Muhammad Fadhli
109083000055

Kebijakan Pemerintah Inggris dan Amerika Serikat dalam Kasus British Petroleum 2010-2012

British Petroleum adalah sebuah perusahaan minyak bumi dan energi yang terbesar diantara para raksasa-raksasa pengolah energi lainnya, ExxonMobil, Shell, dan Total. Perusahaan ini tidak hanya bergerak dalam bidang perminyakan, pertambangan, dan gas saja, tetapi juga menyediakan produk yang bermacam-macam yang memiliki cakupan luas, dari pelumas hingga energi karbon dengan tingkat rendah. Dengan 80,300 pekerja yang tersebar di hampir 100 negara di berbagai belahan dunia, dan menghasilkan penjualan hingga 238 Miliar USD. Dan hingga hari ini, British Petroleum adalah perusahaan terbesar yang dimiliki Inggris yang bergerak dalam bidang eksplorasi, produksi, penyulingan minyak dunia, dan memiliki operasi perdagangan yang luas. (Morschett et al. 2010, p.84).

Sebuah peristiwa yang tidak dapat diduga mengguncang British Petroleum pada tanggal 20 April 2010 sore. Gas yang cukup besar bocor dan menimbulkan ledakan besar dari kilang minyak bumi lepas pantai Deepwater Horizon yang berlokasi di sumur pengeboran minyak bumi Macondo, Teluk Meksiko, Amerika Serikat. Kejadian ini bermula ketika para teknisi British Petroleum kehilangan kontrol dari tekanan sumur minyak bumi dan kemudian diikuti oleh gagalnya pencegah bocornya sumur minyak bumi tersebut (Blowout Preventer - BoP), dimana hal ini dibuat sedemikian rupa untuk mencegah terjadinya hal-hal yang tidak menentu, seperti ledakan yang terjadi.

Setelah beberapa ledakan besar maupun kecil terjadi, fungsi darurat dari BoP gagal beroperasi untuk menutup sumur minyak bumi, maka hal ini membuat kebocoran minyak bumi terjadi di Teluk Meksiko. Setelah kebakaran selama 36 jam, kilang minyak bumi ini pun tenggelam pada hari Kamis 22 April 2010. Hal yang terjadi selanjutnya adalah diperkirakan 20 juta galon minyak mentah dan terus bertambah masuk dan mencemari ke dalam Teluk Meksiko.

Kilang minyak lepas pantai Deepwater Horizon milik perusahaan Transocean yang di-pegang oleh perusahaan besar British Petroleum akhirnya tenggelam pada hari Kamis, 22 April 2010. Kepala Eksekutif British Petroleum, Tony Hayward mengatakan bahwa British Petroleum akan melakukan apapun mengatasi permasalahan kebocoran ini dengan cepat, aman, dan efektif apabila memungkinkan. Minyak bumi yang bocor dan meluap dari sumur minyak bumi menimbulkan efek kerusakan ekosistem laut Teluk Meksiko. Peristiwa ini juga mengancam negara bagian Amerika Serikat yang diantaranya : Alabama, Florida, Louisiana, Mississipi, dan sebagian kecil Texas.

Perisitiwa ini baru pertama kalinya terjadi dan bahkan yang terburuk yang dialami oleh Perusahaan British Petroleum. Titik ledakan tepat mengenai kepala sumur yang berada di kedalaman 1.500 meter di bawah permukaan laut. Setidaknya 11 pekerja tewas dan sejak itu mayat mereka belum juga ditemukan. Bencana ini menyaingi tumpahan minyak Exxon Valdez, tahun 1989, yang disebut sebagai terburuk dalam sejarah perminyakan Amerika. Dua hari pascaledakan, tepatnya Kamis, 22 April 2010, sebagian anjungan roboh. Sejak itu semburan minyak mentah sekitar 5.000 barrel atau 210.000 galon (795.000 liter) per hari merembet semakin jauh dari pusat ledakan akibat terbawa arus. Badan Penerbangan dan Antariksa AS (NASA) pada 27 April silam sempat merilis gambar udara tumpahan minyak. Saat itu luas area yang tercemar 9.933 km (77 x 129 km).

Peristiwa itu membuat reputasi BP jatuh. Harga saham BP anjlok 25 persen, satu tahun sejak terjadinya ledakan di sebuah anjungan laut dalam di Teluk Meksiko. Bencana itu juga akan menimbulkan masalah keuangan bagi BP, BP telah mengeluarkan 400 juta dollar AS untuk mengatasi klaim dari industri kecil yang mengalami kerugian akibat kebocoran ini, 2,78 Miliar dollar AS untuk membayar ganti rugi industri, real-estate, dan bisnis yang terkena dampaknya, dan terakhir 1,14 miliar dollar AS untuk biaya klaim dari pemerintah negara bagian, dan pemerintahan pusat di Washington atas kebocoran dari sumur laut dalam di Teluk Meksiko itu. BP dan seluruh industri perminyakan AS kini menghadapi pertanyaan-pertanyaan mendasar mengenai mengapa rencana pengamanan alternatif tidak disiapkan bersamaan dengan pencarian mereka untuk mendapatkan minyak di laut dalam.

Hal yang paling patut diperhatikan dalam peristiwa ini adalah sektor lingkungan yang juga turut mempengaruhi sektor ekonomi sendiri yang mencakup sektor pariwisata dan sektor hasil pangan dari laut. Para ahli dan pakar dari berbagai bidang segera mengevaluasi dampak yang disebabkan oleh tumpahnya minyak tersebut kepada habitat-habitat, perikanan, dan lingkungan yang tercemar, yang sejalan dengan program restorasi wilayah pantai AS yang akan dijelaskan penulis.

Ketika tumpahan minyak tersebut dapat merusak bahkan mempengaruhi sumber daya alam disekitarnya dalam beberapa cara, dampak inti dari permasalhan ini mungkin saja belum terlihat dalam jangka waktu yang dekat. Dampak yang paling terlihat pada saat terjadinya peristiwa tersebut adalah pantai yang terkontaminasi minyak dan organisme makhluk hidup yang mati seperti ikan,lobster, burung, tanaman perairan, dan juga rumput laut.

Dampak lain yang akan muncul mungkin akan membutuhkan waktu untuk menampakkan dirinya dalam hari ke hari, minggu ke minggu,bulan ke bulan, hingga tahun ke tahun dan juga pembelajaran lebih lanjut dalam meneliti peristiwa ini. Seperti, perkembangbiakan dari perikanan atau tempat untuk bersarang bagi para burung maupun kura-kura ada kemungkinan rusak, dan juga para makhluk hidup yang berdomisili di wilayah tersebut akan sakit akibat memakan makanan yang terkontaminasi tersebut. Lahan perairan mungkin akan rusak dalam beberapa bulan apabila tidak ditanggulangi secepat mungkin, terumbu karang mungkin saja akan berlanjut terkikis dan rentan terkena penyakit, dan burung-burung mungkin akan tidak bisa berkembang biak.