Judul : Pelangi Jingga
Pengarang : Isyka Syukriya
Penerbit : MedPress
Tahun terbit : 2010 (cetakan pertama)
Jenis buku : Fiksi
Jumlah halaman : 150

Novel dari Isyka Syukriya yang berjudul “Pelangi Jingga” menceritakan kisah cinta antara Jingga, Vincent, dan Ello yang sama-sama berawal dari sebuah persahabatan. Awalnya Ello merupakan teman baru Jingga yang kini menjadi sahabat Jingga. Ello yang baru 4 bulan bersekolah di sana mengenal Jingga ketika Miss Rita menyarankannya untuk belajar materi yang tertinggal dengan Jingga. Selain Ello, Jingga juga memiliki teman tomboy yaitu April. Ello dan Jingga tak jarang bertengkar namun itu yang menyebabkan mereka semakin dekat dan berkat perhatian Jingga, Ello menyimpan perasaan lebih terhadap Jingga.

Rasa rindu Jingga dengan Vincent akan terhapuskan karena rencananya Vincent akan datang ke Indonesia menghadiri peresmian gallery baru ayannya sekaligus ingin bertemu Jingga. Kedatangan Vincent bertepatan dengan hari ulang tahun Ello, tapi sebelum menemui Vincent, Jingga sempat memberi kejutan kepada Ello dan Ello berniat mengungkapkan isi hatinya namun hal itu terurungkan olehnya. Ketika berlari menuju gallery karena tak ingin telat bertemu Vincent, Jingga tertabrak mobil “Marcedes Benz Kuning” menghantamnya dan Jingga terpelanting ke jalan aspal. Mobil itupun melaju kencang meninggalkan Jingga yang berlumuran darah.

Didapati dirinya di UGD dengan tubuh yang terasa masih remuk dan kepala agak pening ketika tersadar dari koma. Bebrapa bagian tubuhnya mengalami cidera berat sehingga tidak memungkinkan untuk masuk sekolah. Selama di rumah sakit Ello selalu setia memberi dukungan dan semangat tapi Jingga hanya memikirkan Vincent. Berkali-kali telah ia coba menghubungi Vincent, tapi Vincent mengira Jingga telah menggingkari janjinya. Dua bulan sudah ia tak masuk sekolah dan hari pertamanya masuk sekolah ia disambut oleh April dengan bola basketnya. Jingga mengumpulkan semua catatan temannya karena murid teladan berprestasi dan pintar melukis itu tak mau ketinggalan banyak materi. Di sudut lain terlihat Inez seksi kesenian di sekolahnya mencarinya untuk memberi formulir lomba melukis yang mana hadiah utamanya beasiswa ke Paris. Kesempatan itu tak mau dilewatkannya karena ia ingin menyusul Vincent ke Paris. Kini waktu dua bulan sebelum lomba digunakan untuk berlatih melukis dengan Kak Agni guru lukis professional beserta Inez dan Sthevani yang juga mengikuti lomba. Menyadari Jingga sangat berambisi untuk mengikuti lomba itu supaya bisa menyusul Vincent, Ello merasa putus asa akan perasaannya kepada Jingga dan belakangan ini ia semakin jauh dengan Jingga bahkan menyapanya pun ia tak pernah.

Saat-saat lomba tiba, suatu hal buruk menimpa Jingga. Pengelihatannya kabur dan gelap yang dirasakan di sekelilingnya. Saat tersadar Jingga berteriak memanggil mamanya karena ia tak bisa melihat apa-apa hanya gelap. Orang tua Jingga panik karena takut yang dikatakan dokter Agustaf itu benar kalau anaknya tak akan bisa melihat lagi. Jingga sangat terpukul akibat kecelakaan 4 bulan lalu. Ello merasa bersalah karena selama 2 bulan ini tak bisa menjaga Jingga. Pikiran Jingga hanya tertuju pada Vincent karena ia tidak akan bisa melihat Vincent lagi.

Melihat kondisi Jingga, Jingga terpaksa mengundurkan diri dari sekolah. Semua teman Jingga mengucapkan salam perpisahan termasuk Inez yang merasa berhutang budi kepada Jingga. Ello, April dan Ibenk merasa shock mendengar kabar itu tapi apa boleh buat keadaan yang memaksa. Sungguh disayangkan murid berprestasi itu tak dapat mengikuti ujian 3 bulan lagi karena kondisinya saat ini. Di tengah harinya yang kelam, Vincent datang ke Indonesia untuk melanjutkan kuliahnya nanti di Indonesia. Saat semua gairah melukisnya pudar, kini Jingga mencoba memulai lagi melukis dengan menggunakan perasaanya. Disela-sela ia melukis Vincent datang menemuinya. Rasa rindu Jingga terbayar dengan kedatangan Vincent. Setelah beberapa saat bersama Jingga, Vincent baru menyadari bahwa Jingga benar-benar tak bisa melihat lagi. Sejak saat itu, Vincent berusaha membahagiakan Jingga karena ia tahu Jingga begitu menyayanginya.

Di sisi lain, Ello memiliki masalah dengan keluarganya. Ayah Ello tak pernah perhatian kepada Ello dan Ibunya melainkan hanya menyayangi ibu tirinya dan saudara tirinya yang terpaut 1 tahun lebih muda darinya. Ternyata saudara tirinya yang datang dari Prancis untuk melanjutkan kuliah di Indonesia adalah Vincent yang merupakan pujaan hati Jingga. Ello tak bisa menerima kenyataan itu karena ia menyadari perasaan cintanya hanya untuk Jingga. Hal itu membuatnya dendam dengan Vincent yang merebut semua kebahagiaannya. Pagi itu Vincent datang ke garasi mobil dan melihat mobil Mercedes Benz Kuning miliknya yang ternyata menabrak Jingga. Terpukul hati Vincent mengingat tragedi yang menyebabkan Jingga kehilangan pengelihatannya. Hantaman dari Ello melayang ke wajah Vincent ketika ia tengah termenung. Vincent tak bisa bertahan dari hantaman Ello. Penyebab Ello melakukan itu tiada lain karena rasa cemburu, marah dan iri yang berapi – api dalam darahnya. Atas kejadian itu, Ello diusir oleh ayahnya karena Ello juga menentang perjodohan antara Vincent dan Jingga. Rumah Ibenk merupakan tujuan utama Ello karena Ello tak tahu lagi akan kemana. Sampai di rumah Ibenk, didapatinya Ibenk dan kawan-kawan sedang pesta narkoba. Sungguh tak terlintas di benak Ello kalau Ibenk akan melakukan hal itu.

Mungkin kata-kata ibu Jingga akan menjadi kenyataan ketika Jingga mendapat kabar dari dokter Agustaf bahwa ia telah mendapat donor mata. Wajah ceria dan senyum manis yang merekah di bibir Jingga kembali tepancar di wajahnya seakan pelangi yang hitam kembali berwarna dengan wajah ayunya. Kini semua keluarga Jingga memanjatkan doa agar operasi mata Jingga berjalan lancar dan berhasil. Benar-benar mukzijat, paska operasi mata itu berhasil Jingga dapat melihat kembali indahnya dunia. Janggal terasa di benak Jingga saat ia kembali bisa melihat, Ello dan Vincent orang yang disayangnya tak muncul didekatnya. Maka terpaksa Jingga sendiri yang memberi tahu kabar gembira itu. Shock ketika Jingga mengetahui Ibenk dan Ello masuk penjara ketika tengah pesta narkoba di rumah Ibenk. Jingga memutuskan untuk menemui Ello di penjara. Perasaan was-was menyelimuti hati Jingga kerena sungguh ia tak menduga hal itu. Dijumpainya Ello yang kondisinya semakin memburuk di tengah dinginnya trali besi dan sepatah katapun Ello tak mau bicara kepada Jingga. Tujuan keduanya adalah menemui Vincent di rumahnya tapi sesampainya di sana, ayah Vincent hanya menatapnya tajam dan tak melepaskan tatapannya darinya. Saat ayah Vincent tersadar akan pertanyaan Jingga, ia hanya memberi Jingga sebuah amplop yang berisi secarik kertas dan menyuruh Jingga pulang karena orang yang ia cari tak ada. Jingga sedikit bingung tapi ia memutuskan untuk pulang.

Indahnya kota Paris tengah dirasakan Jingga, walau ia tak bisa memenangkan perlombaan untuk mendapat beasiswa di Paris. Inez yang memenangkan perlombaan itu kini menjadi tourguide Jingga selama di Paris. Tak terbayangkan bermula dari penampilan Inez yang cupu Inez berubah wanita metropolitan. Inilah impianku, dapat menjelajahi kota Paris. Sempat Jingga mampir di rumah Vincent di Paris dan disana ia berjumpa dengan ibu Vincent. Hari terakhir di Paris Jingga teringat akan Vincent dan ia mengeluarkan secarik kertas yang ditulis Vincent untuknya. Kertas itu membuatnya menangis tiap kali membacanya. Tertulis bahwa Vincent mendonorkan kedua korneanya untuk Jingga kerena ialah yang harus bertanggung jawab atas kecelakaan yang menimpa Jingga. Vincent yang telah menabrak Jingga hingga Jingga harus menderita selama ini. Vincent sangat mencintai Jingga hingga ia ingin dirinya bisa selalu berada di sisi Jingga melalui kedua pengelihatan Jingga. Kota Paris ini menjadi saksi akhir kisah cinta Jingga dan Vincent. Pelangi itupun datang ketika Jingga melihat cinta terindah dari Vincent dengan kedua mata Vincent.