Distribusi batuan granitoid di Pulau Jawa secara umum terdapat pada zona selatan Pulau Jawa. Berdasarkan serangkaian observasi dan penelitian, batuan granitoid ditemukan pada Cilalu (Bemmelen, 1949), Tenjolaut-Ciputat (Bemmelen, 1949; Supriatna dkk., 1992); Gunung Beureum (Budhitrisna, 1986); Ciletuh (Clements & Hall, 2007); Cihara (Sujatmiko & Santosa, 1992; Hartono et al
., 2008); Gunung Gajah-Mandelem (Djuri dkk., 1996); Gunung Wungkal (Wartono dkk., 1995), Wedi Ombo (Hartono & Bronto, 2007), Selogiri (Warmada, et al
., 2006; Setijadji, 2009); Tirtomoyo, Pacitan, Tempursari, Merubetiri (Setijadji, 2009); Merawan (Bemmelen, 1949).
Kelompok Granitoid Jawa Bagian Barat
Batuan granitoid terdistribusi pada Cilalu, Gunung Beureum, Tenjolaut-Ciputat, Ciletuh, dan Cihara. Kelompok batuan granitoid terdiri atas diorit di G. Beureum, mikrodiorit kuarsa dan diorit kuarsa porfiri di Cilalu, granit di Ciletuh, serta granodiorit di Cihara. Mineral utama penyusun batuan di Cilalu terdiri atas biotit, epidot, amfibol, kuarsa, dan feldspar. Terdapat urat-urat kuarsa pada batuan granitoid Tenjolaut-Ciputat yang mengandung mineral kalkopirit, spalerit, dan galenit. Batuan granitoid terbentuk pada Cretaceous hingga Miosen. Setting tektonika pembentukan batuan granitoid berasosiasi dengan fase tumbukan Fragmen Mikrokontinental Australia dan Zona-Subduksi Jawa-Meratus (Katili, 1975; Rosana dkk., 2006).
Kelompok Granitoid Jawa Bagian Tengah
Batuan granitoid terdistribusi pada G. Gajah-Mandelem, G. Wungkal, serta Wedi Ombo. Kelompok batuan graniotid meilputi diorit, porfir mikrodiorit, dan mikrodiorit. Batuan porfir mikrodiorit bertekstur holokristalin dengan fenokris feldspar. Batuan mikrodiorit bertekstur porfiritik dengan mineral plagioklas, piroksen, hornblend, sedangkan batuan diorit bertekstur subofitik. Kelompok batuan granitoid di daerah ini memiliki umur Oligosen hingga Miosen. Setting tektonika pembentukan batuan granitoid berkaitan fase subduksi Jawa pada masa Tersier.
Kelompok Granitoid Jawa Bagian Timur
Batuan granitoid terdistribusi pada Selogiri, Tirtomoyo, Tempursari, Merubetiri, dan Merawan. Batuan granitoid tersusun dari diorit dan granodiorit. Mineral utama penyusun batuan adalah kuarsa, plagioklas albit, dan hornblend. Kelompok batuan granitoid ini berasosiasi dengan mineralisasi Cu-Au dalam sistem porfiri. Kelompok batuan granitoid di daerah ini memiliki umur Oligosen hingga Miosen. Komposisi kimia batuan granitoid menunjukkan SiO
2
dan MgO yang bervariasi dengan rasio La/Yb dan Zr/Y yang tinggi yang menunjukkan sifat batuan yang terbentuk dari magma calc-alkali. Pola unsur jejak menunjukkan setting tektonika berupa busur kepulauan (island arc).
c.
Wilayah Sunda Kecil dan Timor
Distribusi batuan granitoid di Wilayah Sunda Kecil meliputi Pulau Sumbawa bagian Timur ke arah timur hingga Pulau Timor. Batuan granitoid terdistribusi pada Sumbawa Timur (Ratman & Yasin, 1978); Flores (Koesoemadinata dkk., 1994; Bemmelen, 1949; Suwarna dkk., 1989); Pulau Pantar-Alor (Koesoemadinata & Soya, 1989); Wetar-Lirang (Bemmelen, 1949; Burhan dkk., 1997; Noya dkk., 1997); Sumba (Effendi & Apandi, 1993); Kompleks Palelo-Mutis-Lolotai (Harris, 2006; Standley & Harris, 2009). Batuan granitoid terdiri dari granit, tonalit-trakit, granodiorit, diorit kuarsa, diorit. Mineral penyusun utama terdiri dari kuarsa, hornblend, albit, augit, plagioklas, andesin, piroksen. Batuan granitoid terbentuk pada masa Paleosen hingga Pliosen Atas. Setting tektonika dari batuan granitoid pada wilayah ini berkaitan erat dengan fase subduksi Flores-Wetar (Greater Indonesian Arc) hingga fase tumbukan antara Zona Subduksi Flores Wetar dan Lempeng Kontinen Australia.