Free Essay

Prof. J.E. Sahetapi

In:

Submitted By rirismarpaung
Words 463
Pages 2
Prof Jacob Elfinus Sahetapy

Pendidikan: * Sekolah Dasar Particuliere Saparuasche School * Sekolah menengah di Maluku. * SMA di Surabaya * Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada di Surabaya (yang kemudian menjadi Fakultas Hukum Universitas Airlangga). * Master Hukum dari Universitas Utah, Salt Lake City, Utah, Amerika Serikat * Program Doktor Perdata di Fakultas Hukum Universitas Airlangga, Surabaya

Prestasi: * Asisten dosen untuk mata kuliah Hukum Perdata di Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada di Surabaya * Tahun 1979: Dekan Fakultas Hukum di almamaternya. * Ketua Yayasan Perguruan Tinggi Kristen Petra. * Anggota Badan Pemerintahan Harian Provinsi Jawa Timur * Asisten Gubernur Jawa Timur, Mohammad Noor. * Anggota Partai Demokrasi Indonesia-Perjuangan (PDI-P). * Anggota DPR/MPR mewakili (PDI-P). * Tahun 1999: Ketua Forum Pengkajian HAM dan Demokrasi Indonesia, Surabaya, Anggota BP MPR RI, Anggota Komisi II (Hukum dan Dalam Negeri) DPR RI, Anggota Panitia Ad Hoc I (Amandemen UUD 1945) MPR RI, Anggota Sub Komisi Bidang Hukum DPR RI dan Anggota Badan Legislatif DPR RI. * Sejak tahun 2000: Ketua Komisi Hukum Nasional R.I.

Konduite: * Jujur * Tegas dan tidak suka basa basi. Seorang calon hakim dari Gorontalo mengaku sebagai salah seorang muridnya. Entah apa maksud sang calon, yang kemudian diterimanya adalah semprotan kata-kata yang keras: "Ya, memang. Tapi saya malu punya murid seperti Anda, karena menjawab pertanyaan apakah pernah masuk parpol, tidak mengaku. Ternyata dalam CV, Anda pernah aktif di
Golkar."
* Prof. J.E. Sahetapi terkenal sangat kritis baik sebagai dosen maupun birokrat, bahkan saat menjadi anggota legislatif. Kritik-kritiknya tajam dan keras. * Bersahaja dalam hidup sehari-harinya. Sewaktu menjadi dosen di Universitas Airlangga, Ia tinggal di sebuah rumah di kompleks perumahan dosen Universitas Airlangga, Jalan Darmahusada III, Surabaya. Rumahnya jauh dari kesan mewah. Perabotannya biasa saja. Mobil yang dikendarai Kijang. Bahkan saat menjadi anggota DPR ketika kebanyakan rekannya mengendarai mobil mewah, Ia kerap jalan kaki dari tempat tinggalnya, sekitar satu setengah kilometer dari Gedung DPR. Jelas saja, berjalan kaki di Jakarta yang terik membuatnya berkeringat. Karena itu setiap hari ia memakai kaos, baru setelah sampai di ruang kerjanya ganti baju yang dibawanya. * Tidak suka dengan penampilan mewah, Ia tidak suka memakai jas. * Saat menjadi anggota DPR Ia tidak ribut memikirkan soal tunjangan mobil. Setia pada standar etis dan moral yang tinggi. Suatu saat Ia mengajukan pertanyaan dalam seleksi hakim agung (saat itu pertanyaan dialamatkan kepada Benjamin Mangkudilaga yang dikenal sebagai hakim yang jujur dan sederhana, tentang hadiah rumah yang diterima Benjamin) “Tidakkah hadiah itu itu menimbulkan konflik kepentingan?" * Tidak pernah ragu menyatakan yang benar itu benar dan yang salah itu salah sehingga banyak pihak menjulukinya penjaga nurani hukum dan politik. Ia mengatakan bahwa kondisi Indonesia masa kini ibarat "Rumah Sakit Gila" yang dihuni sebagian orang yang sudah "gila" (gila kekuasaan, KKN, pangkat, dan jabatan). Sebagian penghuni sudah setengah "gila" karena keinginan dan ambisi yang tidak tercapai sehingga berperilaku dan berpikir tidak lagi rasional.

Similar Documents