MODUL MANAJEMEN KEUANGAN 2

MATA KULIAH : MANAJEMEN KEUANGAN 2 MATERI : PERENCANAAN DAN PERAMALAN KEUANGAN DOSEN : RONA TMC SIMARANGKIR TAHUN AKADEMIK : 2009/2010 SEMESTER : GENAP PERTEMUAN :9 (SEMBILAN)

PROGRAM KULIAH KELAS KARYAWAN
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS MERCU BUANA
JAKARTA 2010

Pendahuluan
Ketika membuat keputusan-keputusan penting, manajer perusahaan sangat bergantung baik pada laporan keuangan sekarang maupun yang diproyeksikan. Laporan keuangan proforma atau laporan keuangan proyeksi yaitu laporan keuangan yang meramalkan posisi keuangan perusahaan serta kinerjanya selama periode tahun tertentu. Para manajer menggunakan laporan keuangan proyeksi dalam empat cara yaitu: 1. Dengan mengacukan pada laporan keuangan proyeksi, mereka dapat menilai apakah kinerja perusahaan yang diantisipasi sesuai dengan target umum perusahaan itu sendiri dan dengan harapan para investor. 2. Laporan keuangan proyeksi dapat digunakan untuk mengestimasikan dampak dari perubahan-perubahan operasi yang diusulkan. Oleh karena itu, manajer keuangan menghabiskan banyak waktu untuk melakukan analisis “bagaimana jika” 3. Para manajer menggunakan laporan keuangan proyeksi untuk mengantisipasi kebutuhan pendanaan perusahaan di masa depan 4. Laporan keuangan proyeksi digunakan untuk mengestimasikan arus kas bebas masa depan, dalam rencana operasi yang berbeda, meramalkan kebutuhan modal perusahaan, dan kemudian memilih rencana yang memaksimalkan nilai pemegang saham.

1. Rencana Strategis Maksud perusahaan Perusahaan dimulai dengan pernyataan misi, yang dalam banyak hal merupakan versi yang singkat dan padat dari rencana strategisnya. Baik pernyataan misi maupun rencana strategis biasanya dimulai dengan pernyataan mengenai maksud perusahaan secara umum. PepsiCo sangat jelas mengenai maksud perusahaannya. Kalimat pertama dari pernyataan misinya mencatat bahwa misinya secara keseluruhan adalah untuk “meningkatkan nilai dari investasi para pemegang saham” Pepsi kemudian melanjutkan untuk menyatakan bahwa komitmen perusahaan adalah untuk pelanggan dan lingkungannya. Demikian pula, dalam pernyataan misinya baru-baru ini, Coca-Cola menekankan bahwa misinya adalah untuk “….memaksimalkan nilai pemegang saham sejalan dengan waktu.” Dalam situs Web-nya baru-baru ini, Coca-Cola menyajikan “Janji Coca-Cola,” yang menyatakan bahwa perusahaan tersebut “ada guna memberikan manfaat kepada setiap orang yang tersentuh bisnisnya..” Coke menutupnya dengan menyatakan bahwa tujuan akhirnya adalah untuk “menyediakan tingkat pengembalian yang menarik secara konsisten bagi bisnisnya. Semakin umum bagi perusahaan-perusahaan AS untuk menyatakan bahwa maksud utama dari perusahaan mereka adalah untuk memaksimalkan nilai pemegang saham, tetapi hal ini tidak selalu berlaku demikian.

Lingkup Perusahaan Lingkupa perusahaan menentukan lini bisnis suatu perusahaan dan area geografis dari operasinya. Sebagaimana diindikasikan oleh pernyataan misinya baru-baru ini, Coke secara umum membatasi produknya pada minuman ringan, tetapi dengan skala geografis global.Pepsi-Cola baru-baru ini mengikuti tindakan Coke, perusahaan tersebut membatasi lingkupnya dengan menjual bisnis layanan makanannya. Beberapa studi baru-baru ini telah menemukan bahwa tren pasal cenderung menilai lebih tinggi perusahaan yang terfokus dibandingkan dengan perusahaan yang terdiversifikasi. Nokia adalah salah satu contoh perusahaan yang telah mengambil langkah-langkah dalam tahun-tahun belakangan ini untuk menajamkan focus perusahaannya. Sementara kebanyakan investor berpikir bahwa Nokia adalah perusahaan yang berspesialisasi pada pasar telepon nirkabel, perusahaan tersebut sudah ada selama lebih dari 135 tahun, dan sampai baru-baru ini, Nokia terlibat dalam berbagai industri yang berbeda. Tetapi selama decade terakhir, konglomerat Finlandia tersebut telah menjual banyak divisinya yang kurang produktif. Meskipun terjadi penurunan yang signifikan dalam harga sahamnya selama dua tahun terakhir, saham Nokia telah naik hamper 500 persen sejak awal tahun 1996, dan perusahaan saat ini memiliki kapitalisasi pasar senilai $75 miliar.

Tujuan Perusahaan Pernyataan tujuan perusahaan menetapkan tujuan-tujuan operasional bagi manajer. Pernyataan perusahaan menetapkan tujuan-tujuan tertentu sebagai pedoman bagi manajemen. Kebanyakan organisasi memiliki baik tujuan kualitatif maupun tujuan kuantitatif. Misalnya, salah satu pernyataan misi Coca-Cola baru-baru ini memuat enam tujuan perusahaan, termasuk menjadi “pemasar terbaik didunia” dan “memimpin sebagai warga perusahaan teladan”. Tetapi, pernyataan-pernyataan ini bersifat kualitatif, sehingga sulit untuk diukur, jadi tujuan tersebut perlu dinyatakan kembali dalam istilah-istilah kuantitatif, seperti mencapat pangsa pasar 50 persen, ROE 20 persen, tingkat pertumbuhan laba 10 persen, atau nilai tambah ekonomi(EVA) $100 juta. Coca-Cola tidak mencantumkan tujuan kuantitatif dalam pernyataan misinya, tetapi tujuan kuantitatif tersebut termuat dalam rencana strategis perusahaan yang terperinci. Lebih lanjut lagi, bonus para eksekutif didasarkan pada pencapaian tujuan kuantitatif.

Strategi Perusahaan. Ketika suatu perusahaan telah mendefinisikan maksud, lingkup, dan tujuannya, maka perusahaan tersebut harus mengembangkan suatu strategi untuk mencapai cita-citanya. Strategi perusahaan lebih merupakan pendekatan umum dan bukan rencana terperinci. Secara umum, strategi suatu perusahaan sering kali memiliki beberapa dimensi yang mencakup apakah perusahaan: 1. Akan melakukan investasi di luar negeri, 2. Akan melakukan investasi di lini bisnis dan teknologi baru, 3. Akan berfokus pada bagian yang luas atau yang sempit dari pasar pelanggan.

2. Rencana Operasi Rencana operasi menyediakan pedoman implementasi terperinci, yang didasarkan pada strategis perusahaan, untuk membantu mencapai tujuan perusahaan. Rencana-rencana ini dapat dikembangkan untuk rentang waktu apa pun, tetapi, seperti Disney, kebanyakan perusahaan menggunakan rentang waktu lima tahun. Rencana lima tahunan sangat terperinci untuk tahun pertama, sementara rencana tahun-tahun berikutnya semakin kurang spesifik. Rencana tersebut menjelaskan secara terperinci siapa yang bertanggung jawab untuk setiap fungsi tertentu, kapan tugas tertentu harus diselesaikan, target penjualan dan laba, dan seterusnya. Perusahaan –perusahaan multidivisi yang besar seperti General Electric membagi rencana operasinya berdasarkan divisi. Dengan demikian, setiap divisi memiliki target, misi dan rencananya masing-masing guna mencapai tujuannya, dan rencana-rencana ini kemudian dikonsolidasikan untuk memperoleh rencana perusahaan.

3. Rencana Keuangan Proses perencanaan keuangan dapat dibagi menjadi enam langkah: 1. Memproyeksikan laporan keuangan dan menggunakan proyeksi ini untuk menganalisis dampak dari rencana operasi terhadap proyeksi laba dan berbagai rasio keuangan. Proyeksi tersebut juga dapat digunakan untuk memantau operasi setelah rencana tersebut difinalisasi dan dijalankan. Segera menyadari adanya penyimpangan dari rencana tersebut adalah hal yang penting dalam suatu sistem pengendalian yang baik, yang, pada akhirnya, menjadi penting bagi keberhasilan perusahaan dalam dunia yang berubah. 2. Menentukan dana yang dibutuhkan untuk mendukung rencana lima tahunan. 3. Meramalkan ketersediaan dana selama lima tahun kedepan. Penyusunan estimasi untuk dana yang akan dihasilkan baik secara internal maupun dana yang akan diperoleh dari sumber-sumber eksternal. Batasan apapun terhadap rencana operasi yang diakibatkan oleh batasan keuangan harus dimasukkan ke dalam rencana. Batasan meliputi batasan terhadap rasio hutang (debt ratio), rasio lancar(current ratio), dan rasio cukup lindung(coverage ratio). 4. Menetapkan dan menjaga suatu sistem pengendalian yang mengatur alokasi dan penggunaan dana di dalam perusahaan. 5. Mengembangkan prosedur guna menyesuaikan rencana dasar jika ramalan ekonomi yang mendasari rencana tersebut tidak terjadi. 6. Menetapkan suatu sistem kompensasi manajemen berbasis kinerja. Adalah sangat penting bahwa sistem semacam itu memberikan penghargaan kepada para manajer karena mereka melakukan apa yang diinginkan oleh pemegang saham, yaitu memaksimalkan harga saham.

4. Ramalan Penjualan Ramalan penjualan adalah ramalan penjualan suatu perusahaan dalam unit maupun dolar untuk periode tertentu di masa depan; yang pada umumnya didasarkan pada tren penjualan terkini plus ramalan mengenai prospek perekonomian untuk negara, wilayah, industry dan seterusnya. Contoh: Allied Food Products memiliki proyeksi penjualan tahun 2003 sebagai berikut: Tahun Penjualan 1998 $2.058 1999 2.534 2000 2.472 2001 2.850 2002 3.000 2003 3.300 (Proyeksi) Berikut ini adalah beberapa faktor yang dipertimbangkan oleh Allied dalam mengembangkan ramalan penjualannya: 1. Allied Food Products dibagi menjadi tiga divisi; makanan kaleng, makanan beku, dan makanan kemasan seperti buah kering. Tingkat pertumbuhan penjualan jarang sama untuk setiap divisi, sehingga untuk memulai proses peramalan, proyeksi divisional dibuat berdasarkan pada pertumbuhan historis, dan kemudian proyeksi divisional tersebut digabungkan untuk penghasilan “estimasi pertama” dari ramalan penjualan perusahaan. 2. Selanjutnya, tingkat aktivitas ekonomi di setiap wilayah pemasaran perusahaan diramalkan.Misalnya, seberapa kuat nantinya perekonomian di masing-masing dari enam wilayah distribusi domestic dan dua wilayah distribusi luar negeri Allied, dan perubahan-perubahan populasi apa saja yang diramalkan di setiap wilayah tersebut. 3. Komite perencanaan Allied juga melihat kemungkinan pangsa pasar perusahaan di masing-masing wilayah distribusi.Pertimbangan diberikan pada faktor-faktor seperti kapasitas produksi dan distribusi perusahaan, kapasitas pesaing, pengenalan produk baru yang direncanakan oleh Allied atau pesaingnya, dan perubahan potensial dalam alokasi ruang rak, yang sangat penting bagi penjualan makanan. Strategi penetapan harga juga dipertimbangkan, misalnya, apakah perusahaan memiliki rencana untuk menaikkan harga guna meningkatkan margin, atau untuk menurunkan harga guna meningkatkan pangsa pasar dan mengambil keuntungan dari skala ekonomi. 4. Penjualan luar negeri Allied merupakan masalah peramalan yang unik. Secara khusus, para penyusun rencana harus mempertimbangkan bagaimana fluktuasi nilai tukar akan memengaruhi penjualan. Allied juga harus mempertimbangkan dampak dari perjanjian dagang, kebijakan pemerintah, dan sejenisnya. 5. Para penyusun rencana Allied juga harus mempertimbangkan dampak inflasi terhadap harga. Selama lima tahun kedepan, tingkat inflasi untuk produk-produk makanan diperkirakan berkisar antara 3 sampai 4 persen secara rata-rata, dan Allied berencana untuk meningkatkan harga, secara rata-rata, dengan jumlah yang sama. Selain itu, perusahaan akan memperluas pangsa pasarnya di produk-produk tertentu, sehingga menghasilkan tingkat pertumbuhan sebesar 4 persen dalam penjualan unit. Gabungan dari peningkatan dalam penjualan unit dengan kenaikan dalam harga jual telah mengakibatkan tingkat pertumbuhan pendapatan historis berada pada kisaran 8 sampai 10 persen, dan situasi yang sama diperkirakan akan berlanjut di masa depan. 6. Kampanye periklanan, diskon promosi, persyaratan kredit, dan semacamnya juga memengaruhi penjualan, sehingga perkembangan-perkembangan yang mungking dari hal-hal tersebut juga dipertimbangkan. 7. Ramalan dibuat untuk setiap divisi, baik secara agregat maupun untuk setiap produk individual. Ramalan penjualan produk individual dijumlahkan, dan jumlah ini dibandingkan dengan agregasi ramalan divisi. Selisih antara keduanya direkonsiliasikan, dan hasil akhirnya adalah ramalan penjualan bagi perusahaan secara keseluruhan, tetapi dilengkapi dengan perincian untuk ketiga divisi dan untuk produk individual.

Jika ramalan penjualan tidak sesuai, maka konsekuensinya dapat menjadi serius. Pertama, jika pasar berkembangan lebih besar dibandingkan dengan kesiapan Allied, perusahaan tidak akan dapat memenuhi permintaan. Para pelanggannya akan membeli produk pesaing, dan Allied akan kehilangan pangsa pasar.Di pihak lain, jika proyeksinya terlalu optimistis, Allied akan memiliki kelebihan kapasitas pabrik, peralatan, dan persediaan. Hal ini berarti rasio perputaran yang rendah, biaya yang tinggi untuk depresiasi dan penyimpanan, serta penghapusan persediaan yang rusak. Semua ini akan menghasilkan laba yang rendah, tingkat pengembalian modal yang rendah, dan tertekannya harga saham. Jika Allied telah mendanai ekspansi yang tidak perlu dengan hutang, maka beban bunga yang tinggi akan membuat masalahnya menjadi semakin parah. Dengan demikian, ramalan penjualan yang akurat penting bagi kesehatan perusahaan.

Peramalan Laporan Keuangan: Metode Persentase Penjualan Ketika penjualan telah diramalkan, maka neraca dan laporan laba rugi masa depan juga harus diramalkan. Teknik yang paling umum digunakan adalah metode persentase penjualan (percent of sales method), suatu metode untuk meramalkan laporan keuangan masa depan yang menyatakan setiap jumlah sebagai persentase penjualan. Persentase ini bisa konstan, atau berubah sejalan dengan berlalunya waktu. Contohnya manajer Allied sebenarnya meramalkan penjualan untuk delapan tahun, dengan hasil berikut ini: Tahun 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Tingkat pertumbuhan penjualan 10% 10% 10% 10% 9% 8% 7% 7%

Periode delapan tahun ini disebut sebagai periode ramalan eksplisit, dengan tahun kedelapan sebagai rentang waktu ramalan. Pertumbuhan populasi dan tingkat inflasi menentukan tingkat pertumbuhan penjualan jangka panjang bagi kebanyakan perusahaan. Perusahaan sering kali memiliki apa yang disebut dengan periode keunggulan kompetitif, di mana perusahaan tersebut dapat bertumbuh pada tingkat yang lebih tinggi dari pada tingkat pertumbuhan jangka panjang. Untuk perusahaan dengan teknologi sendiri atau identitas merek yang kuat, seperti Microsoft atau Coca-Cola, periode keunggulan kompetitif bisa mencapai kurun waktu 20 tahun. Untuk perusahaan yang menghasilka komoditas atau yang berada dalam indiustri yang sangat kompetitif, periode keunggulan kompetitifnya bisa hanya dua sampai tiga tahun, atau bahkan tidak ada sama sekali. Kebanyakan rencana keuangan memiliki periode ramalan paling tidak selama 5 tahun, dengan 5 sampai 15 tahun, bergantung pada perkiraan akan lamanya periode keunggulan kompetitif, sebagai periode ramalan yang paling umum. Sebagai titik awal, banyak pos dalam laporan laba rugi dan neraca sering kali diasumsikan meningkat secara proposional dengan penjualan. Perhatikan bahwa jika ramalan persentase penjualan untuk setiap pos adalah sama dengan persentase untuk tahun sebelumnya maka setiap pos akan bertumbuh pada tingkat yang sama dengan penjualan.

Meramalkan Arus Kas Bebas (Free Cash Flow-FCF) Arus kas bebas dihitung sebagai berikut: FCF= Arus kas operasi – Investasi bruto pada modal operasi atau FCF = NOPAT – Investasi bersih pada modal operasi NOPAT adalah Net Operating Profit After Taxes – laba bersih operasi setelah pajak

Rumus AFN (Additional Funds Needed) Tambahan dana yang dibutuhkan (Additional Funds Needed), dana yang harus diperoleh secara eksternal oleh suatu perusahaan melalui pinjaman atau penjualan saham biasa atau saham preferen baru. Kebanyakan perusahaan meramalkan kebutuhan modalnya dengan menyusun laporan laba rugi dan neraca pro forma sebagaimana dijelaskan diatas. Tetapi, jika rasio-rasio diperkirakan akan tetap konstan, maka rumus berikut ini dapat digunakan untuk meramalkan kebutuhan keuangan.

|Tambahan dana yang | |Peningkatan yang dibutuhkan | |Peningkatan spontan dalam | |Peningkatan dalam laba ditahan |
|dibutuhkan |= |dalam penjualan |= |kewajiban |= | |
|AFN |= |(A*/So)∆S |- |(L*/So)∆S |- |MS1(RR) |

A* = Aktiva yang terkait langsung dengan penjualan, sehingga harus meningkat jika penjualan akan meningkat.Perhatian bahwa A melambangkan total aktiva dan A* melambangkan aktiva yang harus meningkat jika penjualan akan meningkat. Ketika perusahaan beroperasi pada tingkat kapasitas penuh, seperti dalam kasus ini, maka A*=A. Tetapi sering kali A* dan A tidaklah sama, sehingga persamaan tersebut harus diubah atau metode laporan keuangan proyeksi harus digunakan. So = Penjualan selama tahun lalu. A*/So = Persentase aktiva yang dibutuhkan terhadap penjualan, yang juga menunjukkan kenaikan dalam dolar yang dibutuhkan dalam aktiva per $1 kenaikan dalam penjualan. A*/So= $2000/$3000= 0,6667 untuk Allied. Dengan demikian, untuk setiap $1 kenaikan dalam penjualan, aktiva harus meningkat sekitar 67 sen. L* =Kewajiban yang meningkat secara spontan. L* biasanya lebih kecil dibandingkan dengan total kewajiban (L). Kewajiban spontan meliputi hutang usaha dan beban yang masih harus dibayar, tetapi tidak termasuk pinjaman bank dan obligasi. L*/So = Kewajiban yang meningkat secara spontan sebagai persentase penjualan, atau pendanaan yang dihasilkan secara spontan per $1 kenaikan dalam penjualan. L*/So = ($60 + $140)/$3000 = 0,6667 untuk Allied. Dengan demikian, setiap kenaikan $1 dalam penjualan menghasilkan sekitar 7 sen pendanaan spontan. S1 =Total penjualan yang diproyeksikan untuk tahun depan. Perhatikan bahwa So melambangkan penjualan tahun lalu dan S1=$3.300 juta untuk Allied. ∆S =Perubahan dalam penjualan = S1 – So = $3.300 juta - $3.000 juta = $300 juta untuk Allied. M = Margin laba, atau laba per $1 penjualan. M= $114/$3.000 = 0,0380 untuk Allied. Sehingga Allied memperoleh laba sebesar 3,8 sen dari setiap dolar penjualan. RR = Rasio retensi, yang adalah persentase dari laba bersih yang ditahan. Untuk Allied RR = $56/$114 = 0,491. RR juga sama dengan 1 – rasio pembayaran, karena rasio retensi dan rasio pembayaran totalnya harus sama dengan 1,0 = 100%.

Dengan memasukkan nilai-nilai Allied ke persamaan diatas, kita menemukan bahwa tambahan dana yang dibutuhkan adalah sebesar $118 juta.

|AFN |= |Peningkatan yang dibutuhkan |- |Peningkatan spontan dalam |- |Peningkatan dalam laba ditahan|
| | |dalam penjualan | |kewajiban | | |
| |= |0,667 (∆S) |- |0,667 (∆S) |- |0,038 (S1) (0,491) |
| |= |0.667 ($300 juta) |- |0,667 ($300 juta) |- |0,038 ($3.300 juta) (0,491) |
| |= |$200 juta |- |$20 juta |- |62 juta |
| |= |$188 juta | | | | |

Untuk meningkatkan penjualan sebesar $300 juta, rumus tersebut menyarankan bahwa Allied harus meningkatkan aktivanya sebesar $200 juta. Aktiva baru senilai $200 juta tersebut harus didanai dengan suatu cara. Dari total nilai tersebut, $20 akan diperoleh dari peningkatan spontan dalam kewajiban, sementara $62 juta lainnya akan diperoleh dari laba ditahan. Sisanya sebesar $118 juta harus diperoleh dari sumber-sumber eksternal. Persamaan tersebut menunjukkan bahwa kebutuhan pendanaan eksternal bergantung pada lima faktor penting; 1. Pertumbuhan penjualan (∆S), perusahaan perusahaan yang bertumbuh pesat memerlukan peningkatan yang besar dalam aktiva, ketika yang lainnya dianggap konstan. 2. Intensitas modal (A*/So). Jumlah aktiva yang dibutuhkan per dolar penjualan, A*/So disebut sebagai rasio intensitas modal(capital intensity ratio). Rasio ini memiliki dampak besar terhadap kebutuhan modal. 3. Rasio kewajiban spontan terhadap penjualan (L*/So). Perusahaan-perusahaan yang secara spontan menghasilkan sejumlah besar kewajiban dari hutang dan beban yang masih harus dibayar akan memiliki kebutuhan pendanaan eksternal yang relative kecil. 4. Margin laba (M). Semakin tinggi margin laba, semakin besar laba bersih yang tersedia untuk mendukung peningkatan dalam penjualan, sehingga kebutuhan akan pendanaan eksternal semakin rendah. 5. Rasio retensi (RR). Perusahaan-perusahaan yang menahan labanya lebih banyak dan bukannya membayarkannya sebagai dividen akan menghasilkan lebih banyak laba ditahan dan dengan demikian memiliki kebutuhan yang lebih sedikit akan pendanaan eksternal.

Teknik Lain untuk meramalkan laporan keuangan: 1. Regresi Linier Sederhana, jika diasumsikan bahwa hubungan antara jenis aktiva tertentu dengan penjualan adalah linier, maka teknik regresi linier sederhana dapat digunakan untuk mengestimasikan kebutuhan akan jenis aktiva tersebut untuk peningkatan penjualan tertentu. Misalnya, penjualan, persediaan, dan piutang Allied selama lima tahun terakhir. Misalnya estimasi hubungan antara persediaan dan penjualan(dalam jutaan dolar)adalah : Persediaan = -$35,7 + 0,186 (Penjualan) Kita dapat menggunakan hubungan regresi antara persediaan dan penjualan untuk meramalkan tingkat persediaan tahun 2003. Karena penjualan tahun 2003 diproyeksikan sebesar $3.300 juta, maka persediaan tahun 2003 akan sebesar $578 juta: Persediaan = -$35,7 + 0,186 ($3.300) = $578 juta.

2. Penyesuaian Kelebihan Kapasiatas, diasumsikan pada contoh Allied bahwa aktiva tetap di tahun 2002 hanya digunakan sebesar 96 persen dari total kapasitas. Jika aktiva tetap telah digunakan sampai tingakat kapasitas penuh, maka penjualan tahun 2002 bisa mencapai $3.125 juta dibandingkan dengan $3.000 juta penjualan aktual.
| | | | | | | |
|Penjualan pada tingkat | |Penjualan aktual Persentase | | | | |
|kapasitas penuh |= |kapasitas dimana aktiva tetap |= |$3.000 juta |= |$3,125 juta |
| | |dioperasikan | |0,96 | | |

Hal ini menunjukkan bahwa target rasio aktiva tetap/penjualan Allied sebenarnya adalah 32 persen atau bukan 33,3%;

Target aktiva tetap/penjualan = Aktiva tetap aktual Penjualan pada tingkat kapasitas penuh = $1.000 = 0,32 = 32% $3.125

Oleh karena itu, jika penjualan akan meningkat menjadi $3.300 juta, maka aktiva tetap akan meningkat menjadi $1.056 juta: Tingkat aktiva tetap yang dibutuhkan = (Target aktiva tetap/Penjualan) (Proyeksi penjualan) = 0,32 ($3.300) = $ 1.056 juta