Liverpool yang dahulunya merupakan salah satu kota besar di Eropa, dalam dekade terakhir telah mengalami penurunan dalam segala hal misalnya ekonomi, masyarakat yang beradab dan ketenaran. Hampir satu dekade lalu, Liverpool mewakili kota yang tidak bisa menjemput kesempatan, masa depan palsu, kurang berprestasi dan underinvestment. Pertarungan politik yang buruk, kurangnya investasi di kota ini dan banyaknya orang berbakat yang meninggalkan kota meningggalkan persepsi negatif.
Menyadari hal itu, pada tahun 2004 Liverpool bangkit dari keterpurukan yang menghancurkan kota mereka sendiri. Mereka memulai proses renaissance dalam waktu proyeksi 4 tahun dalam pembangunan pusat kota Liverpool, dan merupakan proyek regenerasi terbesar di eropa dalam 60 tahun terakhir. Mereka memulainya dengan kepempinan yang visioner, penghargaan budaya filip pada tahun 2008 sebagai ibukota budaya eropa dan pengembang sektor swasta yang siap untuk berinvestasi.
Kontras dengan masa liverpool yang lama dengan yang ada hari ini yaitu percaya diri, mempunyai tujuan, ambisi nyata dan keyakinan bahwa pada akhirnya semua sudut akan berubah dalam waktu panjang. Dengan adanya award kota budaya eropa membawa keuntungan ekonomi serta mengalami peningkatan pengunjung. Banyak arena yang dibangun dalam meregenerasi kota ini. Sekarang mereka memiliki sebuah arena konfrensi center yang baru, pelabuhan kapal yang dapat membawa pengunjung ke kota dan lain sebagainya. Ini membuat persepsi yang lebih baik dan citra yang positif dari masyarakat setempat dan media nasional.
Liverpool terkenal dengan kota budaya dan warisan arsitekturnya dan masih menduduki peringkat satu sebagai salah satu kota terbaik di Inggris untuk perlindungan seni dan musik. Menawarkan bangunan yang indah dibanding kota manapun di Luar London, sebuah kota warisan dunia dan diantara para wisatawannya adalah posis keenam yang paling banyak dikunjungi di UK. Padahal pada tahun 2004, Liverpool masih memiliki kebutuhan mendesak untuk melakukan perubahan.
Pemimpin kota saat itu Grosvernor menyadari bahwa mereka memiliki sebuah perusahaan (liverpool) yang memiliki komitmen dan keterampilan untuk memberikan produk yang benar. Grosvenor pun tahun bahwa dengan pengembangan yang sangat banyak melalui usaha komersial akan memberkan keuntungan dari investasi jika tidak dalam jangka pendek namun akan terasa dari waktu ke waktu. Banyak dari investor dari sektor swasta yang ikut ambil mempunyai andil dalam pemngembangan kota ini. Pengembang mempunyai tantangan yang berat untuk menyelesaikan pembangunan agar Kota budaya eropa ini dapat selesai tepat waktu. Modalnya sedikit lebihnya sekitar 4 tahun untuk membangun dan membujuk para wisatawan untuk kembali ke liverpool berbelanja dan menghabiskan waktu senggang mereka.
Liverpool mempunyai branding nama yang sangat mudah diingat yaitu “Liverpool One”. Liverpool menggambarkan kota tersebut yang memang dunia telah mengenal mereka dan One untuk mencerminkan pemikiran di balik aturan baru - yang adalah menjadi yang terbaik atau nomor satu. Banyak nama yang dipertimbangkan untuk Liverpool One, tetapi masing-masing haruslah membangun arti sebuah merek dari kesadaran posisi yang nol atau rendah. Logo merekapun simpel berupa angka 1, yang dirancang agar terlihat simpel, terkenang dan dengan mudah diterima.