Nama :
Npm :
Nama Dosen : RR Satiti Sakuntala, S,sos MA
BAB 4 Menurut Indriantoro dan Supomo, peneltian adalah refleksi dari keinginan untuk mengetahui sesuatu berupa fakta atau fenomena. Dalam bab Research Design Babbie membaginya kedalam enam subbab yaitu The Purposes of Research, The Logic of Nomothetic Explanation, Necessary and Sufficient Causes, The Time Dimension, How to Design a Research Project, dan The Research Proposal. Dalam subbab pertama Babbie menjelaskan perihal tiga fungsi dari penelitian yaitu eksplorasi, deskripsi, dan penjelasan. Menurutnya kebanyakan penelitian sosial dilakukan untuk mengeksplorasi topik dimana biasanya terjadi ketika seorang peneliti meneliti minat baru atau ketika subjek penelitian relatif baru. Biasanya studi eksplorasi dilakukan untuk tiga tujuan yaitu untuk memuaskan rasa ingin tahu peneliti dan keinginan untuk pemahaman yang lebih baik, untuk menguji kelayakan melakukan studi yang lebih luas, dan untuk mengembangkan metode yang akan digunakan dalam setiap studi berikutnya. Tujuan utama dari kebanyakan penelitian sosial adalah untuk mendeskripsikan situasi dan peristiwa yang digambarkan setelah peneliti melakukan proses pengamatan. Tujuan lainnya adalah untuk menjelaskan fenomena-fenomena dimana hasilnya dapat menjawab pertanyaan tentang apa, di mana, kapan, bagaimana, siapa, dan mengapa. Model nomotetis secara inheren probabilistik lebih terbuka dibandingkan dengan model ideografis karena sarat kesalahpahaman dan salah tafsir. Pendekatan ideografis menempatkan temuan penelitian dalam konteks sosial-budaya serta konteks waktu dan konteks historis, yang spesifik, dimana penelitian telah dilakukan. Sedangkan pendekatan nomotetis berusaha memperoleh temuan-temuan yang berlaku umum, baik untuk semua konteks sosial, konteks waktu dan sejarah, ataupun tempat (Chaplin, 1981). Terdapat tiga kriteria utama untuk hubungan kausal nomotetis dalam penelitian sosial: (1) variabel harus berkorelasi, (2) penyebabnya terjadi sebelum akibat, dan (3) orisinalitas. 1. Korelasi Hubungan sebab-akibat tidak dapat dipisahkan dari korelasi atau hubungan yang sebenarnya antara dua variabel. Contohnya hubungan antara pendidikan dengan jabatan yang diduduki, dalam kasus tersebut dapat dilihat bahwa semakin tinggi jabatan seseorang maka diperlukan kapabilitas –dalam hal ini pendidikan- yang tinggi. 2. Urutan Waktu Urutan waktu yang benar diperlukan karena adanya hubungan sebab-akibat didasarkan pada ‘sebab’ yang mendahului ‘akibat’ berdasarkan urutan waktu. Contohnya kecenderungan meneruskan pendidikan anak merupakan akibat dari tingkat pendidikan orang tuanya, apabila orang tuanya mengenyam pendidikan hingga bangku kuliah maka anak akan cenderung mengikuti orang tuanya dan beranggapan bahwa kuliah merupakan suatu hal yang penting. 3. Orisinalitas Hubungan orisinal terpenuhi jika variabel akibat tidak dapat dijelaskan dengan menggunakan variabel lainnya. (Morrisan, 2012) Menurut Babbie model nomotetis analisis kausal akan mengarah kepada pengujian hipotesis, meskipun hipotesis tidak diperlukan dalam penelitian nometetis. Maka dari itu terdapat beberapa kesalahan dalam hubungan nomotetis diantaranya sebab-akibat yang lengkap dengan menimbang bahwa penjelasan idiografis dari sebab-akibat relatif lengkap sedangkan penjelasan nomotetis merupakan probabilitas dan biasanya tidak lengkap, kasus pengecualian dimana dalam penjelasan nomotetis pengecualian tidak menyangkal hubungan kausal, serta pada kasus mayoritas dimana hubungan kausal dapat berlaku bahkan jika mereka tidak berlaku dalam sebagian besar kasus. Dalam penelitian sosial, hampir tidak ada batas unit analis yaitu untuk apa atau siapa dapat dipelajari. Untuk mempermudah, unit analisis yang dipilih dalam hal kriteria yang akan memungkinkan pertanyaan penelitian yang harus dijawab (Bryman, 2012). Topik ini relevan untuk semua bentuk penelitian sosial, meskipun implikasinya jelas dalam kasus nomotetis adalah studi kuantitatif. Karena pada dasarnya model nomotetis berupata mencari penjelasan yang bersifat umum (Morrisan, 2012). Contohnya menganalisis hubungan cara belajar dengan prestasi belajar mahasiswa. Waktu memainkan banyak peran dalam desain dan pelaksanaan penelitian, disamping waktu dibutuhkan untuk melakukan penelitian. Sebuah studi cross-sectional melibatkan pengamatan sampel, atau penampang, dari populasi atau fenomena yang dibuat pada satu titik dalam waktu. studi eksplorasi dan deskriptif cenderung cross-sectional. Cross sectional ialah suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor resiko dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat atau disebut point time approach (Notoatmodjo, 2002). Studi cross-sectional memiliki masalah yang melekat. Meskipun kesimpulan mereka didasarkan pada pengamatan yang dilakukan hanya pada satu waktu, biasanya mereka bertujuan untuk memahami proses kausal yang terjadi dari waktu ke waktu. Berbeda dengan studi cross-sectional, longitudinal dirancang untuk memungkinkan pengamatan fenomena yang sama selama jangka waktu tertentu atau bahkan diperpanjang. Metode longitudinal adalah metode yang membutuhkan waktu yang panjang untuk mencapai hasil penelitian. Keuntungan metode ini proses perkembangan diikuti dengan teliti, kerugiannya peneliti sangat tergantung pada objek yang diselidiki dalam jangka waktu yang cenderung lama (Hurlock, 1978). Studi longitudinal tidak selalu menyediakan cara yang mungkin atau praktis mempelajari proses yang berlangsung dari waktu ke waktu. Bahkan terkadang data cross-sectional menyiratkan proses dari waktu ke waktu atas dasar logika sederhana. Meskipun desain penelitian dirumuskan pada awal proyek penelitian, hal tersebut melibatkan semua langkah dari proyek secara keseluruhan. Menurut Babbie, sebelum menentukan desain, hal pertama yang harus dilakukan adalah menentukan tujuan dari penelitian, kemudian menentukan konsep-konsep apa yang akan dipelajari, setelah itu merumuskan metode penelitian seperti apa yang tepat, lalu menentukan teknik pengukuran, memutuskan populasi dan sampling, hal yang paling penting yaitu observasi, memproses data, menganalisa, tahap akhir dari proses penelitian melibatkan penggunaan dari penelitian yang telah dilakukan dan kesimpulan yang telah dicapai. Kesimpulannya desain penelitian melibatkan kumpulan keputusan mengenai topik apa yang akan dipelajari dalam populasi mana dengan metode penelitian apa serta untuk tujuan apa. Desain penelitian atau desain studi dapat didefinisikan sebagai rencana, struktur, dan strategi penyelidikan yang hendak dilakukan guna mendapatkan jawaban dari pertanyaan atau permasalahan penelitian. Rencana tersebut merupakan skema atau program lengkap dari sebuah penelitian, mulai dari penyusunan hipotesis yang berimplikasi pada cara, prosedur penelitian dan pengumpulan data, sampai dengan analisis data (Keringler, 1986).
Nama :
Npm :
Nama Dosen : RR Satiti Sakuntala, S,sos MA
BAB 5 Babbie membagi bab lima kedalam beberapa subbab yaitu Measuring Anything That Exist, Conseptualization, Definitions in Descriptive and Explanatory Studies, Operationalization Choices, dan Criteria of Measurement Quality. Menurut Babbie konsep adalah citra mental kita gunakan sebagai perangkat untuk menyatukan observasi dan pengalaman yang tampaknya memiliki sesuatu yang sama. Konsep merupakan konstruksi; mereka mewakili persetujuan pada makna yang ditetapkan bersama. konsep tidak ada di dunia nyata, sehingga mereka tidak bisa diukur secara langsung, tetapi kita dapat mengukur hal-hal yang terangkum dalam konsep kita. Pendapat Alex Bryman sejalan dengan apa yang dikatakan Babbie, menurut Bryman konsep adalah konstruksi dari teori dan mewakili poin terkait penelitian sosial yang dilakukan (Bryman, 2012). Konseptualisasi adalah proses menentukan pengamatan dan pengukuran yang memberikan konsep makna yang pasti untuk tujuan studi penelitian. Menurut pendapat Babbie definisi yang tepat bahkan lebih penting dalam deskriptif daripada dalam studi eksplorasi. Tingkat presisi yang dibutuhkan bervariasi dengan jenis dan tujuan penelitian. Operasionalisasi merupakan perpanjangan dari konseptualisasi yang menentukan prosedur yang tepat yang akan digunakan untuk mengukur atribut variabel. Operasionalisasi adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2010). Operasionalisasi melibatkan rangkaian yang saling terkait pilihan: menentukan kisaran variasi yang yang sesuai untuk tujuan penelitian, menentukan bagaimana tepatnya untuk mengukur variabel, akuntansi untuk dimensi yang relevan dari variabel, mendefinisikan atribut variabel dan hubungannya, dan memutuskan pada tingkat yang sesuai pengukuran. Para peneliti harus memilih dari empat tingkat pengukuran, yang mencakup peningkatan jumlah informasi: nominal, ordinal, interval, dan perbandingan. Ada 4 tingkat skala pengukuran yang digunakan meliputi nominal, ordinal, interval dan rasio. Penjelasan masing-masing skala tersebut diuraikan sebagai berikut : 1. Skala nominal Skala nominal adalah skala yang memungkinkan peneliti untuk menempatkan subjek pada kategori atau kelompok tertentu (Sekaran, 2006). 2. Skala Ordinal Data ordinal adalah data yang tidak hanya mengkategorikan variabel-variabel untuk menunjukkan perbedaan di antara berbagai kategori, tetapi juga mengurutkannya dalam beberapa cara (Sekaran, 2006). 3. Skala Interval Skala interval menurut Sekaran (2006) menentukan perbedaan, urutan dan kesamaan besaran perbedaan tiap variabel. 4. Skala ratio Skala rasio adalah skala yang memiliki nilai dasar, dan memiliki titik o absolut. Skala ini merupakan skala tertinggi dari tiga skala sebelumnya. Tingkat yang paling tepat tergantung pada tujuan dari pengukuran. Sebuah variabel yang diberikan kadang-kadang dapat diukur pada tingkat yang berbeda. Jika ragu, peneliti harus menggunakan tingkat tertinggi pengukuran yang tepat untuk variabel itu sehingga mereka dapat menangkap jumlah terbesar informasi. Operasionalisasi dimulai pada tahap desain studi dan terus melalui semua tahapan proyek penelitian, termasuk analisis data. Kriteria kualitas meliputi langkah-langkah yang termasuk pada presisi, akurasi, ketahanan, dan validitas. Menurut Babbie, presisi menyangkut kehalusan perbedaan dibuat antar atribut yang menulis variabel. Presisi adalah ketelitian penaksiran parameter populasi sasaran berdasarkan parameter pada sampel, setelah kesalahan sistematik (bias &kerancuan) disingkirkan (Wuryanto, 2010). Menimbang bahwa sarana ketahanan memiliki hasil yang konsisten dari ukuran yang sama, validitas mengacu mendapatkan hasil yang akurat yang dapat mencerminkan konsep yang diukur. Validitas mempersoalkan akurasi dalam mengamati, mengukur, mewawancarai, menginterpretasikan, mencatat, mengolah informasi yang diperoleh dari subyek penelitian (Wuryanto, 2010). Peneliti dapat menguji atau meningkatkan ketahanan langkah-langkah melalui metode test-retest, metode split-half, penggunaan langkah-langkah, dan pemeriksaan pekerjaan yang dilakukan oleh pekerja riset. Tolak ukur untuk menilai validitas ukuran termasuk validitas wajah, validitas terkait kriteria, validitas konstruksi, dan validitas isi. Validitas meliputi dua aspek yaitu stabilitas dan kesamaan (Wuryanto, 2010). Membuat langkah-langkah khusus, dapat diandalkan sering tampaknya mengurangi kekayaan makna konsep-konsep umum kita miliki. Masalah ini tidak bisa dihindari. Solusi terbaik adalah dengan menggunakan beberapa ukuran yang berbeda, menekan aspek yang berbeda dari konsep.
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Babbie, Earl. (2007). The Practive of Social Research (ed.12). Wadsworth: Cengage Learning
Bryman, Allan. (2012). Social Research Methods (ed.4). New York: Oxford University Press Inc.
Morrisan. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Universitas Mercu Buana
Hand, D.J. (1996). Statistics and the Theory of Measurement. Journal of the Royal Statistical Society. Series A (Statistics in Society), Vol. 159, No. 3.
Online
Wuryanto, Arie. (2010, Maret). Validitas, Reliabilitas, Akurasi, dan Efisiensi. 22 Maret 2016, 22:10 WIB. http://arie_wuryanto.undip.ac.id/files/2009/02/validitasreliabilitasakurasi.pdf