INTRAPRENEURSHIP
TUGAS MATA KULIAH
ENTREPRENEURSHIP 1
OLEH:
TRI RETNO KURNIAWATI 1201130306 MBTI-37-08
MANAJEMEN BISNIS TELEKOMUNIKASI DAN INFORMATIKA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS TELKOM BANDUNG
2015
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Beberapa tahun terakhir ini, kata entrepreneurship menjadi perbincangan dikalangan perguruan tinggi. Hal ini tidak terlepas dari adanya fenomena banyaknya lulusan perguruan tinggi yang menganggur, karena jumlah lulusan tidak sebanding dengan adanya lapangan kerja yang tersedia.
Kondisi ini mendorong para praktisi pendidikan di perguruan tinggi untuk melakukan reorientasi terhadap lulusannya yang dinilai semata-mata disiapkan sebagai pencari kerja, bukan pencipta kerja. Intrapreneurship merupakan jembatan yang menghubungkan jurang ilmu pengetahuan dan pasar. Perusahaan yang sedang berjalan memiliki modal, sumbersumber, tenaga kerja terampil , marketing, distribusi yang sudah berhasil. Kemudian didalam struktur birokrasinya seringkali tidak berkembang kreativitas sehingga tidak muncul produk baru dan cara cara baru dalam berproduksi. Oleh sebab itu perusahaan mencoba mengizinkan dan mengembangkan semangat wirausaha dalam berorganisasi. Akhirnya berkembang semangat intrapreneurship dan berkembang menjadi perusahaan besar.
2. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, adapun rumusan masalah sebagai berikut : a. Bagaimanakah konsep dari intrapreneurship? b. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi intrapreneurship? c. Apa dimensi dari intrapreneurship? d. Bagaimana cara membentuk intrapreneurship? e. Bagaimana implementasi dari Intrapreneurship? f. Apa saja factor penyebab kegagalan dalam Intrapreneurship?
3. Tujuan
Berdasarakan rumusan masalah diatas, adapu tujuan makalah ini sebagai berikut : a. Memahami tentang konsep intrapreneurship secara teoritis b. Memahami tentang faktor-faktor yang mempengaruhi intrapreneurship c. Memahami tentang dimensi intrapreneurship d. Memahami tentang cara membentuk intrapreneurship e. Mengetahui implementasi dari Intrapreneurship. f. Mengetahui penyebab kegagalan Intrapreneurship. g.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Konsep Intrapreneurship
Intrapreneurship adalah kewirausahaan (entrepreneurship) dalam perusahaan (enterprenership inside of the organization) atau dapat dikatakan bahwa intrapreneurship adalah entrepreneuship yang ada di dalam perusahaan. Konsep intrapreneurship pertama muncul pada tahun 1973 oleh Susbauer dalam tulisannya yang berjudul “Intracoporate Enterpreneurship : Programs in American Industry”, dan kemudian dipopulerkan oleh Pinchott (1985) dan Burgelman (2007) dalam disertasinya.
Princhott (1985) mendefinisikan seorang intrapreneur adalah seorang yang memfokuskan pada inovasi dan kreativitas dan yang mentransformasi suatu mimpi atau gagasan menjadi usaha yang menguntungkan yang dioperasikannya dalam lingkup lingkungan perusahaan. Oleh karena itu, agar sukses intrapreneurship harus diimplementasikan dalam strategi perusahaan (Dalam Budiharjo, 2011:152).
Asef Karimi, dkk (2011) menyebutkan bahwa Intrapreneurship berakar pada kewirausahaan (Amo dan Kolvereid, 2005; Antoncic, 2001; Davis, 1999; Honig, 2001), ada beberapa perbedaan antara intrapreneurship dan kewirausahaan. Pertama semua, intrapreneur membuat keputusan berisiko menggunakan sumber daya perusahaan. untuk melakukannya, pengusaha menggunakan sumber daya mereka sendiri (Antoncic dan Hisrich, 2001; Luchsinger dan Bagby, 1987; Morris et al, 2008). Kedua, intrapreneurship terjadi di antara karyawan dari dalam organisasi mereka, sedangkan kewirausahaan cenderung terutama secara eksternal terfokus (Amo dan Kolvereid, 2005; Antoncic, 2001; Antoncic dan Hisrich, 2001; Davis, 1999; Luchsinger dan Bagby, 1987).
Lebih lanjut Asef Karimi, dkk (2011) menyebutkan bahwa sepertiga dari semua, pengusaha lebih memilih untuk mengembangkan pengetahuan tacit dalam organisasi baru daripada menggunakan prosedur atau mekanisme dari perusahaan lain. Di sisi lain, intrapreneur bekerja dalam organisasi yang sudah memiliki politik mereka sendiri, bahasa, prosedur, dan birokrasi (Antoncic, 2001; Antoncic dan Hisrich, 2001; Davis, 1999; Honig, 2001).
Meskipun kewirausahaan dan intrapreneurship memiliki perbedaan penting, mereka juga memiliki beberapa koneksi karena intrapreneurship secara konsisten diposisikan sebagai kewirausahaan dalam organisasi (Antoncic, 2001; Davis, 1999, dalam Asef Karimi, dkk, 2011). 2. Faktor Pendorong Intrapreneurship
Antonic (2007) yang dikutip Budiharjo (2011) menyebutkan antesenden intrapreneurship dibagi menjadi dua yaitu lingkungan (environment) dan organisasi (organization). a. Faktor lingkungan yang positif meliputi dinamisme peluang teknologi, pertumbuhan industry, dan permintaan untuk produk baru, sedangkan antesenden untuk lingkungan yang tidak dikehendaki meliputi perubahan yang tidak dikehendaki dan persaingan yang tinggi. b. Dari sisi organisasi, karakteristik organisasi yang dapat mendorong intrapreneurship adalah system terbuka, kendali formal pada aktivitas intrapreneurship, pemindahan intensif pada lingkungan, dukungan organisasional, dan nilai-nilai perusahaan. Dalam penelitiannya, Antonic (2007) membuktikan bahwa intrapreneurship berkorelasi secara positif dengan pertumbuhan (company growth), dan dibuktikan pula bahwa dimensi lingkungan dan karakteristik organanisasi (organization characteristics) berkorelasi positif dengan intrapreneurship.
3. Faktor Penghambat Intrapreneurship
Eesley dan Longenecker (2006, dikutip oleh Budiharjo, 2011) mengemukakan 10 hambatan utama dalam intrepreneurship meliputi : * Menghukum kesalahan yang disebabkan oleh tindakan risk taking. * Gagasan-gasasan tanpa tindak lanjut. * Tidak ada dorongan intrapreneurship. * Unhealthy politicking dalam organisasi. * Komunikasi yang buruk antar karyawan dan juga pada pelanggan. * Karyawan tidak didorong berpikir untuk mencari peluang. * Misi, sasaran perusahaan tidak jelas * Kurang dukungan manajemen * Penghasilan keputusan beresiko yang tidak diberi reward * Keterbatasan waktu dan sumber daya.
4. Dimensi Intrapreneurship
Selain itu Antonic dan Hisrich (2003) mengemukakan delapan dimensi intrapreneurship sebagai berikut :
1. Usaha baru (new ventures) Menciptakan unit / divisi atau perusahaan baru.
2. Bisnis baru (new business) Mengejar dan memasuki bisnis baru yang berkaitan dengan produk atau pasar saat ini.
3. Inovasi produk/jasa (product/service innovativeness). Menciptakan produk dan jasa baru.
4. Inovasi proses (process innovativeness) Berinovasi di teknik dan proses produksi.
5. Pembaruan diri (self-renewal) Reformulasi strategi, reorganisasi, dan perubahan organisasi.
6. Mengambil risiko (risk taking) Berani mengambil kesempatan dengan segala risikonya.
7. Aktif (proactiveness) Manajemen puncak menjadi panutan bawahannya dalam berinisiatif.
8. Agresivitas bersaing (Competing aggresiveness) Agresif dalam menghadapi pesaing.
5. Cara Membentuk Intrapreneurship * Cara mengembangkan intrapreneurship di dalam diri karyawan : a. Tanamkan pada karyawan bila perusahaan tersebut milik mereka
Meskipun posisi mereka hanya sebagai karyawan, namun mulailah mendidik mental mereka dengan rasa memiliki. Strategi ini cukup penting, agar kepedulian para karyawan mulai tumbuh dalam diri mereka dan tidak hanya sekedar menunggu instruksi atasan untuk bergerak menyelesaikan sebuah pekerjaan. Pastikan bila setiap karyawan memiliki visi, misi, dan mimpi besar yang sama dengan perusahaan, sehingga mereka bisa mencapai kesuksesan bersama dengan kemajuan perusahaan. b. Berikan sebuah tanggung jawab pada setiap karyawan
Untuk melihat kemandirian, inisiatif, serta prestasi kerja karyawan Anda, ada baiknya bila Anda memberikan sebuah tantangan atau tanggung jawab bagi setiap karyawan, sesuai dengan minat dan bakat yang Ia miliki. Tentukan pula deadline atau target waktu yang Anda berikan untuk menyelesaikan tugas tersebut, dan lihatlah hasil akhirnya. Apabila mereka selalu berhasil mengerjakannya dengan tuntas, bisa dikatakan jiwa intrapreneur mulai tumbuh dalam diri karyawan Anda. c. Jadilah sekelompok orang yang kreatif dan inovatif
Seperti halnya para entrepreneur yang selalu jeli dalam melihat sebuah peluang, para karyawan juga dituntut untuk kreatif dan inovatif dalam memajukan perusahaan. Jika biasanya seorang entrepreneur melihat hambatan sebagai peluang, maka sebagai karyawan Anda juga bisa memanfaatkan kreativitas serta inovasi Anda untuk menyumbang ide-ide baru yang menghasilkan keuntungan. Contohnya saja seperti menciptakan sebuah produk baru, atau merencanakan strategi pemasaran yang unik untuk mendongkrak omset penjualan perusahaan tersebut. 6. Karakteristik Kepimimpinan Intrapreneurship
Didalam lingkungan perusahaan diperlukan beberapa karakteristik tertentu bagi seseorang untuk menjadi intrapreneur yang berhasil yaitu.
1. Mengerti lingkungan hal ini terutama menyangkut kreativitas seseorang.
2. Memiliki visi masa depan dan fleksibel. Pemimpin mempunyai pandangan masa depan dan mengarahkan segala potensi untuk mencapai keberhasilan masa depan tersebut. 3. Menciptakan berbagai pilihan artinya seorang intrapreneur mempunyai peluang menciptakan sesuatu yang baru.
4. Membentuk tim kerja sama yang terdiri dari berbagai bidang keahlian.
5. Mendorong adanya diskusi terbuka. Diskusi terbuka sangat penting untuk mengemukakan pendapat dalam rangka mencari sesuatu yang baru.
6. Mempertahankan pendirian, artinya kadang kadang muncul frustasi dan halangan terhadap pelaksaan ide ide baru intrapreneur mencoba bertahan dan mengatasi masalah masalah tersebut sehingga dapat dicapai suatu keberhasilan
7. Penyebab Kegagalan Intrapreneurship
Kenapa intrapreneurship sulit tumbuh dalam suatu organisasi? Pertama, biaya terhadap suatu kegagalan bagi yang bersangkutan terlalu tinggi, sementara penghargaan terhadap kesuksesan terlalu rendah. Intrapreneurship harus mempunyai ruang terhadap terjadinya kegagalan sementara kegagalan di dalam sebuah organisasi sering diharamkan dan dapat merusak karir seseorang. Daripada mengambil resiko yang dapat menghancurkan karirnya, anggota organisasi cenderung cari selamat. Padahal penghargaan yang akan diperolehnya jika mengalami kegagalan tidak seberapa. Kedua, terjadinya inersia yang disebabkan oleh kemapanan sebuah sistem, yang menyebabkan tidak seorang pun tergugah untuk melakukan perubahan. Ketiga, hirarki organisasi yang menyebabkan hambatan yang berlapis-lapis untuk menciptakan dan bertindak dengan cara yang baru. 8. Implementasi Dari Intrapreurship
“Betti Alisjahbana sebagai Intrapreneur di Bidang IT”
Betti Alisjahbana merupakan salah satu tokoh intrapreneur sukses yang ada di Indonesia. Lahir di Bandung pada tanggal 2 Agustus 1960, Betty Alisjahbana menyelesaikan pendidikan sarjannya di Jurusan Teknik Arsitektur ITB dan begitu lulus, ia langsung masuk IBM. Perjalanan karirnya menjadi salah satu kisah sukses yang banyak diliput media massa dan menjadi teladan bagi mereka yang ingin membangun kompetensi di jalur profesional. Lebih-lebih ketika pada 2000 ia diangkat sebagai presiden direktur, banyak mata dari seluruh dunia tertuju padanya, karena dia merupakan perempuan pertama tidak hanya di Indonesia namun juga di level Asia Pasifik yang memimpin operasi IBM di suatu negara. Ia membuktikan bahwa wanita juga bisa dipercaya untuk posisi penting. Betti adalah sarjana Arsitektur ITB dan lulusan SMA 3 Bandung.
Berawal dari pengunduran dirinnya atas jabatan Presiden Direktur IMB pada 1 April 2008, kini Betti menjadi seorang entrepreneur sekaligus intrapreneur dalam perusahaan yang dikelolanya. Menurut Betti untuk meninggalkan perusahaan yang telah membesarkan namanya itu memang dirasa cukup berat, dengan keyakinannya kemudian Ia mengundurkan diri dari IMB. Memiliki bekal pengalaman berkarir di perusahaan terbaik di dunia kemudian Ia mendirikan suatu usaha baru di bidang informasi dan teknologi.
Lebih dari 20 tahun, Betti berkecimpung di dunia teknologi informasi. Persisnya selama itu dia jadi orang gajian di PT IBM. Sampai dengan Januari 2008, Betti adalah presiden direktur di perusahaan tersebut. Ia adalah perempuan pertama di IBM Kawasan Asia Pasifik yang dipercaya untuk memimpin operasi IBM di suatu negara.
Namun setahun yang lalu dia memutuskan “cabut” dari perusahaan bergengsi tersebut. Dia tinggalkan jabatan bergengsi dengan gaji yang pasti terbilang besar. Dia memutuskan pindah kuadran dari orang gajian menjadi orang yang menggaji orang. Betti lantas mendirikan dan memimpin QB Creative (PT Quantum Business International) yang bergerak di industri kreatif. QB Headlines, QB Architects, QB Furniture dan QB Creative IT adalah empat bidang bisnis yang digelutinya saat ini.
Karena berstatus sebagai karyawan tak ada salahnya kalau langkah pertama sebelum memutuskan “selamat tinggal” orang gajian lebih dulu menjadi seorang intrapreneur. Betti Alisjahbana menjelaskan bahwa intrapreneurship adalah sebuah kegiatan di mana seorang karyawan belajar menjadi pengusaha di perusahaannya sendiri. Intrapreneurship di sini mencakup memunculkan gagasan baru yang jika dilaksanakan dapat memberikan keuntungan bagi perusahaan dan karenanya karyawan yang bersangkutan mendapatkan fee atau insentif khusus di luar gaji. Ketika intrapreneurship ini didorong dan disalurkan, menurutnya intrapreneurship bukan hanya mendorong inovasi, tapi juga akan membantu pegawai yang mempunyai ide-ide bagus menyalurkan sumber daya perusahaan untuk membangun produk-produk yang lebih unggul. Dengan mendorong budaya intrapreneur dalam perusahaan, tulis Betti Alisjahbana, pegawai dapat diberdayakan menjadi agen perubahan dalam perusahaan. Dengan begitu, mereka merasa nyaman menampilkan ide-ide baru dan mendorong agar ide-ide tersebut dilaksanakan.
Agar intrapreneurship dapat tumbuh subur dalam perusahaan, masih menurut Betti Alisjahbana, penting dibangun lingkungan yang merangsang pegawai yang berbakat untuk melakukan inovasi, dengan memberikan kebebasan dan mendukung mereka dengan sumber daya agar inovasi yang dihasilkan bisa dibawa ke pasar dengan cepat.
Oleh sebab itu, saran Betti Alisjahbana, pimpinan harus bersedia untuk mendengar dan menghargai ide-ide yang bagus dari siapa pun sumbernya. Harus dibangun lingkungan di mana ide-ide pegawai yang dipresentasikan dengan bagus dipertimbangkan secara sungguh-sungguh. Betti Alisjahbana mengingatkan, banyak entrepreneur membangun suksesnya dari kegagalan-kegagalan kecil, disertai dengan pelajaran yang diperoleh dari masing-masing kegagalan tersebut yang pada akhirnya mengantarkan mereka pada keberhasilan.
Sangat penting bagi perusahaan dalam skala tertentu memperbolehkan kegagalan yang tidak bisa dihindari dalam pelaksanaan proyek dan inisiatif baru yang muncul dari para karyawan yang sebenarnya memiliki jiwa entrepreneurship. Beri kesempatan mereka untuk menjadi intrapreneur. Menurut Betti Alisjahbana, memberikan kesempatan kepada karyawan untuk menjadi intrapreneur jauh lebih baik daripada akhirnya keluar dari perusahaan karena memendam rasa kecewa dan lalu menjadi pesaing perusahaan.
Menurut ibu dua anak dari Aslan dan Nadia, mengajak anak muda untuk berinvestasi dan membuka usaha kreatif, merupakan cita-citanya untuk berbagi pengalaman dan ilmu. Dengan menekankan kualitas, menjunjung tinggi integritas dan menilai bahwa alokasi untuk pengembangan diri SDM itu wajib, Betti meniti tekankan prinsip tersebut dalam bisnis barunya. Dia menghindari menghalalkan segala cara untuk berhasil dan percaya pada nilai tambah, komitmen dan perbedaan individu.
Selain itu, ada lagi yang membedakan dalam hasil kerja berupa motivasi. Karena kepandaian dan keahlian bisa sama, tapi motivasi beda hasilnya juga akan berbeda. Motivasi yang tinggi bisa dibangun dari kecintaan terhadap pekerjaan dan melihat pekerjaan sebagai konteks impian yang akan dicapai.
Sosok Betti dalam hal kepemimpinan sudah teruji ditambah karakternya yang mudah bergaul. Srikandi Indonesia yang pertama kali menjabat Presiden Direktur IBM Indonesia selalu membuka ruang dengan karyawannya dan bertukar pikiran. Bahkan dalam waktu tertentu, dia selalu mengadakan diskusi terbatas dan sekadar sharing. Cara tersebut dilakukannya, agar dirinya tidak mau dinilai jauh dari karyawan. Dia mengaku tidak ingin menjadi pemimpin di atas menara gading yang tidak mengenal siapa sebenarnya orang-orang yang dipimpinnya. Perempuan kelahiran Bandung, 2 Agustus 1960 ini, berupaya mampu memposisikan dirinya dengan tepat di antara para karyawannya.
Suatu saat dia harus bersikap keras dan tegas, di waktu yang lain ia harus bersikap luwes, fleksibel dan penuh tenggang rasa. Ia banyak penghargaan yang telah diraih. Penghargaan tersebut antara lain, Outstanding Achievement Award di tahun 1999, Country General Manager Excellence Award 2000, yaitu penghargaan yang diberikan pada lima negara terbaik dari 170 negara di mana IBM beroperasi.
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Dengan mengetahui teori tentang intrapreneurship, kita dapat menganalisis apa sebenarnya intrapreneurship itu. Intrapreneur merupakan kependekatan dari Intraorganization entrepreneur. Apabila entrepreneur diartikan sebagai orang yang memiliki daya, upaya dan usaha secara mandiri, maka Intraorganization entrepreneur berarti orang yang memiliki jiwa entrepreneur tetapi berstatus sebagai peawai disuatu perusahaan. Jadi, seorang intrapreneur tidak memiliki usaha secara mandiri melainkan bekerja pada suatu perusahaan. Akan tetapi, Ia memiliki daya dan potensi menjadi entrepreneur karena karakteristik yang dimilikinya. Menjadi seorang intrapreneur tidak kalah menarik, bahkan tidak perlu mendirikan perusahaan sendiri tetapi mampu berkreasi dan berinovasi denga bebas.
2. Saran
Intrapreneurship sangat dibutuhkan untuk menjalankan sebuah perusahaan sehingga tim penyusun menganjurkan kepada para pembaca yang akan atau telah bergabung dalam perusahaan agar menumbuhkan intrpreneuship dalam lingkungan kerjanya, sehingga akan sukses dalam berwirausaha
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Andreas Budiharjo. 2011. Organisasi : Menuju Pencapaian Kinerja Optimal. Jakarta : Prasetya Mulya Publishing
Asef Karimi, Iraj Malekmohamadi, Mahmoud Ahmadpour Daryani, Ahmad Rezvanfar, (2011),”A conceptual model of intrapreneurship in the Iranian agricultural extension organization: Implications for HRD”, Journal of European Industrial Training, Vol. 35 Iss: 7 pp. 632 – 657
INTERNET
http://nisashare.blogspot.co.id/2012/02/betti-alisjahbana-sebagai-intrapreneur.html
http://www.investopedia.com/terms/i/intrapreneurship.asp