Free Essay

Business Ethics

In:

Submitted By purwedi
Words 2923
Pages 12
Business Ethics
Makalah Kasus
Lecture:
Dr. Slamet S. Sarwono

Disiapkan Oleh:
Kelompok 4 (Eksekutif B 27 C)
Adam Wicaksono Fawzan Yahya Patria R. Purwedi Darminto

PERSAINGAN YANG DILAKUKAN ANTAR OPERATOR SELULAR KARTU AS (SIMPATI) DAN XL

Beberapa tahun lalu, sebuah iklan Kartu AS yang diiklankan oleh Sule di televisi. Dalam iklan tersebut, ia tampil seolah-olah sedang diwawancarai oleh wartawan. Kemudian ia selanjutnya berkomentar, ”Saya kapok dibohongin sama anak kecil,” ujar Sule yang disambut dengan tertawa para wartawan, dalam penampilan iklannya. Padahal dalam iklan yang memakai Sule sebagai model langsung teringat iklan Kartu XL yang juga dibintangi Sule juga bersama Baim dan Putri Titian. Terjadilah dialog antara Sule dan Baim. “Gimana Im, Om Sule ganteng khan?” tanya Sule. “Jelek!” jawab Baim memperlihatkan muka polosnya. Kemudian Sule memberikan dua buah makanan kepada Baim dengan harapan Baim akan mengatakan ‘Sule ganteng’. Namun Baim masih menjawab apa ada seperti jawaban sebelumnya. “Dari pertama, Om Sule itu jelek. Dari pertama kalau Rp. 25,- XL, murahnya beneran.” jawab Baim lagi, dan seterusnya. Satu orang muncul dalam dua penampilan iklan yang merupakan satu produk sejenis yang saling bersaing, dalam waktu yang hampir bersamaan. Jeda waktu aku menonton penampilan Sule dalam iklan di XL dan AS tidak terlalu jauh bahkan hanya dalam hitungan hari. Ada sebagian orang yang berpendapat apa yang dilakukan oleh Sule tidak etis dalam dunia periklanan. Mereka menyoroti peran Sule yang menjadi ‘kutu loncat’ ala tokoh parpol yang secara cepat berpindah kepada pelaku iklan lain yang merupakan kompetitornya. Sebagian lain berpendapat, sah-sah aja. Namun pada prinsipnya, sebuah tayangan iklan di televisi (khususnya) harus patuh pada aturan-aturan perundang-undangan yang bersifat mengikat serta taat dan tunduk pada tata krama iklan yang sifatnya memang tidak mengikat. Beberapa peraturan perundang-undangan yang menghimpun pengaturan dan peraturan tentang dunia iklan di Indonesia yang bersifat mengikat antara lain adalah peraturan sebagai berikut:
        

UU No. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen UU No. 40 tahun 1999 tentang Pers UU No. 24 tahun 1997 tentang Penyiaran UU No. 7 tahun 1996 PP No. 69 tahun 1999 Kepmenkes No. (rancangan) tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia PP No. 81 tahun 1999 Tentang Pengamanan Rokok Bagi Kesehatan PP No.38 tahun 2000 Tentang Pengamanan Rokok Bagi Kesehatan. Kepmenkes No. 368/MEN.KES/SK/IV/1994 Tentang Pedoman Periklanan Obat Bebas, Obat Tradisional, Alat Kesehatan, Kosmetika, Perbekalan Kesehatan, Rumah Tangga, Makanan, dan Minuman.

Selain taat dan patuh pada aturan perundang-undangan di atas, pelaku iklan juga diminta menghormati tata krama yang diatur dalam Etika Pariwara Indonesia (EPI). Ketaatan terhadap EPI diamanahkan dalam ketentuan “Lembaga penyiaran wajib berpedoman pada Etika Pariwara Indonesia.” (Pasal 29 ayat (1) Peraturan KPI tentang Pedoman Perilaku Penyiaran).

Lembaga penyiaran dalam menyiarkan siaran iklan niaga dan siaran iklan layanan masyarakat wajib mematuhi waktu siar dan persentase yang diatur dalam peraturan perundang-undangan. (Pasal 29 ayat (2) Peraturan KPI tentang Pedoman Perilaku Penyiaran). Materi siaran iklan yang disiarkan melalui lembaga penyiaran wajib memenuhi persyaratan yang dikeluarkan oleh KPI. (Pasal 46 ayat (4) UU Penyiaran). Isi siaran dalam bentuk film dan/atau iklan wajib memperoleh tanda lulus sensor dari lembaga yang berwenang. (Pasal 47 UU Penyiaran). Pedoman perilaku penyiaran bagi penyelenggaraan siaran ditetapkan oleh KPI. (Pasal 48 ayat (1) UU Penyiaran). Siaran iklan adalah siaran informasi yang bersifat komersial dan layanan masyarakat tentang tersedianya jasa, barang, dan gagasan yang dapat dimanfaatkan oleh khalayak dengan atau tanpa imbalan kepada lembaga penyiaran yang bersangkutan. (Pasal 1 ayat (15) Peraturan KPI tentang Pedoman Perilaku Penyiaran) Siaran iklan niaga dilarang melakukan (Pasal 46 ayat (3) UU Penyiaran): a. promosi yang dihubungkan dengan ajaran suatu agama, ideologi, pribadi dan/atau kelompok, yang menyinggung perasaan dan/atau merendahkan martabat agama lain, ideologi lain, pribadi lain, atau kelompok lain b. promosi minuman keras atau sejenisnya dan bahan atau zat adiktif; c. promosi rokok yang memperagakan wujud rokok; d. hal-hal yang bertentangan dengan kesusilaan masyarakat dan nilai-nilai agama; dan/atau e. eksploitasi anak di bawah umur 18 (delapan belas) tahun. Selanjutnya, mengenai pengaturan Etika Pariwara Indonesia (EPI). Intinya, mengenai kasus Sule yang menjadi bintang iklan pada dua produk kompetitor, aku tidak melihatnya sebagai sebuah pelanggaran kode etika pariwara Indonesia (EPI). Namun demikian, yang patut dipersoalkan bukanlah pada peran Sule yang tampil di dua iklan produk sejenis, tetapi pada materi iklan yang saling menyindir dan menjelekkan. Dalam salah satu prinsip etika yang diatur di dalam EPI, terdapat sebuah prinsip bahwa “Iklan tidak boleh merendahkan produk pesaing secara langsung maupun tidak langsung.” Di sinilah yang sebenarnya patut dijadikan sebagai objek pembicaraan dan diskusi. Sebagaimana banyak diketahui, iklan-iklan antar produk kartu seluler di Indonesia selama ini kerap saling sindir dan merendahkan produk kompetitornya.

Contoh Perang Iklan XL vs Telkomsel di billboard Medan

Di dalam EPI juga diberikan beberapa prinsip tentang keterlibatan anak-anak di bawah umur -apalagi Balita- seperti antara lain:
   

Anak-anak tidak boleh digunakan untuk mengiklankan produk yang tidak layak dikonsumsi oleh anak-anak, tanpa didampingi orang dewasa. Iklan tidak boleh memperlihatkan anak-anak dalam adegan adegan yang berbahaya, menyesatkan atau tidak pantas dilakukan oleh anak-anak. Iklan tidak boleh menampilkan anak-anak sebagai penganjur bagi penggunaan suatu produk yang bukan untuk anak-anak. Iklan tidak boleh menampilkan adegan yang mengeksploitasi daya rengek (pester power) anak-anak dengan maksud memaksa para orang tua untuk mengabulkan permintaan anakanak mereka akan produk terkait (lihat halaman 34 EPI). 1. Fungsi Periklanan Iklan dilukiskan sebagai komunikasi antara produsen dan pasaran, antara penjual dan calon pembeli. Dalam proses komunikasi tersebut iklan menyampaikan sebuah ‘pesan’. Dengan demikian kesan yang terlihat pada periklanan terutama bermaksud memberi informasi yang tujuannya untuk memperkenalkan sebuah produk atau jasa. Dalam periklanan dapat dibedakan dua fungsi : fungsi informatif dan fungsi persuasif. Dunia bisnis sering berbicara tentang periklanan bahwa fungsinya yang utama adalah menyediakan informasi. Sedangkan dalam dunia konsumen (khususnya mereka yang lebih kritis) periklanan terutama dilihat sebagai usaha promosi. Namun pada kenyataannya tidak ada iklan yang semata-mata persuasif. Tetapi ada iklan dimana unsur informasi paling dominan, disamping iklan dimana unsur promosi paling mencolok. Iklan tentang sebuah produk baru biasanya mempunyai unsur informasi yang kuat. Dalam iklan yang dilakukan oleh operator selular antara kartu As dan XL dapat terlihat bahwa adanya model yang sama dalam dua iklan yang memiliki produk berbeda. Pada iklan XL model yang digunakan adalah para selebritis yang sedang naik daun dan salah satunya adalah pelawak Sule yang akhirnya ditarik oleh manajemen Kartu As untuk menjadi model produknya. Dalam iklan Kartu As tersebut Sule mengatakan bahwa dirinya telah kapok dibohongi anak kecil yang dalam iklan kartu XL, Sule melakukan percakapan dengan selebriti kecil yang mengatakan bahwa Kartu XL ‘beneran

murahnya’. Maka para penikmat iklan yang juga calon konsumen akan dengan mudah tertarik dengan iklan yang seolah-olah menyindir produk lain. Dan karena model yang digunakan adalah pelawak, maka sebagian penonton menganggap hal teresbut sebagai sesuatu yang menghibur. Sehingga tercampurnya unsur informatif dan persuasif dalam periklanan membuat penilaian etis terhadapnya menjadi lebih kompleks, karena sebagian penonton juga akan berpendapat hal yang dilakukan dalam iklan tersebut etis atau tidak karena menggunakan model yang sama dalam rentang waktu beberapa hari saja. Seandainya iklan semata-mata informatif atau persuasif, tugas etika disini bisa menjadi lebih mudah. Tapi pada kenyataanya tidak selalu demikian, dengan akibat bahwa etika harus bernuansa dalam menghadapi aspek-aspek etis dari periklanan. 2. Periklanan dan Kebenaran Kerap kali iklan terkesan suka membohongi, menyesatkan dan bahkan menipu publik. Periklanan hampir apriori disamakan dengan tidak bisa dipercaya. Tentu saja, pembohongan, penyesatan dan penipuan merupakan perbuatan yang – sekurang-kurangnya prima facie – tidak etis. Berbohong dapat diartikan dengan mengatakan sesuatu yang tidak benar, dan setidak-tidaknya ada dua unsur yang perlu ditambah. Pertama, unsur kesengajaan. Berbohong selalu berimplikasi pengandaian bahwa si pembicara sendiri tidak percaya akan kebenaran dari apa yang dikatakannya. Kedua, supaya mengatakan sesuatu yang tidak benar bisa didefinisikan sebagai berbohong, jika seseorang dengan sengaja mengatakan sesuatu yang tidak benar tetapi ia sama sekali tidak bermaksud supaya orang lain percaya, ia tidak berbohong. Dan hal itu dapat terjadi misalnya dengan orang bercanda. Dalam bersenda gurau, orang sering mengatakan sesuatu yang tidak benar, bukan supaya orang lain percaya, melainkan supaya meraka tertawa. Jika kita ingin mengevaluasi moralitas periklanan, perlu diperhatikan secara khusus unsur ‘maksud’ dalam perbuatan berbohong. Misalnya dalam kasus ‘perang’ operator yang dibahas sebelumnya. Disaat model telah dikontrak oleh operator lain, ia berkata pada pers di iklan tersebut bahwa telah kapok dengan produk di iklan sebelumnya, dan hal tersebut disambut gelak tawa dari pers kemudian ditimpali dengan tawa ‘mengejek’ dari model. Disamping itu iklan juga mempunyai unsur promosi. Iklan merayu konsumen dengan mengimingimingi calon pembeli. Karena itu bahasa iklan menggunakan retorika tersendiri. Misalnya saja iklan operator Kartu As yang menggunakan ‘kalimat’ yang akhirnya mampu diingat banyak orang, seperti “Kiimii” atau “Aku ngga punya pulsaa” dengan nada yang khas atau operator XL yang saat ini sedang gencar-gencarnya mempromosikan kalimat bernada humor seperti “Ciyus?” atau “Miapah?”. Bahasa iklan yang seperti itu membuat penonton selalu teringat dan akhirnya digunakan masyarakat sebagai bahasa yang mampu menghibur, dan hal tersebut tentunya cukup menguntungkan operator kartu selular tersebut. Mengapa? Secara tidak langsung, kalimat yang digunakan banyak orang tersebut setidaknya akan mengingatkan mereka tentang darimana kalimat yang mereka ucapkan itu berasal, kemudian mereka akan menemukan produk dengan ‘kalimat’ yang sering mereka ucapkan. 3. Manipulasi dengan Periklanan Manipulasi yang dimaksudkan disini adalah mempengaruhi kemauan orang lain sedemikian rupa, sehingga ia menghendaki atau menginginkan sesuatu yang sebenarnya tidak dipilih oleh orang itu sendiri. Karena dimanipulasi, seseorang mengikuti motivasi yang tidak berasal dari dirinya sendiri, tapi ”ditanamkan” dalam dirinya dari luar, tidak hanya dimanipulasi bahkan iklan dapat mempengaruhi konsumen dengan memanfaatkan faktor-faktor psikologis seperti status, gengsi, seks. Disini perilaku konsumen di pengaruhi tapi tidak dimanipulasi. Kebebasan konsumen tidak dihilangkan, jarang

terdapat masalah etis, lebih banyak bisa muncul masalah selera rendah (bad taste). Misalnya saja kasus yang terjadi pada sejumlah produsen kecantikan memanfaatkan wajah model ayu untuk iklan. Demi merangsang minat konsumen, tak jarang mereka nekat melakukan manipulasi wajah sang model yang seolah cantik sempurna berkat produk yang dipasarkan. Seperti iklan NatureLuxe Mousse Mascara, yang mengklaim dapat melentikkan dan menambah volume bulu mata hingga dua kali kondisi normal. Iklan itu menampilkan model berparas ayu dengan penampilan bulu mata sesuai klaim. Mereka yang melihat iklan tersebut mungkin akan mengira penampilan mata sang model berkat NatureLuxe Mousse Mascara. Nyatanya, di sisi bawah iklan tersebut tertera pernyataan dalam boks kecil bahwa bulu mata sang model yang tercipta dalam gambar hasil permainan digital Photoshop. Kemudian iklan krim antipenuaan Lancome yang dibintangi Julia Roberts dan iklan krim penutup noda Maybelline dengan model Christy Turlington. Produsen yang bernaung di bawah nama besar L'Oreal itu menampilan wajah 'palsu' Julia Roberts dalam iklan dua halaman di sejumlah majalah. Tim iklan nekat melakukan koreksi digital sedemikian rupa untuk menghilangkan keriput, yang sebenarnya tampak nyata di wajah sang bintang. Sementara tim iklan Maybelline sengaja melakukan manipulasi dengan menyekat-nyekat bagian wajah sang bintang dengan maksud menunjukkan perbandingan antara bagian yang memakai dan tidak memakai produk itu. Bagian yang memakai produk dibuat mulus, sedangkan yang tidak memakai terlihat keriput.

Melihat hal tersebut Menteri Kesetaraan Inggris, Lynne Featherstone, meminta produsen untuk jujur dalam mengiklankan produknya. Maka dalam kasus ini dapat terlihat bahwa produsen memanfaatkan teknologi yang ada untuk memanipulasi dan mempengaruhi konsumen untuk menggunakan produk yang diiklankan. Namun dalam hal ini bukanlah masalah selera yang telah dijelaskan sebelumnya, namun lebih kepada perilaku menyimpang yang dilakukan produsen yang cenderung tidak mencermikan realitas dan kejujuran.

4. Pengontrolan terhadap Iklan Karena kemungkinan dipermainkannya kebenaran dan terjadinya manipulasi merupakan hal-hal rawan dalam bisnis periklanan, perlulah adanya kontrol tepat yang dapat mengimbangi kerawanan tersebut.

a. Kontrol oleh pemerintah Seperti yang dilakukan oleh Menteri Kesetaraan Inggris pada produk kecantikan yang beredar di negaranya dimana antara model yang digunakan pada iklan tersebut kurang sesuai dengan wajah aslinya. Dan di Indonesia sendiri beberapa Undang-Undang telah ditetapkan untuk melindungi konsumen terhadap beberapa produk yang menyalahi aturan, diantaranya telah terdapat iklan tentang makanan dan obat yang diawasi oleh Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan (POM) dari Departemen Kesehatan. b. Kontrol oleh para pengiklan Cara paling ampuh untuk menanggulangi masalah etis tentang periklanan adalah pengaturan diri (selfregulation) oleh dunia periklanan yang biasanya hal tersebut dilakukan dengan menyusun sebuah kode etik, sejumlah norma dan pedoman yang disetujui oleh profesi periklanan itu sendiri, khususnya oleh asosiasi biro-biro periklanan. Di Indonesia sendiri terdapat Tata krama dan tata cara periklanan Indonesia yang disempurnakan (1996) yang dikeluarkan oleh AMLI (Asosiasi Perusahaan Media Luar Ruang Indonesia), ASPINDO (Asosiasi Pemrakarsa dan Penyantun Iklan Indonesia), ASPINDO (Asosiasi Perusahaan Bioskop Seluruh Indonesia), GPBSI (Gabungan Perusahaan Bioskop Seluruh Indonesia), PPPI (Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia), PRSSNI (Persatuan Radio Siaran Swasta Nasional Indonesia), SPS (Serikat Penerbit Surat Kabar) dan Yayasan TVRI (Yayasan Televisi Republik Indonesia). Sedang di Amerika terdapat National Advertising Review Board (NARB) yang disponsori oleh American Association of Advertising Agencies, American Advertising Federation, Association of National Advertisers, dan Council of Better Bussines Bureaus. Tujuannya adalah pengaturan diri oleh para pengiklan. NARB ini menyelidiki semua keluhan tentang periklanan dan memberitahukan hasilnya kepada instansi yang mengajukan keluhannya, dan kegiatan ini diumumkan juga setiap bulan melalui sebuah press release. c. Kontrol oleh masyarakat Masyarakat luas tentu harus ikut serta dalam mengawasi mutu etis periklanan. Dalam hal ini suatu cara yang terbukti membawa banyak hasil dalam menetralisasiefek-efek negatif dari periklanan adalah mendukung dan menggalakkan lembaga-lembaga konsumen, diantaranya yang terdapat di Indonesia (Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia di Jakarta dan kemudian Lembaga Pembinaan dan Perlindungan Konsumen di Semarang). Selain menjaga agar periklanan tidak menyalahi batas-batas etika melalui pengontrolan terhadap iklaniklan dalam media massa, ada juga cara lebih positif untuk meningkatkan mutu etis dari iklan dengan memberikan penghargaan kepada iklan yang dinilai paling baik. Penghargaan untuk iklan tersebut bisa diberikan oleh instansi pemerintah, Lembaga Swadaya Masyarakat, sebuah majalah, atau lain-lain. Di Indonesia sendiri kita mempunyai Citra Adhi Pariwara yang setiap tahun dikeluarkan oleh “Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia”. Dan apresiasi tersebut dapat memberikan pengaruh positif terhadap perusahaan lain untuk dapat berkreasi secara lebih baik.

5. Penilaian Etis terhadap Iklan Suatu penilaian yang diberikan terhadap adanya iklan tidak lepas dari pemikiran moral. Dalam hal ini prinsip-prinsip etis ternyata tidak cukup untuk umenilai moralitas sebuah iklan karena didalam penerapannya banyak faktor lain yang ikut berperan, diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Maksud si pengiklan Jika maksud si pengiklan tidak baik, dengan sendirinya moralitas iklan tersebut menjadi tidak baik juga. Dalam kasus iklan operator seluler, penonton dapat menarik kesimpulan dari iklan tersebut bahwa Sule selaku model dalam iklan sebelumnya merasa kapok atau mungkin tidak puas dengan fitur-fitur yang ada di produk sebelumnya, kemudian ia berpindah ke produk sekarang yang menurutnya jauh lebih memuaskan. Sehingga maksud dari pengiklan dapat diterima dengan jelas oleh para penonton walau dengan pengangkapan yang berbeda, karena sebagian penonton akan berpikir bahwa produk yang baru dengan model Sule bermaksut untuk menjatuhkan produk sebelumnya. 2. Isi iklan Isi iklan harus benar dan tidak boleh mengandung unsur yang menyesatkan, dan tidak bermoral. Dalam persaingan yang dilakukan antar operator seluler Kartu As (Simpati) dan XL, sebagian besar penonton akan menganggap hal tersebut sebagai sebuah lelucon karena model utamanya merupakan seorang pelawak, sehingga isi dari iklan tersebut akan mudah ditangkat. Begitu pula dengan manipulasi yang dilakukan oleh beberapa produk kecantikan, terlihat bahwa hal tersebut dapat mempengaruhi pemikiran penonton karena model yang ditampilkan terlihat ‘sempurna’ dengan produk dan perlengkapan make up yang digunakan dari produk yang diiklankan. 3. Keadaan publik yang tertuju Secara umum bisa dikatakan bahwa periklanan mempunyai potensi besar untuk mengipas-ngipas kecemburuan sosial dalam masyarakat dengan memamerkan sikap konsumerisme dan hedonisme dari suatu elite kecil. Hal ini merupakan aspek etis yang sangat penting, terutama dalam masyarakat yang ditandai kesenjangan sosial yang besar seperti Indonesia. Keuntungan perusahaan menjadi tujuan utama bagi para pengiklan untuk melalukan promosi, namun di sisi lain televisi sebagai media utama yang banyak digunakan para pengiklan adalah media yang tidak gampang dikendalikan dari luar, ditambah dengan adanya televisi dan parabola. Mungkin tidak realistis juga untuk mengharapkan bisa melarang periklanan di TV secara total. Tetapi bahaya ditingkatkannya kecemburuan sosial tidak pernah boleh dilupakan. Hal ini ternyata seringkali masih kurang disadari oleh televisi swasta. 4. Kebiasaan di bidang periklanan Periklanan selalu dipraktekkan dalam rangka suatu tradisi. Dalam tradisi tersebut orang telah terbiasa dengan cara tertentu disajikannya iklan. Sudah ada aturan main yang disepakati secara implisit atau eksplisit dan yang seringkali tidak dapat dipisahkan dari etis yang menandai masyarakat tersebut. Misalnya saja yang terjadi di Indonesia sekarang suatu iklan dinilai biasa saja sedang tiga puluh tahun lalu pasti masih mengakibatkan banyak orang mengernyitkan alisnya. Dalam refleksi etika tentang periklanan rupanya tidak mungkin dihindarkan suatu nada relativistis.

A. KESIMPULAN Berdasarkan uraian mengenai maslah periklanan dan etika bisnis, dapat penulis kemukakan beberapa kesimpulan yakni : 1. Hubungan antara etika dan periklanan sangat erat kaitannya dengan pola kebiasaan terpengaruh dari macam periklanan yang disajikan. masyarakat yang

2. periklanan merupakan pemberitahuan kepada khalayak mengenai barang atau jasa yang dijual, dipasang di dalam media massa (surat kabar atau majalah) atau ditempat umum. 3. Periklanan dan Etika Bisnis merupakan penerapan prinsip-prinsip etika yang umum pada suatu wilayah perilaku manusia yang khusus, yaitu kegiatan ekonomi dan bisnis, terutama yang diterapkan pada media periklanan. 4. Di Indonesia khususnya terdapat permasalahan-permasalahan dalam dunia periklanan terutama menyangkut iklan yang tidak mendidik, iklan yang cenderung menyidir produk lain.

B. SARAN Berdasarkan uraian mengenai periklanan dan etika bisnis dapat penulis kemukakan beberapa saran antara lain sebagai berikut : 1. Sebaiknya pemerintah menerapkan peraturan atau perundangan yang secara tegas mengatur segala yang berkaitan dengan etika dan periklanan 2. Produsen seharusnya tidak hanya memikirkan untuk mendapat keuntungan yang maksimal tanpa melihat dari kepentingan produsen untuk mendapatkan sesuatu yang lebih dari sekedar produk yang diiklankan. 3. Pemerintah serta masyarakat berperan aktif dalam menyaring serta sebagai kontrol sosial bagi pengiklanan produk-produk yang menyimpang bahkan bila telah keluar dari jalur etika yang semestinya.

Similar Documents

Premium Essay

Business Ethics

...According to International Business Ethics Institute, understanding business ethics can be problematic in the sense that, this field is vast, often encompassing many concerns such as corporate governance, social responsibility, reputation management, accurate accounting and audits, fair labor practices and environmental stewardship to name a few. Moreover, it generally addresses the entire scope of responsibilities and obligations that a company has to each of its stakeholders like clients, employees, shareholders, suppliers and the community. To simply define business ethics, it is a form of applied ethics where it inculcates a sense within a company’s employees on how to conduct business responsibly. Business ethics seems easy to understand but when you get to the real one, you could find yourself in a confusing situation. Since the term ethics can pose many definitions in a broad context and it can be difficult to find a common understanding of the term, hence, most companies refer the concept of the term ethics as integrity, business practices or responsible business conduct. After you have known the basic definition of business ethics, you would now begin to know the business ethics of a chosen company. This paper aims to give some views on how Hewlett-Packard, an international company which provides mostly computer technologies worldwide, imposes their generally-established business ethics which means to say that it is enforced to their branches all over the world. Hewlett-Packard...

Words: 297 - Pages: 2

Free Essay

Business Ethic

...Ethics and Integrity in Multinational Companies Silvia Delia OLARU Spiru Haret University, Bucharest, Romania E-mail:olarudelia@yahoo.com Phone: + 40213169793 Elena GURGU Spiru Haret University, Bucharest, Romania E-mail:elenagurgu@yahoo.com Phone: + 40213169785/88 – ext.151 Abstract The good news for multinationals is that globalization is creating more universal standards of business conduct, and these are becoming more rigorous. As more companies adopt these standards, it becomes increasingly important for every multinational to establish companywide core values, standards of behavior, and relevant policies in tune with the rest of the world's ethics and compliance environment. The benefits of an ethical culture outweigh the costs. Globally ethical companies will be those that maintain a strong reputation in all their markets, experience increased employee commitment and loyalty, garner advantages in attracting and retaining customers, and generate superior levels of performance and success. Keywords: globally ethical companies, business conduct, ethical culture, professional standards, corporate code of conduct Introduction Companies operating in foreign countries find that understanding and complying with variant laws, managing employees far from headquarters, serving customers and relating to suppliers and partners in multiple jurisdictions can introduce significant challenges to developing shared corporate values and realizing a truly global culture. Multinational...

Words: 2644 - Pages: 11

Premium Essay

Business Ethics

...Christian Hufford Ethical Issues in Business Business Ethics BA 338 Business Ethics Unit 4 Individual Project August 5, 2014 Professor Loschiavo Pyramid schemes and Ponzi schemes share many similar characteristics in which unsuspecting individuals are fooled by unscrupulous investors who promise extraordinary returns. However, in contrast to a regular investment, these types of schemes can offer consistent “profits” only as long as the number of investors continues to increase. Ponzi and pyramid schemes are self-sustaining as long as cash outflows can be matched by monetary inflows. The basic difference a rises in the type of products that schemers offer their clients and the structure of the two ploys. Ponzi schemes are based on fraudulent investment management services- basically investors contribute money to the “portfolio manager” who promises them a high return, and then when those investors want their money back they are paid out with the incoming funds contributed by later investors. The person organizing this type of fraud is in charge of controlling the entire operation; they merely transfer funds from one client to another and forgo any real investment activities. On the other hand, a pyramid scheme is structured so that the initial schemer must recruit other investors who will continue to recruit other investors and those investors will then continue to recruit additional investors and so on. Sometimes there will be an incentive that is presented as an...

Words: 746 - Pages: 3

Premium Essay

Business Ethics

...|BUSINESS ETHICS | |Individual assignment | | | | | |Topic 1: The factors influencing corporate culture | |LECTURER: |Trangdtt | |STUDENT: |Nguyen Thuy Anh | |ID NO. |FB00163 | |CLASS: |BA0601.2 | I. NATURE AND BACKGROUND OF FIRM: The Coca-Cola Company is the world's largest beverage company and is the leading producer and marketer of soft...

Words: 984 - Pages: 4

Premium Essay

Business Ethics

...------------------------------------------------- ------------------------------------------------- ------------------------------------------------- ------------------------------------------------- College of Business, Hospitality and Tourism Studies ------------------------------------------------- Department of Accounting ACC601 – Corporate Accounting Trimester 2, 2012 Research Assignment 2, (10%) Instructions: ( For Education students only) Note * This assignment is to be carried out in groups of three. * Students are required to choose only one topic, and write a research report, based on the format given. * The assignment must comply with normal academic requirements. Refer to the course outline and regulation concerned with plagiarism and copying! * The assignment is out of 10 marks and carries a weighting of 10% towards the overall assessment. * Hard copy & soft assignments must be submitted on or before 24th July 2012. Your written assignment submission format * Cover page – ID# and full name of group members * Acknowledgement declaration (if any interviews conducted) * Abstract / Value of research ½ page * Your research topic / company * why you choose a particular company/ topic – Rationale/ value of research * Methodology of obtaining research information 1page * Quantitative/ and qualitative analysis * Introduction1page * What is your topic and briefly discuss about that topic(aims...

Words: 407 - Pages: 2

Premium Essay

Business Ethics

...SUBJECT BUSINESS ETHICS PROFESSOR CYRUS GONDA TOPIC UNETHICAL PRACTISE IN FOLLOWING SECTORS: HOSPITAL GROSSERY HOTEL INFORMATION TECHNOLOGY JOURNALISM GYMNASIUM INTERIOR INSURANCE UNETHICAL PRACTISE IN DIFFERENT SECTORS Hospital No profession is more fundamentally rooted in an ethic than medicine. In the 21st century, almost every young American physician graduates from medical school by reciting some version of an oath of ethical behavior first sworn to by doctors in the fifth century B.C. To be sure, the original formulation by the Greek physician Hippocrates is a bit outdated--starting with its invocation of obscure Greek gods and, among many anachronisms, equating treatment with "dietetic measures" and relegating surgery to barbers. Many medical schools have adopted updated versions of the oath, in which not only the language and concepts are modernized but also considerations such as avoiding overtreatment and factoring the patient's economic well-being into the therapeutic relationship are explicitly included in the pledge. Ethical guidelines are central to medical practice because of what one respondent to ACPE's recent poll of physician leaders summarized as the "inherent conflict of interest" between the physician's role as trusted healer and the physician's role as breadwinner--earning a living from the medical knowledge and ministrations applied Case studies: the legal implications for health care's bad business practices Bad, or unethical,...

Words: 4237 - Pages: 17

Free Essay

Business Ethics

...Our group worked very efficiently and effectively together but there is always room for improvement. When we first met, we divided the project into equal parts and set a due date for the written parts. One thing that we could have worked on would be to have more meetings. We feel that if we met maybe one or two more times, we could have gotten all of our issues with the written parts and presentation out rather than communicating though texting and Facebook. Another aspect our group could have improved on would be communication within our group. Although we all finished our parts on time without any conflict, we never got together to bounce ideas off each other and give each other ideas for our parts. We were just assigned the parts and didn’t discuss them until we put it all together. This could have been beneficial to all of us and maybe make the workload less. Overall, we all agreed that our group worked very well together. We started the assignment when it was given to us and finished our parts on time to the best of our ability. We set deadlines and met all together to discuss what our roles were and our meeting were efficient. It was very interesting to meet new people from different parts of the world and work together with them. It was good for all of us to get out of our comfortable groups and come together with people with different interest and ideas with such diverse cultural backgrounds. It was a very realistic representation of what the real world will be like...

Words: 312 - Pages: 2

Premium Essay

Business Ethics

...1) Yes, I believe that Project Share is altruistic in nature and serves the greater good of man and it is also a good business decision for the company. I have postulated some of my thoughts on the writings of Milton Friedman. While I have no objections to giving back to the community and doing social good, I do believe that a majority of the money, time and effort should come from employee contributions rather than corporate dollars used for funds, grants and scholarships. Companies should limit their direct involvement in these activities using just their brand and influence to raise public awareness to the cause, so long as it is consistent with the companies’ values and beliefs. I also believe it is the firm’s primary job is to focus on delivering the highest possible return of shareholder value. If a company cannot produce a profit, or sustain the shareholder’s appetite, then the possibility of promoting a Project Share cannot exist. Everything in the business revolution is predicated on returning value. I should clarify, that my statements above are based upon the fact the companies in discussion are publicly traded and not private entities. Private entities, which include partnerships, limited liability corporations and other non-traded companies with limited employees and owners who are the sole shareholders, can operate as the social responsibility doctrine as they see fit. 2) Milton Friedman’s, belief was that the one and only one social responsibility of a...

Words: 613 - Pages: 3

Free Essay

Sylabus for Business Ethic

...FACULTY OF ECONOMIC AND BUSINESS UNIVERSITY OF LAMPUNG  MANAGEMENT DEPARTMENT   COURSE  COURSE CODE  SCHEDULE AND CLASS  NAMA DOSEN / EMAIL  WEBSITE / POWER POINT/   TEACHING MATERIAL  BUSINESS ETHICS  EBM 612217 / 3 Credit  BILLINGUAL F103 Room / Friday 13:30 – 16:00 AM  MUDJI RACHMAT RAMELAN, S.E., MBA. / muji@feb.unila.ac.id  Dina Safitri, S.E, M.I.B.  http://silabus.fe.unila.ac.id Business Ethics: Concepts and Cases (7th Edition) 2012 by Manuel G.  Velasquez,  ISBN‐10: 0205017665, ISBN‐13: 978‐0205017669, Pearson  International Edition  2st (even) Semester of 2013/2014    SEMESTER       Course Description    Business ethics course is thinking or reflection about morality in business and economic activities, where  morality is defined as good aspects and / or bad aspects, commendable or reprehensible that the  human behavior is to be allowed or not allowed.    In a business context, the quest for profit is a reasonable component of each business venture, so often  ignored and passed all requirements of morality. The study of business ethics is expected to provide  impact on student behavior as actors of business in the future, so it is expected that the course will  broaden students thinking that will create an actors of economy and business that can hold on to moral  virtues.    Course goal     On completion of course the students will be able to   Knowing and expressing the concept of business ethics both generally and specifically.   Identifies the elements associated with the business ethics...

Words: 484 - Pages: 2

Premium Essay

Siemens - Business Ethics

...sector nationally and in the region. Siemens' overall involvement in the region dates back almost 140 years. The company's name first became known through the construction of the Indo-European telegraph line from London to Calcutta in 1870. Siemens' first office in what is now Pakistan opened in 1922. The Siemens Pakistan Engineering Company Ltd. was founded in 1953 as a private company, and in 1963 the company was reorganized as a public limited company. Introduction and purpose: This Code of conduct (Ethics) of Siemens Pakistan Engineering Co. Ltd. ("the Company") helps in maintaining and following the standards of business conduct of the Company. The purpose of the Code is to deter wrong-doing, promote ethical conduct in the Company and ensure compliance with the legal requirements, the matters covered in this Code are of the utmost importance to the Company, its stakeholders and business partners. Further, these are essential so that the Company can conduct its business in accordance with its stated values and its legitimate interests. Applicability: The Code is applicable to the following persons unless repugnant to the context or specified otherwise in this code: (a)Members of the Board of Directors of the Company; and (b)Senior Managerial Personnel i.e. all members of management at including all functional heads and such other...

Words: 7790 - Pages: 32

Premium Essay

Business Ethics

...BUSINESS ETHICS Name Institution of Affiliation Introduction The business environment is changing to embrace ethical conduct in the performance of duties and activities of individuals in professional setting. Nowadays, companies are exposed to public scrutiny where their corporate social responsibility and social accountability are assessed. A shift towards rethinking the various functions of a business entity to encompass ethics into their daily management activities has been undertaken as entities seek to be market leaders. Business ethics encompasses the relationship the company has with the employees, customers, shareholders and the community. Business ethics is the analysis of business activities and situations where issues pertaining what constitute a right or wrong act are dealt with through institutional processes (Jennings, 2011). Consequently, ethics involves ascertaining good practices from bad practices based on the context of morals. On the other hand, moral conduct is the behaviour exhibited by human beings that can either be right or wrong depending on the context whereas business ethics. Business ethics can be viewed from two distinct perspectives; descriptive ethics and normative ethics. Normative ethics ascribes to the justification of moral systems whereas descriptive ethics depicts what ethical practices are. Ideally, the paper will delve into more details concerning what business ethics entails and the importance of business ethics...

Words: 1492 - Pages: 6

Premium Essay

Business Ethics Assignment

...Higher Education Assessment | School: | Hospitality, Tourism and Sport | Awarding Body: | Lancaster University | Module Code: | TH4MD013 | Programme Title: | Foundation Degree Hospitality and Licensed Retail Management | Occurrence: | 13/15 | Module Title: | Business Ethics and Social Responsibility | Weighting: | 100% | Assessment Title: | Corporate Social Responsibility | Assessment No. | 1 | fds | Tutor Details | Name | Ian Mills | Telephone No. | 504481 | | Email | Ian.Mills@blackpool.ac.uk | Room | SB110 | | Internal Verification (IV)For Staff Use Only | Assessment Brief IVMust be internally verified prior to distribution to students | IV Name: | Beverley Heinze | | | Date: | | | Student Submission IVTo be completed if the assessment submission forms part of the IV sample | IV Name: | | | | Date: | | | Assessment Distribution, Submission & ReturnPlease note that late submissions may incur a penalty as defined within the assessment regulations of the awarding body | Distribution Date: | Monday 19th January 2015 | | Submission Time: | Midnight | | Submission Date: | Friday 15th May 2015 | | Submission Point/Location: | Moodle | | Feedback Week Commencing: | Week commencing Monday 1st June 2015 | | Student Number: | | Student Name: | | | Assessment RecordFor Staff Use Only. All assessment grades are subject to ratification by the College board of examiners and the awarding body. | Grade Awarded:...

Words: 842 - Pages: 4

Premium Essay

Business Ethics

...The success of modern business is apparent, but recently there is much concern in the business-and-society literature and in the general press on whether business fulfils its social role responsibly. Business ethics, corporate social responsibility and corporate governance movements have been developed in recent decades as responses to a growing sense of corporate wrongdoing. This paper attempts to explain why the three movements seem yet to have generated little in the form of widely accepted prescriptions for improvement of business behaviour to the satisfaction of the “constituents” of business, i.e. the major stakeholders. Without denying the usefulness of any of the three movements, the paper suggests that there are weaknesses in all three, especially concerning the way they conceive modern business operation. To this end business pluralism, responsive codes of practice and re-examination of the assumptions (conditions) of business operation could be helpful. In the business literature there is a major strand that celebrates business strength and seeks formulae for success. This strand was manifested in the Scientific Management tradition dating from Frederic Taylor’s work in the early twentieth century (Taylor, 1911) and continued through the Human Relations studies of Elton Mayo that sought to find growth through taking care of the “people dimension” (Roethlisberger and Dickson, 1939). The tradition was further developed following the publication by Peters and Waterman...

Words: 1693 - Pages: 7

Premium Essay

Business Ethics

...Running head: Ethical and Moral Issues in Business * Ethical and Moral Issues in Business MGT/216 * Ethical and Moral Issues in Business * In this paper I will address the following topics: the differences between moral and ethical issues, the differences between business ethics and personal ethics and list some examples of ethical issues in today’s business environment. The line between morals and ethics may seem blurred; however, some differences between the two do exist. Morals are defined as one’s personal values or beliefs. These values are typically established by religious beliefs or family influences. Ethics are defined as guidelines for behavioral standards. These guidelines are usually set in place by a specific group or groups of people. For example, businesses usually have a specific code of ethics that may differ from a religious group’s code of ethics. What is acceptable for one group or organization may be unacceptable to others. Business ethics are defined as codes or guidelines used to govern behaviors and practices within any given company. Typically all companies abide by a written code of ethics. These codes are used to ensure that employees understand and practice acceptable behaviors in the workplace. Usually a company’s code of ethics is influenced by the culture surrounding that business. In the business world, personal ethics will sometimes be put aside for the greater gain of the...

Words: 669 - Pages: 3

Premium Essay

Business Ethics

...on ethics by the Santa Clara University, a number of years ago sociologist Raymond Baumhart conducted a survey asking people about what they think of ethics. The results showed many people linking ethics to their feelings, their religion and standards set by the society (Manuel et al, para. 2). Manuel Velasquez and other authors of an article published by the Santa Clara University on business ethics pointed out flaws in the responses. They believed that feelings sometimes deviate from ethics because a person may feel to do something that is not right (Manuel et al, para. 4). Moreover, they argued that most religions advocate high ethical standards, yet these standards cannot be identified with religion because if they were, they would have only applied to religious people (Manuel et al, para. 5). Finally, saying that ethics are standards that a society set was proved wrong as the standards of behavior in a society can diverge from ethics, considering Nazi Germany which was a society that became morally corrupt (Manuel et al.). This was what ethics are not. Then, what are ethics? Ethics are the well founded standards that are backed up by consistent and well founded reasons. These standards include rights, obligations, honesty, fairness, benefit to society or specific virtues. For example, the rights may include right to life and right to freedom whereas reasonable obligations may include abstaining from stealing and fraud (Manuel et al, para 7). The application of ethics is not...

Words: 3013 - Pages: 13