Free Essay

Analisis Pengaruh Rasio Profitabilitas Dan Economic Value Added Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Jasa Di Bursa Efek Indonesia (Bei)

In:

Submitted By NURRAHMANI
Words 6016
Pages 25
RENCANA JUDUL : Analisis Pengaruh Rasio Profitabilitas dan Economic Value Added terhadap Harga Saham pada Perusahaan Jasa di Bursa Efek Indonesia (BEI) A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan dunia bisnis dan pertumbuhan ekonomi saat ini pada negara-negara berkembang seperti Indonesia menunjukkan pertumbuhan yang semakin meningkat dari tahun ke tahun. Para pelaku bisnis, mereka menyadari adanya pergeseran pasar dan perilaku pembelian konsumen beberapa tahun terakhir, sehingga mereka dengan tanggap mengadakan perubahan-perubahan mendasar pada setiap aspek perusahaannya agar dapat terus melayani serta mengembangkan segmen pasar mereka. Pasar dan perilaku pembelian konsumen bergeser pada jumlah permintaan akan produk jasa yang terus meningkat dengan berbagai macam ragam jasa yang ditawarkan, serta permintaan terhadap produk barang yang cenderung menurun apabila tidak disertai oleh produk jasa.
Adapun pertumbuhan dalam sektor jasa yang sangat berkembang ini juga tidak lepas dipengaruhi oleh beberapa faktor (Schoell dan Gultinan, 1992) yaitu antara lain: Perkembangan teknologi yang sangat pesat termasuk teknologi informasi, adanya peningkatan pengaruh sektor jasa, persentase wanita yang masuk dalam angkatan kerja semakin besar, tingkat harapan hidup semakin meningkat, produk-produk yang dibutuhkan dan dihasilkan semakin kompleks, adanya peningkatan kompleksitas kehidupan dan meningkatnya perhatian terhadap ekologi dan kelangkaan sumber daya. Serta jasa-jasa seperti logistik, komunikasi dan finansial services menciptakan infrastruktur ekonomi dasar yang diperlukan untuk mengoperasikan bisnis. Seperti yang terlihat pada tabel dibawah ini pertumbuhan sector jasa negara-negara berkembang.
Tabel 1
Pertumbuhan rata-rata sektor jasa

PERIODE | Rata-rata Pertumbuhan Sektor Jasa | Market Share Ekspor | 1995-2010 | 10.2 % | 22.1 % | 2006-2010 | 12.8 % | 31.3 % |
Sumber: www.jaringnews.com
Keberhasilan perusahaan-perusahaan yang tetap dapat bertahan pada masa sulit sekarang ini tidak lepas dari kesadaran mereka akan pentingnya pelayanan atau jasa yang ditawarkan, disamping pelayanan yang mereka berikan akan sulit untuk ditiru oleh para pesaingnya. Akhirnya, dengan melihat perkembangan sektor jasa maka diperlukan upaya kerja yang lebih keras dan peningkatan SDM baik secara kualitas maupun kuantitas di sektor ini. Selain menciptakan dan memberikan pelayanan yang baik, para pemilik dan penggerak perusahaan tentu saja ingin mendapatkan value added (nilai tambah) yang pantas mereka dapatkan dengan upaya mereka menanamkan sebagian dana mereka dalam bentuk investasi pada perusahaan di sektor jasa tersebut. Tertarik bagi peneliti untuk melihat penciptaan nilai tambah dalam manajemen berbasis nilai yang merupakan sebuah pendekatan untuk mengelola apa yang dibangun, dipromosikan, dan dipraktekkan oleh para manajer yang terkait dengan nilai organisasi bersama. Sebuah nilai organisasi mencerminkan apa yang dituju dan apa yang dipercaya, dalam hal ini adalah apa yang menjadi tujuan dan kepercayaan sebuah organisasi perusahaan.
Kondisi diatas berpengaruh pada meningkatnya minat investor yang berinvestasi pada saham-saham di perusahaan jasa. Adanya metode baru dan rasio-rasio berdasarkan laporan keuangan dapat dijadikan sebagai penilaian perusahaan terhadap perkembangan pesat saham-saham yang tergabung di BEI. Selain itu, untuk lebih menarik minat investor yang berinvestasi pada saham-saham perusahaan, perusahaan juga harus menunjukkan hasil kinerja perusahaan yang baik.
Pada penelitian ini penulis mencoba menggambarkan adanya perbedaan antara penelitian ini yang berjudul Analisis Pengaruh Rasio Profitabilitas dan Economic Value Added terhadap Harga Saham pada Perusahaan Jasa di Bursa Efek Indonesia dengan penelitian yang lainnya berupa penekanan pada metode Economic Value Added yang menurut penulis merupakan suatu alat analisis terbaik sebagai pengukuran kinerja perusahaan yang ditinjau melalui harga saham dibandingkan metode konvensional lainnya. Adapun wujud dari nilai tambah yang diperoleh melalui metode Economic Value Added ini berupa pencapaian dalam menciptakan nilai bagi para pemegang saham. Nilai di sini mewakili harga pasar dari pemegang saham perusahaan, yang mana, dalam perputaran, merupakan fungsi investasi perusahaan, pembiayaan dan keputusan akan dividen.
Penilaian kinerja perusahaan dilakukan dengan menghitung rasio keuangan yang berdasarkan laporan keuangan dan metode EVA. Rasio keuangan yang sering digunakan dan lebih sesuai dalam penelitian ini adalah rasio profitabillitas. Rasio profitabilitas perusahaan menggambarkan kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba melalui penjualan dan investasi. Rasio profitabilitas akan menunjukkan efektivitas operasional keseluruhan perusahaan. Rasio yang menunjukkan profitabilitas dalam kaitannya dengan investasi dan sering digunakan dalam menganalisis perubahan harga suatu saham adalah ROA (Return on Asset), ROE (Return on Equity), dan EPS (Earning per Share).
Return on equity yang mengukur kemampuan perusahaan memperoleh laba yang tersedia bagi pemegang saham perusahaan. Dalam perhitungannya, Return on assets menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba dari semua aktiva yang dipergunakan. ROA diperoleh dari rasio antara Earning After Taxes dengan total aktiva. ROE merupakan perbandingan antara pendapatan sebelum pajak dengan modal sendiri. Rasio ini juga dipengaruhi oleh besar kecilnya hutang perusahaan, jika proporsi hutang semakin besar maka rasio ini juga akan makin tinggi, dan sebaliknya. EPS (Earning per Share) merupakan ukuran kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan per lembar saham pemilik. Nilai dari ketiga rasio keuangan diatas sudah tercantum dalam setiap laporan keuangan perusahaan sehingga lebih mudah bagi investor dalam mengalisisnya untuk kemudian dijadikan dasar menentukan kebijakan portofolio.
Metode EVA (economic value added) dikembangkan oleh Stewart & Stern, di Indonesia dikenal dengan istilah NITAMI adalah metode manajemen keuangan untuk mengukur laba ekonomi dalam suatu perusahaan yang menyatakan bahwa kesejahteraan hanya dapat tercipta manakala perusahaan mampu memenuhi semua biaya operasi dan biaya modal (Tunggal 2001). EVA merupakan tujuan perusahaan untuk meningkatkan nilai atau value added dari modal yang telah ditanamkan pemegang saham dalam operasi perusahaan. Metode Economic Value Added ini memberikan beberapa kelebihan (nilai tambah) dalam manajerial perusahaan antara lain yaitu metode EVA membantu manajemen dalam hal menetapkan tujuan internal (internal goal setting) perusahaan supaya tujuan berpedoman pada implikasi jangka panjang dan bukan jangka pendek saja.
Dalam hal investasi metode EVA memberikan pedoman untuk keputusan penerimaan suatu project (capital budgeting decision), dan dalam hal mengevaluasi kinerja rutin (performance assessment) manajemen, EVA membantu tercapainya aktivitas yang value added. Metode EVA juga membantu adanya sistem penggajian atau pemberian insentif (incentive compensation) yang benar dimana manajemen didorong untuk bertindak sebagai owner. Metode EVA dalam hal penerapan tujuan (goal setting) membantu manajemen untuk berpedoman pada value building.Konsisten dengan prinsip Net Present Value (NPV),EVA dapat menjadi dasar dalam capital budgeting tentang penilaian sebuah project.Project dengan positif discounted EVA akan diterima dan sebaliknya project dengan negatif discounted EVA akan ditolak.Dalam hal performance assesment,Economic Value Added menjadi kriteria penting untuk menilai kinerja manejemen.
Metode EVA dalam filosofi perusahaan aplikasi metode EVA sebagai ukuran kompensasi dapat menghasilkan perbaikan dalam efisiensi operasi dengan meningkatkan perputaran aktiva; mengarahkan manajer untuk menggunakan aktiva perusahaan lebih produktif; membuang aktiva yang tidak berguna dan mengurangi investasi baru (asumsi jika aktiva tidak dapat menghasilkan tingkat pengembalian yang cukup jika dibandingkan dengan keseluruhan cost of capital); membantu mengurangi perbedaan tujuan/kepentingan antara manajer dengan para pemegang saham. Dalam penilaian kinerja perusahaan terhadap nilai perusahaan dan perkembangan pesat saham-saham yang tergabung dalam BEI serta peneliti-peneliti terdahulu telah memberikan inspirasi untuk melanjutkan penelitian yang berkenaan dengan Analisis penerapan kinerja yang riil dengan metode Economic Value Added dan Rasio Profitabilitas terhadap Harga Saham pada Perusahaan Jasa di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2010 sampai 2012. B. Identifikasi dan Rumusan Masalah
Uraian yang terdapat pada latar belakang, peneliti mencoba mengidentifikasi masalah pada penelitian yaitu terdapatkah perbedaan penerapan kinerja yang lebih real antara Economic Value Added (EVA) dan Rasio Profitabilitas yaitu Return on Asset (ROA), Return on Equity (ROE) , Earning per Share (EPS) terhadap harga saham pada perusahaan jasa di BEI periode 2010-2012 sehingga berpengaruh pada meningkatnya minat investor yang berinvestasi pada saham-saham di perusahaan jasa yang sedang sangat berkembang saat ini. Dan diantara kedua penilaian tersebut memiliki peran untuk memperkuat atau malah memperlemah harga saham pada perusahaan jasa itu sendiri.
Berdasarkan identifikasi masalah, maka dapat dirumuskan permasalahan yang akan dibahas yaitu: 1. Apakah terdapat perbedaan penerapan kinerja yang lebih real antara Economic Value Added (EVA) dan Rasio Profitabilitas yaitu Return on Asset (ROA), Return on Equity (ROE) , Earning per Share (EPS) terhadap harga saham pada perusahaan jasa di BEI periode 2010-2012 ? 2. Bagaimanakah hubungan nilai Economic Value Added (EVA) dan Rasio Profitabilitas yaitu Return on Asset (ROA), Return on Equity (ROE) , Earning per Share (EPS) terhadap harga saham pada perusahaan jasa di BEI periode 2010-2012 ? 3. Apakah Economic Value Added (EVA) dan Rasio Profitabilitas yaitu Return on Asset (ROA), Return on Equity (ROE) , Earning per Share (EPS) menunjukkan peran untuk memperkuat atau memperlemah harga saham pada perusahaan jasa ? C. Maksud dan Tujuan Penelitian
Adapun maksud dan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui perbedaan penerapan Economic Value Added (EVA) dan Rasio Profitabilitas terhadap harga saham pada perusahaan jasa di BEI periode 2010-2012 2. Untuk mengetahui hubungan nilai Economic Value Added (EVA) dan Rasio Profitabilitas yaitu Return on Asset (ROA), Return on Equity (ROE) , Earning per Share (EPS) terhadap harga saham pada perusahaan jasa di BEI periode 2010-2012 3. Untuk mengetahui Economic Value Added (EVA) dan Rasio Profitabilitas yaitu Return on Asset (ROA), Return on Equity (ROE) , Earning per Share (EPS) menunjukkan peran untuk memperkuat atau memperlemah harga saham pada perusahaan jasa D. Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi beberapa pihak antara lain : 1. Bagi peneliti memperoleh wawasan dan pengalaman yang diperoleh selama ini yang berhubungan dengan pasar modal, khususnya sebagai pengukur kinerja keuangan perusahaan baik yang berupa rasio maupun berbasis nilai dan harga saham. 2. Bagi Emiten memberi informasi tentang faktor-faktor yang mempengaruhi harga saham sehingga perusahaan emitem dapat menarik para investor untuk menanamkan modalnya dan 3. Bagi Calon Investor merupakan informasi yang dapat dijadikan untuk bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan berinvestasi di pasar modal sehingga dapat meminimalisasi kemungkinan kesalahan dalam pengambilan keputusan investasi dan dapat memperoleh imbalan hasil yang memuaskan sesuai dengan apa yang diharapkan investor. 4. Bagi Peneliti Selanjutnya dapat dijadikan sebagai bahan referensi, bahan masukan serta perbandingan hasil peneliti dengan periode, perusahaan yang berbeda dengan penelitian selanjutnya. E. Tinjauan Pustaka i. Telaah Pustaka
Sejauh ini pembahasan mengenai metode EVA, rasio profitabilitas terhadap harga saham yang dijumpai yaitu penelitian yang dilakukan oleh Dr. Widyatmini dan Michael Valentino Damanik dengan judul pengaruh economic value added (eva) dan analisis fundamental terhadap harga saham” (studi pada sektor industri perdagangan retail). Adapun peneliti menggunakan alat uji analisis regresi linear berganda yang memiliki tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh EVA dan analisis fundamental terhadap harga saham objek penelitian mendapatkan hasil berupa (1) EVA tidak memiliki pengaruh terhadap Harga Saham, sehingga EVA kurang tepat untuk digunakan dalam memprediksi Harga Saham. (2) Rasio-rasio dalam Analisis Fundamental tidak semuanya berpengaruh terhadap Harga Saham. Adapun rasio yang berpengaruh secara signifikan terhadap Harga Saham hanya NPM dan EPS saja, sedangkan sisanya yaitu CR, QR, TAT, IT, GPM, ROA, ROE, DR, DER, LR, dan PER tidak memiliki pengaruh terhadap Harga Saham.
Penelitian selanjutnya yang dilakukan oleh Eka Siswiana Manna, Yulianus Sampe dan Aini Indrijawati yang berjudul Pengaruh Economic Value Added Terhadap Harga Saham Perusahaan Go Public di Bursa Efek Indonesia. Tujuan dari penelitian untuk mengetahui dan menganalisis kinerja keuangan perusahaan yang listing pada Bursa Efek Indonesi periode 2008-2010 dengan menggunakan metode Economic Value Added. Penelitian ini memakai alat uji regresi linier sederhana. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 40,4 % perubahan harga saham dipengaruhi oleh perubahan EVA. Nilai koefisien sebesar 0,5431 berarti perubahan EVA sebesar Rp 1 mengakibatkan peningkatan harga saham sebesar Rp 0,5431 sehingga HA diterima, Economic Value Added berpengaruh dengan arah positif terhadap Harga Saham.
Penelitian lain yang dilakukan Mas’amah dengan judul Pengaruh EVA dan Rasio Profitabilitas Terhadap Harga Saham Perusahaan di JII tahun 2005-2007, adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh rasio profitabilitas yang terdiri dari net profit margin (NPM), return on equity (ROE), basic earning power (BEP), dan economic value added (EVA) terhadap harga saham perusahaan yang tergabung dlm kelompok Jkarta Islamic Index (JII) tahun 2005-2007. Penelitian ini memakai alat uji regresi linier berganda yang mendapatkan hasil bahwa (1) secara parsial NPM berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham perusahaan yang terdaftar di JII periode 2005-2007. Jadi setiap kenaikan NPM akan diikuti kenaikan harga saham, begitupun sebaliknya penurunan NPM akan berdampak pada turunnya harga saham perusahaan. (2) ROE secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham perusahaan di JII, dengan demikian kenaikan atau penurunan ROE tidak berpengaruh apapun terhadap harga saham perusahaan. (3) BEP secara parsial juga tidak berpengaruh positif terhadap harga saham perusahaan JII. Hal ini disebabkan karena BEP merupakan kemampuan dasar perusahaan menghasilkan laba sebelum adanya biaya bunga dan pajak. Semakin besar laba (EBIT) yang dihasilkan oleh perusahaan, semakin besar pula tingkat hutangnya agar pajak yang dibayar berkurang. Oleh karena itu, investor merespon negative pengaruh BEP yang diperoleh perusahaan terhadap harga saham. Terakhir (4) EVA secara parsial tidak berpengaruh positif terhadap harga saham perusahaan JII. Jadi kenaikan atau penurunan EVA tidak diikuti kenaikan atau penurunan harga saham perusahaan. Perhitungan EVA yang rumit bisa menyebabkan para pelaku paar modal di JII menghadapi kendala waktu untuk mengambil keputusan investasi berdasarkan EVA.
Untuk penelitian yang lain, yang dilakukan oleh Sitohang dan Santy yaitu: “Pengaruh Economic Value Added, Return On Assets, Net Profit Margin Dan Earning Per Share Terhadap Harga Saham Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia”. Tujuan dari penelitian tersebut adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Economic Value Added (EVA), Return on Assets (ROA), Net Profit Margin (NPM) dan Earning Per Share (EPS) terhadap harga saham perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia baik secara simultan maupun parsial. Sampel yang diambil dalam penelitian ini sebanyak 117 perusahaan manufaktur. Alat analisis yang digunakan adalah regresi linier berganda yang menghasilkan bahwa EVA, ROA, NPM dan EPS secara simultan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga saham perusahaan manufaktur. Secara parsial menunjukkan bahwa variabel ROA dan EPS yang mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga saham perusahaan, sedangkan variabel EVA dan NPM tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap harga saham perusahaan manufaktur.
Penelitian yang dilakukan oleh Sitohang dan Santy yang dijadikan acuan bagi penulis dalam penelitian ini. Penulis menggantikan obyek penelitian menjadi perusahaan jasa yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan mengurangi satu variable yaitu NPM dan menggantikan dengan variable ROE. Disamping menghilangkan sebagian variable, penulis juga menambahkan periode waktu penelitian yang digunakan yaitu mulai tahun 2008-2012. a. Economic Value Added (EVA)
EVA merupakan indikator tentang adanya penciptaan nilai dari suatu investasi. Berbeda dengan pengukuran kinerja akuntansi tradisional, EVA mencoba mengukur nilai tambah (value creation) yang dihasilkan suatu perusahaan dengan cara mengurangi beban biaya modal (cost of capital) yang timbul sebagai akibat investasi yang dilakukan. EVA lebih besar dari satu berarti ada nilai tambah ekonomi terhadap perusahaan selama operasionalnya. Apabila EVA sama dengan nol maka perusahaan berada dalam posisi impas, dan apabila EVA berada dibawah nol maka kinerja operasional perusahaan gagal memenuhi harapan para investornya. (Mirza, 1997)
EVA merupakan keuntungan operasional setelah dikurangi pajak dengan biaya modal atau dengan kata lain EVA adalah pengukuran pendapatan sisa (residual income) yang mengurangkan biaya modal terhadap laba operasi. Jadi, EVA ditentukan oleh dua hal itu yaitu keuntungan bersih operasi setelah pajak dan tingkat biaya modal. Laba operasi setelah pajak menggambarkan hasil penciptaan value di perusahaan, sedangkan biaya modal sendiri dapat diartikan sebagai pengorbanan yang dikeluarkan dalam penciptaan value tersebut.
Hubungan antara EVA dan nilai perushaan dapat digunakan sebagai alat untuk menilai perusahaan apabila perhitungan EVA tidak hanya pada periode masa kini, tetapi juga mencakup periode yang akan datang. Hal ini disebabkan karena EVA pada suatu tahun tertentu menunjukkan besarnya penciptaan nilai sekarang dari total penciptaan nilai selama umur perusahaan tersebut (Young, 2001: 32):
Nilai Sekarang = Total modal yang diinvestasikan + EVA

Penilaian EVA menurut S. David Young (2001:17) “EVA merupakan pengukuran kinerja yang didasarkan pada keuntungan ekonomis (juga dikenal sebagai penghasilan sisa/residual income) yang menyatakan, bahwa kekayaan hanya diciptakan ketika sebuah perusahaan meliputi biaya operasi dan biaya modal”.
EVA = NOPAT – Capital Charges
EVA is just another term for “ Economic Profit ”
NOPAT = Net Operating Profit After Tax
Capital Charges = Invested Captal x Cost of Capital
Ada beberapa pendekatan yang dapat digunakan untuk mengukur EVA, tergantung dari struktur modal dari perusahaan. 1. EVA = NOPAT – ( ie x E )
Apabila dalam struktur modalnya perusahaan hanya menggunakan modal sendiri.

Dimana: NOPAT = Net Operating Pofit After Tax Ie = Oportunity Cost of Equity E = Total Equity 2. EVA = NOPAT – (WACC x TA)
Bila dalam struktur perusahaan terdiri dati hutang dan modal sendiri, secara sistematis EVA dapat dirumuskan sebagai berikut:

Dimana: NOPAT = Laba bersih operasi setelah pajak
WACC = Biaya modal rata-rata tertimbang (Weighted Average Cost of Capital)
TA = Total modal (Total Asset) * Langkah-langkah Menghitung EVA
Ada beberapa metode dalam menentukan nilai EVA, dalam penelitian ini menggunakan rumusan EVA menurut versi S. David Young yang dikutip oleh Tunggal (2001: 1) adalah sebagai berikut:
EVA = NOPAT – Capital Charges

Dimana :
NOPAT = Net Operating Profit After Tax
Capital Charges = WAAC x Invested Capital
Dari rumusan tersebut diatas maka perhitungan EVA dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Menghitung NOPAT (Net Operating Profit After Tax)
Rumus NOPAT adalah = (pendapatan operasi + pendapatan bunga + pendapatan ekuitas (pendapatan dari anak perusahaan) + (pendapatan lainnya) – pajak penghasilan – pembebasan pajak terhadap biaya bunga. 2. Mengidentifikasi Invested Capital
Perhitungan invested capital dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut: 1) Pendekatan operasi
Invested Capital = kas+ working capital requirement + aktiva tetap

Working capital requirement = ( persediaan + piutang dagang + aktiva lancar lainnya) – (hutang dagang + biaya-biaya yang masih harus dibayar + uang muka pelanggan)

2) Pendekatan Keuangan
Invested Capital = pinjaman jangka pendek + pinjaman jangka panjang lainnya (interest bearing liabilities) + ekuitas pemegang saham

3. Menentukan biaya modal rata-rata tertimbang WACC (Weighted Average Cost of Capital)
WACC dapat dihitung dengan cara mengalikan masing-masing komponennya (Tunggal,2001: 4)
WACC = Kb ( 1-T )(B/V) + Ks (S/V)

Keterangan:
WACC = Biaya modal rata-rata tertimbang
Kb = Biaya pinjaman x (1 – Tarif pajak)
B = Hutang (Hutang jangka panjang dan hutang jangka pendek)
V = Hutang + Ekuitas
Ks = Biaya Ekuitas
S = Ekuitas 4. Menghitung Capital Charge
Capital Charges = Invested Capital x WACC (Weighted Average Cost of Capital)

5. Menghitung Economic Value Added (EVA)
EVA = NOPAT – (Capital Charges)

Keterangan:
Capital Charges = WACC x Invested Capital

Dari perhitungan akan diperoleh kesimpulan dengan interprestasi sebagai berikut:
Jika EVA > 0, hal ini menunjukan terjadi nilai tambah ekonomis bagi perusahaan.
Jika EVA < 0, hal ini menunjukan tidak terjadi nilai tambah ekonomis bagi perusahaan.
Jika EVA = 0, hal ini menunjukan posisi “impas” karena laba telah digunakan untuk membayar kewajiban kepada penyandang dana baik kreditur maupun pemegang saham. b. Return on Aktiva (ROA)
Rasio ROA juga menjadi informasi yang penting bagi investor yang akan melakukan transaksi. Karena rasio ini menggambarkan laba bersih yang bisa didapat dari seluruh kekayaan yang dimiliki perusahaan. Ini berarti jika semakin besar rasio ini menunjukkan laba yang dapat dihasilkan dari seluruh kekayaan yang dimiliki juga besar. Hal tersebut akan sangat menarik investor untuk berinvestasi sebab profitabilitas akan mempengaruhi harga saham (Husnan, 1998), dan dengan banyaknya investor yang berminat untuk berinvestasi maka akan menyebabkan naiknya harga saham yang mempengaruhi juga terhadap return yang diterima oleh investor. Sehingga rasio ROA diperkirakan memiliki hubungan yang positif dengan return saham.
ROA=Laba BersihTotal Aktiva c. Return on Equity (ROE)
Menurut Nurmalasari (2002: 79) Return on Equity (ROE) merupakan salah satu alat utama investor yang paling sering digunakan dalam menilai suatu saham.

ROE=Laba Bersih setelah Bunga dan PajakTotal Aktiva Menurut Chrisna (2011: 34) kenaikan Return on Equity biasanya diikuti oleh kenaikan harga saham perusahaan tersebut. Semakin tinggi ROE berarti semakin baik kinerja perusahaan dalam mengelola modalnya untuk menghasilkan keuntungan bagi pemegang saham. Dapat dikatakan bahwa perusahaan tersebut dapat menggunakan modal dari pemegang saham secara efektif dan efisien untuk memperoleh laba. Dengan adanya peningkatan laba bersih maka nilai ROE akan meningkat pula sehingga para investor tertarik untuk membeli saham tersebut yang akhirnya harga saham perusahaan tersebut mengalami kenaikan. d. Earning per Share (EPS)
Komponen penting yang harus diperhatikan dalam analisis perusahaan adalah laba per lembar saham atau dikenal sebagai Earning per Share (EPS). Informasi EPS suatu perusahaan menunjukkan besarnya laba bersih perusahaan yang siap dibagikan bagi semua pemegang saham perusahaan. Besarnya EPS suatu perusahaan bisa diketahui dari informasi laporan keuangan perusahaan. Meskipun beberapa perusahaan tidak mencantumkan besarnya EPS perusahaan bersangkutan dalam laporan keuangannya, tetapi besarnya EPS suatu perusahaan bisa kita hitung berdasarkan informasi laporan neraca dan laporan rugi laba perusahaan. EPS=Laba Bersih setelah Bunga dan PajakJumlah Saham Beredar
Besarnya hasil perhitungan laba per lembar saham/EPS menunjukkan laba yang dapat dibukukan oleh perusahaan untuk setiap unit saham biasa yang digunakannya. e. Harga Saham
Persoalan mendasar bagi setiap investor di pasar modal adalahbagaimana menentukan harga saham yang seharusnya serta melakukan peramalan (forecasting) terhadap perubahan harga saham pada masa yang akan datang sehingga dapat dijadikan dasar untuk melakukan investasi. Ada beberapa konsep dasar nilai atau harga saham yang akan dibahas disini, yaitu nilai buku per lembar saham, harga pasar, harga teoritis/intrinsic value, dan harga nominal. Nilai buku per lembar saham adalah nilai kekayaan bersih ekonomis dibagi dengan jumlah lembar saham biasa yang beredar. Kekayaan bersih ekonomis merupakan selisih total aktiva dengan total kewajiban. Harga pasar adalah harga yang terbentuk di pasar jual belisaham. Harga teoritis adalah harga saham yang seharusnya terjadi, sedangkan harga nominal adalah harga yang tercantum pada saham biasa.
Analisis saham bertujuan untuk menaksir nilai intrinsic (intrinsic value) suatu saham, dan kemudian membandingkannya dengan harga pasar saat ini (current market price) saham tersebut. Nilai intrinsik (NI) menunjukan present value arus kas yang diharapkan dari saham tersebut. Pedoman yang digunakan untuk menentukan harga saham adalah sebagai berikut:
a. Apabila NI lebih besar dari harga pasar saat ini maka sahamtersebut dinilai harganya terlalu rendah (undervalued), sehingga saham tersebut harus dibeli atau dipertahankan jika sudah dimiliki;
b. Apabila NI lebih kecil dari harga pasar saat ini, maka saham tersebut dinyatakan harganya terlalu mahal (overvalued). Saham yang dalam kondisi seperti ini harus segera dijual;
c. Apabila NI sama dengan harga pasar saat ini maka saham tersebut dinyatakan dalam kondisi keseimbangan. Dari asumsi investor terhadap nilai saham yang overvalued atau undervalued inilah terjadi proses jual beli saham yang akan berakibat pada perubahan harga saham. ii. Operasional Variabel
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah harga saham perusahaan sedangkan Variabel independen dalam penelitian ini adalah Economic Value Added , Return On Assets, Return on Equity dan Earning Per Share.

Tabel 2
Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Variabel | Definisi Variabel | Parameter | Skala | Harga Saham | Harga pasar pada waktu penutupan (closing price) aktivitas di BEI. Harga saham yang dimaksud dalam penelitian ini adalah rata-rata harga saham 5 (lima) hari setelah publikasi laporan keuangan pada periode pengamatan. | HGS=harga saham 5 hari5 | Rasio | Economic Value Added | Laba operasi bersih setelah pajak (NOPAT) selama satu tahun buku dikurangi biaya-biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh modal (capital charges) yang didasarkan atas WACC dan dikalikan dengan invested capital. | EVA=NOPAT-Capital Charges | Rasio | Return on Asset | Rasio yang menggambarkankemampuan perusahaan untukmenghasilkan laba dari setiap asset yang digunakan. | ROA=Laba BersihTotal Aktiva | Rasio | Return on Equity | Rasio yang menunjukkan daya untuk menghasilkan laba atas investasi berdasarkan nilai buku para pemegang | ROE=Laba Bersih setelah PajakEkuitas Pemegang Saham | Rasio | Earning Per Share | Rasio yang menunjukkan besarnya laba bersih perusahaan yang siap dibagikan bagi semua pemegang saham perusahaan. | EPS=Laba BersihJlh lembar Saham | Rasio |

iii. Kerangka Konseptual dan Hipotesis Penelitian
Untuk menggambarkan pengaruh antara variable independen (X) terhadap variable dependen (Y) maka kerangka konseptual dari penelitian ini digambarkan sebagai berikut

Bagan 1
Kerangka Konseptual
Economic Value Added ( X1 )

Return on Asset ( X2 )

Kinerja
Perusahaan
Value Added

Harga Saham
( Y )

Return on Equity
( X3 )

Earning per Share
( X4 )

Kerangka konseptual menunjukkan hubungan antara variable independen dengan variable dependen. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Harga Saham (Y) sedangkan variable independen terdiri dari Economic Value Added (X1), Return on Assets (X2), Return on Equity (X3), dan Earning per Share (X4).
Hubungan antara variable independen terhadap variable dependen dapat diuraikan sebagai berikut: a. Hubungan antara Economic Value Added terhadap Harga Saham
Economic Value Added adalah laba operasi setelah pajak dikurangi biaya modal (cost of capital) dari seluruh modal yang diinvestasikan untuk menghasilkan laba. Konsep EVA dianggap sebagai satu ukuran sederhana yang memberikan gambaran yang sebenarnya dari penciptaan kekayaan pemilik saham. Hasil penelitian Eka Siswiana Manna, Yulianus Sampe dan Aini Indrijawati (2011) menunjukkan bahwa 40,4 % perubahan harga saham dipengaruhi oleh perubahan EVA. Nilai koefisien sebesar 0,5431 berarti perubahan EVA sebesar Rp 1 mengakibatkan peningkatan harga saham sebesar Rp 0,5431 sehingga HA diterima, Economic Value Added berpengaruh dengan arah positif terhadap Harga Saham. Perusahaan yang memiliki nilai EVA tinggi akan lebih menarik bagi investor karena semakin besar nilai EVA semakin tinggi nilai perusahaan, berarti semakin besar keuntungan yang dinikmati oleh pemegang saham. Semakin besar nilai EVA suatu perusahaan semakin banyak investor yang tertarik untuk membeli saham perusahaan tersebut maka harga saham dari perusahaan tersebut akan cenderung naik. b. Hubungan antara Return on Asset terhadap Harga Saham
Return On Assets adalah rasio yang mengukur efektivitas perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. Rasio ini menunjukkan kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan bagi semua investor. Semakin tinggi ROA menunjukkan semakin tinggi keberhasilan kegiatan operasional perusahaan dalam menghasilkan keuntungan atas aktiva yang digunakan sehingga menunjukkan semakin kecil resiko yang harus dihadapi investor dalam penanaman modalnya di perusahaan tersebut. Semakin tinggi keuntungan yang dihasilkan perusahaan akan menjadikan investor tertarik akan nilai saham. Sesuai dengan hokum permintaan dan penawaran semakin banyak investor yang tertarik untuk membeli saham suatu perusahaan maka semakin besar kemungkinan harga saham perusahaan di pasar modal mengalami kenaikan. c. Hubungan antara Return on Equity terhadap Harga Saham
Return On Equity adalah variabel kedua yang akan diteliti untuk mengetahui apakah hasil dari nilai ROE berpengaruh terhadap harga saham perusahaan di Bursa. Hasil ROE diketahui dengan membandingkan hasil laba bersih setelah pajak dengan ekuitas pemegang saham. Rasio ini menunjukkan daya untuk menghasilkan laba atas investasi berdasarkan nilai buku para pemegang saham. ROE yang tinggi sering kali mencerminkan penerimaan perusahaan atas peluang investasi yang baik dan manajemen biaya yang efektif. Dalam penelitian Rescyana Putri Hutami (2012) menunjukkan Return on Equity pengaruh positif dan signifikan terhadap Harga SahamPerusahaan Industri Manufaktur yang tercatat di Bursa Efek Indonesia Periode 2006-2010. Dengan demikian dapat semakin tinggi nilai Return on Equity maka akan semakin tinggi pula harga saham dan sebaliknya semakin rendah nilai Return on Equity maka harga saham akan semakin rendah pula. d. Hubungan antara Earning per Share terhadap Harga Saham
Earning Per Share adalah laba bersih per lembar saham biasa yang beredar selama satu periode. EPS merupakan salah satu indikator yang dapat menunjukkan kinerja perusahaan, karena besar kecilnya EPS akan ditentukan oleh laba perusahaan. Apabila EPS mengalami kenaikan maka kemungkinan akan diikuti oleh kenaikan harga saham perusahaan tersebut. Hal ini terjadi karena pergerakan harga saham dipengaruhi pendapatan per lembar saham, sedangkan laba per lembar saham dipengaruhi oleh pendapatan dari perusahaan. Pendekatan melalui EPS menunjukkan informasi tentang laba atau rugi yang dialami perusahaan yang dapat dipergunakan sebagai salah satu bahan pertimbangan bagi seorang investor dalam mengambil keputusan untuk bertransaksi di pasar modal. Laba per lembar saham biasanya merupakan indikator laba yang diperhatikan oleh para investor yang umumnya terdapat korelasi yang kuat antara pertumbuhan laba dengan pertumbuhan harga saham * Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah dugaan sementara dari suatu penelitian yang harus diuji kebenarannya. Dari landasan teori dan kerangka konsep serta perumusan masalah dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berukut:
H1 : EVA, ROA, ROE, dan EPS secara serentak berpengaruh terhadap perubahan harga saham pada perusahaan jasa yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
H2 : EVA, ROA, ROE, dan EPS secara individual berpengaruh terhadap perubahan harga saham pada perusahaan jasa yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

F. Metode Penelitian i. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada perusahaan jasa yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia yang berlokasi di Jakarta. Waktu yang direncanakan untuk melakukan penelitian adalah dari tahun 2008-2012. ii. Jenis Penelitian dan Sumber Data
Penelitian ini bersifat kausal komparatif, dimana karakteristik masalah berupa hubungan sebab akibat antara dua variable atau lebih. Penelitian ini menjelaskan hubungan antara variable-variabel penelitian yaitu variable dependen (harga saham) dan variable independen (EVA, ROA, ROE, dan EPS) serta menguji hipotesis yang telah dirumuskan. Adapun sumber data yang digunakan adalah data sekunder yang diperoleh dengan cara dokumentasi, dimana data yang telah dikumpulkan tidak diperoleh secara langsung dari objek yang diteliti.

iii. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan suatu usaha dasar untuk mengumpulkan data dengan prosedur standar. Dalam penelitian ini metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode dokumentasi. Menurut Arikunto (2002) metode dokumentasi adalah suatu cara untuk mencari data mengenai hal-hal atau variabel berupa catatan, transkip, buku, surat khabar, majalah, notulen rapat, agenda dan sebagainya. Jenis data dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa pooled data yaitu kombinasi dari times series dan cross section. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah harga saham harian, laporan keuangan tahunan dan tanggal publikasi (pengumuman) laporan keuangan tahunan. Sumber data diperoleh melalui Indonesian Capital Market Directory, website resmi Bursa Efek Indonesia yaitu www.idx.co.id. Dan situs http://finance.yahoo.com. iv. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan sector perdagangan jasa dan investasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2008-2012 sebanyak 89 perusahaan. Sampel perusahaan dipilih sebanyak 12 perusahaan dengan menggunakan metode purpose sampling, dimana penetuan sampel dilakukan berdasarkan criteria tertentu sesuai dengan yang dikehendaki penelitian. Adapun criteria yang ditentukan peneliti untuk memilih sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Perusahaan jasa yang telah terdaftar di BEI dari tahun 2008-2012 2. Perusahaan jasa yang telah mempublikasikan laporan keuangannya secara lengkap di BEI dari tahun 2008-2012. 3. Perusahaan jasa yang sahamnya aktif diperdagangkan di BEI dari tahun 2008-2012. v. Teknik Analisis Data
Model analisis yang digunakan untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini adalah dengan analisis regresi berganda (multiple regression analysis). Analisis ini digunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh variable independen terhadap variable dependen yang akan diteliti. Teknik analisis data menggunakan alat bantu Software SPSS (Statistical Package Social Science)

* Perumusan Model
Untuk menentukan tingkat pengauh antara variable EVA, ROA, ROE, EPS dengan variable terikat (Harga Saham), digunakan persamaan regresi linear berganda, sebagai berikut:
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + e Dimana: Y = Harga Saham A = Konstanta b1-b4 = Koefisien Variabel X1 = Economic Value Added X2 = Return on Assets X3 = Return on Equity X4 = Earning per Share e = Error (variable penganggu) a. Pengujian Asumsi Klasik
Pengujian model regresi berganda dalam menguji hipotesis harus menghindari kemungkinan adanya pemyimpangan asumsi klasik. Sebuah model regresi yang menggunakan data time series dan cross section harus melakukan uji asumsi klasik yaitu uji normalitas, heterokedastisitas, autokorelasi dan multikolinieritas. 1) Uji normalitas
Menurut Umar (2003) uji normalitas berguna untuk mengetahui apakah variable dependen dan variable independen yang digunakan dalam penelitian mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik dan layak digunakan dalam penelitian adalah model yang memiliki distribusi normal atau mendekati normal. Cara yag digunakan untuk mendeteksi normal atau tidaknya suatu data yaitu dengan melihat grafik normal Probability plot dan uji statistic (Ghozali, 2005). Jika data menyebar disekitar garis diagonal atau mengikuti arah garis diagonal pada grafik normal P-P Plot maka data diasumsikan berdistribusi normal, demikian sebaliknya. Sedangkan untuk analisis statistic dilakukan dengan menggunakan uji Kologrov-Smirnov (K-S). Apabila nilai signifikan dari variable penelitian lebih kecil dari 0,05 berarti distribusi data tidak normal, sebaliknya apabila nilai signifikan dari masing-masing variable lebih besar dari 0,05 berarti distribusi data normal.
Menurut Erlina (2008) jika model regresi tidak berdistribusi normal ada beberapa cara mengubah model regresi menjadi normal yaitu: a. Melakukan transformasi data ke bentuk lainnya b. Melakukan trimming yaitu membuang data outlier c. Melakukan winsorizing yaitu mengubah nilai data yang outlier ke suatu nilai tertentu.
Apabila dalam penelitian ini model regresi tidak berdistribusi normal maka peneliti akan mengubah model regresi tersebut menjadi normal dengan melakukan transformasi data ke bentuj logaritma natural maka normalitas data dilihat kembali dengan menggunakan metode grafik normalitas P-P Plot dan Uji Kolmogorov-Smirnov 2) Uji heterokedastisitas
Uji heterokedatisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan (variance) dari residual satu pengamatan ke pengamatan lainnya. Model regresi yang baik adalah yang homokedastisitas. Asumsi klasik statistik heterokedastisitas dapat dideteksi dari output SPSS pada grafik Scatter-Plot dengan cara melihat ada atau tidaknya pola tertentu (bergelombang, melebar kemudian menyempit) antara nilai prediksi variabel terkait (ZPRED) dengan residualnya (SRESID). Jika ada titik-titik membentuk pola tertentu yang teratur maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas dan jika tidak ada pola yang jelas serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y maka tidak terjadi heterokedastisitas ( Ghozali, 2005). 3) Uji autokorelasi
Uji autokorelasi dalam suatu model bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode tertentu dengan kesalahan pengganggu periode sebelumnya (Ghozali, 2005). Autokorelasi merupakan korelasi antar data dalam runtun waktu (times series) atau space data (cross section). Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Uji autokorelasi dapat dilakukan dengan pengujian Durbin-Watson (DW). Menurut Setiaji (2004) pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi adalah sebagai berikut:
1. Jika nilai D-W berada di bawah 0 sampai 1,5 berarti ada autokorelasi positif.
2. Jika nilai D-W berada diatas 1,5 sampai 2,5 berarti tidak terjadi autokorelasi.
3. Jika nilai D-W berada di atas 2,5 berarti ada autokorelasi negatif.

4) Uji multikolinieritas
Uji Multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan korelasi antar variabel bebas (independen), model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antar variabel bebas. Untuk mendeteksi ada tidaknya multikolinieritas yaitu dengan melihat Tolerance Value dan Variance Inflation Factor (VIF). Multikolinieritas terjadi jika nilai tolerance kurang dari 0,10 dan VIF lebih besar dari 10 atau jika antar variabel independen ada korelasi yang cukup tinggi umumnya di atas 0,9 (Ghozali, 2005). b. Pengujian Hipotesis
Untuk menguji hipotesis yang diajukan maka dilakukan pengujian terhadap variabel-variabel penelitian baik secara simultan maupun parsial.). Menurut Ghozali (2005) uji hipotesis dapat dilakukan dengan 3 (tiga) cara yaitu: 1) Uji Statistik F
Uji statistik F ini menunjukkan apakah semua variabel independen yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen (Kuncoro, 2003). Bentuk pengujian hipotesis untuk uji statistik F adalah sebagai berikut :
1. Merumuskan hipotesis
Secara simultan EVA, ROA, ROE dan EPS berpengaruh terhadap harga saham perusahaan.
2. Menentukan tingkat signifikansi
Hipotesi ini diuji dengan menggunakan tingkat signifikansi sebesar 95%.
3. Menentukan kriteria pengujian hipotesis :
a. Jika F signifikan < 0,05 artinya secara simultan EVA, ROA, ROE dan EPS berpengaruh terhadap harga saham perusahaan.
b. Jika F signifikan > 0,05 artinya secara simultan EVA, ROA, ROE dan EPS tidak berpengaruh terhadap harga saham perusahaan. 2) Uji statistik t
Uji statistik t dilakukan untuk menguji pengaruh secara parsial antara variable independen terhadap variabel dependen dengan asumsi bahwa variabel lain dianggap konstan. Menurut Kuncoro (2003) Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel terkait.

Bentuk pengujian hipotesis untuk uji statistik t adalah sebagai berikut :
1. Merumuskan hipotesis Secara parsial EVA, ROA, ROE dan EPS berpengaruh terhadap harga saham perusahaan.
2. Menentukan tingkat signifikansi Hipotesi ini diuji dengan menggunakan tingkat signifikansi sebesar 95%.
3. Menentukan kriteria pengujian hipotesis :
a. Jika t signifikan < 0,05 artinya secara parsial EVA, ROA, ROE dan EPS berpengaruh terhadap harga saham perusahaan.
b. Jika t signifikan > 0,05 artinya secara parsial EVA, ROA, ROE dan EPS tidak berpengaruh terhadap harga saham perusahaan. 3) Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi (R2) atau adjusted R2 bertujuan untuk mengukur kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi berkisar antara nol sampai dengan satu ( 0 ≤ R2 ≤ 1). Hal ini berarti jika R2 = 0 menunjukkan tidak ada pengaruh variabel independen terhadap variable dependen, bila R2 semakin besar mendekati 1 ini menunjukkan semakin kuatnya pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen dan sebaliknya jika R2 mendekati 0 maka semakin kecil pengaruh variabel independen terhadap variable dependen.

G. Daftar Pustaka
Allen, S, N. Business Portfolio Management: Evaluasi, Penilaian Resiko, dan Strategi-strategi EVA. Jakarta.
Fabozzi, J, F. Manajemen Investasi. Jakarta : Salemba Empat.
Harmono. 2009. Manajemen Keuangan: Berbasis Balanced Scorecard Pendekatan Teori, Kasus, dan Riset Bisnis. Jakarta : Bumi Aksara.
Ifdari, Syaidati. 2013. Analisis Pengaruh Economic Value Added (EVA) Dan Rasio Profitabilitas Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Jasa Yang Terdaftar Di Bersa Efek Indonesia (BEI) (Online), (http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/35328, diakses 27 April 2013).
Rahmani, Nur. 2012. Analisis Komparatif Kinerja Keuangan Dengan Menggunakan Metode Return On Investment (ROI) Dan Economic Value Added (EVA) Pada Perusahaan Farmasi Yang Go Publik Di Bursa Efek Indonesia. Palembang: Fakultas Ekonomi Unversitas Sriwijaya.
Riyanto, B. 1995. Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan. Yogyakarta : BPFE - Yogyakarta.
Sitohang, Santy. 2010. Pengaruh Economic Value Added, Return On Assets, Net Profit Margin Dan Earning Per Share Terhadap Harga Saham Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (Online), (http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/20559, diakses 27 April 2013).
Young, S, David dan Stephen, F’Byrne. 2001. Economic Value Added (EVA) dan Manajemen Berdasarkan Nilai. Jakarta : Salemba Empat.

Similar Documents

Free Essay

Intelektual Capital

... Dalam pengembangan sebuah usaha, perusahaan membutuhkan aset yang cukup untuk menjalankan usahanya. Aset yang dimiliki pun tidak hanya aset berwujud (tangible asset) untuk beroperasi dalam kegiatannya maupun sebagai tempat perusahaan itu berdiri, tetapi juga aset tidak berwujud (intangible asset). Aset tidak berwujud adalah aset nonmoneter yang dapat diidentifikasi tanpa substansi fisik PSAK 19 (Revisi 2009). Sumber daya tidak berwujud adalah kunci untuk menciptakan dan mempertahankan keunggulan kompetitif serta merupakan dasar untuk sukses di abad kedua puluh. (Ghosh, 2009). Salah satu aset tidak berwujud yang paling berpengaruh dalam kemajuan dan keberhasilan sebuah perusahaan adalah intelectual capital. Intellectual Capital adalah materi intelektual (pengetahuan, informasi, property, intelektual, pengalaman) yang dapat digunakan untuk menciptakan kekayaan, dengan kata lain materi intelektual merupakan suatu kekuatan akan kolektif atau seperangkat pengetahuan yang berdaya guna Stewart (1997) dalam Astuti, (2004). Stewart (1997) dalam Ghosh (2009) menjelaskan istilah intellectual capital sebagai “intellectual material” pengetahuan, informasi, “intellectual property”, pengalaman yang dapat menjadi hasil akhir dari proses transfomasi pengetahuan dan pengetahuan yang ditransformasikan menjadi “intellectual property”. Pada umumnya intellectual capital dikelompokkan menjadi tiga komponen, yaitu human capital, structural capital dan relational capital. Human capital meliputi...

Words: 6344 - Pages: 26

Free Essay

Pengaruh Job Satisfaction Terhadap Financial Performance Melalui Employee Engagement Dan Competitive Advantage Sebagai Intervening Variable Pada Perusahaan Retail Publik

...Masalah Di era globalisasi sekarang ini, sudah terjadi transformasi dalam lingkungan bisnis yang menuntut perusahaan untuk berkompetisi secara kompetitif untuk menjadi yang terbaik dalam lingkungan bisnis tersebut. Dalam hal ini tentu saja organisasi membutuhkan tingkat kinerja yang tinggi dan konsisten dari masing-masing karyawan dalam rangka untuk meningkatkan kinerja perusahaan dan bertahan dalam lingkungan persaingan pasar yang tinggi (Newstrom and Davis, 2002). Berbagai strategi harus dilakukan oleh perusahaan untuk memberikan kinerja lebih baik daripada pesaing agar bertahan dalam dalam lingkungan bisnis. Di Indonesia sendiri, persaingan bisnis semakin ketat dan kompetitif khususnya di sector retail. Dimana menurut Asosiasi Perusahaan Ritel Indonesia (Aprindo) dalam lima tahun terakhir dari tahun 2012 peningkatan omset ritel modern cukup pesat, hal ini juga didukung oleh pertumbuhan jumlah ritel yang pesat yaitu sebesar 7.787 retail selama 5 tahun terakhir ini, pertumbuhan bisnis ritel di Indonesia antara 10-15% per tahun. Penjualan ritel pada 2006 masih sebesar Rp 49 triliun, namun melesat hingga mencapai Rp 110 triliun pada 2012 meningkat sebesar 10%- 15%, menyusul kondisi perekonomian dan daya beli masyarakat yang relatif bagus. Bisnis ritel di tahun 2013 masih mencatat tren yang positif, namun masih kurang maksimal jika dibandingkan dengan tahun 2012 (Liputan6.com). Dari data tersebut dapat dilihat bahwa persaingan bisnis terus mengalami kemajuan. Perkembangan dan juga...

Words: 17786 - Pages: 72

Free Essay

Green

...CAENIS ( CANTIK, ENAK DAN EKONOMIS) BERBAHAN DASAR TAPE 2 AKADEMI FARMASI KEBANGSAAN Nensi MAKASSAR AKADEMI KEBIDANAN CITRA MEDIKA SURAKARTA AKADEMI KEBIDANAN GIRI SATRIA HUSADA AKADEMI KEPERAWATAN KERTA CENDIKA SIDOARJO AKADEMI KEPERAWATAN KERTA CENDIKA SIDOARJO AKADEMI KEPERAWATAN KERTA CENDIKA SIDOARJO Putri Purnamasari PKMK LILIN SEHAT AROMA KURINDU PANCAKE GARCINIA MANGOSTANA ( PANCAKE KULIT MANGGIS ) 3 PKMK 4 Latifah Sulistyowati PKMK Pemanfaatan Potensi Jambu Mete secara Terpadu dan Pengolahannya sebagai Abon Karmelin (Karamel Bromelin) : Pelunak Aneka Jenis Daging Dari Limbah Nanas Yang Ramah Lingkungan, Higienis Dan Praktis PUDING“BALECI”( KERES) MAKANAN BERSERATANTI ASAM URAT 5 Achmad PKMK Zainunddin Zulfi 6 Dian Kartika Sari PKMK 7 Radita Sandia PKMK Selonot Sehat (S2) Diit untuk Penderita Diabetes 8 AKADEMI PEREKAM Agustina MEDIK & INFO KES Wulandari CITRA MEDIKA AKADEMI PEREKAM MEDIK & INFO KES Anton Sulistya CITRA MEDIKA AKADEMI PEREKAM Eka Mariyana MEDIK & INFO KES Safitri CITRA MEDIKA AKADEMI PEREKAM MEDIK & INFO KES Ferlina Hastuti CITRA MEDIKA AKADEMI PEREKAM Nindita Rin MEDIK & INFO KES Prasetyo D CITRA MEDIKA AKADEMI PEREKAM MEDIK & INFO KES Sri Rahayu CITRA MEDIKA AKADEMI PERIKANAN YOGYAKARTA PKMK Kasubi Wingko Kaya Akan Karbohidrat yang Menyehatkan 9 PKMK Pemanfaatan Limbah Kayu Sebagai Bahan Utama Membuat Sangkar Burung Sekaligus Mengurangi Pemanasan Global Di Klaten Jawa Tengah Bolu...

Words: 159309 - Pages: 638