Hubungan Antara Tipe Kreativitas Adaptif-Inovatif Model Kirton Dengan Inovasi Organisasi Di Kompas.Com Jakarta
In:
Submitted By andrewsmart Words 13608 Pages 55
BAB I
PENDAHULUAN
I.A. Latar Belakang Penelitian Perkembangan informasi di era globalisasi sekarang ini sangatlah pesat. Perbedaan yang terlihat antara perkembangan informasi saat ini di era globalisasi dengan sebelum era globalisasi adalah kecepatan, keakuratan dan kemudahan informasi yang diperoleh. Fenomena tersebut sering disebut dengan globalisasi informasi (Ikkenbery, 1999). Simon (2003) mengatakan bahwa salah satu ciri masyarakat pasca-industri adalah informasi dan pengetahuan. Proses peralihan ke era masyarakat informasi (information society) di Indonesia saat ini memang dirasakan luar biasa cepat. Salah satu faktor yang menyebabkan munculnya globalisasi informasi adalah teknologi yang memungkinkan setiap orang bisa memperoleh atau mengakses informasi secara cepat dan murah. Kemajuan teknologi memang dirasakan kian pesat dari hari ke hari dan potensi pemanfaatannya pun makin luas. Saat ini, dengan perkembangan teknologi yang ada, seseorang dimungkinkan untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan dalam hitungan detik. Hal ini tentu membuka peluang pengaksesan, pengelolaan, dan pendayagunaan informasi dalam jumlah yang tak terbatas. Dalam konteks ini teknologi informasi akhirnya menjadi faktor yang penting sekaligus menentukan. Informasi-informasi yang selalu berkembang dan bertambah setiap harinya tersebut sangatlah penting untuk diketahui oleh masyarakat. Namun yang perlu menjadi catatan adalah tidak semua informasi yang beredar di masyarakat itu selalu berguna maupun benar. Oleh karena itu dibutuhkan media massa yang akurat dan terpercaya dalam pemberitaan informasi yang ada. Informasi-informasi yang setiap harinya didengar dan dilihat dapat diketahui dari berbagai macam sumber, seperti dari orang lain maupun media-media di masyarakat. Media itu sendiri berasal dari bahasa latin Medius yang secara harafiah berarti tengah, perantara, atau pengantar. Menurut kamus bahasa Indonesia pengertian media adalah alat / sarana komunikasi yang digunakan sebagai perantara atau penghubung antara dua pihak atau lebih. Media yang digunakan sebagai sarana komunikasi dengan masyarakat disebut sebagai media massa. Gamble, Kwal, dan Michael (2002) mengatakan bahwa jenis media massa terbagi menjadi 2 yaitu media massa tradisional dan media massa modern. Surat kabar, majalah, radio, dan televisi merupakan contoh dari jenis media massa tradisional. Sementara internet dan telepon selular (mobile phone) merupakan contoh dari media massa modern. Peran media massa sebagai salah satu sarana penyampaian informasi di masyarakat sangatlah penting. Surat kabar, majalah, radio, dan televisi sejak dulu telah berperan sebagai media komunikasi yang mencakup berbagai elemen masyarakat. Namun seperti yang telah dijelaskan diatas bahwa dengan seiring berkembangnya teknologi, maka saat ini media massa modern (internet dan mobile phone) dengan sangat cepat merambah di masyarakat. Salah satu perusahaan yang bergerak di bidang media massa modern tersebut adalah Kompas.Com. Kompas.Com didirikan pada bulan September 1995, dengan nama Kompas On-Line. Semula Kompas On-Line dibentuk untuk mengakomodasi para pembaca Harian Kompas yang terlambat membaca Kompas. Sebagaimana pada versi cetak, Kompas On-Line (KOL) juga sudah mulai memiliki pembaca dari berbagai kalangan sepeti kalangan menengah ke atas, pelaku bisnis, dan bahkan ada juga pelajar-pelajar yang mulai membaca Kompas On-Line (”Profil Kompas.com”, 2010). Pada awalnya Kompas cetak maupun KOL merupakan satu kesatuan yang saling memperkuat. KOL pada masa tersebut berperan untuk meluaskan rentang jangkauan dan kecepatan kehadiran Kompas cetak. Untuk sebuah negara dengan keadaan geografis yang sangat luas seperti Indonesia, distribusi koran (media cetak) senantiasa menghadapi tantangan. Kompas kemudian melihat peluang yang sangat besar dari potensi media massa modern dalam bentuk internet tersebut. Mulai berkembangnya infrastruktur telekomunikasi di Indonesia memungkinkan dioperasikannya secara luas jasa internet di tanah air. Pada akhir tahun 1997, dengan semakin berkembangnya teknologi informasi, manajemen Kompas memutuskan untuk mengembangkan KOL menjadi sebuah perusahaan yang berdiri sendiri, yang diberi nama PT. Kompas Cyber Media (PT.KCM) dengan URL http://www.Kompas.Com. Pada bulan Agustus 1998, Kompas Cyber Media diluncurkan kembali dengan pengembangan pada isi, desain, dan strategi iklan yang baru. Fitur-fitur dan fasilitas baru terus ditambahkan secara berkala. KCM tidak lagi hanya berperan untuk menampilkan berita melainkan juga ingin memposisikan dirinya sebagai one-stop shop untuk membangun dan mengelola website dengan layanan seperti: Pembangunan isi website, membuat atau mendesain iklan dan copyright, pemasangan iklan, website design dan hosting, produksi dan pengelolaan website, site positioning, dan memfasilitasi e-Commerce (”Profil Kompas.com”, 2010). Semua hal tersebut dilakukan oleh KCM sebagai perusahaan berbasis pada profit oriented (berorientasi pada keuntungan) yang harus terus maju dan berkembang untuk menghadapi persaingan bisnis yang semakin ketat. Setiap tahunnya KCM terus menerus melakukan perubahan agar menjadi perusahaan yang selalu berkembang. Menurut Febri, staff HRD Kompas.Com, ”KCM secara konsisten melakukan banyak sekali perubahan-perubahan baik dalam inovasi di bidang produk, proses, pemasaran, dan manajemen” (komunikasi pribadi, 24 November 2010). Setelah beberapa kali melakukan perubahan, akhirnya pada 29 Mei 2008, KCM resmi berubah nama menjadi Kompas.Com. Kompas.Com lahir dengan tampilan yang lebih segar dengan tetap mengedepankan konsep user friendly dan advertiser friendly. Lebih lanjut Febri mengatakan bahwa ”Visi & misi Kompas.Com yang ingin menjadi perusahaan terbaik di Indonesia dan Asia Tenggara, harus selalu diimbangi dengan inovasi yang dilakukan terus menerus agar perusahaan semakin baik dan dapat mencapai visi & misinya” (komunikasi pribadi, 24 November 2010). Handoko (1997) mendefinisikan efektivitas sebagai kemampuan untuk memilih peralatan yang tepat untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Menurut Devung (1988), efektivitas adalah tingkat kemampuan untuk mencapai tujuan dengan tepat dan baik. Ada empat faktor yang mempengaruhi efektivitas kerja, seperti yang dikemukakan oleh Steers (1980), yaitu karateristik organisasi, karateristik lingkungan, karateristik pekerja, serta karateristik kebijaksanaan dan praktek manajemen. Karakteristik organisasi terdiri dari struktur dan teknologi organisasi yang dapat mempengaruhi segi-segi tertentu dari efektivitas dengan berbagai cara. Yang dimaksud struktur adalah bagaimana cara organisasi menyusun individu-individu di organisasinya dalam menyelesaikan suatu pekerjaan, sedangkan yang dimaksud teknologi adalah mekanisme suatu organisasi untuk mengubah masukan mentah menjadi keluaran. Karakteristik Lingkungan berbicara mengenai lingkungan luar dan lingkungan dalam organisasi yang juga berpengaruh terhadap efektivitas. Keberhasilan hubungan organisasi dengan lingkungan tampaknya amat tergantung pada tingkat variabel kunci yaitu tingkat keterdugaan keadaan lingkungan, ketepatan persepsi atas keadaan lingkungan, serta tingkat rasionalisme organisasi. Ketiga faktor ini mempengaruhi ketepatan tanggapan organisasi terhadap perubahan lingkungan. Pada kenyataannya para individu organisasi merupakan faktor yang memiliki pengaruh paling penting karena perilaku merekalah yang dalam jangka panjang akan memperlancar ataupun merintangi tercapainya tujuan organisasi. Pekerja merupakan sumber daya yang langsung berhubungan dengan pengelolaan semua sumber daya yang ada di dalam organisasi. Oleh sebab itu sumber daya manusia sangat berpengaruh terhadap pencapaian tujuan organisasi. Pekerja merupakan modal utama di dalam organisasi yang akan berpengaruh besar terhadap efektivitas, karena walaupun teknologi yang digunakan merupakan teknologi yang canggih dan didukung oleh adanya struktur yang baik, namun tanpa adanya sumber daya manusia yang berkualitas maka semua itu tidak ada gunanya. Peran dari karakteristik kebijaksanaan dan praktek manajemen sangat terlihat ketika semakin rumitnya proses teknologi, perkembangan lingkungan, serta persaingan semakin ketat. Pada tahap ini peranan manajemen dalam menetapkan kebijakan-kebijakan perusahaan seperti inovasi organisasi dan strategi perusahaan serta pengkoordinasian individu-individu dan proses di dalamnya demi keberhasilan organisasi sangatlah dibutuhkan. Inovasi organisasi merupakan hal yang sangat penting untuk mencapai tujuan dan mengembangkan organisasi ke arah yang lebih baik. Drucker (1985) mengatakan bahwa bisnis hanya memiliki satu fungsi utama yaitu inovasi. Inovasi adalah basis utama untuk memenangkan dan mengambil keuntungan dari persaingan yang terjadi. Suatu organisasi membutuhkan inovasi untuk tetap bertahan di tengah persaingan, memuaskan pelanggan, memiliki keunggulan, menghasilkan produk dan jasa yang berkualitas, menjadi lebih produktif, mencapai tujuan, serta menarik dan mempertahankan sumber daya manusia yang berkualitas (Schumann, 1994). Perusahaan yang melakukan inovasi organisasi menghasilkan pertumbuhan dua kali lebih pesat daripada perusahaan yang tidak melakukan inovasi organisasi serta memiliki perbedaan profit perusahaan yang cukup besar (Higgins, 1995). Menurut Higgins (1995), ada tujuh karateristik yang harus dikembangkan saat sebuah organisasi melakukan inovasi. Ketujuh karateristik yang dikenal sebagai 7’s tersebut adalah strategy (strategi organisasi), structure (struktur organisasi), systems (sistem organisasi), style (gaya kepemimpinan/manajemen), staffs (staf), shared values (nilai bersama dalam organisasi), dan skills (kemampuan). Strategi berkaitan dengan bagaimana suatu organisasi memiliki rencana kerja yang bertujuan untuk mendapatkan keuntungan dalam kompetisi pasar saat ini. Struktur berbicara mengenai karyawan, pihak otoritas, unit kerja, kontrol dari manajerial, dan mekanisme dari koordinasi. Sistem berbicara mengenai bagaimana proses atau alur suatu organisasi dalam menyelesaikan sesuatu. Gaya adalah tipe kepemimpinan dalam suatu organisasi. Staf berkaitan dengan bagaimana organisasi harus menarik sumber daya manusia yang berkualitas sesuai dengan kebutuhan organisasi. Nilai adalah bagaimana suatu organisasi memiliki nilai-nilai yang menjadi ciri khas organisasi tersebut. Kemampuan merujuk kepada inti kompetensi-kompetensi yang dimiliki suatu organisasi. Ketujuh karateristik tersebut tidak berdiri sendiri melainkan saling mempengaruhi satu dengan yang lain. Lebih lanjut Higgins mengatakan bahwa ada 4 bidang inovasi dalam inovasi organisasi, yaitu: inovasi manajemen, inovasi pemasaran, inovasi proses, dan inovasi produk. Inovasi manajemen adalah improvisasi mengenai bagaimana pengaturan, pengawasan, dan pemeriksaan dalam suatu organisasi. Inovasi pemasaran adalah improvisasi dalam bidang promosi, harga, distribusi, ataupun target pasar. Inovasi proses adalah improvisasi dalam meningkatkan efisiensi dan efektivitas perusahaan. Inovasi produk adalah hasil improvisasi dari pengembangan produk atau jasa. Menurut Febri, staff HRD Kompas.Com, ”Kompas.Com sebagai perusahaan yang profit oriented diharuskan secara terus menerus melakukan inovasi di segala bidang agar dapat mencapai visi & misinya serta dapat menghadapi persaingan bisnis yang semakin ketat” (komunikasi pribadi, 24 November 2010). Persaingan dalam era globalisasi yang semakin ketat ini menuntut setiap perusahaan melakukan perubahan-perubahan ke arah yang lebih baik melalui inovasi. West (1997) mendefinisikan inovasi sebagai suatu proses yang dilakukan dengan sadar dan sengaja dalam suatu pekerjaan, perusahaan, atau organisasi berdasarkan semua ide, produk, proses, ataupun prosedur baru dengan tujuan menguntungkan pekerjaan, perusahaan, atau organisasi tersebut. Sedangkan menurut Higgins (1995) inovasi adalah bagaimana seseorang, organisasi, ataupun perusahaan menghasilkan sesuatu (keuntungan, pengembangan) dari pemikiran yang kreatif. Seperti yang telah dijelaskan diatas, inovasi dan kreativitas sangat erat kaitannya. Webster (2006) dalam Creativity at Work mengemukakan bahwa kreativitas adalah kemampuan untuk menciptakan atau menghasilkan sesuatu yang baru melalui imajinasi menjadi suatu bentuk yang baru. Pemikiran yang kreatif tidak cukup membantu perusahaan atau organisasi agar berkembang ke arah yang lebih baik. Pemikiran tersebut harus diolah dan kemudian diaplikasikan agar menghasilkan sesuatu. Pengaplikasian dari pemikiran yang kreatif itulah yang disebut dengan inovasi. Kirton (1989), mengatakan bahwa gaya atau model kreativitas seseorang terbagi menjadi dua, yaitu Adaptive dan Inovative. Orang-orang dengan tipe kreativitas adaptif adalah individu-individu yang menggunakan kreativitas yang mereka miliki untuk menyempurnakan dan memperbaiki sistem atau metode yang ada agar menjadi lebih baik. Sementara orang-orang dengan tipe kreativitas inovatif adalah individu-individu yang menyusun dan memformulasikan masalah-masalah yang ada kemudian merancang sistem dan metode yang baru untuk mengatasi semua permasalahan tersebut. Menurut Febri, staff HRD Kompas.Com, salah satu faktor yang sangat menentukan dalam suksesnya suatu organisasi untuk mencapai visi dan misi perusahaan adalah sumber daya manusia. Hal ini diperkuat dengan pernyataan Sukardi (1991) yang berpendapat bahwa era globalisasi modern saat ini menuntut sumber daya manusia yang dapat menciptakan hal baru. Visi dan misi perusahaan merupakan representatif dari harapan dan tujuan yang ingin dicapai. Febri mengatakan bahwa dalam kehidupan sehari-hari harapan tidak selalu sesuai dengan kenyataan. Untuk mencapai harapan dan tujuan tersebut dibutuhkan individu-individu yang berkualitas. Persaingan yang ketat menuntut suatu organisasi memiliki sumber daya manusia yang berkompeten untuk terus melakukan inovasi ke arah yang lebih baik (komunikasi pribadi, 24 November 2010). Kompas.Com melalui inovasi-inovasinya berhasil meraih penghargaan-penghargaan seperti Best in User Generated Content, Best in Cross Media Editorial Coverage, dan Best eReader-Tablet dalam ajang Asian Digital Media Awards (ADMA) yang digelar asosiasi suratkabar dunia WAN-IFRA (“Kompas raih tiga penghargaan internasional”, 2010). Namun semua penghargaan-penghargaan tersebut tidak membuat Kompas.Com terus menerus berpuas diri. Hal ini dikarenakan Kompas.Com selalu dituntut untuk terus menerus melakukan inovasi sehingga dapat mencapai visi dan misi yang telah ditetapkan. Untuk mencapai hal tersebut dibutuhkan kompetensi yang sesuai dalam rangka mencapai visi dan misi perusahaan. Salah satu kompetensi yang dibutuhkan untuk melakukan inovasi tersebut adalah kreativitas. Kirton (1989) berpendapat bahwa semua manusia memiliki kreativitas, yang membedakan adalah gaya kreatif seperti apa yang mereka gunakan. Tipe kreativitas yang dimaksudkan oleh kirton tersebut adalah tipe Adaptive dan Inovative. Tipe kreativitas adaptif menekankan pada penyempurnakan dan memperbaiki sistem atau metode yang ada agar menjadi lebih baik. Sebaliknya, tipe kreativitas inovatif cenderung untuk menyusun dan memformulasikan masalah-masalah yang ada kemudian merancang sistem dan metode yang baru untuk mengatasi semua permasalahan tersebut. Oleh karena itu tipe kreativitas yang dikemukakan oleh Kirton tersebut perlu untuk dianalisa dalam hubungannya dengan inovasi organisasi di Kompas.Com. Hal ini juga diakui oleh Febri sebagai salah satu staff HRD di Kompas.Com, dimana pihak HRD itu sendiri juga sangat membutuhkan profil kreativitas di Kompas.Com serta bagaimana hubungan kreativitas model Kirton itu terhadap Inovasi Organisasi di Kompas.Com (komunikasi pribadi, 24 November 2010). Menurut Evri, staff HRD Kompas.Com, hasil dari penelitian ini akan sangat berguna bagi Kompas.Com itu sendiri (komunikasi pribadi, 2 Mei 2011). Berdasarkan situs www.alexa.com yang mengukur jumlah pengunjung terbanyak suatu website, Kompas.Com saat ini menempati peringkat 14 dari total 500 website teratas di Indonesia (”Top Sites”, 2011). Website sejenis yang bergerak di bidang yang sama yaitu informasi seperti Detik.Com dan VIVAnews.Com masih memiliki peringkat yang lebih tinggi dibandingkan Kompas.Com. Padahal menurut data dari www.alexa.com pada tahun 2010, Kompas.Com menduduki peringkat ke-2 setelah Detik.Com dalam hal situs yang memberikan layanan informasi berita. Hal ini tentu harus menjadi perhatian ekstra bagi Kompas.Com itu sendiri berkaitan dengan visi dan misi perusahaan yaitu ”Menjadi perusahaan Media online terbesar, terbaik, dan menguntungkan di Indonesia dan Asia Tenggara”. Kompas.Com harus terus menerus berjuang untuk melakukan inovasi-inovasi yang dapat digunakan untuk memajukan perusahaan serta memenangi persaingan dengan kompetitor-kompetitor yang ada. Evri juga menambahkan dengan adanya penelitian ini, diharapkan Kompas.Com dapat menyusun langkah-langkah strategis dalam memajukan perusahaan sehingga dapat mencapai visi dan misi perusahaan (komunikasi pribadi, 2 Mei 2011). Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, menurut Kirton tipe kreativitas terdiri dari dua jenis yaitu adaptif dan inovatif. Sementara itu, inovasi organisasi meliputi empat bidang yaitu produk, proses, pemasaran, dan manajemen. Melalui penelitian ini akan diketahui apakah tipe kreativitas menurut Kirton tersebut memiliki hubungan yang signifikan dengan masing-masing bidang inovasi organisasi. Penelitian ini dilakukan karena belum ada penelitian sebelumnya yang melihat hubungan tipe kreativitas adaptif-inovatif model Kirton dengan inovasi organisasi yang meliputi produk, proses, pemasaran, dan manajemen di perusahaan media on-line. Melalui penelitian ini juga akan diperoleh profil tipe kreativitas (adaptif atau inovatif) dalam perusahaan, tingkat inovasi organisasi (produk, proses, pemasaran, dan manajemen) di Kompas.Com, serta gambaran tujuh karateristik inovasi organisasi pada Kompas.Com. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi Kompas.Com untuk menyusun langkah-langkah strategis dalam rangka mencapai visi dan misi perusahaan.
I.B. Permasalahan Penelitian Peneliti ingin melihat apakah ada hubungan yang signifikan antara tipe kreativitas adaptif-inovatif model Kirton dengan inovasi organisasi Higgins di Kompas.Com.
I.C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan tipe kreativitas adaptif – inovatif model Kirton dengan inovasi organisasi yang meliputi produk, proses, manajemen, dan marketing di Kompas.Com.
I.D. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini dapat terbagi menjadi dua yaitu manfaat praktis dan teoritis.
I.D.1. Manfaat Teoritis Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah menambahkan pengetahuan baru di bidang Psikologi Industri dan Organisasi, mengenai hubungan tipe kreativitas adaptif - inovatif di tempat kerja dengan inovasi organisasi di bidang produk, proses, manajemen, dan marketing.
I.D.2. Manfaat Praktis Manfaat praktis dari penelitian ini adalah memberikan insight kepada media massa di Indonesia umumnya dan Kompas.Com khususnya, mengenai tipe kreativitas adaptif - inovatif di organisasi penyedia informasi dalam hubungannya dengan inovasi organisasi baik di bidang produk, proses, manajemen, dan marketing. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi Kompas.Com untuk menyusun langkah-langkah strategis dalam rangka mencapai visi dan misi perusahaan.
I.E. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan pada penelitian ini adalah sebagai berikut: Pada bab I ini, peneliti akan menguraikan latar belakang dari penelitian ini, masalah yang hendak diangkat dalam penelitian ini, tujuan serta manfaat dari penelitian ini. Pada bab II yaitu landasan teori, peneliti akan menguraikan teori-teori yang berkaitan dengan variabel-variabel penelitian yakni teori inovasi dan kreativitas. Pada bab III yaitu metode penelitian, peneliti akan menguraikan berbagai hal yang berhubungan dengan metode penelitian ini, seperti jenis penelitian, variabel penelitian, definisi teoritis, definisi operasional, subjek penelitian, instrumen penelitian, prosedur penelitian, serta metode analisis. Pada bab IV yaitu analisis hasil dan interpretasi data, peneliti akan menguraikan hasil yang diperoleh di lapangan beserta dengan analisanya. Pada bab ini, peneliti juga akan memaparkan data-data hasil pengujian alat ukur kreativitas dan inovasi organisasi. Pada bab V yaitu bab kesimpulan, diskusi, dan saran, peneliti akan menguraikan kesimpulan dari penelitian ini beserta diskusi serta saran-saran yang dapat digunakan untuk kemajuan perusahaan serta penelitian selanjutnya.
BAB II
LANDASAN TEORI
II.A. Berita
II.A.1. Definisi Berita Berita berasal dari bahasa sansekerta “Vrit” yang dalam bahasa Inggris disebut “Write” yang menurut kamus besar memiliki pengertian laporan mengenai suatu kejadian atau peristiwa yang baru terjadi. Berita atau yang dalam bahasa Inggris disebut dengan news mengandung kata new yang berarti baru. Secara singkat sebuah berita adalah suatu informasi yang baru. Berita juga adalah laporan tercepat mengenai fakta atau ide terbaru yang benar, menarik dan penting bagi sebagian besar masyarakat, melalui media seperti surat kabar, radio, televisi, atau media on-line (internet). Spencer (1993) mengatakan bahwa berita adalah suatu kenyataan atau ide yang benar yang dapat menarik perhatian sebagian besar dari pembaca. Sementara menurut Bleyer (1932) berita adalah sesuatu termasa (baru) yang dipilih oleh wartawan untuk dimuat dalam surat kabar, karena itu ia dapat menarik atau mempunyai makna bagi para pembaca surat kabar. Maulsby (1919) mengatakan berita adalah suatu penuturan secara benar dan tidak memihak dari fakta yang mempunyai arti penting dan baru terjadi, yang dapat menarik perhatian pembaca surat kabar yang memuat berita tersebut. Assegaf (1993) juga menyatakan bahwa berita adalah laporan tentang fakta atau ide yang termasa (baru), yang dipilih oleh staff redaksi suatu harian untuk disiarkan yang dapat menarik perhatian pembaca karena luar biasa, penting, memiliki dampak, atau karena mencakup aspek-aspek tertentu seperti humor, emosi, dan ketegangan. Berdasarkan definisi-definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa berita adalah laporan kejadian, peristiwa ataupun pendapat terkini yang menarik dan penting serta disajikan secepat mungkin kepada masyarakat luas.
II.A.2. Jenis-jenis dan Unsur-unsur Berita
Berita terbagi menjadi beberapa jenis (“Pengertian Berita”, 2010), yaitu:
1. Straight News: berita langsung, apa adanya, ditulis secara singkat dan lugas. Sebagian besar halaman depan surat kabar berisi berita jenis ini, jenis berita Straight News terbagi lagi menjadi dua macam: a. Hard News: yakni berita yang memiliki nilai lebih dari segi aktualitas dan kepentingan untuk segera diketahui pembaca. Berita ini biasanya berisi informasi mengenai peristiwa khusus (special event) yang terjadi secara tiba-tiba. b. Soft News: nilai beritanya di bawah Hard News dan lebih merupakan berita pendukung.
2. Depth News: berita mendalam, dikembangkan dengan pendalaman terhadap hal-hal di permukaan agar memiliki pemahaman atau isi yang mendalam.
3. Investigation News: berita yang dikembangkan berdasarkan penelitian atau penyelidikan dari berbagai sumber.
4. Interpretative News: berita yang dikembangkan berdasarkan pendapat atau penelitian penulis / reporternya.
5. Opinion News: berita mengenai pendapat seseorang, biasanya pendapat para cendekiawan, sarjana, para ahli, ataupun pejabat mengenai suatu hal, peristiwa, kondisi poleksosbudhankam (politik, ekonomi, social, budaya, pertahanan, dan keamanan), dsb.
Berita memiliki unsur-unsur yang penting didalamnya (“Pengertian Berita”, 2010), yaitu:
(1) What – apa yang terjadi di dalam suatu peristiwa?
(2) Who – siapa yang terlibat di dalamnya?
(3) Where – di mana terjadinya peristiwa itu?
(4) When – kapan terjadinya?
(5) Why – mengapa peristiwa itu terjadi?
(6) How – bagaimana terjadinya?
II.B. Inovasi
II.B.1. Definisi Inovasi West (1997) mengatakan bahwa inovasi adalah proses yang dilakukan dengan sadar dan sengaja dalam suatu pekerjaan, perusahaan, atau organisasi berdasarkan semua ide, produk, proses, ataupun prosedur baru dengan tujuan menguntungkan pekerjaan, perusahaan, atau organisasi tersebut. Sedangkan menurut Higgins (1995) inovasi adalah bagaimana seseorang, organisasi, ataupun perusahaan menghasilkan sesuatu (keuntungan, pengembangan) dari pemikiran yang kreatif. Lebih lanjut Higgins menambahkan bahwa inovasi adalah suatu proses menciptakan sesuatu yang baru yang menghasilkan keuntungan bagi seseorang, sekelompok, masyarakat, suatu industri, maupun suatu organisasi. Sementara Robbins (2003) mendefinisikan inovasi sebagai ide-ide baru yang diaplikasikan untuk meningkatkan produk atau layanan. Menurut Robbins, inovasi bisa terjadi dalam skala kecil maupun skala yang besar. Riyanti (2003) mendefinisikan inovasi organisasi sebagai proses dimana penemuan dipraktikan, dengan mengubah gagasan yang belum diwujudkan menjadi kegiatan yang dapat dikerjakan dan bermanfaat secara ekonomis di dalam sebuah organisasi. Penelitian ini akan menggunakan definisi dan teori inovasi yang dikemukakan oleh Higgins (1995) yang mengatakan bahwa inovasi adalah bagaimana seseorang, organisasi, ataupun perusahaan menghasilkan sesuatu (keuntungan, pengembangan) dari pemikiran yang kreatif.
II.B.2. Empat Bidang Inovasi dalam Organisasi Menurut Higgins (1995) ada empat tipe inovasi organisasi, yaitu: a) Inovasi Produk Didefinisikan sebagai hasil improvisasi dari pengembangan produk atau jasa. Inovasi produk inilah yang sering disebut sebagai ujung tombak dari sebuah perusahaan yang berbasiskan pada keuntungan. b) Inovasi proses Didefinisikan sebagai improvisasi dalam meningkatkan efisiensi dan efektivitas perusahaan. Hal ini berkaitan erat dengan prinsip dasar do the right things (melakukan sesuatu yang benar) dan do the things right (melakukan dengan benar). c) Inovasi manajemen Didefinisikan sebagai improvisasi mengenai bagaimana pengaturan, pengawasan, dan pemeriksaan dalam suatu organisasi. d) Inovasi pemasaran Didefinisikan sebagai improvisasi dalam bidang promosi, harga, distribusi, ataupun target pasar.
II.B.3. Tujuh Karateristik yang Mempengaruhi Inovasi Organisasi Menurut Higgins (1995) ada tujuh karateristik yang saling terkait dan mempengaruhi serta menjadi indikator inovasi di keempat bidang yang telah disebutkan diatas. Berikut adalah gambar dari ketujuh karateristik menurut Higgins yang saling terkait:
[pic]
Penjelasan dari ketujuh karateristik tersebut adalah: 1. Strategy: adalah bagaimana suatu organisasi memiliki rencana kerja yang bertujuan untuk mendapatkan keuntungan dalam kompetisi pasar saat ini. 2. Strucutre: berbicara mengenai karyawan, pihak otoritas, unit kerja, kontrol dari manajerial, dan mekanisme dari koordinasi. 3. System: berbicara mengenai bagaimana proses atau alur suatu organisasi dalam menyelesaikan sesuatu. 4. Style: adalah tipe kepemimpinan dalam suatu organisasi. 5. Staff: berkaitan dengan bagaimana organisasi harus menarik sumber daya manusia yang berkualitas sesuai dengan kebutuhan organisasi. 6. Shared Values: adalah bagaimana suatu organisasi memiliki nilai-nilai yang menjadi ciri khas organisasi tersebut. 7. Skills: merujuk kepada inti kompetensi-kompetensi yang dimiliki suatu organisasi.
II.C. Kreativitas
II.C.1. Definisi Kreativitas Ford (1995) mengatakan bahwa kreativitas adalah suatu pertimbangan subjektif dan berkonteks spesifik mengenai kebaruan dan nilai suatu hasil dari perilaku individual atau kolektif. Lebih lanjut ia mengatakan bahwa, organisasi semakin lama menjadi semakin kompleks karena situasi lingkungan yang berubah-ubah, oleh karena itu peran individu-individu dalam suatu organisasi menjadi sangat penting. Para ahli psikologi kreativitas seperti Sternberg (1995), Amabile (1983), dan Ayan (1997) cenderung memandang proses kreativitas melibatkan karateristik kepribadian seseorang. Karateristik kepribadian tersebut dapat dijadikan sebagai gaya hidup kreatif (creative life style) seseorang. Munandar (2001) mendefinisikan kreativitas kemampuan yang mencerminkan kelancaran, keluwesan, dan orisinalitas dalam berpikir serta kemampuan untuk mengelaborasi suatu gagasan atau ide. Ia juga mengatakan bahwa kreativitas adalah hasil interaksi individu dengan lingkungan. Hal ini dikarenakan lingkungan di sekitar individu tersebut dapat membantu berkembangnya kreativitas seseorang, begitu pula sebaliknya lingkungan juga dapat menghambat perkembangan kreativitas seseorang. Lebih lanjut Munandar (2001) mengatakan bahwa kreativitas yang ada dalam diri individu digunakan untuk menghadapi permasalahan-permasalahan yang muncul ketika berinteraksi dengan lingkungannya. Kreativitas tersebut digunakan untuk mencari berbagai solusi yang dapat digunakan untuk mengatasi permasalahan-permasalahan tersebut. Senada dengan Munandar, Kirton (1989) mendefinisikan kreativitas sebagai suatu kemampuan individu untuk melakukan perubahan. Kirton berpendapat bahwa kreativitas seseorang dapat dilihat melalui bagaimana dan dengan cara apakah seseorang menjadi kreatif. Hal ini berbeda dengan pemahaman banyak orang yang berpendapat bahwa kreativitas hanya dinilai berdasarkan hasil atau karya seseorang. Pada dasarnya Kirton berpendapat bahwa semua manusia memiliki kreativitas, yang membedakan adalah gaya kreatif seperti apa yang mereka gunakan (Kirton, 1989). Henry (2001) juga memiliki pendapat yang relatif sama, ia mengatakan bahwa semua individu memiliki kapasitas untuk menjadi kreatif. Pandangan-pandangan yang modern tidak memfokuskan kepada apakah individu kreatif atau tidak kreatif, melainkan berdasarkan perbedaan gaya kreativitas yang digunakan oleh seseorang. Suharnan (2000) mendefinisikan kreativitas sebagai proses mencari, menemukan, atau menghasilkan gagasan-gagasan baru yang berguna baik bagi individu maupun lingkungan. Hal senada juga diungkapkan oleh Pratitis (2002), ia mengatakan bahwa kreativitas berhubungan dengan kemampuan dan kekuatan untuk mengembangkan ide-ide baru, bahkan kreativitas merupakan kecenderungan untuk menemukan ide atau alternatif yang dapat berguna untuk menyelesaikan suatu masalah. Penelitian ini akan menggunakan dan memfokuskan diri pada teori kreativitas yang dikemukakan oleh Kirton (1989) yang mendefinisikan kreativitas sebagai kemampuan individu melakukan perubahan melalui gaya kreativitas yang mereka miliki.
II.C.2. Tipe-tipe Kreativitas Menurut Kirton Kirton (1989) menjelaskan konsep kreativitas berdasarkan dua pendekatan, yaitu pendekatan innovative (inovatif) dan pendekatan adaptive (adaptif). Pendekatan inovatif melibatkan penyusunan dan pemformulasian masalah-masalah yang ada kemudian merancang sistem dan metode yang baru untuk mengatasi semua permasalahan tersebut. Sedangkan pendekatan adaptif melibatkan penyempurnaan dan perbaikan terhadap sistem atau metode yang ada untuk mengatasi suatu masalah agar menjadi lebih baik. Lebih lanjut Drucker (dalam Kirton, 1989) mengatakan bahwa seseorang dengan tipe adaptor memiliki kemampuan untuk melakukan sesuatu menjadi lebih baik (do things better), sedangkan seseorang dengan tipe inovator melakukan sesuatu secara berbeda (do thing differently). Setiap individu memiliki kreativitas dengan gaya dan strategi kognitifnya masing-masing dalam menentukan suatu perubahan, pemecahan masalah, maupun pengambilan keputusan. Berikut ini akan dipaparkan perbedaan ciri antara adaptor dan inovator melalui tabel.
Tabel II.A Perbedaan ciri antara adaptor dan inovator (Kirton, 1989, h. 9)
| Adaptor |Inovator |
|Ketepatan, dipercaya, efisiensi, metodikal, kebijaksanaan, |Terlihat tidak disiplin, berpikir langsung dari sudut yang |
|disiplin, dan konformitas |berbeda dan melawan arus, melakukan tugas dari sudut yang |
| |tidak disangka-sangka |
|Lebih suka memecahkan masalah dan bukan menemukan masalah |Suka menemukan masalah dan jalan keluarnya |
|Mengupayakan solusi terhadap masalah-masalah melalui |Meragukan asumsi-asumsi dibalik masalah, memanipulasi |
|cara-cara yang biasa dan sudah dikenal |masalah kemudian mengatasinya |
|Mengatasi masalah melalui perbaikan dan peningkatan |Bagi kelompok-kelompok mapan dia adalah seorang pembaru, |
|efisiensi, dengan kontinuitas dan stabilitas yang maksimal |tidak mematuhi pandangan-pandangan yang telah disepakati, |
| |dianggap sebagai perusak dan penyebab keonaran |
|Dapat dipercaya, dapat menyesuaikan diri, aman, dan dapat |Terkesan tidak dapat dipercaya, tidak praktis, sering |
|diandalkan |mengejutkan lawannya |
|Mampu mencapai tujuan dengan sarana yang ada |Dalam mencapai tujuan tidak terlalu menggunakan sarana yang|
| |ada |
|Bisa menahan kebosanan, mampu melakukan tugas dengan akurasi|Mampu mengerjakan tugas-tugas rutin (system maintenance) |
|yang tinggi dalam jangka waktu yang panjang |hanya untuk jangka waktu singkat. Cepat mendelegasikan |
| |tugas-tugas rutin |
|Adalah otoritas dalam struktur yang sudah ditentukan |Akan menjadi pemimpin dalam situasi-situasi yang tidak |
| |terstruktur |
|Jarang melanggar peraturan, hati-hati, yakin bahwa ia |Sering melanggar peraturan, kurang menghormati kebiasaan |
|mendapatkan dukungan yang kuat |lama |
|Biasanya terlalu ragu-ragu terhadap diri sendiri. Bereaksi |Kelihatan tidak ragu-ragu terhadap diri sendiri ketika |
|terhadap kritik dengan terang-terangan menyesuaikan diri. |mengemukakan gagasan-gagasan dalam menghadapi penolakan, |
|Cepat mengalah terhadap tekanan sosial dan otoritas, patuh |tidak membutuhkan konsesus agar tetap merasa pasti |
|Penting bagi berfungsinya institusi sepanjang waktu, tetapi |Dalam institusi sangat penting dalam krisis-krisis yang |
|kadangkala perlu “dicabut” dari sistem |tidak terduga, bahkan juga masih dapat membantu menghadapi |
| |krisis-krisis itu jika ia dapat dikendalikan |
|Ketika bekerja sama dengan para inovator: memelihara |Ketika bekerja sama dengan pada adaptor: menjaga orientasi |
|stabilitas, aturan, dan kelangsungan kerja sama tersebut |pekerjaan, tidak mau terikat dengan masa lampau dan teori |
| |yang dianut |
|Peka terhadap orang lain, memelihara kohesi dan kerja sama |Tidak peka terhadap orang lain, sering mengancam kohesi dan|
|kelompok |kerja sama kelompok |
|Menyiapkan suatu dasar yang aman bagi kegiatan penuh resiko |Memungkinkan dinamika untuk melakukan perubahan radikal |
|yang dilakukan para inovator |secara periodik (tanpa perubahan radikal itu institusi akan|
| |mati) |
|Menghasilkan sedikit ide relevan, yang pernah didengar, yang|Menghasilkan banyak ide termasuk ide yang kelihatannya |
|aman untuk diimpementasikan secara tepat |tidak relevan, tidak pernah didengar, baru, dan |
| |menggairahkan |
II.C.3. Dimensi Kreativitas Kirton Kirton (1976) menyusun suatu alat ukur berbentuk kuesioner yang disebut sebagai Kirton Adaption-Innovation Inventory (KAI). Alat ukur ini berfungsi untuk mengetahui gaya berpikir yang dimilikinya. Kirton (1992) membagi KAI ke dalam tiga dimensi, yaitu: 1. Originality (keaslian) Dimensi ini mengukur apakah seseorang lebih cenderung untuk menghasilkan ide-ide yang original (asli) atau sebaliknya apakah orang tersebut cenderung untuk mengadaptasi ide-ide yang sudah ada. Skor yang tinggi pada dimensi ini menunjukkan bahwa seseorang mengembangkan dan menghasilkan ide-ide baru ketika memecahkan masalah. Begitu juga sebaliknya, skor yang rendah pada dimensi ini menunjukkan bahwa seseorang menghasilkan lebih sedikit ide dan biasanya ide-ide tersebut mengikuti kebiasaan dan kebijaksanaan yang telah ada. 2. Efficiency Pada dimensi ini, skor yang rendah menunjukkan individu lebih mempertahankan efisiensi melalui perubahan yang bertahap (evolutionary change). Sedangkan skor yang tinggi pada dimensi ini menunjukkan bahwa individu cenderung untuk meninggalkan cara berpikir atau prosedur yang sudah ada dan mengorbankan efisiensi jangka pendek untuk mendapatkan keuntungan jangka panjang. 3. Group Conforming Skor yang tinggi pada dimensi ini menunjukkan bahwa individu memiliki kecenderungan untuk menentang aturan yang ada dalam menyelesaikan suatu masalah. Sementara skor yang rendah menunjukkan bahwa individu cenderung untuk bekerja sesuai dengan kerangka aturan , struktur, serta konsesus yang telah berlaku dan sudah baku.
II.D. Dinamika Hubungan Tipe Kreativitas Adaptif – Inovatif dengan Inovasi Organisasi Persaingan yang ketat di bidang layanan informasi semakin hari-semakin ketat. Web portal yang memiliki produk berupa berita dan informasi semakin hari semakin bertambah jumlahnya, sebut saja VIVAnews.com, detikNEWS.com, OKEzone.com, dsb. Kompas.Com sebagai perusahaan yang profit oriented (bertujuan mencari keuntungan) harus dapat beradaptasi dengan persaingan yang semakin ketat. Perusahaan harus terus melakukan perubahan-perubahan ke arah yang lebih baik melalui inovasi. Holt (1992) berpendapat bahwa inovasi sebenarnya merupakan transformasi dari gagasan-gagasan atau ide-ide kreatif yang bermanfaat ketika diaplikasikan. Beliau juga menambahkan, kreativitas merupakan salah satu prasyarat untuk inovasi. Senada dengan Holt, Greenberg dan Baron (2003) mengatakan bahwa inovasi merupakan implementasi yang berhasil dari ide-ide kreatif dalam organisasi. West (1997) mengatakan bahwa kreativitas individu menjadi akar dari inovasi organisasional. Kreativitas itulah yang dapat digunakan untuk mengembangkan ide-ide, mengusulkan, mendukung, dan mengimpelentasikan ide-ide tersebut. Pandangan yang dikemukakan oleh West tersebut juga didukung oleh pernyataan Rowe (2004) yang mengatakan bahwa organisasi seharusnya lebih mengandalkan individu-individu yang kreatif untuk membawa perubahan (inovasi) dalam suatu organisasi. Hal tersebut dikarenakan, individu yang kreatif dengan ide-ide cemerlang serta potensinyalah yang akan membantu terjadinya inovasi dalam suatu organisasi. Kirton (1989) berpendapat bahwa pada dasarnya semua orang memiliki gaya berpikir yang kreatif. Menurut Kirton, ketika seseorang menghadapi suatu permasalahan, ia akan menghadapi dua pilihan, yaitu apakah dia akan melakukan sesuatu dengan cara yang lebih baik dari cara sebelumnya (adaptors) atau dia akan melakukan sesuatu dengan cara yang sama sekali berbeda dari cara sebelumnya (inovators). Berdasarkan kedua kecenderungan tersebut Kirton mencoba untuk membedakan seseorang berdasarkan gaya berpikir kreatifnya, orang yang cenderung mengatasi permasalahan dengan cara-cara yang lama mempunyai gaya berpikir adaptif, sebaliknya orang yang cenderung menyelesaikan masalah dengan cara-cara yang baru dikatakan mempunyai gaya berpikir inovatif. Higgins (1995) berpendapat inovasi adalah bagaimana seseorang, organisasi, ataupun perusahaan menghasilkan sesuatu (keuntungan, pengembangan) dari pemikiran yang kreatif. Lebih lanjut Higgins menambahkan bahwa inovasi adalah suatu proses menciptakan sesuatu yang baru yang menghasilkan keuntungan bagi seseorang, sekelompok, masyarakat, suatu industri, maupun suatu organisasi. Berdasarkan pendapat Kirton (1989) dan Higgins (1995) itulah peneliti mengambil tema penelitian ini untuk melihat apakah ada hubungan antara tipe kreativitas adaptif – inovatif model Kirton dengan inovasi organisasi (produk, proses, pemasaran, dan manajemen) Higgins.
II.E. Kerangka Penelitian
Gambar II.2. Kerangka penelitian
II.F. Hipotesis Penelitian Hipotesis-hipotesis dari penelitian ini berdasarkan latar belakang permasalahan adalah:
Hipotesis Alternatif (Ha):
Ada hubungan yang signifikan antara tipe potensi kreativitas adaptif-inovatif model Kirton dengan inovasi organisasi Higgins.
Hipotesis alternatif diatas memiliki variasi sebagai berikut: 1. Ada hubungan yang signifikan antara tipe potensi kreativitas adaptif-inovatif model Kirton dengan inovasi produk 2. Ada hubungan yang signifikan antara tipe potensi kreativitas adaptif-inovatif model Kirton dengan inovasi proses 3. Ada hubungan yang signifikan antara tipe potensi kreativitas adaptif-inovatif model Kirton dengan inovasi pemasaran 4. Ada hubungan yang signifikan antara tipe potensi kreativitas adaptif-inovatif model Kirton dengan inovasi manajemen
Hipotesis Null (Ho):
Tidak ada hubungan yang signifikan antara tipe potensi kreativitas adaptif-inovatif model Kirton dengan inovasi organisasi Higgins.
Hipotesis alternatif diatas memiliki variasi sebagai berikut: 1. Tidak ada hubungan yang signifikan antara tipe potensi kreativitas adaptif-inovatif model Kirton dengan inovasi produk 2. Tidak ada hubungan yang signifikan antara tipe potensi kreativitas adaptif-inovatif model Kirton dengan inovasi proses 3. Tidak ada hubungan yang signifikan antara tipe potensi kreativitas adaptif-inovatif model Kirton dengan inovasi pemasaran 4. Tidak ada hubungan yang signifikan antara tipe potensi kreativitas adaptif-inovatif model Kirton dengan inovasi manajemen
BAB III
METODE PENELITIAN
III.A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini bersifat non-eksperimental. Hal ini dikarenakan pada penelitian ini peneliti tidak mencari hubungan sebab-akibat dan tidak memanipulasi variabel melainkan mengukur variabel yang sudah ada dalam masing-masing subjek. Peneliti juga tidak melakukan randomisasi terhadap subjek yang akan diukur. Peneliti hanya akan mengukur dan meneliti sampel sebagaimana adanya (Kerlinger, 2000). Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara dua variabel yaitu kreativitas dan inovasi organisasi. Sehingga berdasarkan tujuannya penelitian ini adalah penelitian korelasional (Seniati, Setiadi, & Yulianto, 2005).
III.B. Variabel Penelitian Variabel adalah suatu simbol atau lambang yang akan dikaitkan dengan bilangan atau nilai (Kerlinger, 2000). Secara umum variabel terbagi menjadi dua, yaitu variabel bebas atau yang sering disebut dengan independent variable (IV) dan variabel terikat atau yang lebih sering disebut dengan dependent variable (DV). Variabel terikat adalah variabel yang muncul akibat adanya pengaruh dari variabel bebas. Namun karena penelitian ini bukanlah penelitian eksperimental maka peneliti akan menggunakan istilah variabel 1 dan variabel 2 untuk mensimbolkan dua variabel yang hendak diukur peneliti, yaitu kreativitas dan inovasi organisasi. Variabel 1 merepresentasikan kreativitas adaptif-inovatif model Kirton dan variabel 2 merepresentasikan inovasi organisasi Higgins.
III.B.1. Definisi Teoritis Definisi teoritis dari variabel-variabel penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Variabel 1 (Tipe kreativitas adaptif dan inovatif) Menurut Kirton (1989), gaya atau model kreativitas seseorang terbagi menjadi dua, yaitu: - Adaptive Orang-orang yang memiliki tipe kreativitas ini adalah individu-individu yang menggunakan kreativitas yang mereka miliki untuk menyempurnakan dan memperbaiki sistem atau metode yang ada untuk mengatasi suatu masalah agar menjadi lebih baik. - Inovative Orang-orang dengan tipe kreativitas ini adalah individu-individu yang menyusun dan memformulasikan masalah-masalah yang ada kemudian merancang sistem dan metode yang baru untuk mengatasi semua permasalahan tersebut.
2. Variabel 2 (Inovasi organisasi) Menurut Higgins (1995), inovasi organisasi meliputi empat hal yaitu: inovasi produk, proses, manajemen, dan marketing. Inovasi produk adalah penambahan produk fisik yang baru ataupun jasa ke dalam produk atau jasa yang sudah ada. Inovasi proses adalah sebuah improvisasi yang signifikan dalam proses intern organisasi dengan bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas demi meningkatkan produktivitas. Inovasi manajemen adalah improvisasi dari bagaimana mengatur organisasi, pengawasan, dan pemeriksaan. Inovasi pemasaran adalah improvisasi dari setiap pencampuran elemen pemasaran seperti produk, promosi, harga, distibusi, ataupun target pasar. Menurut Higgins, ada tujuh karateristik yang harus dikembangkan saat sebuah organisasi melakukan inovasi adalah strategy (strategi organisasi), structure (struktur organisasi), systems (sistem organisasi), style (gaya kepemimpinan/manajemen), staffs (staf), shared values (nilai bersama dalam organisasi), dan skills (kemampuan). Ketujuh karateristik tersebut tidak berdiri sendiri melainkan saling mempengaruhi satu dengan yang lain.
III.B.2. Definisi Operasional Definisi operasional dari variabel-variabel dalam penelitian ini adalah: 1. Variabel 1 (Tipe kreativitas adaptif dan inovatif) Tipe potensi kreativitas yang akan muncul adalah nilai dari hasil pengisian alat ukur Kirton Adaption-Innovation Inventory (KAI). Riyanti (2003) mengatakan bahwa dalam KAI sendiri ada tiga dimensi atau sub skala, yaitu: 1. Originality (Keaslian ide) Skor-skor yang dihasilkan pada dimensi ini menjadi indikator apakah individu mengembangkan ide-ide baru untuk menciptakan metode dan sistem yang baru saat akan menyelesaikan suatu masalah atau mengembangkan ide untuk memperbaiki sistem dan metode yang sudah ada dalam mengatasi masalah tersebut. Skor tinggi menunjukkan bahwa individu menghasilkan ide-ide yang baru untuk menciptakan sistem dan metode yang baru. Sementara skor yang rendah menghasilkan ide untuk memperbaiki sistem dan metode yang sudah ada. 2. Efficiency (Efisiensi) Skor yang tinggi pada dimensi ini menunjukkan individu meninggalkan cara berpikir dan prosedur yang sudah ada serta mengorbankan efisiensi jangka pendek untuk suatu keuntungan jangka panjang. Sementara skor yang rendah menunjukkan individu berusaha mempertahankan efisiensi melalui perubahan yang bertahap. 3. Group Conforming (Konformitas kelompok) Skor yang tinggi pada dimensi ini menunjukkan bahwa individu akan lebih memilih untuk tidak mengikuti dan menuruti aturan yang ada untuk menyelesaikan suatu masalah. Sementara skor yang rendah menunjukkan individu akan cenderung mengikuti kerangka aturan, struktur, serta sistem yang sudah ada. Alat ukur KAI ini telah diadaptasi oleh Riyanti pada tahun 2003 ke dalam Bahasa Indonesia. Alat ukur tersebut telah dimodifikasi oleh beliau menjadi 31 item. Rentang skor KAI yang telah diadaptasi Riyanti secara teoritis ada di antara 31-186 dengan mean 108,5. Bila skor yang didapatkan subjek lebih kecil daripada mean teoritis maka hal tersebut menandakan individu yang bersangkutan memiliki gaya berpikir adaptif, semakin kecil skor yang subjek dapatkan maka semakin adaptif pula gaya berpikirnya. Bila skor yang didapatkan subjek lebih besar daripada mean teoritis maka individu tersebut memiliki gaya berpikir inovatif, semakin besar skor yang subjek dapatkan maka semakin inovatif pula gaya berpikirnya.
2. Variabel 2 (Inovasi organisasi) Inovasi organisasi terdiri dari empat jenis bidang (Higgins, 1995). Keempat jenis inovasi tersebut adalah inovasi produk, proses, manajemen, dan marketing. Setiap alat ukur inovasi tersebut memiliki dimensi 7’s, yaitu strategy (strategi organisasi), structure (struktur organisasi), systems (sistem organisasi), style (gaya kepemimpinan/manajemen), staffs (staf), shared values (nilai bersama dalam organisasi), dan skills (kemampuan). Rentang skor pada setiap item adalah 1-10. Semakin tinggi nilai yang diberikan subjek terhadap setiap item maka penilaian subjek terhadap organisasi yang bersangkutan sebagai organisasi yang inovatif di bidang produk, proses, pemasaran, dan manajemen akan semakin tinggi.
III.C. Subjek Penelitian Populasi penelitian ini adalah seluruh karyawan dan karyawati di Kompas.Com. Sementara sampel yang akan diambil adalah 50 orang dari jumlah total 150 karyawan di Kompas.Com. Hal ini dikarenakan menurut Gravetter dan Wallnau (2007) jumlah sampel yang diperlukan untuk mencapai distribusi data normal adalah minimal n ≥ 30. Distribusi data normal dapat digunakan untuk merepresentasikan populasi sehingga hasil penelitian ini juga dapat digeneralisasikan di populasi tersebut.
III.D. Teknik Sampling Teknik sampling yang digunakan adalah non-random sampling. Jenis metode non-random sampling yang digunakan dalam penelitian ini yaitu quota sampling. Metode ini dilakukan karena peneliti memiliki beberapa karateristik yang mudah terlihat, yaitu dengan mengambil sampel dari semua departemen yang ada. Peneliti mengambil sampel sebanyak 50 orang yang berasal dari semua departemen di Kompas.Com. Sehingga jumlah sampel yang diambil oleh peneliti adalah 50 orang dari total 150 karyawan yang ada di Kompas.Com.
III.E. Instrumen Penelitian Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah dua alat ukur, yaitu alat ukur kreativitas adaptif dan inovatif serta alat ukur inovasi organisasi. Alat ukur kreativitas yang digunakan adalah alat ukur kreativitas Kirton Adaptive Innovative Inventory (KAI) yang telah diadaptasi ke dalam Bahasa Indonesia oleh Riyanti pada tahun 2003. Sementara alat ukur inovasi organisasi yang digunakan adalah alat ukur Innovation Quotient (Higgins, 1995). Kelebihan dari kuesioner menurut Kidder & Judd (1986) adalah: 1. Biaya, waktu, dan tenaga yang dikeluarkan, baik dalam menyusun, menyebarkan, dan mengisi alat tes tidak banyak. 2. Berkurangnya bias dalam pengambilan data karena faktor kehadiran peneliti seperti yang terjadi dalam teknik wawancara. 3. Menjaga anonimitas subjek sehingga mereka dapat memberikan jawaban yang sebenarnya, terutama pada pernyataan yang sensitif. 4. Mengurangi tekanan pada subjek untuk menjawab sesegera mungkin, terutama pada pernyataan yang sensitif.
III.E.1. Alat Ukur Kreativitas Adaptif-Inovatif Model Kirton Alat ukur pertama yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat ukur kreativitas yang diadaptasi oleh Riyanti (2003). Alat ukur KAI ini pada mulanya terdiri dari 32 item. Alat ukur tersebut kemudian dimodifikasi oleh beliau menjadi 31 item. Rentang skor KAI yang telah diadaptasi Riyanti secara teoritis ada di antara 31-186 dengan mean 108,5. Bila skor yang didapatkan individu lebih kecil dibandingkan mean teoritis maka hal tersebut menandakan individu yang bersangkutan memiliki gaya berpikir yang cenderung adaptif. Semakin kecil skor yang ia dapatkan maka tipe kreativitas yang ia miliki semakin adaptif. Begitu juga sebaliknya, bila skor yang didapatkan berkisar lebih besar dibandingkan dengan mean teoritis maka individu tersebut cenderung memiliki gaya berpikir inovatif. Pada alat ukur Kirton Adaptive Innovative Inventory (KAI) terdapat 3 dimensi atau subskala, yaitu: 1. Originality (keaslian ide) Skor yang tinggi pada dimensi ini menunjukkan bahwa individu mengembangkan ide saat memecahkan masalah dan menghasilkan solusi yang beresiko tinggi dan secara radikal memecahkan masalah yang sudah ada. Sementara skor yang rendah menunjukkan bahwa individu menghasilkan ide-ide yang lebih sedikit dan biasanya ide-ide tersebut mengikuti kebiasaan dan kebijaksanaan yang sudah ada. 2. Efficiency (efisiensi) Skor yang tinggi pada dimensi ini menunjukkan bahwa individu meninggalkan cara kerja, pola pikir, serta prosedur yang lama untuk mencapai target jangka panjang. Sementara skor yang rendah menunjukkan bahwa individu lebih mempertahankan efisiensi melalui perubahan yang bertahap. 3. Group Conforming (konformitas kelompok) Skor yang tinggi pada dimensi ini menunjukkan bahwa individu cenderung untuk tidak mengikuti aturan baku yang telah ada dalam menyelesaikan suatu masalah. Sementara skor yang rendah menunjukkan kecenderungan individu untuk beroperasi sesuai dengan kerangka kerja, peraturan, serta struktur yang sudah baku.
TABEL III.A.1. Daftar item berdasarkan dimensi KAI
[pic]
Pernyataan dalam kuesioner KAI tersebut terdiri dari 2 jenis, yaitu pernyataan yang menggambarkan gaya berpikir inovatif (favorable / positif) dan pernyataan yang menggambarkan gaya berpikir adaptif (unfavorable / negatif). Pada setiap pernyataan tersedia 6 alternatif jawaban dengan perhitungan sebagai berikut: a. Skor untuk pernyataan yang menggambarkan gaya berpikir inovatif (favorable) adalah: Sangat sesuai (SS) : 6 Sesuai (S) : 5 Agak Sesuai (AS) : 4 Agak Tidak Sesuai (ATS) : 3 Tidak Sesuai (TS) : 2 Sangat Tidak Sesuai (STS) : 1
b. Skor untuk pernyataan yang menggambarkan gaya berpikir adaptif (unfavorable) adalah: Sangat sesuai (SS) : 1 Sesuai (S) : 2 Agak Sesuai (AS) : 3 Agak Tidak Sesuai (ATS) : 4 Tidak Sesuai (TS) : 5 Sangat Tidak Sesuai (STS) : 6
Semakin tinggi skor yang didapatkan oleh subjek maka semakin besar pula kecenderungan subjek tersebut memiliki gaya berpikir inovatif. Begitu pula sebaliknya, semakin rendah skor yang didapatkan oleh subjek maka semakin besar pula kecenderungan subjek tersebut memiliki gaya berpikir adaptif. Tabel berikut ini adalah penggolongan item-item favorable (positif) dan unfavorable (negatif).
Alat ukur kedua yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat ukur yang telah diadaptasi ke bahasa Indonesia dari alat ukur Innovation Quotient yang dibuat oleh Higgins pada tahun 1995. Higgins (1995) mengatakan bahwa inovasi organisasi terbagi menjadi 4 yaitu inovasi produk, proses, manajemen, dan pemasaran.
Higgins (1995) menyusun alat tes tersebut berdasarkan 7 karateristik (Strategy, Strucutre, System Style, Staff, Skills, dan Shared Values) dimana setiap karateristik terdiri dari 7 item yang digunakan untuk mengukur karateristik tersebut. Total item yang ada dalam alat ukur ini adalah 49 item dengan skala 1 – 10. Higgins (1995) mengatakan bahwa inovasi organisasi terbagi menjadi 4 yaitu inovasi produk, proses, manajemen, dan pemasaran.
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan ke-4 alat ukur inovasi organisasi tersebut yaitu produk, proses, manajemen, dan pemasaran. Hal ini dikarenakan inovasi pada satu bidang akan diikuti oleh bidang lain baik secara langsung maupun tidak langsung (Higgins, 1995). Berikut ini merupakan tabel pembagian item yang mewakili setiap karateristik:
TABEL III.B. Daftar item berdasarkan karateristik inovasi organisasi
[pic]
Semakin rendah angka yang dipilih oleh subjek maka semakin tidak sesuai pernyataan tersebut dengan organisasi/tim tempat dia bekerja. Sebaliknya, semakin tinggi angka yang dipilih oleh subjek maka semakin sesuai pernyataan tersebut dengan organisasi/tim tempat dia bekerja. Norma yang dibuat menurut Higgins (1995) untuk semua bidang inovasi adalah sebagai berikut: - > 400 = Organisasi yang sangat inovatif - 350-400 = Organisasi yang inovatif - 300-350 = Cukup inovatif namun harus ditingkatkan - 200-300 = Butuh inovasi di banyak aspek - 100-200 = Kecil kemungkinan untuk berinovasi - 0,9 = Sangat reliabel - Nilai koefisien reliabilitas 0,7 – 0,9 = Reliabel - Nilai koefisien reliabilitas 0,4 – 0,7 = Cukup reliabel - Nilai koefisien reliabilitas 0,2 – 0,4 = Kurang reliabel - Nilai koefisien reliabilitas < 0,2 = Tidak reliabel
Begitu juga dengan Nunally (dalam Spector, 1988), ia menyatakan bahwa koefisien reliabilitas paling tidak harus memiliki besaran > 0.70 untuk menunjukkan bahwa skala tersebut memiliki internal consistency yang cukup tinggi.
III.G.2. Perhitungan Hubungan Variabel Tipe-tipe Kreativitas dengan Variabel Inovasi Organisasi Pengujian hipotesis penelitian akan menggunakan Pearson Product Moment untuk melihat apakah ada hubungan yang signifikan antara masing-masing tipe kreativitas adaptif-inovatif Kirton dengan inovasi organisasi (produk, proses, manajemen, dan marketing) Higgins. Rumus yang akan digunakan sebagai berikut:
[pic]
(Gravetter dan Wallnau, 2007, h.536)
Keterangan:
r = Korelasi antara X dan Y
X = Variabel kreativitas karyawan
Y = Variabel inovasi organisasi n = Jumlah sampel Besarnya nilai r akan terletak antara -1 ≤ 0 ≤ 1. Terdapat tiga macam koefisien korelasi yang akan terjadi, yaitu: a. Korelasi positif (r > 0) b. Tidak ada korelasi (r = 0) c. Korelasi negatif (r < 0)
III.G.3. Taraf Signifikasi Peneliti menggunakan taraf signifikasi sebesar 5% dalam penelitian ini. Hal ini dapat diartikan bahwa hanya ada 5 kemungkinan dalam 100 kali kesempatan, peneliti melakukan kesalahan dengan menolak bahwa H0 itu benar (Guilford & Fruchter, 1978).
III.H. Hasil Uji Coba Instrumen Penelitian
III.H.1. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kirton Adaptive Innovative Inventory (KAI)
Hasil Uji Validitas Kirton Adaptive Innovative Inventory (KAI)
Perhitungan uji validitas pada alat ukur kreativitas adaptif – inovatif model Kirton ini dilakukan dengan menggunakan program SPSS 17.0 (dapat dilihat di bagian lampiran). Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan maka semua item dinyatakan signifikan dan dapat mengukur konstruk dengan baik.
Keterangan: dengan df = n-2 = 30-2 = 28, dan α = 0,05 (two-tail test) maka rcritical = 0,361 (diperoleh dari tabel B.6)
Hasil Uji Reliabilitas Kirton Adaptive Innovative Inventory (KAI)
Tabel III.D.1. Hasil uji reliabilitas Kirton Adaptive-Innovative Inventory (KAI)
[pic]
Perhitungan uji reliabilitas kreativitas adaptif – inovatif model Kirton ini dilakukan dengan menggunakan program SPSS 17.0. Pengujian reliabilitas pada penelitian ini menggunakan koefisien Alpha Cronbach. Menurut Guilford dan Fruchter (1978), suatu alat ukur dikatakan sangat reliabel jika memiliki koefisien reliabilitas lebih dari 0,9. Sehingga berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan alat ukur ini sangat reliabel karena koefisien yang didapatkan mencapai 0.977.
Peneliti juga melakukan perhitungan uji reliabilitas kreativitas adaptif – inovatif model Kirton ini pada masing-masing dimensi dengan tetap menggunakan program SPSS 17.0. Pengujian reliabilitas pada ketiga dimensi KAI ini juga menggunakan koefisien Alpha Cronbach. Menurut Guilford dan Fruchter (1978), suatu alat ukur dikatakan sangat reliabel jika memiliki koefisien reliabilitas lebih dari 0,9. Sehingga berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan ketiga dimensi pada alat ukur ini sangat reliabel karena koefisien yang didapatkan lebih dari 0,9. Ketiga dimensi tersebut beserta skornya berturut-turut adalah sebagai berikut:
Tabel III.D.2. Hasil uji reliabilitas Kirton Adaptive-Innovative Inventory (KAI) dimensi Originality
[pic]
Tabel III.D.3. Hasil uji reliabilitas Kirton Adaptive-Innovative Inventory (KAI) dimensi Efficiency
[pic]
Tabel III.D.4. Hasil uji reliabilitas Kirton Adaptive-Innovative Inventory (KAI) dimensi Group Conforming
[pic]
III.H.2. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Inovasi Organisasi (Produk, Proses, Pemasaran, dan Manajemen) Higgins
Hasil Uji Validitas Inovasi Organisasi Higgins
a) Inovasi Produk Perhitungan uji validitas pada alat ukur inovasi organisasi (produk) ini dilakukan dengan menggunakan program SPSS 17.0 (dapat dilihat di bagian lampiran). Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan maka semua item dinyatakan signifikan dan dapat mengukur konstruk dengan baik.
Keterangan: dengan df = n-2 = 30-2 = 28, dan α = 0,05 (two-tail test) maka rcritical = 0,361 (diperoleh dari tabel B.6)
Hasil Uji Reliabilitas Inovasi Organisasi Higgins
a) Inovasi Produk Perhitungan uji reliabilitas pada alat ukur inovasi organisasi (produk) ini dilakukan dengan menggunakan program SPSS 17.0. Pengujian reliabilitas pada penelitian ini menggunakan koefisien Alpha Cronbach. Menurut Guilford dan Fruchter (1978), suatu alat ukur dikatakan sangat reliabel jika memiliki koefisien reliabilitas lebih dari 0,9. Sehingga berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan alat ukur ini sangat reliabel karena koefisien yang didapatkan mencapai 0.981.
Tabel III.F.1. Tabel hasil uji reliabilitas inovasi produk
|Reliability Statistics |
|Cronbach's Alpha |N of Items |
|.981 |49 |
b) Inovasi Proses Perhitungan uji reliabilitas pada alat ukur inovasi organisasi (proses) ini dilakukan dengan menggunakan program SPSS 17.0. Pengujian reliabilitas pada penelitian ini menggunakan koefisien Alpha Cronbach. Menurut Guilford dan Fruchter (1978), suatu alat ukur dikatakan sangat reliabel jika memiliki koefisien reliabilitas lebih dari 0,9. Sehingga berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan alat ukur ini sangat reliabel karena koefisien yang didapatkan mencapai 0.986.
Tabel III.F.2. Tabel hasil uji reliabilitas inovasi proses
|Reliability Statistics |
|Cronbach's Alpha |N of Items |
|.986 |49 |
c) Inovasi Pemasaran Perhitungan uji reliabilitas pada alat ukur inovasi organisasi (pemasaran) ini dilakukan dengan menggunakan program SPSS 17.0. Pengujian reliabilitas pada penelitian ini menggunakan koefisien Alpha Cronbach. Menurut Guilford dan Fruchter (1978), suatu alat ukur dikatakan sangat reliabel jika memiliki koefisien reliabilitas lebih dari 0,9. Sehingga berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan alat ukur ini sangat reliabel karena koefisien yang didapatkan mencapai 0.988.
Tabel III.F.3. Tabel hasil uji reliabilitas inovasi pemasaran
|Reliability Statistics |
|Cronbach's Alpha |N of Items |
|.988 |49 |
d) Inovasi Manajemen Perhitungan uji reliabilitas pada alat ukur inovasi organisasi (manajemen) ini dilakukan dengan menggunakan program SPSS 17.0. Pengujian reliabilitas pada penelitian ini menggunakan koefisien Alpha Cronbach. Menurut Guilford dan Fruchter (1978), suatu alat ukur dikatakan sangat reliabel jika memiliki koefisien reliabilitas lebih dari 0,9. Sehingga berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan alat ukur ini sangat reliabel karena koefisien yang didapatkan mencapai 0.987.
Tabel III.F.4. Tabel hasil uji reliabilitas inovasi manajemen
|Reliability Statistics |
|Cronbach's Alpha |N of Items |
|.987 |49 |
BAB IV
ANALISA HASIL PENELITIAN
IV.A. Gambaran Umum Subjek Penelitian Pada penelitian ini diperoleh gambaran subjek penelitian menurut jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan akhir, lama bekerja dan unit kerja.
1. Gambar Diagram IV.A.1. Gambaran subjek berdasarkan jenis kelamin
[pic]
Berdasarkan gambar pie chart di atas, jumlah subjek penelitian berjenis kelamin pria (34 orang) lebih banyak dibandingkan dengan yang berjenis kelamin perempuan (16 orang).
2. Gambar Diagram IV.A.2. Gambaran subjek berdasarkan usia
[pic]
Berdasarkan gambar pie chart di atas, jumlah subjek mulai dari yang paling banyak sampai paling sedikit, berturut-turut berada dalam rentang umur 26-30 tahun (19 orang), 31-35 tahun (17 orang), 21-25 tahun (12 orang), dan terakhir 36-40 tahun (2 orang).
3. Gambar Diagram IV.A.3. Gambaran subjek berdasarkan tingkat pendidikan
[pic]
Subjek yang memiliki latar belakang pendidikan S1 berjumlah 43 orang, S2 berjumlah 3 orang, dan Diploma / SMA berjumlah 4 orang.
4. Gambar Diagram IV.A.4. Gambaran subjek berdasarkan masa kerja
[pic]
Berdasarkan diagram di atas sebanyak masing-masing 12 subjek sudah bekerja di Kompas.Com selama rentang waktu >5 tahun, 1-3 tahun, dan 3-5 tahun. Sementara 14 orang subjek sisanya baru bekerja di Kompas.Com selama kurang dari 1 tahun.
5. Gambar Diagram IV.A.5. Gambaran subjek berdasarkan unit kerja
[pic]
Jumlah subjek berdasarkan unit kerjanya masing-masing adalah sebagai berikut:
|AP & AR Section |3 orang |
|Business Development Department |2 orang |
|Creative Department |7 orang |
|Editorial Department |15 orang |
|Gramedia Shop |1 orang |
|HR & GA department |4 orang |
|Information Technology Department |6 orang |
|Kompas Karrier |2 orang |
|Marketing Communication Section |3 orang |
|Mobile Business Section |3 orang |
|Research & Development Section |2 orang |
|Sales & Marketing Department |2 orang |
IV.B. Analisis Statistik dan Hasil Penelitian
IV.B.1. Uji Normalitas Alat Ukur Peneliti menguji normalitas data yang telah diambil untuk penelitian ini dengan menggunakan salah satu pengujian normalitas yaitu Kolmogorov-Smirnov. Uji Kolmogorov-Smirnov merupakan pengujian normalitas yang banyak dipakai, terutama setelah adanya banyak program statistik yang beredar karena pengujian ini sederhana dan mudah digunakan. Konsep dasar dari uji normalitas Kolmogorov-Smirnov adalah dengan membandingkan distribusi data (yang akan diuji normalitasnya) dengan distribusi normal baku. Distribusi normal baku adalah data yang telah ditransformasikan ke dalam bentuk Z-Score dan diasumsikan normal (“Uji normalitas”, 2009). Penerapan pada uji Kolmogorov Smirnov adalah bahwa jika signifikansi di bawah 0,05 berarti data yang akan diuji mempunyai perbedaan yang signifikan dengan data normal baku, berarti persebaran data tersebut tidak normal. Sebaliknya, jika signifikansi di atas 0,05 maka berarti tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara data yang akan diuji dengan data normal baku, sehingga dapat diasumsikan bahwa data yang diuji tersebut persebarannya normal.
Uji normalitas alat ukur Kirton Adaptive-innovative Inventory (KAI)
Tabel IV.B.1. Uji normalitas KAI
[pic]
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa taraf signifikansi dari Kirton Adaptive-innovative Inventory (KAI) sebesar 0.08, atau p > 0.05. Hal ini berarti alat ukur Kirton Adaptive-innovative Inventory (KAI) pada penelitian ini memiliki persebaran data yang normal.
Uji normalitas alat ukur Inovasi Produk Higgins
Tabel IV.B.2. Uji normalitas inovasi produk
[pic]
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa taraf signifikansi dari Inovasi Produk Higgins sebesar 0.559, atau p > 0.05. Hal ini berarti alat ukur Inovasi Produk Higgins pada penelitian ini memiliki persebaran data yang normal.
Uji normalitas alat ukur Inovasi Proses Higgins
Tabel IV.B.3. Uji normalitas inovasi proses
[pic]
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa taraf signifikansi dari Inovasi Proses Higgins sebesar 0.599, atau p > 0.05. Hal ini berarti alat ukur Inovasi Proses Higgins pada penelitian ini memiliki persebaran data yang normal.
Uji normalitas alat ukur Inovasi Pemasaran Higgins
Tabel IV.B.4. Uji normalitas inovasi pemasaran
[pic]
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa taraf signifikansi dari Inovasi Pemasaran Higgins sebesar 0.180, atau p > 0.05. Hal ini berarti alat ukur Inovasi Pemasaran Higgins pada penelitian ini memiliki persebaran data yang normal.
Uji normalitas alat ukur Inovasi Manajemen Higgins
Tabel IV.B.5. Uji normalitas inovasi manajemen
[pic]
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa taraf signifikansi dari Inovasi Manajemen Higgins sebesar 0.762, atau p > 0.05. Hal ini berarti alat ukur Inovasi Manajemen Higgins pada penelitian ini memiliki persebaran data yang normal.
IV.B.2. Statistik Deskriptif
Tabel IV.B.6. Tabel statistik deskriptif
[pic]
[pic] Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa skor rata-rata alat ukur Kirton Adaptive-innovative Inventory (KAI) pada penelitian ini adalah 100,36. Skor tersebut lebih kecil daripada mean teoritis alat ukur ini yaitu sebesar 108,5. Hal tersebut menandakan bahwa Kompas.Com memiliki sumber daya manusia (SDM) yang memiliki tipe kreativitas cenderung adaptif. Skor inovasi produk, proses, pemasaran, dan manajemen berturut-turut adalah 338,86; 339,66; 341,42; 341,48 dengan rata-rata sebesar 340,35. Berdasarkan norma yang dibuat oleh Higgins, inovasi pada bidang produk, proses, pemasaran, dan manajemen di Kompas.Com termasuk dalam kategori ”Cukup inovatif namun harus ditingkatkan” karena memiliki skor antara 300-350.
IV.C. Pengujian Hipotesis Penelitian Proses perhitungan untuk pengujian hubungan antara tipe kreativitas menurut Kirton dengan inovasi organisasi Higgins menggunakan program statistik SPSS versi 17.0 untuk operasi Windows. Pengujian ini akan dilakukan dengan menggunakan metode Pearson Product Moment. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan taraf signifikansi sebesar 5% atau 0,05. Hal tersebut menandakan bila signifikansi yang didapatkan dari perhitungan korelasi Pearson < dari 0,05 maka Ha diterima dan Ho ditolak. Begitu juga sebaliknya, bila signifikansi yang didapatkan dari perhitungan korelasi pearson > dari 0,05 maka Ho diterima dan H1 ditolak.
Tabel IV.C. Tabel korelasi Pearson
[pic]
Hubungan antara KAI dengan inovasi produk Nilai korelasi Pearson (r) antara tipe kreativitas adaptif-inovatif Kirton dengan inovasi produk adalah sebesar -0,220. Nilai korelasi tersebut menurut Pearson mengindikasikan perbandingan terbalik. Semakin rendah nilai variabel 1 (tipe kreativitas adaptif-inovatif Kirton) maka hal tersebut berkontribusi terhadap semakin tingginya nilai variabel 2 (inovasi produk Higgins). Namun yang menjadi poin paling penting dari data di atas untuk menjawab hipotesa penelitian pada penelitian ini adalah nilai signifikansi (p) dari hubungan antara tipe kreativitas adaptif-inovatif Kirton dengan inovasi produk yang sebesar 0,125. Nilai signifikansi tersebut menandakan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara tipe kreativitas adaptif-inovatif Kirton dengan inovasi produk karena p hitung > 0,05.
Hubungan antara KAI dengan inovasi proses Nilai korelasi Pearson (r) antara tipe kreativitas adaptif-inovatif Kirton dengan inovasi proses adalah sebesar -0,219. Nilai korelasi tersebut menurut Pearson mengindikasikan perbandingan terbalik. Semakin rendah nilai variabel 1 (tipe kreativitas adaptif-inovatif Kirton) maka hal tersebut berkontribusi terhadap semakin tingginya nilai variabel 2 (inovasi proses Higgins). Namun yang menjadi poin paling penting dari data di atas untuk menjawab hipotesa penelitian pada penelitian ini adalah nilai signifikansi (p) dari hubungan antara tipe kreativitas adaptif-inovatif Kirton dengan inovasi proses yang sebesar 0,127. Nilai signifikansi tersebut menandakan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara tipe kreativitas adaptif-inovatif Kirton dengan inovasi proses karena p hitung > 0,05.
Hubungan antara KAI dengan inovasi pemasaran Nilai korelasi Pearson (r) antara tipe kreativitas adaptif-inovatif Kirton dengan inovasi pemasaran adalah sebesar -0,168. Nilai korelasi tersebut menurut Pearson mengindikasikan perbandingan terbalik. Semakin rendah nilai variabel 1 (tipe kreativitas adaptif-inovatif Kirton) maka hal tersebut berkontribusi terhadap semakin tingginya nilai variabel 2 (inovasi pemasaran Higgins). Namun yang menjadi poin paling penting dari data di atas untuk menjawab hipotesa penelitian pada penelitian ini adalah nilai signifikansi (p) dari hubungan antara tipe kreativitas adaptif-inovatif Kirton dengan inovasi pemasaran yang sebesar 0,244. Nilai signifikansi tersebut menandakan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara tipe kreativitas adaptif-inovatif Kirton dengan inovasi pemasaran karena p hitung > 0,05.
Hubungan antara KAI dengan inovasi manajemen Nilai korelasi Pearson (r) antara tipe kreativitas adaptif-inovatif Kirton dengan inovasi manajemen adalah sebesar -0,151. Nilai korelasi tersebut menurut Pearson mengindikasikan perbandingan terbalik. Semakin rendah nilai variabel 1 (tipe kreativitas adaptif-inovatif Kirton) maka hal tersebut berkontribusi terhadap semakin tingginya nilai variabel 2 (inovasi manajemen Higgins). Namun yang menjadi poin paling penting dari data di atas untuk menjawab hipotesa penelitian pada penelitian ini adalah nilai signifikansi (p) dari hubungan antara tipe kreativitas adaptif-inovatif Kirton dengan inovasi manajemen yang sebesar 0,296. Nilai signifikansi tersebut menandakan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara tipe kreativitas adaptif-inovatif Kirton dengan inovasi manajemen karena p hitung > 0,05.
IV.D. Hasil Tambahan
Tabel IV.D.1. Tabel KAI berdasarkan jenis kelamin
|Jenis Kelamin |Mean Teoritis |Mean Empiris |Range Skala |Range Data |Ket. Kecenderungan |
|Pria |108.5 |100,9142857 |31-186 |83-142 |Adaptif |
|Wanita | |98,3125 | |86-110 |Adaptif |
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa nilai rata-rata skor KAI pada subjek pria sebesar 100,91 sedangkan pada subjek wanita sebesar 98,31. Kedua skor tersebut berada dibawah mean teoritis yang sebesar 108,5. Hal ini mengindikasikan bahwa baik karyawan pria maupun wanita di Kompas.Com memiliki kecenderungan tipe kreativitas adaptif.
Berdasarkan data di atas, dapat dilihat bahwa berdasarkan dimensi originality para karyawan di Kompas.Com memiliki nilai rata-rata yang lebih tinggi dibandingkan dengan nilai rata-rata teoritis. Hal ini berarti para karyawan di Kompas.Com mampu untuk mengembangkan ide-ide baru dalam memecahkan suatu masalah. Sementara itu pada dimensi efficiency dan group conforming, nilai rata-rata yang didapatkan oleh para karyawan di Kompas.Com lebih rendah dibandingkan dengan nilai rata-rata teoritis. Hal ini mengindikasikan bahwa para karyawan di Kompas.Com lebih menyukai perubahan yang bertahap ketika terjadi suatu perubahan serta lebih cenderung untuk melakukan pekerjaan sesuai dengan aturan dan struktur yang baku.
Berdasarkan data di atas terlihat bahwa nilai rata-rata semua karateristik inovasi organisasi relatif sama dan berada di atas nilai rata-rata teoritis. Rentang nilai dari setiap karateristik inovasi organisasi tersebut adalah 7 – 70, sementara rentang nilai yang didapatkan oleh Kompas.Com adalah 47-49. Nilai yang didapatkan oleh Kompas.Com di setiap karateristik relatif sama pada semua bidang inovasi (produk, proses, pemasaran, dan manajemen) dengan rata-rata pada setiap karateristik sebesar 48,62. Hal ini berarti pada setiap item, rata-rata karyawan Kompas.Com menjawab pada skor 6,94 (48,62 dibagi dengan 7). Merujuk kepada interpretasi data statistik pada tabel IV.B.2. serta norma yang ditentukan oleh Higgins maka Kompas.Com merupakan perusahaan yang cukup inovatif di semua bidang inovasi organisasi serta karateristik organisasi. Namun, Kompas.Com tetap harus meningkatkan kemauan dan kemampuan perusahaan dalam melakukan inovasi agar mencapai skala inovasi yang lebih tinggi lagi.
BAB V
KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN
V.A. Kesimpulan Penelitian Beberapa kesimpulan utama yang dapat ditarik dari pengujian hipotesis penelitian ini adalah: 1. Tidak ada hubungan yang signifikan antara tipe kreativitas adaptif-inovatif model Kirton dengan inovasi produk Kompas.Com. 2. Tidak ada hubungan yang signifikan antara tipe kreativitas adaptif-inovatif model Kirton dengan inovasi proses Kompas.Com. 3. Tidak ada hubungan yang signifikan antara tipe kreativitas adaptif-inovatif model Kirton dengan inovasi pemasaran Kompas.Com. 4. Tidak ada hubungan yang signifikan antara tipe kreativitas adaptif-inovatif model Kirton dengan inovasi manajemen Kompas.Com.
Hubungan antara tipe kreativitas adaptif-inovatif model Kirton dengan semua bidang inovasi organisasi di Kompas.Com adalah hubungan yang berbanding terbalik (korelasi negatif). Korelasi negatif, memperlihatkan bahwa semakin rendah nilai rata-rata pada variabel X akan diikuti oleh semakin tingginya nilai rata-rata pada variabel Y (Anastasi & Urbina, 1990). Namun meskipun setiap skor pada tipe kreativitas adaptif-inovatif Kirton memiliki korelasi negatif terhadap skor inovasi organisasi (produk, proses, pemasaran, dan manajemen), namun hubungan / korelasi tersebut ternyata tidak signifikan karena nilai signifikansi yang didapat antara KAI dengan inovasi produk (0,125), proses (0,127), pemasaran (0,244), dan manajemen (0,296) lebih besar daripada taraf signifikansi penelitian ini yang sebesar 0,05.
Indikasi lain yang menandakan bahwa hubungan / korelasi tersebut tidak signifikan adalah karena nilai korelasi (r) yang didapatkan antara KAI dengan inovasi produk (-0,220), inovasi proses (-0,219), inovasi pemasaran (-0,168), dan inovasi manajemen (-0,151) lebih kecil dari rtabel sebesar ± 0,288. Hal ini dikarenakan menurut Pearson (dalam Gravetter, 2007) agar hipotesis alternatif dapat diterima maka nilai korelasi pada penelitian harus lebih besar daripada nilai korelasi pada tabel.
Pada skor tipe kreativitas adaptif-inovatif Kirton terlihat bahwa para karyawan Kompas.Com cenderung memiliki tipe kreativitas adaptif. Begitu pula dengan kecenderungan tipe kreativitas berdasarkan jenis kelamin. Para karyawan pria maupun wanita di Kompas.Com juga terlihat memiliki kecenderungan tipe kreativitas adaptif. Namun hal yang menarik muncul ketika pengolahan data dilakukan pada tiap dimensi. Pada dimensi originality nilai rata-rata yang didapatkan oleh para karyawan berada diatas nilai rata-rata teoritis. Hal ini menandakan para karyawan memiliki ide-ide baru dalam memecahkan suatu masalah (cenderung inovatif). Sementara pada dimensi efficiency dan group conformity para karyawan di Kompas.Com mendapatkan nilai rata-rata di bawah nilai rata-rata teoritis (cenderung adaptif).
Pada pengolahan data inovasi organisasi, Kompas.Com memiliki skor yang cukup baik dalam inovasi organisasi, baik itu dalam inovasi produk 338,86; proses 339,66; pemasaran 341,42; dan manajemen 341,48 dengan total rata-rata inovasi organisasi sebesar 340,355. Hal ini memberikan kesimpulan bahwa Kompas.Com sebagai organisasi termasuk dalam kategori ”Cukup inovatif namun harus ditingkatkan” karena memiliki skor antara 300-350 (Higgins, 1995).
V.B. Diskusi
Pada pengujian hipotesis bab sebelumnya, hasil yang ditunjukkan adalah tidak ada hubungan yang signifikan antara tipe kreativitas adaptif-inovatif Kirton dengan inovasi organisasi. Hal yang menjadi poin penting dalam penelitian ini adalah tipe kreativitas adaptif-inovatif model Kirton yang merupakan representasi dari karateristik pekerja (Steers, 1980), ternyata tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan inovasi organisasi di Kompas.Com.Faktor-faktor lain seperti karateristik organisasi, karateristik lingkungan, serta karateristik kebijaksanaan dan praktek manajemen seperti yang dikemukakan oleh Steers (1980) mungkin lebih memiliki hubungan yang signifikan terhadap inovasi organisasi di Kompas.Com. Hal ini dikarenakan kreativitas yang ada pada karyawan pada pengaplikasiannya tidak memiliki kebebasan. Batasan dari peraturan pemerintah, kode etik jurnalistik, permintaan klien, permintaan pasar, dan kebijaksanaan manajemen menjadi pembatas bagi kreativitas para karyawan. Hal inilah yang menurut peneliti menjadi faktor penentu mengapa tipe kreativitas adaptif-inovatif model Kirton tidak berhubungan signifikan dengan inovasi organisasi.
Pada perhitungan statistik deskriptif terlihat bahwa rata-rata subjek dalam penelitian ini cenderung memiliki tipe kreativitas adaptif. Orang-orang dengan tipe kreativitas adaptif adalah individu-individu yang menggunakan kreativitas yang mereka miliki untuk menyempurnakan dan memperbaiki sistem atau metode yang ada agar menjadi lebih baik.
Bila dianalisis secara mendalam, terlihat bahwa pada dimensi originality para karyawan di Kompas.Com memiliki nilai rata-rata yang cenderung mengarah kepada tipe kreativitas inovatif. Hal ini berarti para karyawan di Kompas.Com sebenarnya memiliki ide-ide baru dalam menghadapi dan memecahkan suatu masalah. Namun para karyawan di Kompas.Com itu sendiri juga harus tetap melakukan suatu perubahan secara bertahap, mengutamakan kestabilan perusahaan, melihat selera pasar dan informasi-informasi yang sedang digandrungi masyarakat, serta mengikuti aturan-aturan yang ada. Perubahan yang bertahap dan mengutamakan kestabilan perusahaan merepresentasikan skor yang adaptif pada dimensi Efficiency. Sementara mengikuti selera pasar dan aturan-aturan yang ada merepresentasikan skor yang adaptif pada dimensi Group Conformity. Hal inilah yang membuat tipe kreativitas para karyawan di Kompas.Com menjadi adaptif karena dalam penerapan kreativitas yang mereka miliki, mereka tetap harus memiliki tanggung jawab baik kepada masyarakat, perusahaan, klien, dsb.
Sebagai contoh dalam hubungan antara KAI dengan inovasi produk, Kompas.Com sebagai perusahaan yang menyajikan sebagian besar produknya dalam bentuk berita dituntut untuk selalu berpedoman pada kode etik dan aturan-aturan baik yang dibuat oleh pemerintah maupun perusahaan. Hal inilah yang membuat para karyawannya dalam berinovasi tetap harus mengikuti aturan-aturan serta struktur yang sudah baku.
Sementara itu dalam hubungan antara KAI dengan inovasi proses, Kompas.Com yang terus berusaha melakukan inovasi agar proses pembuatan produk semakin cepat, akurat dan hemat melakukan hal tersebut dengan mengadaptasi cara lama. Sebagai contoh, misalkan ada suatu perusahaan ingin membuat iklan, pada workflow yang lama maka hal tersebut harus melewati beberapa proses seperti briefing internal -> presentasi klien -> produksi -> penayangan iklan. Pada awalnya semua bagian tersebut harus melibatkan departemen editorial, creative, information technology, serta marketing communication. Namun agar lebih cepat, akurat, dan hemat maka pada bagian produksi dan penayangan iklan, departemen marketing communication sekarang diberi kewenangan untuk menangani hal tersebut. Hal tersebut mengindikasikan Kompas.Com melakukan perubahan dengan cara mengadaptasi sistem yang lama tanpa membentuk sistem baru (departemen, panitia, atau tim kerja yang baru).
Begitu pula dalam hubungan antara KAI dengan inovasi pemasaran, Kompas.Com menggunakan fasilitas-fasilitas yang sudah ada seperti jejaring sosial (facebook dan twitter). Misalkan ketika sedang mempromosikan event Gramedia Shop, Kompas.Com lebih mengandalkan sistem promosi yang menjangkau dengan luas serta hemat seperti jejaring sosial dibandingkan dengan membuat suatu yang benar-benar baru, seperti berpromosi di bundaran HI ataupun tempat-tempat strategis lainnya dengan menggunakan kostum-kostum ataupun banner-banner yang menarik perhatian.
Terakhir dalam hubungan antara KAI dengan inovasi manajemen, tipe kreativitas adaptif masih terlihat. Sebagai contoh, pada awalnya Kompasiana dan Mobile section merupakan unit kerja yang tidak berdiri sendiri. Namun seiring dengan semakin tingginya peminatan terhadap kedua hal tersebut maka pihak manajemen Kompas.Com baru menjadikannya suatu unit kerja yang mandiri. Hal ini menunjukkan Kompas.Com dalam melakukan perubahan lebih menyukai perubahan secara bertahap yang merupakan salah satu ciri tipe kreativitas adaptif. Sementara itu untuk bidang inovasi organisasi di Kompas.Com, para sumber daya manusia (SDM) yang berada dan terlibat dalam perusahaan tersebut harus tetap berjuang dan berusaha keras dalam melakukan inovasi-inovasi di semua bidang organisasi agar Kompas.Com dapat semakin lebih maju dan berkembang sehingga dapat mencapai visi misinya. Skor inovasi yang didapatkan baik itu dalam inovasi produk 338,86; proses 339,66; pemasaran 341,42; dan manajemen 341,48 dengan total rata-rata inovasi organisasi sebesar 340,355 yang termasuk dalam kategori cukup inovatif, tidak boleh membuat Kompas.Com cepat berpuas diri. Kompas.Com harus terus menerus berinovasi agar terus maju sehingga tidak kalah dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat. Peneliti menyadari penelitian ini masih jauh dari sempurna dan memiliki beberapa keterbatasan. Jumlah item kuesioner yang berjumlah 227 menjadi salah satu kelemahan dalam penelitian ini karena terdapat kemungkinan jawaban yang diberikan oleh subjek dipengaruhi faktor kebosanan. Namun hal tersebut sudah coba diantisipasi peneliti dengan memberikan tenggang waktu kurang lebih selama 1 bulan.
V.C. Saran
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat teoritis dan praktis. Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat untuk penelitian lainnya, organisasi sejenis, dan terutama untuk Kompas.Com itu sendiri. Peneliti juga berharap ada perbaikan-perbaikan dalam penelitian selanjutnya karena masih besar kemungkinan untuk melakukan penelitian lanjutan.
V.C.1. Saran Praktis
Tipe kreativitas adaptif – inovatif model Kirton ternyata tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan inovasi organisasi. Oleh karena itu Kompas.Com diharapkan dapat melakukan penelitian lanjutan untuk mencari tahu apa saja yang berkontribusi terhadap inovasi organisasi dalam rangka mencapai visi dan misi perusahaan. Banyak sekali teori-teori dan tipe kreativitas yang dikemukakan oleh para ahli. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan teori yang dikemukakan oleh Kirton. Oleh karena itu tidak menutup kemungkinan penelitian lanjutan dapat dilakukan dengan mempertimbangkan teori kreativitas yang lainnya, maupun variabel yang lain. Sebagai contoh: variabel kepuasan kerja, gaya kepemimpinan, motivasi karyawan, kompetensi manajerial, dll.
Hal tersebut diharapkan dapat membuat Kompas.Com mengetahui variabel mana yang memiliki kontribusi paling besar dan signifikan terhadap inovasi organisasi. Selain itu Kompas.Com juga harus terus meningkatkan inovasi-inovasi organisasi di semua bidang (produk, proses, pemasaran, dan manajemen). Persaingan yang ketat diharapkan dapat menjadi salah satu motivasi bagi SDM-SDM di Kompas.Com agar melakukan inovasi-inovasi yang dapat membawa perusahaan menjadi lebih baik lagi.
V.C.2. Saran untuk Penelitian Selanjutnya
Ada beberapa masukan yang dapat peneliti berikan untuk penelitian selanjutnya, diantaranya:
1. Sebaiknya pada penelitian selanjutnya, sampel tidak hanya diambil pada satu perusahaan saja. Sampel dapat diambil dari dua atau lebih perusahaan yang sejenis, sehingga dapat dibandingkan ataupun disatukan untuk mendapatkan gambaran hubungan yang jauh lebih jelas.
2. Penelitian selanjutnya juga diharapkan tidak membatasi hanya dengan tipe kreativitas adaptif-inovatif model Kirton saja namun juga dapat melihat dari teori kreativitas lainnya. Penelitian selanjutnya juga bisa melihat dari variabel lainnya misalkan gaya kepemimpinan, motivasi karyawan, kepuasan karyawan, kompetensi manajerial, dll.
DAFTAR PUSTAKA
Anastasi, A., Urbina, S. (1990). Psychological testing (7th ed). New York: Macmillan publishing
Assegaf, D.H. (1993). Islam dan tantangan abad informasi: tebaran tulisan tentang pers dan dakwah dalam era globalisasi informasi. Jakarta: Media Sejahtera
Crocker, L., Algina, J. (1986). Introduction to classical and modern test theory. USA: Harcourt Brace Jovanovich College Publishers
Djalali, M.A. (2004). Tipe kepribadian kode warna & kreativitas. Anima Indonesian Psychological Journal, 20(1), 24-39
Ford, C.M., Gioia, D.A. (1995). Creative action in organization-Ivory tower visions and real world voices. London: Sage Publications
Gamble, T.K., Gamble, M. (2002). Communication works. New York: McGraw-Hill
Gravetter, F.J., Wallnau, L.B. (2007). Statistics for the behavioral sciences (7th ed). Australia: Thomson Learning
Greenberg, J., Baron, R.A. (2003). Behaviour in organization (8th ed). New Jersey: Prentice Hall
Guilford, J.P., Fruchter, B. (1978). Fundamental statistics in psychology and education. Singapore: McGraw-Hill Book Company
Henry, J. (2001). Creativity in management. London: Sage Publications
Higgins, J.M. (1995). Innovate or evaporate: test and improve your organization’s IQ its innovation quotient. New York: New Management
Holt, D.H. (1992). Entrepreneurship: New venture creation. New Jersey: Prentice Hall
Kamus Bahasa Indonesia Online. Diakses pada 19 Oktober 2010 dari http://kamusbahasaindonesia.org/media
Kirton, M.J. (1976). Adaptors and innovators: a description and measurement. Journal of Applied Psychology, 61(5), 622-629
Kirton, M.J. (1989). Adaptors and innovators: styles of creativity and problem solving. Great Britain: Antony Rowe Ltd
Kumar, R. (1999). Research methodology: a step-by step guide for beginners. London: Sage Publications
Munandar, A.S. (2001). Psikologi industri dan organisasi. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia
Naiman, L. (2006, 17 Maret). What is creativity?. Diakses pada 28 November 2010 dari http://www.creativityatwork.com/articlesContent/whatis.htm
Pratitis, N.T., Pandin, M.G. (2002). Hubungan antara karateristik “kepribadian yang kreatif” dan motivasi ekstrinsik-intrinsik dengan kreativitas. Anima Indonesian Psychological Journal, 17(2), 120-130
Ramlan (2010, 31 Oktober). Pengertian berita. Diakses pada 25 Juni 2011 dari http://ramlannarie.wordpress.com/2010/10/31/pengertian-berita/
Riyanti, B.P.D. (2009). Kewirausahaan bagi mahasiswa. Jakarta: Fakultas Psikologi Unika Atma Jaya
Riyanti, B.P.D. (2003). Kewirausahaan dari sudut pandang psikologi kepribadian. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia
Robbins, S.P. (2003). Organizational behaviour (10th ed). New Jersey: Prentice Hall
Robbins, S.P., Coulter, M. (2005). Management (8th ed). New Jersey: Prentice Hall
Schumann, P.A., Preswood, C.L., Tong, A.H., Vanston, J.H. (1994). Innovate!: straight path to quality, customer delight and competitive advantage. New York: McGraw-Hill
Spector, P.E. (1984). Research designs. London: Sage Publications
Spencer, L.M. (1993). Competence at work: models for superior performance. New York: John Wiley & Sons
Suharnan (2002). Skala C.O.R.E sebagai alternatif mengukur kreativitas suatu pendekatan kepribadian. Anima Indonesian Psychological Journal, 18(1), 36-56
Steers, R.M. (1984). Organizational effectiveness (4th ed). Jakarta: Erlangga
Top Sites In Indonesia. Diakses pada 20 Juni 2011 dari http://www.alexa.com/topsites/countries/ID
Truman, H. (2007, 17 Maret). Dampak globalisasi informasi. Diakses pada 19 Oktober 2010 dari http://adetaris.multiply.com/journal/item/2
Statistik, K. (2009, 17 Maret). Uji Normalitas dengan Kolmogorov Smirnov. Diakses pada 24 Juni 2011 dari http://www.konsultanstatistik.com/2009/03/uji-normalitas-dengan-kolmogorov.html
Wahono, T. (2010, 24 November). Kompas raih tiga penghargaan internasional. Diakses pada 24 November 2010 dari http://tekno.kompas.com/read/2010/11/24/2001588/Kompas.Raih.Tiga.Penghargaan.Internasional-12
West, M.A. (2000). Developing creativity in organizations: mengembangkan kreativitas dalam organisasi. (Hidayat, B., Terj). Yogyakarta: Penerbit Kanisius (Karya asli diterbitkan 1997)
-----------------------
Hubungan antara tipe kreativitas adaptif-inovatif model Kirton dengan inovasi organisasi (produk, proses, pemasaran, dan manajemen) Higgins di Kompas.Com
Untuk melakukan inovasi yang baik dan berkualitas diperlukan kreativitas
Kompas.com perlu melakukan inovasi agar perusahaan dapat semakin maju sehingga dapat mencapai visi & misi
Kompas.com sebagai perusahaan web portal terbesar pertama di Indonesia memiliki visi dan misi untuk menjadi perusahaan Media online terbesar, terbaik, dan menguntungkan di Indonesia dan Asia Tenggara namun saat ini kompas.com menempati peringkat 3 website berita yang paling banyak dikunjungi di Indonesia pada tahun 2011
Beberapa web portal mulai bermunculan dimulai dari kompas.com, detik.com dan vivanews.com
Untuk mengakomodasi hal tersebut media massa beralih ke media massa modern (internet/mobile)
Era globalisasi meliputi globalisasi informasi membuat masyarakat menjadi (information society)