulihkan yang sudah ditentukan ini dibandingkan dengan nilai tercatatnya (tanpa ARO) untuk menentukan penurunan nilai.
Jika dilihat secara konsep yang dikemukakan dalam BC IAS 36, maka intepretasi Mirza, Orrell, & Holt paling sesuai dengan konsep tersebut. Namun konsep dari PWC sebetulnya juga tidak salah secara logika. Tetapi jika dilihat secara praktik, yang mana field termasuk infrastrukturnya merupakan UPK, maka
Halaman | 20
nilai terpulihkan tidak akan menggunakan nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual. Hal ini dikarenakan UPK tersebut secara wajar dan rasional tidak akan dipulihkan nilainya melalui penjualan. Sehingga untuk penerapan di praktik, konsep dari PWC dan Mirza, Orrell, & Holt dapat digunakan, yaitu dengan membandingkan nilai tercatat dikurangi ARO dengan nilai pakai tanpa ARO.
3.2.2 Ernst & Young
Paper publikasi E&Y lebih memfokuskan pada penentuan nilai terpulihkan dan perhitungannya. Panduan untuk penentuan UPK hanya didasarkan pada pengaturan dalam IAS 36, yaitu mempertimbangkan sejauh mana suatu kelompok aset memiliki output yang menghasilkan kas yang independen dari unit lainnya, mempertimbangkan agregasi atas dasar penggunaan bersama infrastruktur, dan mempertimbangkan analisis portofolio investasi dari suatu unit.
Untuk perhitungan nilai terpulihkan, E&Y menyebutkan beberapa poin penting yang perlu diperhatikan yaitu15,
1. Jika penentuan nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual tidak praktis, maka nilai terpulihkan dapat menggunakan nilai pakai.
2. Jika menggunakan nilai pakai, maka ARO dikeluarkan dari perhitungan.
3. Tingkat diskonto yang digunakan harus mencerminkan nilai waktu uang dan risiko spesifik atas aset atau UPK. Biasanya, tingkat diskonto yang digunakan adalah WACC.
4. IAS 36 menyarankan untuk menggunakan tingkat diskonto dan aliran kas sebelum pajak. Namun WACC menggunakan tingkat diskonto dan aliran kas setelah pajak. E&Y menyatakan bahwa tingkat diskonto dan aliran kas setelah pajak dapat digunakan jika tidak menghasilkan perbedaan material
dengan tingkat diskonto dan aliran kas sebelum pajak.
Publikasi dari E&Y memberikan panduan mengenai alokasi aset korporat ke dalam UPK. Nilai tercatat dari aset korporat dialokasikan secara pro rata ke nilai tercatat dari kelompok UPK. Pengalokasian ini harus berdasar alasan yang logis dan reasonable, dan harus diterapkan secara konsisten. Publikasi tersebut memberikan contoh ilustrasi penggunakan metode weighted allocation untuk
15 Lihat IAS 36 Impairment testing: practical issues 2011.
Halaman | 21
mengalokasikan nilai tercatat aset korporat ke tiap-tiap UPK16. Metode ini akan digunakan dalam simulasi perhitungan uji penurunan nilai di bab 5.
3.2.3 KPMG
Paper publikasi KPMG menyatakan bahwa UPK untuk aset eksplorasi dan evaluasi bisa jadi field atau wilayah geografis tertentu, asalkan tidak lebih besar daripada segmen operasi entitas. Untuk aset produksi migas, UPK biasanya merupakan sebuah field seperti yang disebutkan berikut ini17,
When testing producing assets or oil and natural gas interests, the CGU is generally the field except where several fields interests are grouped because cash inflows are interdependent. Value in use is generally computed by reference to the present value of the future cash flows expected to be derived from production of proven and probable reserves.
Publikasi tersebut juga menyarankan agar perhitungan nilai pakai menggunakan tingkat diskonto dan aliran kas sebelum pajak.
3.3 Pedoman Akuntansi Lain
Pada Februari 2009, Canadian Association of Petroleum Producers (CAPP) yang bekerjasama dengan Small Explorers and Producers Association of Canada (SEPAC) dan disponsori Chartered Accountants‟? Education Foundation (CA) menerbitkan “Information Guide on Adoption and Implementation of International Financial Reporting Standards for the Canadian Upstream Oil and Gas Industry”, sebuah pedoman yang cukup komprehensif mengenai penerapan IFRS di sektor hulu migas.
UPK merupakan persyaratan penting dalam IAS 36 dan IFRS 6. Dalam pembahasan mengenai UPK, pedoman yang dikeluarkan CAPP ini memberikan beberapa pertanyaan yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi UPK yaitu,
? Are there wells or fields that operate as a single unit through the use of shared infrastructure?
? Are there wells or fields that operate interdependently in a single area?
16 Lihat contoh ilustrasi dalam IAS 36 Impairment testing: practical issues 2011, halaman 16.
17 Illustrative Financial Statements Canadian Full Cost Oil and Gas Industry (March 2009), halaman 47
Halaman | 22
? Are there wells or fields within a common regulatory regime or geographic area as defined by a regulatory authority?
? Is there an active market for intermediate products?
? Are there external users of the infrastructure and processing assets?
? Is there a reasonable basis on which to aggregate assets, e.g., wells, fields, shared infrastructure, etc., and/or activities?
? Is the individual asset or cash-generating activity largely independent and significant to the business?
? How does the entity manage the business, e.g., monitoring operations, areas of interest, investment and divestiture decisions, etc.?
? Have other significant factors been identified and considered?
Pedoman tersebut juga memberikan penjelasan mengenai penentuan UPK yang perlu dicermati seperti misalnya, penentuan UPK harus konsisten tiap periode. Jika terjadi perubahan dalam pengelompokan aset ke dalam UPK, maka perlakuan untuk penerapan perubahan tersebut mengikuti aturan dalam IAS 818 mengenai perubahan kebijakan akuntansi dan harus diterapkan secara retrospektif. UPK juga harus ditentukan berdasarkan aliran kas masuk (cash inflows), bukan aliran kas bersih (net cash flow) atau kas keluar (cash outflows).
Penggunaan infrastruktur yang sama oleh dua unit yang terlihat seakan-akan independen merupakan indikasi bahwa kedua unit tersebut ada dalam satu UPK yang sama. Jika UPK merupakan masing-masing unit, maka penentuan UPK akan ada dalam tingkat yang terlalu kecil. Dampak dari hal ini adalah kemungkinan terjadinya penurunan nilai menjadi jauh lebih besar.
Pertimbangan lain dalam mengidentifikasi UPK adalah agregasi aliran masuk penghasil kas yang saling memiliki ketergantungan dalam sebuah UPK. Pedoman tersebut memberikan contoh sebagai berikut,
If an area in which an entity conducts operating activities contains several fields, some of which are contiguous and share common infrastructure, the contiguous fields in the area might be identified as a single CGU. Another example could be fields or an area having common distribution networks or customers and a management view to develop associated interdependent cash inflows.
18 Konvergen dengan PSAK 25 (revisi 2009): Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi, dan Kesalahan.
Halaman | 23
Beberapa pertimbangan praktis yang disarankan untuk menentukan apakah
suatu UPK berdiri sendiri adalah:
? Infrastruktur yang digunakan secara bersama tidak signifikan.
? Beberapa field atau area mampu menjual produksi tanpa menggunakan infrastruktur yang sama.
? Infrastruktur yang digunakan bersama termasuk dalam kategori aset korporat.
Pedoman yang dikeluarkan oleh CAPP ini juga memberikan sebuah kritik atas pedoman yang dikeluarkan oleh European Union (EU) dalam hal “field” sebagai UPK. Beberapa pedoman akuntansi yang didasarkan pada pedoman yang dikeluarkan EU memiliki kecenderungan untuk menggunakan field sebagai UPK. Untuk perusahaan migas yang berskala besar, field bisa jadi terlalu kecil dan mengakibatkan terlalu banyak disagregasi UPK. Belum lagi istilah field yang digunakan oleh suatu perusahaan migas bisa jadi berbeda lingkupnya dengan perusahaan lain. Untuk itu, penentuan suatu UPK tetap dikembalikan ke pertimbangan sekunder, yaitu apakah terdapat infrastruktur yang bukan merupakan aset korporat yang digunakan bersama oleh sumur atau field atau area untuk menghasilkan aliran kas masuk.
Untuk tujuan uji penurunan nilai, CAPP memberikan panduan mengenai hal yang harus diperhatikan dalam perhitungan sebagai berikut,
For an upstream oil and gas entity, both FVLCTS on a DCF basis and VIU determinations are expected to be supported by the entity’s reserves report provided the report has been prepared by reputable independent reservoir engineers who may use their own assumptions with respect to pricing and other inputs to their economic forecasting models. The reserves report should be based on reasonable and supportable assumptions that represent management’s best estimate, predicated on market assumptions of economic conditions that will exist over the remaining life of the assets.
Untuk tujuan perhitungan nilai terpulihkan berdasar discounted cash flow (DCF), penentuan DCF tersebut harus didukung laporan cadangan migas hingga akhir manfaat aset yang didasarkan pada asumsi yang reasonable dan dapat didukung.
Halaman | 24
4 Analisis
4.1 Pengelompokan Aset
4.1.1 Aset Individual
Telah dijelaskan dalam bab 2, tujuan dari penurunan nilai adalah agar penyajian nilai tercatat aset tidak melebihi nilai terpulihkannya. Pemulihan nilai ini bisa dilakukan dengan dua cara yaitu dijual atau digunakan untuk menghasilkan kas. Oleh karena itu, secara normatif penentuan mana yang lebih tinggi antara nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual (aset dijual) dan nilai pakai (digunakan untuk menghasilkan kas) diperlukan untuk mencerminkan perilaku manajemen yang rasional dan untuk menunjukkan pemanfaatan optimal aset. Penggunaan salah satu dari pemulihan nilai dapat dibenarkan jika, secara rasional manajemen memulihkan nilai aset hanya dengan salah satu cara. Misalnya, ketika nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual lebih tinggi dari nilai pakai, manajemen secara rasional tidak akan memilih untuk menjual aset agar nilai aset tersebut terpulihkan karena manajemen berintensi hanya untuk menggunakan aset tersebut dan tidak akan menjual aset tersebut.
Berdasarkan konsep yang dikemukakan di atas, pengelompokan aset di perusahaan migas harus mencerminkan konsep pemulihan nilai, yang mana pemulihan nilai sebaiknya mencerminkan perilaku manajemen yang rasional. Dalam suatu kasus, keberadaan harga pasar aktif tidak membuat aset tersebut akan dipulihkan nilainya melalui penjualan. Sehingga akan kurang tepat jika uji penurunan nilai dilakukan hanya dengan membandingkan nilai tercatat dengan nilai di pasar aktif tersebut.
Lebih lanjut lagi, jika dikaitkan dengan penentuan nilai wajar, ketersediaan harga pasar aktif bukan merupakan suatu kondisi utama untuk menggunakan harga pasar aktif sebagai nilai terpulihkan. Nilai wajar ditentukan tidak hanya berdasarkan harga pasar aktif. Bisa saja suatu aset tidak memiliki harga pasar aktif namun nilai terpulihkannya menggunakan nilai wajar dikurangi biaya menjual. Berikut ini hirarki penentuan nilai wajar aset berdasar IAS 3619:
19 IAS 36 Impairment testing: practical issues 2011, halaman 8.
Halaman | 25
1. Harga dalam perjanjian jual beli yang mengikat. Harga ini ada untuk aset yang dimiliki untuk dijual. Keputusan untuk menjual aset merupakan indikasi diperlukannya uji penurunan nilai. Jika tidak tersedia maka,
2. Harga pasar kini yang didasarkan pada pasar aktif. Jika tidak tersedia maka,
3. Informasi terbaik yang tersedia untuk mencerminkan jumlah yang dapat diperoleh entitas dari pelepasan aset atau UPK dalam sebuah transaksi yang setara antara pihak-pihak yang berpengetahuan dan berkemauan. Dalam menentukan nilai ini, entitas disyaratkan untuk menentukan “hasil dari transaksi terkini untuk aset yang sama dalam sektor industri yang
sama”.
Jika aset dapat dipulihkan dengan cara dijual dan manajemen secara rasional dapat memilih untuk memulihkan nilai aset melalui penjualan, maka nilai wajar yang ditentukan berdasar hierarki di atas dan telah dikurangi biaya untuk menjual dapat dijadikan sebagai dasar penentuan nilai terpulihkan. Pembandingan nilai wajar dikurangi biaya menjual dengan nilai pakai diperlukan jika aset tersebut dapat dipulihkan dengan cara dipakai, atau belum diketahui apakah dari nilai wajar dikurangi biaya menjual atau nilai pakai yang lebih tinggi dari nilai tercatatnya.
Secara konsep akuntansi, aset yang dikuasai oleh entitas mencerminkan daya untuk menghasilkan pendapatan. Selain itu, setiap aset yang dikuasai oleh entitas pasti akan digunakan untuk menghasilkan kas, baik itu secara individual atau bersama (menjadi unit penghasil kas), atau secara langsung (melalui penjualan) dan tidak langsung (digunakan untuk beroperasi). Berdasarkan konsep dalam IAS 36, aset individual merupakan aset yang dapat menghasilkan aliran kas masuk secara individual dan independen dari aset atau kelompok aset lainnya. Sehingga, seharusnya untuk nilai terpulihkan dari aset individual masih tetap menggunakan nilai pakai sebagai pembanding selain menggunakan nilai wajar dikurangi biaya menjualnya. Oleh karena itu, nilai pakai merupakan faktor utama dari perhitungan nilai terpulihkan untuk aset individual yang bukan merupakan aset tersedia untuk dijual.
Halaman | 26
Jika aset individual merupakan aset yang dapat menghasilkan aliran kas masuk secara individual dan independen, dan nilai wajarnya dapat ditentukan, maka untuk perhitungan jumlah terpulihkan harus membandingkan nilai wajarnya dengan nilai pakai. Jika aset individual ini merupakan aset yang dimiliki untuk dijual, maka nilai terpulihkan dapat menggunakan nilai wajar bersih (nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual) tanpa perlu mempertimbangkan nilai pakai. Konsep perhitungan nilai pakai ini akan dibahas dalam sub-bab selanjutnya.
4.1.2 Aset Tetap Kelompok Unit Penghasil Kas
Unit penghasil kas adalah kelompok terkecil aset yang dapat menghasilkan kas secara independen dari aset atau kelompok aset lain. Dalam bab 2 dan bab 3 telah dibahas bahwa pengelompokan unit penghasil kas jangan sampai dalam lingkup yang terlalu kecil.
Dalam kasus tertentu, unit penghasil kas merupakan struktur20. Jika dilihat dari kelompok aset terkecil yang menghasilkan kas, maka struktur merupakan kelompok aset terkecil yang menghasilkan kas. Hal ini dapat didukung dengan dasar argumen bahwa hasil lifting (penjualan) migas dilihat dari tiap-tiap struktur sebagai unit terkecil yang memproduksi migas. Namun di beberapa field21, tiap-tiap struktur ini menggunakan infrastuktur yang sama dalam menghasilkan kas. Bahkan bisa jadi terdapat beberapa field yang menggunakan infrastruktur yang sama dalam menghasilkan kas. Selain itu, output dari struktur tidak dapat langsung dijual dan masih membutuhkan infrastruktur lainnya untuk bisa dijual. Dalam pedoman akuntansi perusahaan migas kelas dunia yang telah dibahas dalam bab 3, UPK disebutkan dengan kata pada umumnya‟?, normalnya‟?, atau
biasanya‟? merupakan field (struktur atau kumpulan struktur), yang berarti bahwa tidak semua UPK di perusahaan tersebut merupakan field (struktur atau kumpulan struktur). Field yang dimaksud perusahaan migas kelas dunia ini pada umumnya mencerminkan satu wilayah kerja penambangan.
20 Istilah struktur mengacu pada wilayah yang dibawahnya terdapat reservoir migas. Biasanya satu struktur terdiri dari beberapa sumur migas.
21 Istilah field memiliki arti yang sama dengan area, yaitu lapangan migas yang terdiri dari satu atau beberapa struktur.
Halaman | 27
Berdasarkan pedoman dari CAPP yang dibahas dalam bab 3, disebutkan bahwa salah satu pertimbangan untuk mengelompokkan aset adalah agregasi dari unit-unit yang menggunakan infrastruktur yang sama atau jaringan distribusi penjualan output yang sama. Pada umumnya di perusahaan migas, aliran migas diawali dari struktur (yang hasil migasnya diambil melalui sumur-sumur), dipompa ke stasiun pengumpul (SP), stasiun pengumpul utama (SPU), pusat penampungan produksi (PPP) atau terminal. Jika hasilnya gas, maka pada umumnya dari SPU dipompakan melalui stasiun kompresi gas (SKG) ke konsumen melalui pipa. Jika hasilnya minyak bumi, maka dari PPP dipompakan ke kilang atau dari terminal dipompakan ke tanker melalui pipa-pipa. Dari proses ini terlihat bahwa struktur terlalu kecil untuk menjadi UPK. Risikonya, kemungkinan perusahaan untuk mengakui penurunan nilai semakin besar.
Jika dilihat dari aliran migas seperti penjelasan di atas, maka sebaiknya aset-aset dikelompokkan ke dalam UPK mulai dari struktur hingga PPP/terminal (termasuk pipa pompa ke kilang dan tanker) dan pipa saluran gas sebelum pipa konsumen. Aset-aset dalam cakupan ini juga termasuk aset fasilitas produksi yang digunakan bersama. Argumen pendukungnya, karena hasil migas tidak dapat dijual langsung di struktur dan harus menggunakan infrastruktur lain yang digunakan bersama. Untuk minyak bumi, penjualan (lifting) baru bisa dilakukan di terminal/PPP. Untuk gas, penjualan dilakukan di pipa konsumen, dan hasil gas dari struktur kadang belum memenuhi persyaratan kualitas gas dalam perjanjian jual beli gas, sehingga perlu diolah dahulu menggunakan infrastruktur lain. Selain itu, terkadang migas juga didistribusikan melalui road tank. Oleh karena itu, struktur terlalu kecil untuk menjadi UPK.
Menggunakan konsep pengelompokan ini, untuk beberapa kasus, UPK di suatu perusahaan migas bisa jadi sebuah field, karena dalam satu field terdapat beberapa struktur yang produksinya masuk ke satu terminal yang sama. Namun dalam kasus lain, UPK bisa jadi merupakan gabungan dari beberapa field, karena produksi dari beberapa struktur dalam field yang berbeda masuk ke terminal yang sama. Tidak menutup kemungkinan juga bahwa sebuah struktur bisa jadi satu
Halaman | 28
UPK, asalkan struktur tersebut menggunakan infrastruktur sendiri untuk
menghasilkan migas (output struktur yang siap jual).
Berikut tabel kemungkinan klasifikasi UPK,
Dasar|Opsi 1|Opsi 2|Opsi 3|
||||
UPK|Pada umumnya|Pada umumnya field dan|Wilayah Kerja|
|struktur|atau Gabungan field|Penambangan (WKP)|
||||
Argumen|Struktur merupakan|Produksi migas dari tiap|Penghasil kas di satu|
Pendukung|penghasil migas.|struktur diolah|WKP terbatas pada masa|
|Aliran kas masuk dapat|menggunakan|konsesi penambangan.|
|diatribusikan ke|infrastruktur yang|Umur manfaat tiap|
|struktur.|digunakan bersama,|reservoir hanya dibatasi|
|Investasi dilakukan|mulai dari SP-SPU-|selama masa konsesi,|
|atas struktur.|PPP/Terminal, atau SP-|walaupun unit produksi|
||SKG-Konsumen.|migasnya bisa jadi|
|||taktentu.|
|||Perjanjian PSC|
|||berdasarkan kontrak untuk|
|||satu WKP.|
|||Satu WKP terdiri dari|
|||beberapa blok.|
||||
Argumen|Output dari struktur di|Jika dilihat dari|WKP bisa jadi terlalu luas,|
Penolak|belum dapat dijual|penghasil kas, bisa jadi|jika dilihat dari distribusi|
|langsung, dan harus|gabungan field tidak|output dan titik|
|melalui infrastruktur|merepresentasi penjualan|penghasilan output yang|
|yang digunakan|ke pihak tertentu (bisa|menghasilkan kas (bisa di-|
|bersama.|diagregasikan lagi).|disagregasi ke tingkat|
|||yang lebih kecil).|
||||
Implikasi|UPK ada dalam|UPK ada dalam tingkat|UPK ada dalam tingkat|
|lingkup yang kecil, dan|agregasi yang cukup|yang paling luas. Risiko|
|kurang merepresentasi|besar, dan konsep|pengakuan penurunan|
|istilah unit-penghasil-|penurunan nilai ada|nilai jauh lebih rendah.|
|kas, karena struktur|dalam tingkat yang lebih||
|tidak dapat|tinggi (gabungan aset||
|menghasilkan kas|lebih banyak).||
|sendiri.|Risiko pengakuan||
||||
Halaman | 29
Dasar|Opsi 1|Opsi 2|Opsi 3|
||||
|Risiko pengakuan|penurunan nilai lebih||
|penurunan nilai tinggi.|rendah.||
||||
4.1.3 Aset Korporat
Berdasar penjelasan dalam bab 2 dan bab 3 mengenai perlakuan atas aset korporat untuk tujuan perhitungan penurunan nilai, aset korporat harus dialokasikan ke dalam UPK-UPK yang terkait. Metode alokasi yang dapat digunakan adalah metode weighted allocation. Contoh aset yang masuk dalam kategori aset korporat antara lain:
? Aset kantor pusat
? Aset perumahan, gudang, jalan, dan aset lain yang tidak digunakan dalam
kegiatan operasi utama penghasil kas.
Untuk aset tetap korporat yang lebih kecil lingkupnya setara UPK, nilai tercatatnya dialokasikan ke UPK terkait. Untuk aset tetap kantor pusat, nilai tercatatnya dialokasikan ke seluruh UPK.
4.2 Aset Eksplorasi
Aset dalam tahapan eksplorasi dan evaluasi jika ditemukan cadangan terbukti namun belum akan dikembangkan, perlu diuji penurunan nilai jika ada indikasi penurunan nilai (misalnya estimasi cadangan menurun atau tidak akan dilanjutkan ke tahapan berikutnya), atau ketika aset ini akan direklasifikasi ke aset proyek pengembangan. Secara konsep, aset dalam tahapan eksplorasi dan evaluasi memiliki manfaat ekonomik namun belum pasti dan belum dapat digunakan untuk menghasilkan aliran masuk manfaat ekonomik. Sehingga manfaat ekonomik dari aset eksplorasi tidak dapat dilihat pemulihan nilainya baik melalui penjualan maupun pemakaian. Oleh karena itu, pengujian penurunan nilai aset eksplorasi menggunakan analogi aset korporat, yaitu dialokasikan ke UPK terkait. PSAK 64 paragraf 21 menyebutkan,
Entitas menentukan suatu kebijakan akuntansi untuk mengalokasikan aset eksplorasi dan evaluasi ke unit penghasil kas atau kelompok unit penghasil kas untuk tujuan penilaian aset yang mengalami penurunan nilai. Setiap unit penghasil kas atau
Halaman | 30
kelompok unit penghasil kas yang menerima alokasi aset eksplorasi dan evaluasi tidak lebih besar dari segmen operasi yang ditentukan sesuai PSAK 5 (revisi 2009): Segmen Operasi.
4.3 Mekanisme Uji Penurunan Nilai
4.3.1 Indikasi Penurunan Nilai
Review atas indikasi adanya penurunan nilai dilakukan atas aset individual, UPK dan aset korporat, dan aset eksplorasi. Beberapa indikasi adanya penurunan nilai adalah sebagai berikut,
1. Terdapat penurunan produksi yang signifikan dalam suatu UPK.
2. Terdapat bukti kerusakan atau keusangan aset.
3. Perubahan yang memicu penghentian operasi.
4. Penurunan estimasi cadangan migas.
5. Penghentian penggunaan aset melebihi 3 tahun.
6. Penurunan nilai wajar.
Berdasarkan pengelompokan aset yang disarankan dalam kajian ini, untuk UPK dan aset korporat, indikasi penurunan nilai diterapkan dalam tingkat UPK. Sedangkan untuk aset individual, indikasi penurunan nilai dikaji atas aset individual tersebut. Jika terdapat indikasi terjadinya penurunan nilai, maka dilakukan uji penurunan nilai.
4.3.2 Uji Penurunan Nilai
Untuk aset individual, uji penurunan nilai dilakukan dengan membandingkan antara nilai tercatat dan nilai terpulihkannya. Nilai terpulihkan ini ditentukan dari mana yang lebih tinggi antara nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual dengan nilai pakai. Nilai wajar dapat menggunakan harga pasar aktif dikurangi biaya menjual. Sedangkan nilai pakai menggunakan estimasi nilai aliran kas masa depan sebelum pajak hingga akhir masa manfaat aset, yang didiskontokan.
Untuk UPK dan aset korporat, uji penurunan nilai dilakukan dengan membandingkan nilai tercatat dan nilai pakainya. ARO harus dikeluarkan dari nilai tercatat aset sumur sebagai bagian dari UPK. Nilai tercatat aset korporat dialokasikan ke UPK menggunakan metode weighted allocation. Sedangkan nilai
Halaman | 31
pakai ditentukan dengan estimasi nilai kini aliran kas masa depan sebelum pajak hingga akhir masa manfaat aset, yang didiskontokan22.
Untuk aset tahapan eksplorasi dan evaluasi, uji penurunan nilai dilakukan dengan mengalokasikan nilai tercatatnya ke UPK terkait (struktur terdekat atau field terkait).
Estimasi nilai kini aliran kas masa hingga akhir masa manfaat aset yang diharapkan bisa dihitung menggunakan proyeksi aliran kas yang diekstrapolasi berdasar anggaran/perkiraan keuangan yang menggunakan tingkat pertumbuhan untuk tahun-tahun berikutnya23. Estimasi ini didasarkan pada kondisi saat ini, dan tidak mencakup perubahan aliran kas karena restrukturisasi atau perbaikan dan peningkatan kinerja aset. Estimasi ini meliputi24,
a. proyeksi aliran kas masuk dari penggunaan aset;
b. proyeksi aliran kas keluar yang diperlukan untuk menghasilkan aliran kas masuk dari penggunaan aset (termasuk aliran kas keluar yang diperlukan untuk menghasilkan aliran kas masuk dari penggunaan aset (termasuk arus keluar untuk menyiapkan aset agar dapat digunakan) dan dapat diatribusikan secara langsung, atau dialokasikan dengand asar yang rasional dan konsisten, pada aset; dan
c. aliran kas neto, jika ada, yang akan diterima (atau dibayarkan) untuk pelepasan aset pada akhir umur manfaatnya.
Idealnya, pendiskontoan aliran kas yang dihasilkan suatu aset tetap atau proyek adalah menggunakan WACC. Hal ini dikarenakan, WACC adalah tingkat diskonto yang digunakan untuk mengkonversi aliran kas masa depan harapan ke nilai kini, yang merepresentasi penggunaan utang (sumber eksternal) dan ekuitas (sumber internal) untuk pendanaan proyek, aset, atau dalam hal ini UPK. Tingkat diskonto lain adalah CAPM (Capital Aset Pricing Model) biasanya digunakan untuk memperhitungkan tingkat pengembalian ekuitas (return on equity) seperti misalnya saham atau portofolio. Penggunaan tingkat diskonto CAPM akan lebih tepat jika diterapkan untuk perhitungan penurunan nilai instrumen keuangan.
22 Lihat PSAK 48 (revisi 2009) lampiran A, halaman 54.
23 PSAK 48 (revisi 2009) paragraf 36.
24 PSAK 48 (revisi 2009) paragraf 39.
Halaman | 32
Rumus perhitungan|nilai|terpulihkan menggunakan nilai pakai adalah|| sebagai berikut,||||||
PV =|FV*(1 + r)-n|||||| yang mana,||||||
PV|=|nilai kini dari aliran kas masa depan diskontoan = nilai pakai||
FV|=|proyeksi aliran kas dari lifting hingga akhir masa manfaat (ketika||
||cadangan diperkirakan habis) dikurangi proyeksi biaya produksi.||
||Proyeksi lifting ini sebaiknya mencerminkan estimasi terbaik yang||
||memperhitungkan trend produksi dan lifting hingga 2035, dan didukung||
||data cadangan migas yang reasonable. Proyeksi biaya produksi juga||
||harus mencerminkan estimasi terbaik biaya yang diperlukan mulai dari||
||eksplorasi struktur, pengembangan, produksi hingga lifting dengan||
||memperhitungkan trend hingga tahun 2035.|| r|=|tingkat diskonto menggunakan WACC (idealnya).|| n|=|umur manfaat (2035 – tahun perhitungan).||
Tingkat diskonto menggunakan WACC dihitung dengan rumus,||
WACC = (|||)|(||)||
||||||||
yang mana,
WACC = Weighted Average Capital Cost, rata-rata tertimbang biaya modal dari utang dan ekuitas, menggunakan teknik CAPM25.
D = utang
E = ekuitas
V = E + D
Rd = tingkat pinjaman atau return on debt
t = tingkat pajak (tax rate)
Re = return on equity, menggunakan CAPM
CAPM dihitung dengan rumus,
CAPM = Rf + *(Tr-Cr) yang mana,
25 Lihat PSAK 48 (revisi 2009) lampiran A, paragraf A17, halaman 61.
Halaman | 33
Rf = risk free rate (tingkat bunga bebas risiko), diambil dari tingkat
bunga Surat Utang Negara (SUN), karena bebas risiko gagal bayar.
= market re-levered beta (diambil dari industry specific risk)
(Tr-Cr) = total risk – country risk = risk premium
Dalam kondisi pembiayaan proyek atau aset tanpa melalui utang, rumus WACC menjadi,
(||||||) (||||)|||||
|||||||||||||||
(||||)|(||||)||
|||||||||||
(|||)|(||||)||
||||||||||
||||||(|||||)||||
|||||||||||||||
Jika WACC menggunakan teknik CAPM, maka dalam kondisi pendanaan aset tidak melalui utang, tingkat diskonto WACC = CAPM.
Penurunan nilai terjadi jika nilai tercatat > nilai terpulihkan. Untuk UPK, nilai
tercatat dihitung dengan cara,
BV = (BVUPK – ARO) + alokasi BVAKF + alokasi BVAKHO yang mana,
BV = nilai tercatat UPK termasuk alokasi aset korporat
BVUPK = nilai tercatat UPK
ARO = Asset Retirement Obligation
alokasi BVAKF = weighted allocation aset korporat di field ke UPK terkait alokasi BVAKHO = weighted allocation aset korporat kantor pusat ke UPK-
UPK di seluruh WKP
4.4 Dampak PSAK 64: Aktivitas Eksplorasi dan Evaluasi Sumber Daya Mineral
PSAK 64 yang akan berlaku efektif 1 Januari 2012 mengatur perlakuan atas aset-aset dalam tahapan eksplorasi dan evaluasi. Tahap eksplorasi dan evaluasi merupakan tahapan awal dari kegiatan usaha migas. Dalam tahap ini, cadangan
Halaman | 34
migas yang ada di dalam bumi dicari dengan cara pemboran eksplorasi dan dievaluasi kelayakan ekonomisnya untuk tahapan pengembangan dan produksi.
PSAK 64 ini diadopsi dari IFRS 6 fase pertama. Dalam IFRS 6, International Accounting Standards Board (IASB) masih mengijinkan perusahaan migas untuk menerapkan kebijakan akuntansi yang selama ini telah digunakan. Sebetulnya, hal ini menyimpang dari pengaturan dalam IAS 8 (diadopsi ke PSAK 25), yang mana berdasar hierarki perlakuan akuntansi, jika ada standar akuntansi yang mengatur, maka perlakuan akuntansi menggunakan pengaturan dalam standar akuntansi tersebut. Dalam fase pertama ini, kelihatannya IASB masih belum yakin untuk mensyaratkan perusahaan migas agar mengkapitalisasi biaya dalam tahapan eksplorasi dan evaluasi, karena selain cost of compliance akan meningkat, metode ini juga mengakibatkan lonjakan nilai aset di laporan posisi keuangan dalam tahapan awal yang tinggi26.
5. Simulasi Perhitungan Uji Penurunan Nilai
Simulasi perhitungan uji penurunan nilai dilakukan dengan metode pengelompokan aset berdasarkan UPK Struktur, dan UPK field (dan gabungan field).
Berdasar persyaratan dalam PSAK 48 (revisi 2009), uji penurunan nilai dilakukan jika terdapat indikasi penurunan nilai. Dalam kondisi tidak ada indikasi penurunan nilai, uji penurunan nilai akan menjadi tidak relevan. Hal ini dikarenakan aset masih dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan kas hingga jangka waktu yang sangat lama, dan proyeksi aliran kas masa depan untuk jangka waktu sangat lama akan menjadi sangat tidak akurat. Oleh karena itu, perlu dipahami bahwa simulasi yang dilakukan berikut ini hanya untuk tujuan penentuan metode perhitungan yang paling mendekati perysaratan dalam PSAK 48 (revisi 2009).
26 Lihat Basis for Conclusions IFRS 6.
Halaman | 35
Proyeksi aliran kas masa depan yang digunakan dalam simulasi berikut menggunakan beberapa asumsi kondisi kini sesuai dengan persyaratan dalam PSAK 48 (revisi 2009) paragraf 44. Beberapa asumsi tersebut adalah,
- Produksi menggunakan asumsi tanpa adanya eksplorasi baru yang mana terdapat cadangan terbukti yang akan dikembangkan, dan tanpa digunakannya teknologi baru.
- Lifting diasumsikan zero loss dan sama dengan produksi.
- Biaya produksi menggunakan asumsi tanpa adanya penggunaan teknologi baru atau eksplorasi baru.
- ICP dan kurs sangat dipengaruhi faktor eksternal, sehingga sulit diprediksi untuk tren sejauh 23 tahun ke depan.
5.1 Simulasi UPK field dan atau gabungan field
Simulasi paling mendekati konsep “best estimate‟? dapat dilakukan pada UPK field dan atau gabungan field. Sehingga, pembahasan dilakukan terlebih dahulu untuk konsep UPK ini dan akan dilanjutkan dalam sub-bab berikutnya untuk perhitungan UPK Struktur dan Field.
Dalam simulasi ini, field (termasuk struktur didalamnya) menggunakan infrastruktur yang sama dalam menghasilkan kas (SP, SPU, terminal, flow line, fasilitas produksi sehingga field ini merupakan satu UPK.
Tahap 1. Identifikasi aset dan nilai tercatatnya
? Menentukan nilai tercatat UPK field
? Menentukan nilai tercatat Aset Korporat Region Jawa
Tahap 2. Weighted allocation aset ke UPK terkait
||UPK|||Total|||
||||||||
Nilai tercatat||xxxxx||xxxxx||
Umur manfaat|||xxxxx||xxxxx||
Weighting berdasar|||||||| umur manfaat||xxxxx||xxxxx||
Persen Alokasi|||xxxxx||xxxxx||
Alokasi Aset Korporat|||xxxxx||xxxxx||
Nilai tercatat UPK|||||||| setelah alokasi||xxxxx||xxxxx||
Halaman | 36
Tahap 3. Penentuan nilai terpulihkan UPK
Nilai terpulihkan menggunakan nilai pakai yang dihitung dengan rumus PV = FV*(1+r)-n.
Untuk perhitungan r, diketahui:
Rf = diambil dari Surat Utang Negara yang yieldnya sama dengan umur manfaat27
= industry specific risk
Tr = Damodaran total risk & country risk28
Cr = Damodaran total risk & country risk Hitung,
r = Rf + *(Tr-Cr)
? Nilai terpulihkan UPK
FV ditentukan dari proyeksi lifting hingga akhir masa manfaat dikurangi biaya produksinya.
FVminyak = (Lifting Minyak * Crude Price * Kurs) – Biaya Produksi FVgas = (Lifting Gas * harga gas * Kurs) – Biaya Produksi
FV = FVminyak + FVgas
PV = Ʃ?FV*(1+r)-n
Tahap 4. Nilai Tercatat >< Nilai terpulihkan
Bandingkan nilai tercatat dengan nilai terpulihkan hasil perhitungan di atas. Jika nilai terpulihkan > dari nilai tercatat, maka tidak ada penurunan nilai
5.2 Simulasi UPK Struktur
Tahapan dan konsep perhitungan dalam sub-bab ini sama dengan sub-bab sebelumnya.
Tahap 1. Identifikasi aset dan nilai tercatatnya di field & tiap-tiap struktur.
Tahap 2. Weighted allocation aset korporat & Fasilitas Produksi ke UPK terkait
27http://www.bi.go.id/web/en/publikasi/investor+relation+unit/market+data+dan+info/bond+yi[->0] elds/default?bnd=indoa11a35[->1] 28http://pages.stern.nyu.edu/~adamodar/New_Home_Page/datafile/ctryprem.html[->2]
Halaman | 37
Aset Korporat
|||||Weighting|||Nilai tercatat||
||||Nilai|berdasar umur|Persen|Alokasi Aset|setelah alokasi||
|Struktur||Nilai tercatat|sisa|manfaat|Alokasi|Korporat|Aset Korporat||
|A|||23||0,001|Total * % alokasi|Nilai tercatat +||
|||||Nilai tercatat * nilai sisa|||alokasi||
|B|||23||0,106||||
|C|||23||0,129||||
|D|||23||0,010||||
|||||||||
|E|||22||0,001||||
|F|||23||0,014||||
|G|||23||0,173||||
|H|||23||0,005||||
|I|||12||0,213||||
|J|||23||0,010||||
|K|||23||0,047||||
|L|||23||0,000||||
|M|||23||0,159||||
|N|||23||0,025||||
|O|||8||0,054||||
|P|||23||0,055||||
|Total||xxxxxxxxxxxxx||xxxxxxxxxx|1,000|total|total||
Fasilitas Produksi|||||||
||||||||||
||||||||Nilai tercatat||
|||||Weighting||Alokasi|setelah alokasi||
||||Nilai|berdasar umur|Persen|Fasilitas|Fasilitas||
|Struktur||Nilai tercatat|sisa|manfaat|Alokasi|Produksi|Produksi||
|A|||23||0,001|Total * % alokasi|Nilai tercatat +||
|||||Nilai tercatat * nilai sisa|||alokasi||
|B|||23||0,106||||
|||||||||
|C|||23||0,129||||
|D|||23||0,010||||
|E|||22||0,001||||
|F|||23||0,014||||
|G|||23||0,173||||
|H|||23||0,005||||
|I|||12||0,213||||
|J|||23||0,010||||
|K|||23||0,047||||
|L|||23||0,000||||
|M|||23||0,159||||
|N|||23||0,025||||
Halaman | 38
O||8||0,054|||
P||23||0,055|||
Total|xxxxxxxxxxxxx||xxxxxxxxxx|1,000|total|total|
Tahap 4. Penentuan nilai terpulihkan UPK
Nilai terpulihkan menggunakan nilai pakai yang dihitung dengan rumus PV = FV*(1+r)-n.
? Nilai terpulihkan UPK Struktur
FV ditentukan dari proyeksi lifting hingga akhir masa manfaat dikurangi biaya produksinya.
FVminyak = (Lifting Minyak * Crude Price * Kurs) – Biaya Produksi FVgas = (Lifting Gas * harga gas * Kurs) – Biaya Produksi
FV = FVminyak + FVgas
PV = Ʃ?FV*(1+r)-n
Tahap 5. Nilai Tercatat >< Nilai terpulihkan
Pada umumnya, dalam perhitungan UPK per struktur, tidak ditemukan adanya penurunan nilai. Hal ini dikarenakan harga minyak dan gas, serta kurs dalam kondisi kini yang masih tinggi, sehingga Ʃ? present value dari aliran kas masuk bersih dari struktur tinggi. Selain itu, nilai tercatat UPK yang tidak mencerminkan kondisi yang sesungguhnya membuat penandingan nilai pakai menjadi jauh lebih tinggi dibanding nilai tercatat. Oleh karena di struktur tidak ada penurunan nilai.
6 Kesimpulan & Saran
6.1 Kesimpulan
Penentuan UPK perlu memperhatikan faktor agregasi unit yang menggunakan infrastruktur yang sama dalam menghasilkan kas. Jika penentuan UPK terlalu kecil, maka Selain berdampak pada kurang efisien dan efektif untuk tujuan perhitungan uji penurunan nilai, dampak lainnya adalah, risiko pengakuan penurunan nilai menjadi semakin tinggi. Hal ini sejalan dengan konsep yang
Halaman | 39
dikemukakan AFAANZ, semakin banyak aset yang diagregasikan dalam UPK maka semakin kecil risiko penurunan nilai yang muncul.
6.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, kajian ini menyarankan pengelompokan aset untuk tujuan uji penurunan nilai sesuai PSAK 48 (revisi 2009) sebagai berikut:
1. Aset individual: Aset yang dapat menghasilkan aliran kas masuk secara individual dan independen dari aset lainnya.
- Uji penurunan nilai: bandingkan nilai tercatat dan nilai terpulihkan. Nilai terpulihkan ditentukan dari mana yang lebih tinggi antara nilai pasar aktif dikurangi biaya menjual dan nilai kini aliran kas masa depan yang didiskontokan menggunakan WACC.
2. Unit Penghasil Kas: Kelompok aset yang dapat menghasilkan aliran kas masuk yang independen dari aset lainnya.
- Uji penurunan nilai: bandingkan nilai tercatat dan nilai terpulihkan. Nilai tercatat harus dikurangi dengan ARO. Nilai terpulihkan ditentukan dari nilai kini aliran kas masa depan yang didiskontokan menggunakan WACC.
3. Aset Korporat: Kelompok aset yang tidak dapat ditentukan nilai terpulihkannya secara independen dan tidak digunakan dalam kegiatan operasi utama.
- Uji penurunan nilai: nilai tercatat dialokasikan menggunakan metode weighted allocation ke UPK yang terkait. Jika ada penurunan nilai dari UPK terkait, maka penurunan nilai tersebut dialokasikan kembali menggunakan weighted allocation ke aset korporat tersebut.
4. Aset Eksplorasi: Kelompok aset sumur eksplorasi yang memiliki cadangan terbukti dan akan dilanjutkan ke tahap pengembangan.
- Uji penurunan nilai: nilai tercatat dialokasikan ke UPK terkait. Jika ada penurunan nilai dari UPK terkait, maka penurunan nilai tersebut dialokasikan kembali ke aset eksplorasi sesuai porsinya.
Halaman | 40
Argumen dasar pengelompokan di atas dan metode penentuan nilai terpulihkan perlu diungkapkan dalam laporan keuangan, sesuai dengan persyaratan pengungkapan dalam PSAK 48 (revisi 2009).
Untuk tujuan perhitungan uji penurunan nilai (jika terdapat indikasi penurunan nilai), diperlukan data yang mencerminkan best estimates‟?. Beberapa data yang diperlukan untuk uji penurunan nilai antara lain:
- Proyeksi aliran kas dari lifting tiap struktur hingga akhir masa manfaat struktur, yang diekstrapolasi dengan memperhatikan faktor pertumbuhan industri (naik, tetap, atau turun). Data ini sebaiknya dilengkapi dengan data cadangan struktur yang menunjukkan indikasi penurunan nilai.
- Proyeksi aliran keluar kas dari biaya produksi tiap struktur hingga akhir masa manfaat struktur, yang diekstrapolasi dengan memperhatikan faktor pertumbuhan industri. Aliran kas keluar ini termasuk alokasi biaya eksplorasi dan pengembangan yang diperlukan hingga struktur siap diproduksi.
- r (discount rate) yang mencerminkan risiko harga migas, risiko kurs, risiko negara.
Terkait dengan PSAK 64 yang akan berlaku efektif 1 Januari 2012, mengingat bahwa PSAK ini masih tergolong baru dan berasal dari IFRS 6 fase pertama, kajian dan diskusi lanjut sangat disarankan.
Halaman | 41
Referensi
ACCA. CAPM: Theory, Advantages, and Disadvantages. Student Accountant (June/July, 2008). Available at: http://www.acca.co.uk/pubs/students/publications/student_accountant/archive/s[->3] a_jj08_head.pdf[->4]
Accounting and Finance Association of Australia and New Zealand. Impair or not to Impair? Factors affecting the application of IAS 36 in Australia and the United Kingdom (February, 2011). Available at: http://www.afaanz.org/openconf/2011/modules/request.php?module=oc_proce[->5] edings&action=view.php&a=Accept+as+Paper&id=63[->6]
American Petroleum Institute. Glossary of Oilfield Production Terminology (GOT) (Definitions and Terminology)First Edition (January 1, 1998). Available at: http://www.occeweb.com/og/api-glossary.pdf
Aryanto, Yohanes Handoko. A Theoretical Review on the Accounting Standards About Non-Depreciable Assets (June 13, 2011). Available at SSRN: http://ssrn.com/abstract=1863823
Canadian Association of Petroleum Producers. Information Guide on Adoption and Implementation of International Financial Reporting Standards for the Canadian Upstream Oil and Gas Industry (February, 2009). Available at: http://www.capp.ca/getdoc.aspx?DocID=148166
Chevron Annual Report 2009. Available at: http://www.chevron.com/annualreport/2009/documents/pdf/Chevron2009Annu[->7] alReport_full.pdf[->8]
ConocoPhillips Notice of 2011 Annual Stockholders Meeting and Proxy Statement 2010. Available at: http://conocophillips.com/EN/investor/financial_reports/proxy/Documents/Con[->9] ocoPhillips%20NPS.pdf[->10]
Exxon Mobil Financial Statement and Suplemental Information 2010. Available at: http://www.exxonmobil.com/Corporate/Files/news_pub_ir_financial_2010.pdf
Ernst & Young. IAS 36 Impairment Testing: Practical Issues (2011). Available at http://www.ey.com/Publication/vwLUAssets/IAS_36_impairment_testing/$File[->11] /IAS_36_impairment_testing_GL_IFRS.pdf[->12]
Finch, Nigel. An Analysis of Current Disclosure Practices by Large Australian Listed Firms (December, 2006). Available at SSRN: http://ssrn.com/abstract=957188 Finch, Nigel. and Tyrone M Carlin. Goodwill Impairment Testing Under IFRS-A False Impossible Shore? (July 23, 2008). Available at SSRN:
http://ssrn.com/abstract=1173382
IASB. (2009). International Financial Reporting Standards 2009. Available at: http://www.4shared.com/file/vSGVFxi2/ifrs_2009.htm
Ikatan Akuntan Indonesia. (Mei, 2007). Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No.16 (revisi 2007): Aset Tetap. Jakarta: Ikatan Akuntan Indonesia.
----------. (Desember, 2009). Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No.5 (revisi 2009): Segmen Operasi. Jakarta: Ikatan Akuntan Indonesia.
----------. (Desember, 2009). Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No.25 (revisi 2009): Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi, dan Kesalahan. Jakarta: Ikatan Akuntan Indonesia.
----------. (Desember, 2009). Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No.48 (revisi 2009): Penurunan Nilai Aset. Jakarta: Ikatan Akuntan Indonesia.
----------. (Mei, 2011). Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No.64: Aktivitas Eksplorasi dan Evaluasi pada Pertambangan Sumber Daya Mineral. Jakarta: Ikatan Akuntan Indonesia.
KPMG. Illustrative Financial Statements Canadian Full Cost Oil and Gas Industry (2008). Available at: http://www.kpmg.com/CA/en/IssuesAndInsights/Documents/IFRS/Illustrative[->13] %20Financial%20Statements%20-[->14] %20Canadian%20Full%20Cost%20Oil%20and%20Gas%20Industry%20.pdf[->15]
Kvaal, Erlend. 2005. Topics in Accounting for Impairment of Fixed Assets. Series of Dissertations 3/2005. Oslo: BI Norwegian School of Management.
Mirza, Abbas Ali.; Magnum Orrell. & Graham J.Holt. 2005. IFRS Practical Implementation and Workbook Second Edition. New Jersey: John Wiley & Sons, Inc.
PriceWaterhouseCoopers. Realtime: Delivering International Financial Reporting Standards in the Oil and Gas and Utilities Industries (2006). Available at: http://www.pwc.com/gx/en/energy-utilities-mining/pdf/realtime.pdf
Statoil Statutory Report 2010. Available at: http://www.statoil.com/no/InvestorCentre/AnnualReport/OrederReports/Downl[->16] oads/Statutoryreport_2010.pdf[->17]
Suwardjono. 2005. Teori Akuntansi: Perekayasaan Pelaporan Keuangan Edisi 3.
Jogjakarta: BPFE.
Total S.A. Statutory Auditors Report on the Consolidated Financial Statements 2009. Available at: http://www.total.com/medias/medias_infos/3175/en/statutory-auditors-report-[->18] on-the-consolidated-financial-statements-2009.pdf[->19]
Ullah, Subhan.; Syed Umer Farooq. & Murtaza Masood Niazi. An Examination of the IAS 36 Assets Impairment‖? on the Valuation Model Used by Analyst Firms in UK (August 2010). Research Journal of International Studies – Issue 15.
Wiecek, Irene M. and Nicola M. Young. 2009. IFRS Primer: International GAAP basics. Canada: John Wiley & Sons Canada, Ltd.
Weilenberg, Stevan. and Andreas Scholze. Depreciation and Impairment: A Tradeoff in Stewardship Setting (June 26, 2007). Available at SSRN: http://ssrn.com/abstract=996554
Lampiran: Diagram Uji Penurunan Nilai
Apakah terdapat indikasi||||||| penurunan nilai pada periode||Tidak|||Tidak ada penurunan nilai||
|||||||
pelaporan?|||||||
|||||||
Ya
Apakah mungkin untuk|||||Masuk dalam kelompok UPK,|| menentukan nilai terpulihkan aset|||||||
||Tidak|||untuk aset korporat|| individual?||||||| |||||dialokasikan ke UPK||
|||||||
|||||||
Ya
Aset Individual. Lakukan uji penurunan nilai: Nilai tercatat >< Nilai terpulihkan
Nilai terpulihkan (mana yang lebih tinggi):
? Nilai pasar aktif – biaya menjual
? Nilai kini arus kas masa depan sebelum pajak didiskontokan
Uji penurunan nilai:
Nilai tercatat >< Nilai terpulihkan
1. Nilai tercatat: (Nilai tercatat UPK – ARO) + Weighted allocation nilai tercatat aset korporat
2. Nilai terpulihkan: nilai kini arus kas masa depan sebelum pajak didiskontokan
Pengakuan rugi penurunan nilai jika Nilai tercatat aset individual > Nilai terpulihkan
Pengakuan rugi penurunan nilai jika Nilai tercatat UPK > Nilai terpulihkan
Perhatikan jika ada indikasi pembalikan rugi penurunan nilai dalam periode berjalan
Perhatikan jika ada indikasi pembalikan rugi penurunan nilai dalam periode berjalan
[->0] - http://www.bi.go.id/web/en/publikasi/investor+relation+unit/market+data+dan+info/bond+yields/default?bnd=indoa11a35
[->1] - http://www.bi.go.id/web/en/publikasi/investor+relation+unit/market+data+dan+info/bond+yields/default?bnd=indoa11a35
[->2] - http://pages.stern.nyu.edu/~adamodar/New_Home_Page/datafile/ctryprem.html
[->3] - http://www.acca.co.uk/pubs/students/publications/student_accountant/archive/sa_jj08_head.pdf
[->4] - http://www.acca.co.uk/pubs/students/publications/student_accountant/archive/sa_jj08_head.pdf
[->5] - http://www.afaanz.org/openconf/2011/modules/request.php?module=oc_proceedings&action=view.php&a=Accept+as+Paper&id=63
[->6] - http://www.afaanz.org/openconf/2011/modules/request.php?module=oc_proceedings&action=view.php&a=Accept+as+Paper&id=63
[->7] - http://www.chevron.com/annualreport/2009/documents/pdf/Chevron2009AnnualReport_full.pdf
[->8] - http://www.chevron.com/annualreport/2009/documents/pdf/Chevron2009AnnualReport_full.pdf
[->9] - http://conocophillips.com/EN/investor/financial_reports/proxy/Documents/ConocoPhillips%20NPS.pdf
[->10] - http://conocophillips.com/EN/investor/financial_reports/proxy/Documents/ConocoPhillips%20NPS.pdf
[->11] - http://www.ey.com/Publication/vwLUAssets/IAS_36_impairment_testing/$File/IAS_36_impairment_testing_GL_IFRS.pdf
[->12] - http://www.ey.com/Publication/vwLUAssets/IAS_36_impairment_testing/$File/IAS_36_impairment_testing_GL_IFRS.pdf
[->13] - http://www.kpmg.com/CA/en/IssuesAndInsights/Documents/IFRS/Illustrative%20Financial%20Statements%20-%20Canadian%20Full%20Cost%20Oil%20and%20Gas%20Industry%20.pdf
[->14] - http://www.kpmg.com/CA/en/IssuesAndInsights/Documents/IFRS/Illustrative%20Financial%20Statements%20-%20Canadian%20Full%20Cost%20Oil%20and%20Gas%20Industry%20.pdf
[->15] - http://www.kpmg.com/CA/en/IssuesAndInsights/Documents/IFRS/Illustrative%20Financial%20Statements%20-%20Canadian%20Full%20Cost%20Oil%20and%20Gas%20Industry%20.pdf
[->16] - http://www.statoil.com/no/InvestorCentre/AnnualReport/OrederReports/Downloads/Statutoryreport_2010.pdf
[->17] - http://www.statoil.com/no/InvestorCentre/AnnualReport/OrederReports/Downloads/Statutoryreport_2010.pdf
[->18] - http://www.total.com/medias/medias_infos/3175/en/statutory-auditors-report-on-the-consolidated-financial-statements-2009.pdf
[->19] - http://www.total.com/medias/medias_infos/3175/en/statutory-auditors-report-on-the-consolidated-financial-statements-2009.pdf