“Maukah kau bila kuceritakan bagian inginku ?
Maukah kau menyimak dengan sabar dan maklum ?
Maukah kau tahu sesuatu yang luar biasa dalam pengalaman hidup?
Aku akan mulai mengurainya sedikit demi sedikit dengan jari jemariku”…

Ia adalah sebuah naungan ilmu yang dirahmati.. tak banyak yang mengenalnya melainkan segelincir orang di kota ini.. dan tak banyak pula yang menaruh kepercayaan setelah mengetahui.. bahkan adapun yang mengenalnya dan sempat bernaung ke dalamnya,, namun perlahan pergi tanpa alasan… kata sang guru semua karena masalah hati…
Naungan itu mengajari orang untuk selamat.. setiap hari naungan menuntut untuk keras dalam berhukum.. dan itu terbukti melalui pengamalan yang dilakukan.. aku tak mengerti dengan ketidakpercayaan orang-orang akan kedalaman ilmu.. apa mereka tak merenung sedikitpun tentang ilmu yang diberikan setiap hari.. tentang perangai sang guru,, tentang tindak tanduk guru yang dengan mata telanjang pun dapat menilai bahwa ia memang seorang wali..
Aku belum pernah bernaung di dalamnya,, bahkan melintaspun tak pernah.. aku hanya terus mendengar sedikit demi sedikit tentangnya.. namun tak mengapa,, aku tetap menanti hingga orangorang sekitarku mengizinkan.. Apapun yang telah ditentukan akan sampai dan terjadi.. jika tidak, maka ia takkan pernah sampai kepadaku..kalaupun naungan itu takkan sampai kepadaku dan izin tak pernah diberikan sampai Izrail mengetuk pintu rumahku,aku akan tetap bahagia karena memiliki rindu yang berharga akan bernaung di tempat mulia.. Semoga kelak aku dikumpulkan bersama naungan mulia itu, sang guru dan para penaung yang kurindu selama hidup..
Naungan itu kini semakin terkikis dari para penaung.. dan memang kata sang guru,, dari sekian banyak para penaung, hanya ada sedikit yang akan teguh beernaung pada akhirnya… aku tak pernah peduli tentang perkataan orang mengenaiku,, katanya aku obsesi, fanatic, dan berlebihan… menurutku, komentar merekalah yang berlebihan.. lalu dimanakah letak kesalahan bila aku terobsesi pada kebenaran, aku fanatic pada hakikat tujuan para manusia,, aku berlebihan pada jalan yang dapat mengajariku untuk selamat.. hanya manusia bodoh yang tak ingin bernaung jika ia tau tentang ini…hanya manusia dungu yang keras hati tak iingin berniat bernaung…
Dalam setiap gerak gerik sang guru penuh adab, wara’ ( menjaga diri dari maksiat ), dan sesuai syariat.. apa itu tak pantas dipercaya? Apa kalian sudah buta ? kata syeik Jailani, “ Batu kah kalian ? “. Namun dalam keseharian para penaung, dan yang berilmu, mereka tak terlihat sebagai yang berilmu, dengan pakaian tanpa sorban dan identitas, tak dapat diketahui.. begitulah seharusnya para pemimpin ilmu yang menutupi potensi dan tidak berlaku riya’..
Yang telah sampai .. dan yang telah bernaung.. maka kalian memiliki kesempatan emas.. untuk terus berkumpul bersama orang orang yang dekat dengan syariat, yang teguh memegang akidah,, yang setiap perkataan mereka tak bisa semraut.. apa yang diajarkan dalam naungan itu, adlaah apa apa yang akan mengantarkanmu pada Rasulullah, karena nasab para guru dan yang dipelajari akan sampai pada Rasulullah.. dan jangan pernah berpaling dari bernaung.. karena hati akan menjadi hitam dan iblis akan tertawa terbahak-bahak melihat kebodohan kalian yang memiliki kesempatan.. sungguh.. para iblis dan sekutu sangat geram terhadap naungan dan sang guru,, namun mereka takut terbakar jika mendekat.. itu karena api tauhid yang menaungi para penaung..karena itu,, jangan pernah kalah akan diri kalian jika hendak berpaling dan merasa jenuh.. bahkan kalau perlu bunuh diri yang jenuh, cabik jiwa yang malas dan enggan menuntut ilmu, dan hanya ingin menggila bersama dunia..
Setiap hendak bernaung, jadilah dirimu si miskin,, lepaskan segala apa yang ada padamu.. perilaku, tabiatmu, kebiasaanmu, keinginanmu, hartamu, jiwamu, nasabmu.. pergilah bernaung seperti seekor burung yang kelaparan di pagi hari dan akan kembali dengan perut kenyang pada sore hari….
Dan kini Bagaimana denganmu,,
Maukah Kau Bernaung saudariku ???