Adi Sayoga / 1021105018
Ekonomi Internasional

Sebuah tinjauan kritis atas bab dalam buku China’s Trade Pattern yang ditulis oleh Xiao-guang Zhang, 2000, dengan judul “Measuring Comparative Advantage”, Macmillan Press Ltd, hal. 75-89. Lahirnya pandangan bahwa setiap negara akan memperoleh keuntungan dengan melakukan perdagangan bebas dan spesialisasi terhadap produk unggulan menjadi dasar dari pemikiran keuntungan absolut yang dipopulerkan oleh Adam Smith pada abad ke-18, sebagai anti-tesis dari pandangan kaum merkantilis yang menganggap bahwa perdagangan antar negara hanya didorong oleh transaksi ekspor semata dan impor produk harus dibatasi. Pembagian kerja dan spesialisasi menjadi garis besar dari pandangan keuntungan absolut dari Smith dan selama beberapa dekade pemikiran Smith menjadi kunci utama dalam perdagangan internasional. Akan tetapi keuntungan absolut hanya ditentukan oleh perbandingan sederhana dari produktifitas buruh sehingga sangat mungkin sebuah negara tidak memiliki keuntungan absolut sama sekali. Hal inilah yang mendasari David Ricardo, seorang ekonom asal Inggris, untuk memodifikasi pemikiran Smith dengan suatu teori baru yang disebut keuntungan komparatif. Prinsip keuntungan komparatif telah memberi kontribusi yang signifikan terhadap efisiensi sumber daya dan pertumbuhan ekonomi dunia. Fenomena keuntungan absolut inilah yang ingin disajikan oleh Zhang dalam bab ini terutama bagaimana keuntungan komparatif ditentukan oleh perbandingan antara domestic shadow price dan border price. Konsep keuntungan komparatif yang digunakan dalam penulisan bab ini berdasarkan dampak yang dihasilkan terhadap alokasi sumber daya. Hal ini ditentukan dengan membanding domestic opportunity cost dengan related border price. Dalam menjawab hubungan antar variable tersebut, Zhang mengidentifikasi prinsip dasar dari keuntungan komparatif dari Ricardo dan Heckscher-Olin. Serta dilanjutkan dengan melakukan pengukuran terhadap keuntungan komparatif sebuah negara secara empiris, dengan menggunakan contoh negara China. Sebagai permulaan Zhang mecoba menjelaskan 2 jenis model keuntungan komparatif yang umum digunakan saat ini, Ricardian model dan Heckscher-Olin model secara singkat.

Versi Ricardo merupakan bentuk paling dasar dari keuntungan komparatif dengan menggunakan perbandingan dua negara dan dua komoditi perdagangan. Dengan menggunakan sampel Ricardian model produktifitas buruh menjadi determinan utama dalam teori ini. Ricardian model tidak menjelaskan tentang bagaimana mengukur keuntungan komparatif dari perdagangan multilateral. Heckscher-Olin berasumsi dengan juga memperhitungkan faktor selain produktifitas buruh, yaitu dukungan dari negara dan kualitas barang yang diperdagangkan akan dapat menjelaskan hal tersebut. Zhang melihat prospek China pada tahun 2000 sebagai sebuah negara berkembang yang memiliki kapital besar dengan menerapkan teori keuntungan komparatif untuk menciptakan perdagangan terspesialisasi yang efisien. Selanjutnya Zhang memaparkan 3 indikator dalam mengukur keuntungan komparatif yang dimiliki oleh suatu negara dengan tetap melihat relevansi dari penerapan ketiga indikator ini di China. (1) Kuantitas didasarkan atas karakteristik barang yang diperdagangkan melalui pemanfaatan faktor-faktor produksi. Untuk mendukung indikator ini diperlukan pengetahuan atas intensitas barang yang diperdagangkan dan dukungan domestik. (2) Perdagangan menjadi indikator yang paling mudah dilihat, semakin tinggi nilai ekspor dari sebuah komoditi dan nilai impor menemui titik keseimbangan maka dikatakan negara tersebut mendapat keuntungan komparatif dalam memproduksi barang dan (3) Harga

merupakan indikator yang membantu untuk menghindari terjadinya kemungkinan bias yang diakibatkan dari faktor tunggal –diluar ketiga faktor. Sebuah negara mempunyai keuntungan komparatif dalam memproduksi barang apabila domestic opportunity cost dari barang tersebut lebih rendah daripada harga pasaran dunia. Poin penting lain yang diangkat Zhang dalam tulisan ini adalah domestic resource cost (DRC) yang merupakan alat ukur atas biaya sosial dari sumber daya yang diperlukan oleh suatu industri tertentu untuk memperoleh atau bahkan menyimpan hasil perdagangan internasional. Meskipun konsep dalam mengukur DRC tidak banyak berubah sejak 1950an, metode penghitungannya mengalami telah mengalami perkembangan. Dengan melakukan perhitungan DRC diperkirakan akan mampu membandingkan biaya domestik dengan konteks internasional global secara akurat dalam perdagangan. Selain domestic resource cost ada pula konsep domestic resource productivity (DRP) untuk mengetahui sejauh mana keuntungan komparatif yang diperoleh suatu negara atas perdagangan. Apabila DRP dibawah angka ratarata satuan barang, produksi barang tersebut dipastikan mengalami kerugian komparatif,

semakin tinggi DRP maka semakin kuat produksi barang tersebut dan sudah barang tentu mendapat keuntungan komparatif. Diakhir bab, Zhang memberikan syarat-syarat dalam menerapkan DRP untuk menentukan keuntungan komparatif yaitu, konteks internasional-domestik dari rasio harga barang yang akan diperdagangkan, harga semu yang timbul akibat konversi faktor-faktor primer dan koefisien input-output perdagangan barang. Walaupun Zhang tidak menjelaskan tentang hambatan-hambatan dalam mencapai keuntungan komparatif, hal tersebut dapat dipahami karena fokus dari bab ini adalah untuk mengetahui sejauh mana prinsip keuntungan komparatif memenuhi kebutuhan perdagangan sebuah negara serta demi mengembangkan perekonomian dalam negeri. Perlu diketahui perdagangan akan semakin sulit ketika sudah dipengaruhi oleh permintaan yang fluktuatif, tingkat preferensi yang rendah meskipun konsumsi tetap serta fakto-faktor eksternal seperti kebijakan pemerintah dan kepentingan aktor-aktor didalamnya. Serta perlu ditambahkan kritik terhadap keuntungan komparatif yang memfokuskan kepada output yang dihasilkan oleh perdagangan bebas itu sendiri. Perdagangan bebas berimbas pada semakin rendahnya tingkat ekonomi di negara-negara berkembang. Rendahnya penerapan teknologi di negaranegara ini berakibat pada kualitas produk yang dihasilkan tentunya sehingga harga di pasaran akan jatuh. Kasus ini telah menimpa negara-negara di benua Afrika yang mengalami resesi akibat perdagangan yang tidak seimbang meskipun bebas. Dari segi penyajian tidak banyak yang bisa dikritik dari tulisan ini. Zhang mampu memaparkan keuntungan komparatif serta unsur-unsurnya dengan bahasa yang mudah dimengerti. Secara komprehensif Zhang telah memberikan pemahaman tentang keuntungan komparatif dan bagaimana hal tersebut berimbas bagi perdagangan internasional suatu negara. Terlebih lagi pertanyaan dari penulisan ini telah berhasil dijawab dengan baik oleh penulis.