“Pengaruh Komunitas Dalam Perilaku Konsumen”

Sikap serta perilaku konsumen dipengaruhi oleh banyak faktor salah satunya adalah pengaruh kelompok. Kelompok dimana seorang konsumen berada dan memiliki pengaruh langsung disebut sebagai membership group. Membership group terdiri dari dua jenis yaitu primary group (Keluarga, tetangga, dan rekan bekerja) dan secondary group yang bersifat lebih formal serta memiliki interaksi lebih jarang (komunitas hobi, perkumpulan keagamaan, perkumpulan profesional).
Munculnya berbagai kelompok ini ternyata dapat dimanfaatkan oleh sejumlah brand dalam menciptakan tren baru dimasyarakat. Sebuah komunitas bersepeda yang menamakan diri Bike to Work sukses menciptakan trend pergi bersepeda ke kantor bagi masyarakat Jakarta. Tidak hanya itu Polygon, sebuah brand sepeda terkemuka bahkan bersedia menjadi sponsor bagi komunitas tersebut. Polygon mengeluarkan sepeda khusus dengan tema Bike to Work.
Contoh lain ditunjukan dengan fenomena olahraga lari yang belakangan menjadi tren baru bagi masyarakat. Sebuah komunitas bernama IndoRunner pun muncul sebagai wadah terbesar bagi komunitas olahraga lari di Jakarta. Dengan memanfaatkan social media, komunitas ini pun tumbuh menjadi sebuah komunitas yang besar dengan kegiatan yang rutin dan terorganisir. Melihat perkembangan tersebut, Nike sebagai brand olahraga terbesar mulai merangkul komunitas tersebut dengan mengadakan berbagai event olahraga lari. Kini fenomena olahraga lari ini semakin menjadi trend bagi masyarakat jakarta. Hal ini terbukti dengan maraknya event olahraga lari/marathon di Jakarta belakangan ini.
Kesamaan dalam hobi ini akhirnya membentuk Brand Communities dimana sebuah brand berinteraksi dengan seseorang melalui sebuah komunitas/perkumpulan. Brand Communities dapat tediri dari tiga bagian yaitu Consciousness of Kind (kesadaran jenis), Ritual and Traditions (persamaan kebiasaan), dan Moral Responsibility (tanggung jawab moral).
Brand Communities sangat berperan penting dalam proses marketing sebuah brand. Pada awal tahun 2003 muncul jenis kamera bernama lomo. Karena bentuk dan fungsinya yang unik kamera ini dengan cepat mendapat respon yang baik dari para remaja di Jakarta. Namun mereka menemui kesulitan untuk mendapatkan kamera tersebut. Hingga akhirnya sebuah komunitas bernama Lomonesia muncul dan menjadi semacam distributor bagi kamera lomo. Saat ini Lomonesia telah diakui oleh Lomograhy Pusat di Austria dan juga Lomography Asia Pasifik di Hongkong. Selain itu Lomonesia juga telah memiliki sub-komunitas yang tersebar di berbagai kota besar di Indonesia.
Brand Communities juga memiliki pengaruh terhadap munculnya brand loyality. Hal ini dapat terlihat dari sebuah komunitas yang bernama MacClub Indonesia. Komunitas yang awalnya terbentuk karena memiliki kesamaan ketertarikan terhadap komputer Mac kini menjelma sebagai sekumpulan orang yang loyal terhadap seluruh produk yang dikeluarkan oleh Apple. Bagi mereka, produk elektronik Apple adalah yang terbaik bahkan pada tahap yang lebih ekstrim, sebagian dari mereka tidak bersedia untuk mencoba produk elektronik/gadget selain produk Apple.
Keterkaitan antara sebuah brand dengan komunitas yang terbentuk dapat menjadi sebuah alternatif baru dalam bidang komunikasi pemasaran. Pemanfaatan social media juga dapat menjadi media utama bagi Brand Communities untuk memperkenalkan diri. Selain biaya yang relatif lebih minim dibandingkan biaya untuk memproduksi iklan, adanya Brand Communities juga dapat menampilkan personifikasi dari sebuah brand sehingga dapat menciptakan positoning dan awereness yang kuat dalam persepsi masyarakat.
Brand yang diwakili juga harus memahami karakteristik dari komunitas yang akan diajak bekerja sama. Persamaan value antara sebuah brand dan komunitas akan menciptakan sebuah mutualisme yang unik dan saling melengkapi. Sebaliknya, pemilihan komunitas yang kurang tepat justru akan menimbulkan hambatan baru bagi brand tersebut.