Free Essay

Indonesia: Krisis Identitas

In:

Submitted By Ghalbudin
Words 3155
Pages 13
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 PENGANTAR
Pernahkah terlintas dalam benak Anda, mengapa Anda atau teman-teman Anda lebih senang menghabiskan waktu di Starbucks Coffee atau McDonald’s yang lebih terkesan sangat bergaya Barat? Padahal, selain porsi makanan yang disajikan oleh McDonald’s yang berasal dari California, Amerika Serikat itu jauh dari standart porsi makan kita juga memiliki rasa yang belum cukup untuk memanjakan lidah manusia Indonesia yang terbiasa dengan cita rasa dari campuran rempah-rempah yang membuat bangsa kita terjajah lebih dari empat abad.
Anda juga pasti mengenal iPod atau alat pemutar musik mp3 player lainnya, mengapa kita tidak berpikir bahwa gadget-gadget tersebut sudah tidak asing lagi. Sementara handphone yang kita gunakan pada umumnya, hampir semua menambahkan mp3 player sebagai media tambahan selain telepon dan SMS (Short Message System).
Terpikirkan juga kah, mengapa Anda atau teman-teman Anda menggunakan celana Jeans dalam waktu yang bersamaan? Tentu akan semakin mengherankan untuk mempelajari hal-hal kecil itu terjadi tanpa kesepakatan bersama.
Setelah kami hadirkan beberapa fakta kepada Anda sebagai awal dari makalah kami, tidak kah Anda terpancing untuk bertanya lebih jauh lagi? Makalah ini tepat untuk membantu Anda memahami, ada apa dibalik semua kejadian yang bersamaan ini.

1.2 RUMUSAN MASALAH
Makalah kami ingin mengajak Anda mengetahui suatu fenomena yang mendunia, yang kemudian membentuknya menjadi suatu budaya atau kultur tren. Sehingga, hampir seluruh masyarakat secara bersamaan mengenakan celana Jeans, menggunakan iPod, atau bahkan menginvestasikan waktu luang mereka di Starbucks Coffee.
Berikut adalah gagasan-gagasan untuk memahami fokus makalah kami: 1) Apa itu Budaya? 2) Apa itu proses Globalisasi Budaya? 3) Faktor-faktor apa saja yang mendorong proses Globalisasi Budaya? 4) Apa dampaknya pada Kebudayaan dan Identitas Nasional Indonesia?

1.3 TUJUAN dan MANFAAT Berdasarkan pengantar dan rumusan masalah yang ada di atas, makalah ini kami susun dengan tujuan : 1) Memahami makna kata Budaya. 2) Mengetahui bagaimana terjadinya proses Globalisasi Budaya. 3) Mengetahui faktor-faktor yang mendorong terjadinya proses Globalisasi Budaya. 4) Mengetahui dampak globalisasi terhadap Kebudayaan dan Identitas Nasional Indonesia.

BAB II
LANDASAN TEORI

Makalah kami berjudul “Globalisasi: Krisis Identitas”, dimana yang menjadi fokus utamanya adalah budaya. Kami ingin menegaskan, bahwa globalisasi terhadap budaya dalam konteks globalisasi budaya tidak menyebabkan hilangnya budaya itu sendiri. Selain itu, mengingat bahwa dunia terus berkembang, seringkali budaya dikaitkan dengan globalisasi. Maka, didalam makalah ini akan erat kaitannya terhadap globalisasi budaya, dan membawa anda untuk memahami secara ringkas bahwa globalisasi budaya tidak terlalu buruk seperti yang dibayangkan.
Dalam pranala Wikipedia, didapatkan arti dari budaya sebagai berikut: “Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Dalam bahasa Inggris kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata Latin Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani. Kata Culture juga kadang diterjemahkan sebagai “kultur” dalam bahasa Indonesia.”
Dengan demikian, dapat diidentifikasikan bahwa budaya atau kebudayaan berasal dari manusia melalui suatu proses berpikir dan bertindak. Hal itu dijelaskan bahwa budaya memiliki kaitan dengan budi dan akal manusia.
Sedangkan para ahli, mengemukakan pendapatnya masing-masing mengenai budaya. Menurut Edward B. Taylor, kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang didalamnya mengandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat- istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat. Sementara itu menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi, kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat.
Satu kesamaan dalam definisi tentang kebudayaan menurut para ahli, adalah variabel yang menyusun kebudayaan sehingga dikatakan demikian, dan semua itu memiliki sumber yang sama adalah masyarakat. Jadi, masyarakat sangat memiliki peranan yang banyak dalam membentuk kebudayaan. Dalam hal ini, tentunya sifat solid yang dimiliki oleh masyarakat sebagai suatu kesatuan komunitas yang membentuk budaya, akan mampu mempertahankannya.
Dalam definisi globalisasi menurut beberapa ahli, salah satunya adalah Jan Aart Scholte mengatakan bahwa “Globalisasi adalah serangkaian proses dimana relasi sosial menjadi relatif terlepas dari wilayah geografis”. Sementara bilamana menilik definisi budaya diatas, maka bisa diartikan bahwa globalisasi budaya adalah serangkaian proses dimana relasi akal dan budi manusia relatif terlepas dari wilayah geografis.
Hal ini memunculkan jalinan situasi yang integratif antara akal dan budi manusia disuatu belahan bumi yang lain dengan yang lain. Sementara itu, dalam pandangan kaum hiperglobalis mereka berpendapat tentang definisi globalisasi budaya adalah proses homogenisasi (penyatuan) dunia dibawah bantuan budaya popular Amerika atau paham konsumsi budaya Barat pada umumnya.
Definisi hiperglobalis tersebut, jika bisa disamakan dengan keanekaragaman istilah globalisasi pada umumnya, yang salah satunya adalah Westernisasi. Dimana ada penyebaran kebudayaan Barat terutama kebudayaan Amerika. Namun, jika dilihat lebih lanjut, definisi dari paham hiperglobalis tidak bisa lepas daripada sifat-sifat yang cenderung mengandung pikiran ekonomi, atau berorientasi ekonomi.
Hal itu jelas dapat dilihat dan dinilai, dari penekanan paham konsumsi terhadap budaya Barat pada umumnya. Jadi, budaya Barat juga dapat diartikan budaya yang diperjual-belikan, sementara masyarakat dunia pada umumnya adalah konsumen yang menikmati. Sehingga muncullah kondisi dimana istilah Westernisasi digunakan sebagai simbolis terhadap sifat konsumerisme tersebut. Baik itu konsumsi terhadap bentuk pemerintahan atau sistem politik, mekanisme pasar atau paham ekonomi, bahkan hingga bentuk celana Jeans atau kebudayaan.
Masih menyangkut tentang globalisasi budaya, dari definisi tersebut maka lahirlah apa yang dikatakan sebagai global pop culture. Global Pop Culture adalah budaya tren dalam suatu wilayah atau region yang kemudian dipopulerkan hingga ke taraf dunia atau lingkup global.
Selain itu apa sajakah faktor-faktor yang mendorong proses globalisasi budaya, setelah kita tahu definisi dari proses globalisasi budaya. Berbicara mengenai faktor, sama seperti berbicara mengenai alasan, sehingga tentunya akan muncul banyak alasan atau faktor-faktor yang membentuk sesuatu tersebut menjadi sebuah masalah.
Dalam sebuah situs atau pranala, dikatakan sebagai faktor utama penyebab globalisasi budaya adalah pesatnya perkembangan teknologi informasi, khususnya pada awal abad ke-20.
Ternyata, perkembangan teknologi tidak semata menjadi faktor utama, dalam hal ini globalisasi ekonomi juga ikut berperan, bahkan hingga kepada faktor-faktor politik. Hal ini juga menjelaskan mengapa globalisasi tidak terlepas dari politik, ekonomi, bahkan budaya, yang ditenggarai sebagai globalisasi ketiga.
Masuk kepada pembahasan definisi selanjutnya, dalam makalah ini, kami juga membahas tentang dampak globalisasi budaya terhadap kebudayaan itu sendiri dan identitas nasional. Akan tetapi, dalam bagian ini kami tidak akan membahas terlalu dini tentang itu, hanya saja kami merasa perlu untuk memberitahukan Anda mengenai identitas nasional.
Secara sederhana, identitas nasional dapat dipahami sebagai: simbolisasi yang dimiliki seseorang sebagai suatu komunitas dalam lingkup wilayah teritori dimana dia hidup berbudaya. Karena dengan identitas nasional itulah, seseorang dikenal darimana dia berasal, bukan hanya dari bentuk secara fisik termasuk juga teknologi, sistem mata pencaharian, sistem kekerabatan dan organisasi sosial, bahasa, kesenian, sistem kepercayaan, dan ilmu pengetahuan. Yang mana kesemua hal tersebut adalah unsur-unsur utama kebudayaan.
Identitas nasional yang menjadi hal yang paling berpengaruh adalah bahasa. Hampir setiap bahasa dalam masing-masing Negara berbeda-beda. Bahasa di Asia Tenggara pun berbeda-beda, sementara itu contoh kecil adalah Indonesia yang memiliki beraneka-ragam suku dan bahasa. Ketika kita berada di Kalimantan, hampir sebagian masyarakatnya mengkonsumsi bahasa daerah seperti bahasa Dayak, Banjarmasin, dan Melayu, padahal bahasa Indonesia hadir sebagai bahasa pemersatu. Di Sumatera juga demikian, kecenderungan menggunakan bahasa daerah lebih kuat dibandingkan penggunaan bahasa Indonesia, dan fenomena tersebut juga melanda hampir disetiap daerah di Indonesia.
Ternyata, identitas nasional bilamana berpatokan kepada bahasa, sebagai contoh Indonesia, masih terlalu riskan. Karena masih adanya kelas-kelas yang terbagi dalam kesukuan. Hal tersebut akan menghambat tumbuh-kembang globalisasi. Bukan berarti bahasa Indonesia adalah penghambat, jika suku ataupun bahasa dalam hal ini sangatlah beragam, dan bahasa Indonesia punya andil untuk itu. Tidak jarang, di kawasan Asia yang lainnya seperti Cina, Korea, dan Jepang sama-sama menggunakan huruf Kanji, dan tidak menutup kemungkinan dari 3000 huruf Kanji Jepang memiliki kesamaan bentuk dan pengucapan sebanyak presentase tertentu dengan Cina dan Korea. Bahkan untuk Jepang sendiri, logat Kansai dengan logat Jepang pada umumnya dapat menimbulkan perbedaan makna bila diucapkan, padahal mereka sama-sama berada pada satu kesatuan wilayah Jepang. Demikian juga dengan bahasa Cina dan Korea`.
Berarti tidak menutup kemungkinan bahwa perbedaan bahasa sebagai identitas nasional, mampu terpecah oleh munculnya kesukuan dalam suatu wilayah atau teritori yang berdaulat. Bahasa Inggris saja, yang diklaim sebagai bahasa Internasional, memiliki variasi yang bermacam-macam, mulai dari bahasa Inggris British, Inggris Amerika, dan Inggris Australia. Meskipun pada akhirnya, bahasa Inggris tetap berpatokan kepada Inggris British dalam tatanan bahasa Internasional.

BAB III
PEMBAHASAN
3.1 PENYEBARAN GLOBAL POP CULTURE SEBAGAI HASIL DARI GLOBALISASI BUDAYA
Globalisasi Budaya yang dirasakan sebagai satu kesatuan paket dari globalisasi yang lainnya, dikatakan sebagai globalisasi ketiga. Diminique Wolton, Kepala Pusat Kajian Center of National Research Scientific (CNRS) Prancis, dalam kesempatannya ketika berkunjung ke Indonesia pada tanggal 13 Desember 2004 menyatakan, “Dunia dewasa ini akan memasuki perkembangan baru globalisasi. Setelah globalisasi politik dan globalisasi ekonomi, umat manusia memasuki globalisasi budaya. Globalisasi politik dimulai dengan terbentuknya PBB. Sedangkan, globalisasi ekonomi dimulai sejak perdagangan bebas dalam kurun waktu antara tahun70-an. Dari ketiga globalisasi tersebut, sektor budaya lah yang paling sulit dilakukan. Sedangkan yang paling mudah adalah globalisasi ekonomi…”
Pernyataan Diminique Wolton mengenai sulitnya globalisasi budaya untuk dilakukan, tentunya belum mampu dipastikan sebagai berita baik bagi kalangan pendukung globalisasi. Hal ini tentunya akan menjadi pendorong yang tepat bagi kaum skeptis untuk terus menolak
Globalisasi, meskipun globalisasi tidak dapat dihentikan begitu saja, kabar baiknya globalisasi budaya terus berjalan hingga sekarang ini. Sehingga berhasil memunculkan suatu istilah global pop culture, sebagai suatu bukti adanya globalisasi budaya ditengah tentangan kaum skeptis.
Berdasarkan sejarah, kehadiran global pop culture atau budaya populer global tidak dapat terlepas dari perkembangan pembangunan pada abad ke-19 dan 20. Pada abad ke-19, pembangunan pada aspek media massa, khususnya surat kabar dan novel-novel menjadikan jarak yang terpisah antar suatu masyarakat di suatu belahan dunia terhadap belahan dunia lainnya untuk mengakses tren kultur, tidak terhambat oleh masalah tempat. Pada abad-20 penemuan radio, televisi, dan komputer menjadikannya fenomena dalam perluasan akses. Hasilnya, tren kultur popular pada suatu regional tertentu dengan mudah menyebar ke belahan dunia lainnya, dimana budaya itu bisa dimodifikasi oleh tradisi lokal dan bisa menjadi salah satu yang termasuk kultur popular lokal.
Seperti yang dijelaskan pada bagian pengantar; celana Jeans adalah celana panjang yang secara tradisional terbuat dari denim, tetapi juga dapat dibuat dari variasi benang-benang kecuali corduroy. Kemudian, pada tahun 1850 Levi Strauss, menjual celana Jeans biru atau blue Jeans dibawah nama dagang “Levi’s” kepada komunitas tambang di California-Amerika Serikat. Sehingga, pada umumnya Jeans biru dikenakan sebagai celana panjang oleh para pekerja, khususnya di industri-industri selama Perang Dunia II; sekarang menjadi tren atau budaya populer global setelah Levi Strauss (Levi’s) mendapat hak paten pada tahun 1973 dan mendominasi pasar celana Jeans (blue Jeans) yang hingga sekarang pun tetap populer.
Salah satu budaya populer global yang lainnya adalah Harajuku Style, yang mana adalah salah satu dari bagian lifestyle atau gaya hidup para remaja atau pemuda-pemudi Jepang, yang dideskripsikan lewat cara berpakaian mereka, yang didapatkan dari dua sentra perbelanjaan utama yaitu: Ometesandoo dan Takeshita-Doori. Area-area tersebut menjadi sentral fashion anak-anak muda di Jepang; dan memiliki toko-toko kecil yang menjual fashion dengan model Gothic Lolita, visual kei, rockabilly, hip-hop, dan punk, ditambah lagi dengan outlet-outlet makanan cepat-saji dan lainya.
Bahkan, Harajuku Style juga sudah menciptakan suatu sub-kultur baru yang disebut Harajuku Girl atau gadis Harajuku; yang merupakan suatu perpanjangan kultur daripada Harajuku Style yang mana para gadis di Jepang yang mengekpresikan dirinya dengan macam-macam style fashion di kawasan Harajuku. Terlebih lagi, kata Harajuku Girl itu sendiri muncul mendunia melalui album Gwen Stefani “Love. Angel. Music. Baby”.
Fenomena novel Harry Potter adalah salah satu kasus yang terkait dengan kultur populer global. Fenomena Harry Potter sangat luas, sebagai salah satu daripada kultur populer global. Setiap penggemar Harry Potter diseluruh dunia secara serentak mengantri di toko buku hingga tengah malam, hal ini merupakan ciri khas dari peluncuran novel Harry Potter di setiap tahunnya. Dresscode tertentu juga ikut meramaikan setiap peluncuran perdana per edisi Harry Potter. Mulai dari jubah khas Hogwarts hingga tongkat sihir, bahkan bahasa sihir yang digunakan di dalam novel Harry Potter timbul seperti hegemoni yang terkadang tidak mampu untuk dilupakan. Sebut saja “accio”, “leviosa”, atau “avada kedavra”.
Bukan hanya Harry Potter, kemunculan The DaVinci Code, juga mempopulerkan lukisan Perjamuan Kudus, dan menghadirkan berpuluh-puluh buku atau novel epik baru yang mengguncang iman umat Kristiani.
Anda juga tidak akan pernah menyangka, bahwa sepak bola yang anda gemari, khususnya para lelaki, adalah produk dari budaya populer global. Terlebih lagi ketika anda mengenakan kaos atau sepatu bola yang seperti digunakan oleh para pemain bola idola anda. Bahkan anda atau café-café kegemaran anda akan sangat bersedia menyediakan ruang lebih untuk mengadakan acara “nonton bareng”, baik itu pertandingan lokal, atau mungkin FIFA World Cup 2014 yang baru saja dimulai. Namun, akan terasa lain ketika anda adalah seorang penentang globalisasi bahkan hingga globalisasi budaya sekalipun; dalam balutan budaya populer global, sementara anda sangat bangga mendukung tim anda dan mengenakan aksesoris tim kebanggaan. Anda merasakan sensasi yang sama yang dirasakan oleh bangsa-bangsa di Eropa atau bahkan dunia, padahal anda sama sekali tidak memiliki jagoan nasional.
Kami pun ingin menegaskan, bahwa globalisasi budaya dalam konteks budaya populer global memiliki orientasi yang juga bersifat kepentingan ekonomi. Dengan adanya Harajuku, Levi’s, Euro Championship, iPod, MP3, dan handphone; globalisasi ekonomi melalui globalisasi budaya mencoba untuk memahami minat pasar terutama kebudayaan, untuk terus melakukan ekspansi produk, sehingga mampu dan tepat untuk diterima dalam sejumlah aspek yang hendak dituju.
Starbucks Corp., terutama kedai Starbucks di Tokyo, Jepang, adalah kedai pertama yang dibuka diluar Negara asalnya. Bukan tanpa sebab, Starbucks Corp., memandang globalisasi ekonomi secara tepat yang kemudian dipadu-padankan dengan globalisasi budaya. Sehingga, meskipun memberanikan diri untuk membuka kedai pertama diluar Amerika Serikat, terutama di Asia, Jepang, Starbucks Corp. tetap menganut kebudayaan Jepang dengan baik dan menyesuaikan diri. Hal ini bisa dilihat dengan penyesuaian nama-nama Starbucks Corp. disejumlah Negara-negara tertentu:
1. Penulisan dalam Arab: ستاربكس (Dilafalkan dalam bahasa Inggris)
2. Penulisan dalam Kanji (China, Taiwan, Hong Kong): 星巴克 Pinyin: xīng bā kè (星 xīng berarti "star", sedangkan 巴(bā); 克(kè) adalah pelafalan dari "-bucks")
3. Penulisan dalam Kanji (Jepang): スターバックス merupakan penyalinan huruf yang dibaca “sutaabakkusu”
4. Penulisan dalam Kanji (Korea Selatan): 스타벅스 dibaca “seu-ta-beok-seu”,
5. Penulisan dalam Thai (Thailand): สตารบัคส yang dibaca “sa taa bak”. 3.2 NASIB IDENTITAS NASIONAL DITENGAH ARUS GLOBALISASI BUDAYA DALAM KONTEKS GLOBAL POP CULTURE
Walaupun globalisasi dipandang sebagai ancaman, lantas tidak menjadikannya alasan utama ketika kehadirannya menimbulkan bermacam-macam kesempatan yang baik bagi individu dan masyarakat luas seperti: kesempatan ekonomis, wawasan lebih luas, kesempatan untuk keluar dari feodalisme, dan membuka diri terhadap nilai-nilai modernisasi.
Seperti yang telah disinggung pada bagian penguraian definisi, mungkin saja identitas nasional bangsa Indonesia yang paling umum (paling dikenal) adalah bahasa Indonesia. Namun, melihat kenyataan masa kini (atau bisa jadi masa lalu), ikatan primordial malah bisa mengacaukan penggunaan bahasa Indonesia sebagai bahasa pemersatu, sekaligus identitas nasional. Ikatan primordial yang lebih dulu ada sebelum Indonesia menjadi suatu wilayah yang berdaulat, justru hingga sekarang masih tetap bertahan, terbukti dengan masih adanya penggunaan bahasa kesukuan hingga sekarang ini, jika dibandingkan dengan penggunaan bahasa Indonesia. Banyak bukti yang menyebabkan demikian, khususnya penggunaan bahasa Indonesia dengan EYD masih sangat minim.
Jika demikian, globalisasi budaya bukan hanya menjadi faktor utama yang mampu menghilangkan identitas nasional, jika globalisasi budaya dikategorikan sebagai salah satu faktor yang mampu menghapus identitas nasional. Padahal masyarakat Indonesia sendiri masih tidak mampu mengidentifikasi identitas nasional mereka. Bahwa penggunaan bahasa slang Indonesia (Lu, Gue) dalam kasus-kasus tertentu lebih mencerminkan jiwa metropolis Jakarta daripada Indonesia. Maka, bilamana identitas nasional Indonesia adalah bahasa Indonesia, sementara bangsa Indonesia sendiri tidak mampu untuk menjaganya, sangat perlu bagi bangsa Indonesia untuk kembali melihat Sumpah Pemuda agar mampu memahami atau mengidentifikasi apa saja identitas nasional Indonesia: territorial, kebangsaan, dan bahasa.
Padahal, globalisasi budaya hanya memperkecil ruangan budaya lintas teritorial agar lebih mudah untuk dipahami dan diakses, tanpa menghilangkan nilai-nilai yang dimiliki identitas nasional itu sendiri. Seperti Jeans, Harajuku, bahkan Starbukcs Corp., bagaimana mereka menyesuaikan diri terhadap kultur atau budaya di dalam teritorial tersebut. Starbucks Corp., saja rela menggunakan bahasa masing-masing teritori untuk dapat lebih mudah diakses oleh masyarakat negara lain, ini adalah tanda bahwa globalisasi budaya bukan sekedar westernisasi, melainkan bagaimana sesuatu tren budaya populer menjadi lebih mudah untuk dipahami, diakses, dan diadaptasikan. Identitas nasional dalam kaitannya dengan globalisasi budaya, bukan sekedar untuk disalahkan sebagai penghancur identitas nasional, namun lebih jauh dan mendalam adalah mengenai pilihan rasionalitas bangsa Indonesia.

BAB IV
PENUTUP
4.1 SIMPULAN
Globalisasi berpengaruh besar kepada kebudayaan masa kini, hal ini merupakan sumber utama yang menjadikan hilangnya identitas nasional. Kejadian ini, menunjukkan perlunya redefinisi terhadap identitas nasional itu sendiri. Meskipun sudah diketahui bahwa identitas nasional adalah simbolisasi terhadap individu teritori, kemampuan masyarakat (khususnya Indonesia) tidak cukup baik dalam mempertahankan kebudayaan mereka sendiri sebagai suatu identitas.
Hal ini merupakan kerugian bagi para pendukung globalisasi budaya, yang akhirnya menjadi dalang yang terlibat penuh dalam aktifitas globalisasi budaya (bahkan cenderung menikmati) selain masyarakat luas, yang beberapa diantaranya bukanlah pendukung globalisasi namun menaruh semua kesalahan akibat globalisasi budaya kepada para pendukung globalisasi. Buktinya, masyarakat luas pun ikut menikmati globalisasi, khususnya globalisasi budaya, meskipun ada tentangan dari sejumlah masyarakat lainnya terhadap globalisasi budaya yang sampai sekarang masih terus berjalan, hal tersebut bukan menjadi suatu jaminan yang cukup baik bagi masyarakat luas untuk tidak hidup dalam modernitas globalisasi.
Padahal globalisasi budaya hanya bertujuan untuk mendekatkan budaya lokal kepada budaya-budaya diseluruh dunia dalam satu kesatuan. Seperti pada sebuah search engine (google, yahoo, MSN, plasa, dll) dimana kita mampu mencari segala macam kejadian atau tren dan sebagainya, dalam sekali sentuhan jari. Maka, untuk apa kita menyimpan budaya sendiri, sementara kita adalah bagian daripada masyarakat global yang seharusnya tidak perlu canggung dalam menerima globalisasi budaya ditengah-tengah budaya pribadi. Meskipun kita tahu, bahwa adanya globalisasi memang mampu mengubah atau menggeser budaya asli yang ada.

4.2 SARAN

DAFTAR PUSTAKA
Google.com
Learner, Annenberg. (2013, tanggal dan bulan tidak diketahui). Global Popular Culture. Diakses tanggal 06 Juni 2014, dari http://www.learner.org/channel/courses/worldhistory/unit_main_25.html Go, Go Japan (waktu penulisan tidak diketahui). Harajuku Girls. Diakses pada tanggal 07 Juni 2014, dari http://www.japaneselifestyle.com.au/tokyo/harajuku_girls.htm
Tempo. (2004, 13 Desember). Indonesia Perlu Siap Hadapi Globalisasi Ketiga. Diakses pada tanggal 08 Juni 2014, dari http://www.tempo.co/read/news/2004/12/13/05552792/Indonesia-Perlu-Siap-Hadapi-Globalisasi-Ketiga/
Wikipedia. (2014, 22 Februari). Budaya. Diakses tanggal 06 Juni 2014, dari http://id.wikipedia.org/wiki/Budaya/
Wikipedia. (2014, 31 Mei). Globalisasi. Diakses tanggal 06 Juni 2014, dari http://id.wikipedia.org/wiki/globalisasi/
Wikipedia. (2014, 25 Januari). Starbucks. Diakses pada tanggal 07 Juni 2014, dari http://en.wikipedia.org/wiki/Starbucks/
Wikipedia. (2014, 11 Januari). Jeans. Diakses tanggal 07 Juni 2014, dari http://en.wikipedia.org/wiki/Jeans/
Wikipedia. (2014, 1 Juni). Harajuku. Diakses pada tanggal 07 Juni 2014, dari http://en.wikipedia.org/wiki/Harajuku/
Setiadi, Elly M. dkk., (2011). Ilmu Sosial Dan Budaya Dasar (cet. ketujuh). Jakarta: Penerbit Kencana.
David Held, Anthony Mcgrew, David Goldblatt dan Jonathan Peron, Global Transformations, Polity Press, Cambridge, 1999.
Michelli, Joseph A.: The Starbucks Experience: 5 Prinsip untuk Mengubah Hal Biasa menjadi Luar Biasa. Esensi Erlangga Group. Jakarta 2007.

Similar Documents

Free Essay

Bahasa Indonesia Sebagai Bahasa Pemersatu Bangsa

...Judul:BAHASA INDONESIA SEBAGAI IDENTITAS DAN PENYATU BANGSA MENGHADAPI PENGUBAH SOSIAL Pengarang:Mansoer Pateda Subjek:Sosiolinguistik BAHASA INDONESIA SEBAGAI IDENTITAS DAN PENYATU BANGSA MENGHADAPI PENGUBAH SOSIAL Mansoer Pateda IKIP Gorontalo 1. Fungsi Bahasa IndonesiaSeminar Politik Bahasa Nasional, 25-28 Februari 1975 di Jakarta, antara lain merumuskan bahwa di dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia (selanjutnya disingkat BI) berfungsi sebagai (1) lambang kebanggaan nasional, (2) lambang identitas nasional, (3) pemersatu berbagai masyarakat yang berbeda latar belakang sosial budaya bahasa, dan (4) alat perhubungan antarbudaya dan antardaerah (Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 1975:5). Dalam pergaulan internasional, BI mewujudkan identitas bangsa sebagai identitas fonik, di samping identitas fisik, yakni bendera merah putih dan garuda Pancasila. Beriringan dengan pesatnya perkembangan BI sebagai lambang identitas nasional, teraktualisasikan pula perkembangan bahasa daerah (selanjutnya disingkat BD) sebagai lambang identitas daerah yang keberadaannya diakui di dalam UUD 1945 yang secara bersamaan dengan BI menghadapi arus globalisasi. Kenyataan menunjukkan bahwa tidak ada persaingan antara BI dan BD. Oleh karena itu, pemerintah tidak ragu-ragu mengonsepkan kurikulum muatan lokal yang memberikan peluang bagi sekolah-sekolah untuk mengajarkan BD di daerah masing-masing. 2. Identitas BangsaSosok yang menunjukkan bahwa dia adalah Indonesia, baik...

Words: 2391 - Pages: 10

Free Essay

Analisa Pengaruh Leadership Terhadap Perubahan Corporate Culture

...Tugas Akhir Trimester I Mata Kuliah Organizational Behavior ANALISA PENGARUH LEADERSHIP TERHADAP PERUBAHAN CORPORATE CULTURE Studi Kasus : Bank Rakyat Indonesia Disusun oleh : Kelompok IV MMB 20 Arrifan Kartawidjaja Budi Sardjono Esther Tiara Alexandra Herry W. Habeahan Inez Marcheani Nafilah Bab I Pendahuluan Topik pengaruh leadership terhadap perubahan corporate culture di Bank Rakyat Indonesia (BRI) kami pilih dikarenakan ketertarikan kami dengan strategi yang dipilih dan dilakukan BRI di tahun 1998, untuk melewati krisis moneter yang melanda perbankan Indonesia. Upaya penyelamatan yang dilakukan oleh BRI dalam menghadapi krisis moneter selain transformasi manajemen, transformasi strategi, transformasi struktural, BRI juga melakukan transformasi budaya berupa reorganisasi dan transformasi nilai – nilai dasar (core value) atau corporate culturenya. Urgency yang ada di tahun 1998, menyadarkan Chief Executive Officer (CEO) BRI akan pentingnya mengubah corporate culture lama, yang telah berurat akar selama 100 tahun lebih sejak BRI berdiri di tahun 1895, yang cenderung berkesan birokratif, menjadi corporate culture baru yang lebih sesuai dengan kebutuhan bisnis, Pemilihan strategi ini dikarenakan CEO BRI menyadari pentingnya peranan corporate culture sebagai pengikat seluruh karyawan dan pimpinan BRI dalam mencapai tujuan perusahaan. Perusahaan dengan corporate culture yang sejalan dengan visi dan misinya cenderung lebih sukses dibandingkan dengan perusahaan...

Words: 1642 - Pages: 7

Free Essay

Title Relation Between Customer's Perception Toward Corporate Identity and Corporate Image

...perusahaan serta karakteristik publiknya. Penting bagi perusahaan untuk memiliki citra yang spesifik agar ia dapat diingat dan menempati posisi khusus di benak publiknya. Menurut White and Mazur (1995, p.30) “kompetisi yang ketat, variasi pilihan kebutuhan, kecepatan penyebaran komunikasi dan fakta bahwa perusahaan tidak bisa hanya mengandalkan kualitas dan teknologi inovasi semata sebagai faktor pembeda, membuat perusahaan perlu menawarkan nilai-nilai baru yang dapat membuat perbedaan dengan perusahaan sejenis. Kepribadian dan identitas perusahaan menjadi faktor yang signifikan dalam memberi nilai lebih tersebut terhadap produk, pelayanan dan pilihan investasi. Salah satu strategi manajemen perusahaan jasa agar dapat tetap eksis dan berkembang lazim dilakukan dengan merumuskan visi dan misi baru. Perubahan tersebut dapat diwujudkan dengan cara merubah identitas perusahaan. (Ashar, 2003,p.1). Sejumlah perusahaan jasa di tanah air yang telah melakukan perubahan identitas diantaranya; Bank Mandiri. Bank Mandiri meluncurkan logo baru pada tahun 2008 dengan alasan bahwa logo lama dianggap sudah ketinggalan jaman/kuno dan tidak lagi bisa mempresentasikan visi misi perusahaan. Selain itu, Bank Mandiri juga ingin menciptakan image yang baru dimata...

Words: 2246 - Pages: 9

Free Essay

Business Process Management

...Kalkuta , Rangoon , Singapura , Bangkok , Hongkong  dan Shanghai . Produksi kelimpahan terbaik kota di antara 133 kota masa depan Asia oleh Majalah Financial Times . gula dan tembakau dari Brantas Lembah yang membentang dari Jombang , Kediri , dan Madiun telah menyebabkan lahirnya lembaga ekonomi modern, seperti bank , asuransi , dan perusahaan ekspor – impor . Tingginya aktivitas potensial dan ekonomi di kota membuat pendatang asing lebih tertarik untuk memulai bisnis atau bekerja , dan kemudian menetap di Surabaya . Sampai saat ini , pertumbuhan ekonomi Surabaya selalu di atas Provinsi Jawa Timur dan pertumbuhan ekonomi bahkan Nasional . Sektor riil berhasil mendorong pertumbuhan ekonomi dari Surabaya pada tahun 2009 untuk menghadapi krisis ekonomi global ....

Words: 1384 - Pages: 6

Free Essay

Business Law

...PAPER INDIVIDU BUSINESS LAW KASUS HUKUM PERBANKAN ‘MALINDA DEE’ Dosen: Dr. Riyatno, LLM. FRANSISCA ARINI Eksekutif B, Kelas 30 A NIM: 15/387264/PEK/20814 No. Absen: 25 I. LATAR BELAKANG Bank dan Hukum Perbankan Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No.10 th. 1998 (revisi dari UU RI No.7 th. 1992) tentang Perbankan, pengertian “Bank” adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya dalam bentuk kredit dan/atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup orang banyak. Oleh karena itu, Bank harus dapat menjaga tingkat kepercayaan dari masyarakat (nasabah) agar menyimpan dana mereka di bank, kemudian bank dapat menyalurkan dana tersebut untuk menggerakkan perekonomian bangsa. Selain itu, Bank juga dapat menyediakan jasa-jasa lainnya seperti pengiriman uang (transfer), cek perjalanan (travelers cheque), dan pembayaran tagihan. Agar tercipta sistem perbankan yang sehat, kegiatan perbankan harus dilandasi dengan beberapa asas hukum, yaitu: 1. Asas Demokrasi Ekonomi Perbankan Indonesia dalam melakukan usahanya berasaskan demokrasi ekonomi dengan menggunakan prinsip kehati-hatian. Ini berarti fungsi dan usaha perbankan diarahkan untuk melaksanakan prinsip-prinsip yang terkandung dalam demokrasi ekonomi yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. 2. Asas kepercayaan (Fiduciary Principle) Kegiatan usaha yang dijalankan...

Words: 3979 - Pages: 16

Free Essay

Aids

...MODUL: Media  Modul Peserta International Youth Day 2010  Handa-Aliansi Remaja Independen  2010 ALIANSI REMAJA INDEPENDEN  MODUL: Media   2010 MEDIA OH MEDIA.. Siapa sih yang gak tau televisi, radio, Koran, sampai e-news? Saat ini, mulai dari kelas ekonomi atas sampai dengan ekonomi bawah mengakses media. Mulai dari televisi, Koran, hingga internet. Tapi kamu tau gak sihh ciin klo sebenernya media-media itu seringkali membangun citra (pandangan) terhadap diri kita?? Media dan profit Kulit putih bersih, badan langsing, dan rambut lurus, adalah patokan cantik untuk wanita. Badan six packed, hobi olahraga yang memacu adrenalin, dan cool adalah patokan cowok ganteng. Hmm, sadar gak sih itu semua karena pengaruh media? Yup, media oh media.. Profit, itulah alasan utama mereka menjadikan patokan-patokan untuk katagori ganteng dan cantik itu. Mereka melupakan dampak apa yang akan terjadi akibat perbuatan mereka. Uang, lagi-lagi uang menjadi raja dalam kehidupan. Dengan menjadikan ide patriarki, maka banyak keuntungan yang bisa diperoleh.. Dalam media, biasanya perempuan dijadikan sebagai objek yang potensial. Karena banyak sekali iklan di televisi yang bersegmentasi mengenai perempuan, selalu diidentikkan dengan urusan rumah tangga atau gossip. Yang menjadi sorotan utama adalah seputar masalah kecantikan dan keindahan fisik saja. Hal ini yang secara kasat mata menempatkan posisi perempuan dalam tingkat yang sangat rendah seperti resepsionis, bukannya seorang...

Words: 938 - Pages: 4

Free Essay

Docs

...EJARAH PERUSAHAAN SONY ERICSSON  Sony (saat itu nama perusahaannya menggunakan bahasa Jepang “Tokyo Tsushin Kogyo”) merupakan perusahaan terbesar di Jepang dan juga di dunia yang diperdagangkan dalam bursa saham Tokyo (6758) dan bursa saham  New York (SNE melalui ADR). Kata Sony diserap dari bahasa latin “Sonus” yang berarti akar dari sonik dan bunyi, dan serapan dari bahasa Inggris “Sonny” yang diartikan sebagai anak kecil yang memiliki arti adanya sekelompok anak muda yang berusaha keras menciptakan inovasi yang tidak terbatas. Sony didirikan pada Mei 1946 sebagai perusahaan elektronik yang saat itu baru memiliki 20 karyawan dengan hasil produksi pertama ialah alat penanak nasi (1940). Sekitar tahun 1958 Tokyo Tsushin Kogyo resmi mengganti nama perusahaan menjadi Sony Corporation. Semakin berjalannya waktu, semakin berkembang dan besar pula perusahaan yang didalangi oleh Akio Morita ini. Sony Corporation  mempunyai penjualan sebesar US$63 milyar dan 189.700 karyawan. Tahun 1988 Sony Corporation membeli Colombia (CBS) Records Group dari CBS dan merubah nama perusahaannya menjadi Sony Music Entertainment. Lalu mengakuisisi perusahaan Aiwa tahun 2002. Sony juga mempunyai saluran-saluran TV di India bahkan komunitas India di Eropa. Perkembangan perusahaan Sony Music Entertainment pada tahun 2004 berhasil melakukan merger dengan BMG menjadi Sony BMG Music yang disetujui oleh Uni Eropa dan juga bersama RIAA Universal menguasai 60% pasar musik dunia. Kemudian pada tahun yang sama...

Words: 1611 - Pages: 7

Free Essay

Knowledge Management

...BAB 1 Paradigma Baru Era Pengetahuan Alvin Toffler membagi sejarah peradaban manusia menjadi 3 gelombang perubahan, yaitu: a. Era Manual, suatu zaman dimana factor dominan dari manusia yang dibutuhkan untuk mengelola system industry tradisional adalah otot (enerji fisik). b. Era Mesin Industri, suatu zaman dimana factor dominan dari manusia yang dibutuhkan untuk mengelola system industry adalah keterampilan bekerja dengan menggunakan mesin (enerji mesin). c. Era Pengetahuan, suatu zaman dimana factor dominan dari manusia yang dibutuhkan untuk mengelola system kerja adalah kualitas pikiran (knowledge content) yang digunakan dan diinternalisasikan (dieksplisitkan atau explicit knowledge) pada setiap proses produksi, yang pada akhirnya diwujudkan (dieksplisitkan) pada produk atau jasa yang dihasilkan. Minimal ada tiga hal yang dapat menggambarkan tatanan kehidupan di era pengetahuan, yaitu: a. Informasi/pengetahuan mudah diperoleh dan sekaligus dapat kadaluarsa dengan cepat. b. Permasalahan yang terjadi dalam kehidupan sehari hari semakin kompleks. c. Pola perubahan dalam bidang-bidang politik, ekonomi, social, dan budaya berpengaruh signifikan pada kelangsungan organisasi dengan hubungan pengaruh yang semakin sulit diprediksi. Kehidupan semakin kompleks dan tidak pasti. Setiap perubahan akan menciptakan suatu perubahan lainnya dan pastinya tidak bisa dipredikasi. Dalam era pengetahuan kita dipaksa menyesuaikan sejumlah aturan, cara kerja, perilaku, dan paradigma. Selain...

Words: 3287 - Pages: 14

Free Essay

Harga Daging Sapi

...ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HARGA ECERAN DAGING SAPI DALAM NEGERI PUSAT KEBIJAKAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI BADAN PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN KEBIJAKAN PERDAGANGAN KEMENTERIAN PERDAGANGAN 2013 RINGKASAN EKSEKUTIF Daging sapi merupakan salah satu bahan pangan pokok yang mengandung protein cukup tinggi, selain daging ayam. Daging sapi tidak hanya dikonsumsi oleh kebutuhan Rumah Tangga, juga sebagai bahan baku industri pengolahan, hotel, restoran dan katering. Konsumsi daging sapi secara nasional terus meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk, perubahan pola konsumsi masyarakat serta selera masyarakat. Konsumsi daging sapi selama tahun 2011 sampai 2012 meningkat dari 1,8 kg/kapita/tahun menjadi 2,0 kg/kapita/tahun. Pemenuhan kebutuhan daging sapi di dalam negeri dilakukan melalui tiga sumber yaitu sapi lokal, sapi impor dan daging impor. Keberlanjutan sumber pasokan daging sapi di dalam negeri penting karena kondisi ini akan menciptakan ketidakstabilan harga di dalam negeri. Indikasi terganggunya pasokan daging sapi di dalam negeri mulai terjadi sejak pertengahan tahun 2012 yaitu harga daging sapi mulai meningkat dari pola normalnya. Kenaikan harga ini mengindikasikan terjadi ketidakseimbangan antara pasokan dengan permintaang. Selama tahun 2012, harga eceran daging sapi cukup berfluktuasi dengan kenaikan harga mencapai 2,1%. Tingginya fluktuasi harga juga ditunjukkan dengan nilai koefisien variasi (CV) sebesar 8,5%...

Words: 5243 - Pages: 21

Free Essay

Lala

...pemegang saham akibat kesalahan manajemen dalam pengambilan keputusan. Untuk menjamin dan mengamankan hak-hak para pemegang saham, muncul konsep pemberdayaan Komisaris sebagai salah satu wacana penegakan GCG. Komisaris Independen adalah Anggota Dewan Komisaris yang tidak memiliki hubungan dengan Direksi, Anggota Dewan Komisaris lainnya dan Pemegang Saham pengendali, serta bebas dari hubungan bisnis atau hubungan lainnya yang dapat mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak independen atau bertindak semata-mata demi kepentingan perusahaan. Di Indonesia, konsep GCG mulai dikenal sejak krisis ekonomi tahun 1997 krisis yang berkepanjangan yang dinilai karena tidak dikelolanya perusahaan–perusahaan secara bertanggungjawab, serta mengabaikan regulasi dan sarat dengan praktek (korupsi, kolusi, nepotisme) KKN (Budiati, 2012). Bermula dari usulan penyempurnaan peraturan pencatatan pada Bursa Efek Jakarta (sekarang Bursa Efek Indonesia/BEI) yang mengatur mengenai peraturan bagi emiten yang tercatat di BEI yang mewajibkan untuk mengangkat Komisaris Independen dan membentuk Komite Audit pada tahun 1998, GCG mulai di kenalkan pada seluruh...

Words: 6012 - Pages: 25

Free Essay

Jika

...membutuhkan perhatian khusus adalah penyalahgunaan obat-obatan terlarang. Pada awalnya penggunaan narkotika dan obat-obatan terlarang terbatas pada dunia kedokteran namun belakangan terjadi penyimpangan fungsi dan penggunaannya tidak lagi terbatas pada dunia kedokteran. Penggunaan berbagai macam jenis obat dan zat adiktif atau yang biasa disebut narkoba dewasa ini cukup meningkat terutama di kalangan generasi muda. Morfin dan obat-obat sejenis yang semula dipergunakan sebagai obat penawar rasa sakit, sejak lama sudah mulai disalahgunakan. Orang-orang sehat pun tidak sedikit yang mengkonsumsi obat-obatan ini. Maraknya peredaran dan penyalahgunaan narkotika dan obat-obatan terlarang diakui banyak kalangan menjadi ancaman yang berbahaya bagi bangsa Indonesia. Berdasarkan survey nasional penyalahgunaan narkoba yang dilaksanakan oleh Badan Narkotika Nasional (BNN) terhadap 13.710 responden yang terdiri dari pelajar SLTP, SLTA dan mahasiswa pada tahun 2013 diperoleh data bahwa dalam setahun...

Words: 3695 - Pages: 15

Free Essay

Distribution Requirement Planning

...perusahaan saat ini tetap tidak dapat menghindari masalah tersebut. Pendistribusian dituntut untuk tepat sasaran sesuai dengan kebutuhan toko yang berbeda-beda. Studi ini bertujuan untuk menerapkan perencanaa kebutuhan distribusi untuk sistem distribusi yang lebih baik dan tepat sasaran. Studi ini menggunakan metode Distribution Requirement Planning (DRP). Untuk menentukan kebutuhan-kebutuhan dan mengisi kembali inventori pada branch warehouse. DRP memberikan future demand visibility berkaitan dengan kebutuhan untuk pengiriman dari source stocking points ke destination stocking points. Hal ini akan membantu untuk melakukan tindakan-tindakan korektif yang diambil sebelum kejadian-kejadian yang tidak diinginkan berkembang menjadi krisis. Penerapan DRP yang dimulai dengan peramalan permintaan dan metode pemulusan eksponensial tunggal. Hasil dari studi ini memperlihatkan bahwa penerapan DRP pada CV.Three J dapat memberi jalan keluar atas masalah yang dihadapi perusahaan. Dengan DRP perusahaan dapat menjalankan distribusi sesuai peramalan permintaan barang dalam kerangka DRP sehingga dapat menguragi retur karena barang yang sampai di toko tidak sesuai. Kata kunci : Distribusi, Distribution Requirement Planning, Future Demand, Forecasting. ABSTRACT- CV.Three J as a company that opened many branch stores on the island of Bali facing problem in distribution. The...

Words: 5637 - Pages: 23

Free Essay

Pengaruh Penduduk Pendatang Bagi Kelangsungan Hidup Kota Jakarta Pada Tahun 2012

...Bakrie University | Fiska J BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak zaman orde baru pembangunan di Indonesia sudah mulai mengalami banyak kemajuan yang sangat signifikan khususnya Jakarta karena pada saat itu pemerintah menggunakaan sistem sentralisasi yaitu menempatkan Jakarta sebagai pusat pembangunan modern di Indonesia. Disaat Jakarta tumbuh sebagai kota yang modern, kota-kota lain disekitarnya terutama daerah di luar Pulau Jawa. Karena itu banyak penduduk dari kota lain yang berkeinginan untuk berkunjung ke Jakarta untuk sekedar wisata, bahkan untuk menyambung hidup. Banyaknya penduduk kota lain yang masuk ke Jakarta menimbulkan permasalahan baik bagi penduduk tersebut maupun bagi kota Jakarta sendiri. Jakarta dianggap sebagai kota yang pas untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik daripada ditempat mereka terdahulu. Menurut badan kependudukan di Jakarta, jumlah penduduk pada tahun 2010 mencapai 9607787 jiwa1 hampir seperempat dari penduduk Indonesia yang mencapai 241 juta jiwa2. Urbanisasi tidak dapat dihindari dari Indonesia yang dulunya menganut sistem sentralisasi. Pembangunan di pusat lebih diutamakan dari pembangunan didaerah. Karena itu walaupun Indonesia mempunyai sistem pembangunan sebagai bagian dari kemajuan bangsa, yang dimajukan hanyalah daerah pusat atau pulau jawa. Sekarang perkembangan dipulau jawa sudah sangat pesat berbeda dengan pembangunan di pulau lain seperti Papua, Kalimantan dan Sulawesi. Daerah-daerah ini masih menggunakan...

Words: 5259 - Pages: 22

Free Essay

Kewarganegaraan

...Menurut pendapat Jan Materson (dari komisi HAM PBB), dalam Teaching Human Rights, United Nations sebagaimana dikutip Baharuddin Lopa menegaskan bahwa HAM adalah hak-hak yang melekat pada setiap manusia, yang tanpanya manusia mustahil dapat hidup sebagai manusia. John Locke menyatakan bahwa ham adalah hak yang dibawa sejak lahir yang secara kodrati melekat pada setiap manusia dan tidak dapat diganggu gugat (bersifat mutlak). Koentjoro Poerbapranoto ( 1976 ), Hak Asasi adalah hak-hak yang dimiliki manusia menurut kodratnya yang tidak dapat dipisahkan dari hakikatnya sehingga sifatnya suci. Dalam pasal 1 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang HAM disebutkan bahwa “Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakekat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah dan setiap orang, demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia” Jadi, dapat disimpulkan bahwa ham adalah hak yang melekat pada diri manusia yang harus dihormati dijaga dan dilindungi oleh setiap individu guna untuk mencapai keseimbangan kepentingan perseorangan dan kepentingan umum. Berkaitan dengan nilai-nilai HAM, paling tidak ada tiga (3) teori yang dapat dijadikan kerangka analisis yaitu teori realitas (realistic theory), teori relativisme kultural (cultural relativism theory) dan teori radikal universalisme (Peter Davis,1994).             Teori...

Words: 6505 - Pages: 27

Free Essay

Paradise Air

...Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan | March 4 2012 | Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) ini dipersiapkan oleh manajemen PARADISE AIR INDONESIA untuk menjelaskan status terakhir dari PARADISE AIR INDONESIA untuk kembali beroperasi dalam waktu dekat ini dan memberikan arahan yang jelas kepada organisasi internal PARADISE AIR INDONESIA apa yang harus dilakukan dalam tahun 2011– 2012 | PARADISE AIR INDONESIA | draft Table of Contents Visi, Misi Dan Sasaran 6 1.2 Maksud dan Tujuan 6 1.3 Struktur Manajemen Perusahaan 7 1.3.1 Struktur Organisasi 7 1.4 Tim Manajemen PARADISE AIR INDONESIA 7 1.5 Asumsi Asumsi 8 1.6 Kunci Keberhasilan 8 2.1 Segementing Targeting Positioning 9 2.2 Kompetisi Pasar 10 2.2.1 Persaingan dan Daya Beli 11 2.2.2 Pesaing Utama 11 2.2.3 Persaingan 12 2.3 Pemilihan Rute 12 2.4 Bandara Halim Perdanakusuma 13 3.1 Rencana Armada 15 3.2 Standard & Kriteria Pemilihan Pesawat 15 3.3 Jenis Pesawat 16 3.3.1 Studi Pesawat Yang Digunakan 16 3.3.2 Pengadaan Pesawat Boeing 16 3.3.3 Pengadaan Pesawat Sukhoi 17 3.4 Sumber Daya Manusia 18 4.1 Strategi Pemasaran 19 4.1.1 Strategi Harga 19 4.1.2 Strategi Promosi 19 4.1.3 Strategi Distribusi 20 4.1.4 Pola Distribusi 20 4.1.5 Strategi Produk Layanan 20 4.2 Pelayanan 21 4.2.1 Analisa Jasa Layanan 21 4.2.2 Perbandingan Kompetitif 22 4.2.3 Rencana Layanan 22 4.3 Penjualan 22 4.3.1 Rencana Penjualan 23 4.3.2 Literatur Penjualan 23 4.4 Perawatan...

Words: 14374 - Pages: 58