Free Essay

Jihad

In:

Submitted By kalmelis
Words 2611
Pages 11
DAFTAR ISI Daftar isi 1 Kata pengantar 2 A. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang………………………………………………………………..3 2. Tujuan……………………………………. 3 B. ISI 1. Arti jihad 4 2. Tafsir jihad dalam ayat-ayat islam 5 3. Arti Kerja 6 4. Etos Kerja dalam Islam 7 5. Posisi Kerja dalam Kitabullah 8 6. Kualitas Etnik Kerja berdasarkan Al Quran 9 7. Jihad sebagai Etos Kerja 12 8. Foto Jihad dan Etos Kerja 13 C. PENUTUP Kesimpulan 14

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ‘Jihad dan Etos Kerja dalam Islam’ dengan baik.
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini berkat Allah SWT dan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu dalam kesempatan ini penulis menghaturkan rasa hormat dan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan, baik dari materi maupun penyajiannya. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan

Malang, Oktober 2011

Penulis

A. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang
Kata jihad sudah kita kenal sejak mendalami pembelajaran agama baik di lingkungan rumah, sekolah, maupun yang lainnya. Jihad biasanya diidentikkan dengan sebuah peperangan, atau perjuangan besar melawan orang-orang kafir demi mempertahankan keutuhan Islam.
Fenomena yang terjadi di lingkungan kita saat ini yaitu mengaplikasikan arti jihad yang sesungguhnya di era perkembangan zaman. Salah satu contohnya adalah bom-bom bunuh diri yang banyak terjadi, juga adanya teror-teror ketika ada perayaan hari besar agama lain. Sejatinya itu bukan merupakan sebuah kebanggaan sebagai umat muslim, apalagi di negara Indonesia terdapat hak untuk kebebasan beragama.
Pemaparan yang kami sajikan ini diharapkan akan memperbaiki pola pikir masyarakat agar lebih dinamis mengikuti perkembangan zaman, dan mengarahkan arti kata jihad ke dalam etos kerja.

2. Tujuan
Tujuan yang kami harapkan dari pemaparan materi jihad dalam etos kerja ini yaitu: a. Memberi pemahaman pembaca bahwa seharusnya jihad disesuaikan dengan perkembangan zaman, b. Memperbaiki pola pikir masyarakat Indonesia pada umumnya. c. Menciptakan kedamaian antarpemeluk agama. d. Memperbaiki citra Islam bukan sebagai agama teroris

1. ARTI JIHAD a. Menurut Bahasa * Menurut bahasa Jihad di ambil dari kata Al Juhdu yaitu kuasa (Ath Thaqah) dan kesempitan/kepayahan (Al Masyaqqah). * Disebutkan dalam Lisanul ‘Arab
Dan Jahada – yajhadu- jahdan- ijtihada, semuanya bermakna bersungguh-sungguh (jadda). (Syaikh Ibnu Manzhur, Lisanul ‘Arab, 3/133) b. Menurut Istilah * Menurut Syaikh Sayyid Sabiq Rahimahullah:
Dikatakan Jaahada – Yujaahidu – Jihaadan – Mujaahadatan, artinya mengkhususkan waktu dan upaya, serta mengorbankan segenap tenaga serta menanggung segenap kesulitan dalam memerangi musuh dan melawan mereka, yang demikian ini diistilahkan dengan Al Harb (perang) menurut definisi saat ini, dan Al Harb adalah peperangan bersenjata antara dua negara atau lebih. (Fiqhus Sunnah, 2/618). * Imam Zakaria Al Anshari Rahimahullah mengatakan:
“Dan makna jihad secara istilah adalah memerangi orang kafir demi membela Islam, dan juga secara mutlak bermakna jihad melawan hawa nafsu dan syetan.” (Hasyiah Al Jumal, 21/39) * Imam Ash Shan’ani Rahimahullah mengatakan: “Secara syariat, adalah pengorbanan secara sungguh-sungguh dalam memerangi orang kafir dan para pemberontak.” (Subulus Salam, 6/119) * Imam Ibnu Hajar Al Asqalani Rahimahullah mengatakan: “Secara syariat, artinya mengerahkan kesungguhan dalam memerangi orang kafir, dan secara mutlak artinya juga berjihad melawan nafsu, syetan dan kefasikan.” (Fathul Bari, 6/3. Darul Fikr. Lihat juga Nailul Authar, 7/208. Dar Ad Da’wah Al Islamiyah)

2. TAFSIR JIHAD DALAM AYAT-AYAT ISLAM
Perlu difahami dengan baik, bahwa jihad merupakan bahasa Al Quran, maka Al Quran-lah yang paling berhak menceritakan apa makna jihad sebenarnya. Akal dan perasaan kita wajib tunduk kepadanya, dan tidak boleh mengingkarinya atau memberikan pemahaman apologi yang menyimbolkan kekalahan mental umat Islam dari orang Barat, hanya karena takut disebut teroris.
Allah Ta’ala berfirman di berbagai ayat, diantaranya: e. “Diwajibkan atas kamu berperang, Padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. Boleh Jadi kamu membenci sesuatu, Padahal ia amat baik bagimu, dan boleh Jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, Padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (QS. Al Baqarah (2): 216) f. “Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu hidup disisi Tuhannya dengan mendapat rezki.” (QS. Ali Imran (3): 169) g. “Hai orang-orang yang beriman, bersiap siagalah kamu, dan majulah (ke medan pertempuran) berkelompok-kelompok, atau majulah bersama-sama!” (QS. An Nisa (4): 71) h. “Hai Nabi, Kobarkanlah semangat Para mukmin untuk berperang. jika ada dua puluh orang yang sabar diantaramu, niscaya mereka akan dapat mengalahkan dua ratus orang musuh. dan jika ada seratus orang yang sabar diantaramu, niscaya mereka akan dapat mengalahkan seribu dari pada orang kafir, disebabkan orang-orang kafir itu kaum yang tidak mengerti.” (QS. Al Anfal (8): 65) i. “Perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan tidak (pula) kepada hari Kemudian, dan mereka tidak mengharamkan apa yang diharamkan oleh Allah dan RasulNya dan tidak beragama dengan agama yang benar (agama Allah), (Yaitu orang-orang) yang diberikan Al-Kitab kepada mereka, sampai mereka membayar jizyah dengan patuh sedang mereka dalam Keadaan tunduk.” (QS. At Taubah (9): 29) j. “Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkanmu dari azab yang pedih? yaitu) kamu beriman kepada Allah dan RasulNya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui.” (QS. Ash Shaff (61): 10-11)

3.ARTI KERJA
a. Menurut Bahasa
Arti kata kerja menurut bahasa adalah suatu aktivitas atau usaha yang dilakukan seseorang. Dalam kamus besar bahasa Indonesia kerja disebutkan bahwa suatu aktivitas oleh manusia untuk menghasilkan uang. b. Menurut Istilah Menurut istilah kerja adalah aktivitas yang dilakukan manusia baik secara materi, non materi, intelektual maupun fisik dan yang berkaitan dengan hal – hal duniawi. Menurut suatu literatur yang lain, kerja disebutkan sebagai pengeluaran energi untuk mencapai suatu tujuan. Dalam kehidupan nyata, kerja dikatakan sebagai suatu tindakan seseorang untuk menghasilkan nafkah.

4. ETOS KERJA DALAM ISLAM

Dan katakanlah : "Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang mengetahui akan yang gaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan" (QS At-Taubah, 9 : 105)

Kemuliaan seorang manusia itu bergantung kepada apa yang dilakukannya. Dengan itu, sesuatu amalan atau pekerjaan yang mendekatkan seseorang kepada Allah adalah sangat penting serta patut untuk diberi perhatian. Amalan atau pekerjaan yang demikian selain memperoleh keberkahan serta kesenangan dunia, juga ada yang lebih penting yaitu merupakan jalan atau tiket dalam menentukan tahap kehidupan seseorang di akhirat kelak; apakah masuk golongan ahli syurga atau sebaliknya.
Istilah ‘kerja’ dalam Islam bukanlah semata-mata merujuk kepada mencari rezeki untuk menghidupi diri dan keluarga dengan menghabiskan waktu siang maupun malam, dari pagi hingga sore, tetapi kerja mencakup segala bentuk amalan atau pekerjaan yang mempunyai unsur kebaikan dan keberkahan bagi diri, keluarga dan masyarakat sekelilingnya serta negara. Dengan kata lain, orang yang berkerja adalah mereka yang menyumbangkan jiwa dan tenaganya untuk kebaikan diri, keluarga, masyarakat dan negara tanpa menyusahkan orang lain.
Dalam satu riwayat , Rasulullah SAW bersabda : Binasalah orang-orang Islam kecuali mereka yang berilmu. Maka binasalah golongan berilmu, kecuali mereka yang beramal dengan ilmu mereka. Dan binasalah golongan yang beramal dengan ilmu mereka kecuali mereka yang ikhlas. Sesungguhnya golongan yang ikhlas ini juga masih dalam keadaan bahaya yang amat besar …’
Hadist diatas sudah cukup menjelaskan betapa niat yang disertai dengan keikhlasan itulah inti sebenarnya dalam kehidupan dan pekerjaan manusia. Alangkah baiknya kalau umat Islam hari ini, dapat bergerak dan bekerja dengan tekun dan mempunyai tujuan yang satu, yaitu ‘mardatillah’ (keridhaan Allah) itulah yang dicari dalam semua urusan. Dari situlah akan lahir nilai keberkahan yang sebenarnya dalam kehidupan yang penuh dengan curahan rahmat dan nikmat yang banyak dari Allah.

5. POSISI KERJA DALAM KITABULLAH Pekerjaan yang dicintai Allah SWT adalah yang berkualitas. Untuk menjelaskannya, Al Qur’an mempergunakan empat istilah: a. “Amal Shalih”; b. Amal yang “Ihsan”, c. Amal yang “Itqan” d. dan ”al-Birr”.
Pengungkapannya kadang dengan bahasa perintah, kadang dengan bahasa anjuran. Pada sisi lain, dijelaskan juga pekerjaan yang buruk dengan akibatnya yang buruk pula dalam beberapa istilah yang bervariasi.
Al-Qur’an sebagai pedoman kerja kebaikan, kerja ibadah, kerja taqwa atau amal shalih, memandang kerja sebagai kodrat hidup. Al-Qur’an menegaskan bahwa hidup ini untuk ibadah (adz-Dzariat: 56). Maka, kerja dengan sendirinya adalah ibadah, dan ibadah hanya dapat direalisasikan dengan kerja dalam segala manifestasinya (al-Hajj: 77-78, al-Baqarah:177).
Syarat pokok agar setiap aktivitas kita bernilai ibadah ada dua, yaitu sebagai berikut.
Pertama, Ikhlas, yakni mempunyai motivasi yang benar, yaitu untuk berbuat hal yang baik yang berguna bagi kehidupan dan dibenarkan oleh agama. Dengan proyeksi atau tujuan akhir meraih mardhatillah (al-Baqarah:207 dan 265).
Kedua, shawab (benar), yaitu sepenuhnya sesuai dengan tuntunan yang diajarkan oleh agama melalui Rasulullah saw untuk pekerjaan ubudiyah (ibadah khusus), dan tidak bertentangan dengan suatu ketentuan agama dalam hal muamalat (ibadah umum). Ketentuan ini sesuai dengan pesan Al-Qur’an (Ali Imran: 31, al-Hasyr:10). Ketika kita memilih pekerjaan, maka haruslah didasarkan pada pertimbangan moral, apakah pekerjaan itu baik (amal shalih) atau tidak. Islam memuliakan setiap pekerjaan yang baik, tanpa mendiskriminasikannya, apakah itu pekerjaan otak atau otot, pekerjaan halus atau kasar, yang penting dapat dipertanggungjawabkan secara moral di hadapan Allah. Pekerjaan itu haruslah tidak bertentangan dengan agama, berguna secara fitrah kemanusiaan untuk dirinya, dan memberi dampak positif secara sosial dan kultural bagi masyarakatnya. Karena itu, tangga seleksi dan skala prioritas dimulai dengan pekerjaan yang manfaatnya bersifat primer, kemudian yang mempunyai manfaat pendukung, dan terakhir yang bernilai guna sebagai pelengkap.
6. KUALITAS ETIK KERJA BERDASARKAN AL-QUR’AN
Al-Qur’an menanamkan kesadaran bahwa dengan bekerja berarti kita merealisasikan fungsi kehambaan kita kepada Allah, dan menempuh jalan menuju ridha-Nya, mengangkat harga diri, meningkatkan taraf hidup, dan memberi manfaat kepada sesama, bahkan kepada makhluk lain.
Dengan tertanamnya kesadaran ini, seorang muslim atau muslimah akan berusaha mengisi setiap ruang dan waktunya hanya dengan aktivitas yang berguna. Semboyangnya adalah “tiada waktu tanpa kerja, tiada waktu tanpa amal.’ Adapun agar nilai ibadahnya tidak luntur, maka perangkat kualitas etik kerja yang Islami harus diperhatikan.

Berikut ini adalah kualitas etika kerja yang terpenting untuk dihayati. 1. Ash-Shalah (Baik dan Bermanfaat)
Islam hanya memerintahkan atau menganjurkan pekerjaan yang baik dan bermanfaat bagi kemanusiaan, agar setiap pekerjaan mampu memberi nilai tambah dan mengangkat derajat manusia baik secara individu maupun kelompok. “Dan masing-masing orang memperoleh derajat-derajat (seimbang) dengan apa yang dikerjakannya.” (al-An’am: 132)

2. Al-Itqan (Kemantapan atau perfectness)
Kualitas kerja yang itqan atau perfect merupakan sifat pekerjaan Tuhan kemudian menjadi kualitas pekerjaan yang islami (an-Naml: 88). Rahmat Allah telah dijanjikan bagi setiap orang yang bekerja secara itqan, yakni mencapai standar ideal secara teknis. Untuk itu, diperlukan dukungan pengetahuan dan skill yang optimal. Konsep itqan memberikan penilaian lebih terhadap hasil pekerjaan yang sedikit atau terbatas, tetapi berkualitas, daripada output yang banyak, tetapi kurang bermutu (al-Baqarah: 263).

3. Al-Ihsan (Melakukan yang Terbaik atau Lebih Baik Lagi)
Kualitas ihsan mempunyai dua makna dan memberikan dua pesan, yaitu sebagai berikut.
Pertama, ihsan berarti ‘yang terbaik’ dari yang dapat dilakukan.
Dengan makna pertama ini, maka pengertian ihsan sama dengan ‘itqan’. Pesan yang dikandungnya ialah agar setiap muslim mempunyai komitmen terhadap dirinya untuk berbuat yang terbaik dalam segala hal yang ia kerjakan.
Kedua, ihsan mempunyai makna ‘lebih baik’ dari prestasi atau kualitas pekerjaan sebelumnya. Makna ini memberi pesan peningkatan yang terus-menerus, seiring dengan bertambahnya pengetahuan, pengalaman, waktu, dan sumber daya lainnya. Adalah suatu kerugian jika prestasi kerja hari ini menurun dari hari kemarin. 4. Al-Mujahadah (Kerja Keras dan Optimal)
Dalam banyak ayatnya, Al-Qur’an meletakkan kulaitas mujahadah dalam bekerja pada konteks manfaatnya, yaitu untuk kebaikan manusia sendiri, dan agar nilai guna dari hasil kerjanya semakin bertambah. (Ali Imran: 142, al-Maidah: 35, al-Hajj: 77, al-Furqan: 25, dan al-Ankabut: 69).
Bermujahadah atau bekerja dengan semangat jihad (ruhul jihad) menjadi kewajiban setiap muslim dalam rangka tawakkal sebelum menyerahkan (tafwidh) hasil akhirnya pada keputusan Allah (Ali Imran: 159, Hud: 133).

5. Tanafus dan Ta’awun (Berkompetisi dan Tolong-menolong)
Al-Qur’an dalam beberapa ayatnya menyerukan persaingan dalam kualitas amal solih. Pesan persaingan ini kita dapati dalam beberapa ungkapan Qur’ani yang bersifat “amar” atau perintah. Ada perintah “fastabiqul khairat” (maka, berlomba-lombalah kamu sekalian dalam kebaikan) (al-Baqarah: 108).
Oleh karena dasar semangat dalam kompetisi islami adalah ketaatan kepada Allah dan ibadah serta amal shalih, maka wajah persaingan itu tidaklah seram; saling mengalahkan atau mengorbankan. Akan tetapi, untuk saling membantu (ta’awun). Dengan demikian, obyek kompetisi dan kooperasi tidak berbeda, yaitu kebaikan dalam garis horizontal dan ketaqwaan dalam garis vertikal (al-Maidah: 3), sehingga orang yang lebih banyak membantu dimungkinkan amalnya lebih banyak serta lebih baik, dan karenanya, ia mengungguli score kebajikan yang diraih saudaranya.

6. Mencermati Nilai Waktu
Keuntungan atau pun kerugian manusia banyak ditentukan oleh sikapnya terhadap waktu. Sikap imani adalah sikap yang menghargai waktu sebagai karunia Ilahi yang wajib disyukuri. Hal ini dilakukan dengan cara mengisinya dengan amal solih, sekaligus waktu itu pun merupakan amanat yang tidak boleh disia-siakan.

Mengutip al-Qardhawi dalam bukunya “Qimatul waqti fil Islam”: waktu adalah hidup itu sendiri, maka jangan sekali-kali engkau sia-siakan, sedetik pun dari waktumu untuk hal-hal yang tidak berfaidah. Setiap orang akan mempertanggung jawabkan usianya yang tidak lain adalah rangkaian dari waktu. Sikap negatif terhadap waktu niscaya membawa kerugian, seperti gemar menangguhkan atau mengukur waktu, yang berarti menghilangkan kesempatan. Namun, kemudian ia mengkambing hitamkan waktu saat ia merugi, sehingga tidak punya kesempatan untuk memperbaiki kekeliruan.

7. JIHAD SEBAGAI ETOS KERJA Etos kerja adalah bekerja dengan rasa ikhlas dan tidak menyusahkan orang lain. Orang yang memiliki etos kerja akan bekerja dengan ikhlas dan berharap pekerjaan yang dia lakukan akan diridhoi oleh Allah SWT. Mereka akan melakukan perkerjaannya tanpa keluh kesah dan akan selalu riang apapun yang terjadi pada pekerjaannya. Jihad sebagai etos kerja bisa diartikan bekerja dengan Ikhlas sebagai membela agama Allah. Kita bisa mengambil contoh mengajar, mengajar adalah salah satu contoh jihad karena mengajar adalah memberikan ilmu yang bermanfaat kepada yang diajarkan. Tidak hanya mengajar, apapun pekerjaan yang kita lakukan jika itu kita landasi dengan rasa ikhlas dan berharap ridho Allah maka perkerjaan kita itu juga bisa dikatakan sebagai jihad. Terlebih lagi seorang kepala rumah tangga yang merupakan tulang punggung dari keluarga tersebut, maka dia bekerja apapun akan dikatakan sebgai jihad dan mendapat pahala sebagaimana ibadah karena dia bekerja menafkahi keluarganya.

8. FOTO JIHAD DAN ETOS KERJA

Belajar di sekolah termasuk berjihad dalam etos kerja

Berjihad dengan perang hanya boleh dengan orang kafir yg secara syariat boleh diperangi.
C.PENUTUP
KESIMPULAN Jihad adalah suatu tindakan untuk membela agama Islam. Pada kenyataannya di zaman sekarang, orang sering menyalahartikan jihad, mereka berpikiran bahwa jihad adalah membunuh orang kafir. Bahkan orang-orang muslim yang tidak berdosa menjadi sasaran mereka. Dengan adanya pemikiran tersebut, muncullah actor-aktor teroris di Indonesia seperti yang banyak kita ketahui. Padahal Nabi Muhammad SAW pun pernah mengatakan bahwa kita dilarang membunuh ataupun melukai orang kafir atau non Islam kecuali dalam perang. Etos kerja adalah bekerja dengan rasa ikhlas dan tidak menyusahkan orang lain. Orang yang memiliki etos kerja akan bekerja dengan ikhlas dan berharap pekerjaan yang dia lakukan akan di ridhoi oleh Allah SWT. Mereka akan melakukan pekerjaannya tanpa keluh kesah dan akan selalu riang apapun yang terjadi pada pekerjaannya. Jihad sebagai etos kerja bisa diartikan bekerja dengan ikhlas sebagai salah satu bentuk membela agama Allah SWT. Kita bisa mengambil contoh yaitu mengajar. Mengajar adalah salah satu contoh jihad karena dengan mengajar kita memberikan ilmu yang bermanfaat pada yang diajarkan. Tidak hanya mengajar, apapun pekerjaan yang kita lakukan jika itu kita landasi dengan rasa ikhlas dan berharap ridho Allah SWT, maka pekerjaan kita bisa dikatakan sebagai jihad. Contoh lain yaitu seorang kepala rumah tangga yang merupakan tulang punggung keluarga, maka apapun pekerjaan yang dia lakukan bisa dikategorikan sebagai jihad dan mendapat pahala sebagaimana ibadah karena sifat pekerjaannya atas dasar keinginan memenuhi kebutuhan keluarga.

Similar Documents

Free Essay

Jihad

...misinterpretation of Jihad, as a form of violence. Words: 2000 Our society today faces the greatest challenge in the form of terrorism threatening countless lives and shattering those very ideals that sustain humanity. The misinterpretation of jihad is the primary cause behind many terrorist activities in the recent times. The misinterpretation of this word was first started by Ali ibn Tahir al-Sulami, He was a Damascene jurist and a pious Muslim who was the first to preach jihad against the crusaders in the aftermath of the First Crusade. He was one of the first to misconstrue jihad and preach the misinterpretation of jihad .He wrote the book Kitab Al- Jihad which means “book of the holy war”. In this book he proposes for the first time Jihad as a means of warfare against non-believers. “If he did not undertake the sending of enough troops to fight, those who are absent (must) go out, and consider as an obligation that which God (who is praised) said.” The above excerpts explicitly prove the aggressive nature of his ideology and the eventual misinterpretation of Jihad. The above statement suggests to Muslims if god didn’t send enough men to war against non-Muslims then it is the obligation of every Muslim to fight this war against non-believers. This concept was shouted through speakers in mosques and had a lot of audience hence the impact it had on Muslims was much more. His concept of jihad as warfare and fight...

Words: 2043 - Pages: 9

Premium Essay

Summary Of Jihad Vs Mcworld

...In the article, Jihad versus McWorld author Benjamin Barber describes opposing forces that are directly impacting democracy. On one side, which he calls Jihad, refers to religious communities that have been aggravated by the American-dominated economy, and the other, McWorld, the consumer-based capital global economy that separates people from their own beliefs to regulate their own norms. This directly ties to the two stories A Poland, a Lithuania, a Galicia and My Son the Fanatic because in those stories there are opposing sides, the sons who fight for their religious beliefs and their parents can't seem to understand their sons strong views. The sons can be seen as the Jihad of the situation, while their parents could be considered the...

Words: 1553 - Pages: 7

Free Essay

Terrorism by the Egyptian Islamic Jihad

...Terrorism by the Egyptian Islamic Jihad Brandin P. Lea SCTY 488 – Terrorism and Homeland Security December 26, 2010 Professor Eric Witcher Abstract It has been the case that over the duration that mankind has graced the planet there has been group’s hell bent on enacting their beliefs and values upon the rest of the world. As time has passed there have been many times that these groups have changed the face of the planet permanently. You can look at any organized religious group and see just how they pushed the belief system onto others to spread their ideology. Now, taking into consideration that fundamentalism and militant groups are nothing new, you can see that it still affects society greatly even today. Let us look at the main group I am focusing on in this paper. The Egyptian Islamic Jihad is one of the most influential fundamentalists groups in the Middle East. Similar to other terrorist groups, the religious intensity factor of a particularly violent kind is pointing solely to Islam, even when religious frenzies are spreading remarkably everywhere. A retreat into religion became the way most Islamic communities could be explained, from Saudi Arabia which, with what was supposed to be a peculiarly Islamic logic, refused to ratify the Camp David Accords, all the way to Pakistan, Afghanistan, and Egypt. In this way, researchers underline that the Islamic world is differentiated, in the Western mind generally, in the United States in particular, from regions...

Words: 3652 - Pages: 15

Free Essay

Islamiyat O Level Jihad Notes

...Jihad Definition: - In literal terms Jihad means to struggle or exert oneself to achieve a particular goal. In Islamic terminology, it means to struggle in the way of Allah Almighty to achieve and establish righteousness and shun evil. The scope of the terminology is very broad and is not simply restricted to fighting in the physical sense which is one method of carrying out jihad. Broadly Jihad is classified into two types: • Greater Jihad. (Jihad Al-Akbar) • Lesser Jihad. (Jihad Al- Asghar) Jihad can also be divided into following kinds: • Jihad bin Nafs. (Greater Jihad, Spiritual) • Jihad bil Lisan. (Lesser Jihad, Physical) • Jihad bil Yad. (Lesser Jihad, Physical) • Jihad bil Mal. (Lesser Jihad, Physical) • Jihad bis Saif. (Lesser Jihad, Physical) 1. Jihad bin Nafs is the greater jihad which is when a muslim makes a special effort to be a pure muslim, or fights against his or her own selfish desires. This is every Muslims personal struggle to obey Allah, follow shari’ah and become a better Muslim. It is a tough spiritual struggle, lasts a lifetime, and affects every aspect of life. The Prophet Muhammad (صلى الله عليه و سلم) told warriors returning to Madina after a battle that they had returned from the lesser jihad (of warfare) to the greater jihad of struggle against one’s own heart, i.e. desires that lead to wrong doings. The Prophet Muhammad (صلى الله عليه و سلم) said: “The greatest Jihad is to fight against the evil passions of oneself”. ...

Words: 796 - Pages: 4

Free Essay

Eritrean Islamic Jihad Movement

...II. The Eritrean Islamic Jihad Movement (EJIM) Eritrean separatism began in earnest during World War II, as Eritrea passed from Italian to British rule in 1941 and remained under British administration until 1950. Arab states pushed for independence given the large Muslim population and ties to the Arab world from that community. The initial constitution in 1952 was ratified by Emperor of Ethiopia, Haile Selassie, but Eritrea and Ethiopia were linked through a federal system, under the sovereignty of the emperor. Eritreans resisted Ethiopian rule and began armed struggle for their independence in 1958. The Eritrean Islamic Jihad Movement (EIJM) began activity in 1975 when a group of Islamist-minded guerillas split off from the Eritrean Liberation Front (ELF) that had been fighting since the beginning of the Eritrean independence movement. The EIJM was formally established in 1980. Since independence in 1993, the EIJM (and its factions) have been the principal Muslim opposition group in Eritrea, seeking the violent overthrow of the ELF government led by President Isaias Afewerki. EIJM claims to only target the Eritrean government and its apparatus in the country, not Western targets, and seeks the establishment of an Islamic caliphate in Eritrea. The group is based in Sudan and is made up primarily of dissidents from the ELF, conservative Eritrean (and some other Muslims from Horn of Africa countries), and a Muslim youth network. The group is also known by a variety of other names—the...

Words: 1308 - Pages: 6

Premium Essay

Journey To Jihad By Ben Taub

...As time goes on, we find patterns within the actions that have occurred, or are occurring, in our society. Reading Journey to Jihad by Ben Taub, has made me aware of one specific event that continues to go on, the radicalization of teens to “extremist” groups. This is a specifically unusual topic due to the natural instinct of teenagers, to have rebellious instincts due to their lack of freedom. While most teens appear to want more freedom, it seems as though these young adults are fighting on the side of more restriction within their society. So, why do some adolescents choose to promote and fight for a more confined society? I then wondered if the idea of being apart of something had to do with their conforming. Though it is an instinct to...

Words: 607 - Pages: 3

Free Essay

Jihad vs. Mcworld

...BC607 Leading from a Global Perspective Taught by: Dr. John Theodore Assignment 7.2: Jihad vs. McWorld By: Introduction Assignment 7.2, I was asked to analyze the case of Jihad vs. McWorld applying the criteria, as defined by Barber the scientist, as follows: utilize the Jihad vs. McWorld reading assignment, define Barber’s two primary metaphors “McWorld” and “Jihad,” create the major summary issues about the nature of social, cultural, and/or religious resistance to globalization, and establish a list of “dos” of “don’ts” for global enterprises to avoid the tensions reflecting from the resistances. The Jihad has the agenda to care for and protect the community, environment, and everyone living within the parameter that the global businesses are conducting the sales to the global consumers. The McWorld had the agenda to supply the global consumers’ needs and wants as the business knows best. The two opponents head opposite directions. Nevertheless, they do not support and have anything to do with democracy. The Jihad employs violent to stir up the attention of the public or the McWorld in a way to resist or prevent globalization from successfully dominating the whole world. Alternatively, the McWorld while striving to supply or exploit the global consumers with large-volume sales, it ignores major responsibilities regarding culture, social, politics, religious, and so forth existing within the areas – countries and societies. ( Barber, The Atlantic...

Words: 950 - Pages: 4

Premium Essay

Response to Jihad vs. Mcworld

...In Benjamin R. Barber’s article “Jihad vs. McWorld”, Barber predicts and classifies the future of politics into two possible outcomes—tribalism vs. globalization. The chief goals of McWorld are not only to achieve globalization, but also to create a world without national boundaries where enterprises become transnational and cooperate with others on economy, resources, information-technology and ecology. As a result of McWorld, people from different countries go to international banks that are available everywhere, use convertible currency, eat hamburgers at McDonald, watch American—produced movies, employ English software, and trade resources freely. In fact, McWorld is gradually becoming a tendency in the world. Oppositely, Jihad is a conflicting concept with McWorld. The most significantly purpose of Jihad is to pursue isolation and nationalism. People advocate and inherit their own cultures, nations, politics and religions. Therefore, wars and revolutions might usually arise for people to form boundaries with others. Although McWorld impresses people by its peaceful and prosperous features and seems more attractive than Jihad, it does not promote democracy more successfully than Jihad does. Instead, both notions are unbeneficial to democracy since McWorld ignore the distinction between nations and Jihad excessively points out the dissimilarity of different groups. Barber believes that confederal, the system that offers local places to...

Words: 393 - Pages: 2

Premium Essay

Jihad

...and the view promoted by free speech advocates these days,” Zafar asserts, “is the intention and ultimate goal each seeks to promote. Whereas many secularists champion individual privileges, Islam promotes the principle of uniting mankind and cultivating love and understanding among people. Both endorse freedom for people to express themselves, but Islam promotes unity, whereas modern-day free speech advocates promote individualism.” This glossy Orwellian language, “uniting mankind and cultivating love and understanding among people,” actually means “imposing Sharia upon mankind, and subjugating non-Muslims as inferiors under its rule.” That’s the unity Zafar envisions, as the Ahmadis teach Sharia supremacy even as they eschew violent jihad. Zafar makes this clear when he says that “the ultimate goal of Islam is to unite mankind under a single banner of peace.” The only unity of mankind that Islam’s core texts envision is that of the rule of Islamic law and the concomitant denial of basic rights to non-Muslims. “In order to unite mankind,” Zafar continues, “Islam instructs to only use speech to be truthful, do good to others, and be fair and respectful. It attempts to pre-empt [sic] frictions by prescribing rules of conduct which guarantee for all people not only freedom of speech...

Words: 607 - Pages: 3

Premium Essay

Jihad

...AND SIGNIFICANCE OF JIHAD We all know that religion is a particular or absolute devotion and worship to God (the higher power). Every religion is meant to be peaceful and encourages its followers to be good. However, throughout human history, factors which bring about conflict and war are those related to politics, economy, society, arms race, colonialism and so on. Similarly, millions have to live and suffer in misery because of religious misunderstandings, disputes and conflicts. A great example of such misinterpretation in the day and age is the most widely discussed issues in the Muslim community is the negative image of Islam in the global media, an issue that was cause for concern even before 9/11. Nevertheless, “in this light it is wholly understandable that, in the aftermath of the brutal attacks of September 11, many in the west and in the Muslim world are appalled by the fact that the mass-murderer perpetrated on that day is being hailed by some Muslims as an act of Jihad”1. While appeals to the media for accuracy and fairness continue, newspaper headlines regularly print the words “Islam” and “Muslim” next to words like “fanatic,” “fundamentalist,” “militant,” “terrorist” and “violence.” Uses of the term “Jihad” in television programs and films are also illustrative. Therefore, this problematic subject leads to a subsequent question; what really is Jihad? After all, there is a great deal of confusion in the West regarding the meaning of Jihad and the role it is playing...

Words: 3082 - Pages: 13

Free Essay

Questions to Think About Week 8

...connect with a group’s frustrations and deeply rooted belief foundations. The movement of terrorism does this by shaping the purpose for the violent and terrorist acts in a way to make it a legitimate reasoning to perform such acts. For example, the global jihad was contributed by the government appearing to fail and not meet the needs of its people; therefore, coalitions and alliances were formed to oppose leadership and institutionalized Islam activism. Furthermore, when the government does not fully address the needs of its people, poverty and unemployment increases; therefore, making opposition against the government and crime increase (Esposito, p.26-70, 86-94). 2. How do you think the many definitions of jihad have complicated the issue of terrorism? The interpretations of jihad differentiate from non-violent to violent, which are basically extremists and terrorists. How jihad is defined does complicate the issue of terrorism, I think mainly because terrorism is viewed to be directly stemmed from an extremist movement, but just has furthered its tactics. The term jihad has been used and abused and ironically, jihad is interchangeably with terrorism, although, this is inaccurate it is counterproductive. Jihad has been conflated with a Muslim holy war against unbelievers (Esposito, 26-70; Esposito and Mogahed, p. 74-75). Part II: Module 8 1. Is there information in this class that has surprised you? Is so, why? There are several things that has surprised...

Words: 598 - Pages: 3

Free Essay

Islamic Terrorist Groups: a Comparative Study of Terror

...Islamic Terrorist Groups: A Comparative Study of Terror Jason Schrand HSM 305: Survey of Homeland Security & Emergency Mgmt Instructor: Blake Cheary October 6, 2013 The phrase "Islamic Terrorist" conjures many images for different people. Many will recollect the acts of September 11, 2001 - the act of terror that led the United States first into an invasion of the Taliban-controlled nation of Afghanistan and then into the "Second Gulf War" with Iraq. While both wars made great progress toward the initial goals, namely the overthrow of the Taliban regime in Afghanistan and the Hussein dictatorship in Iraq, as the years went by and the war dragged on, seemingly endlessly, the Islamic groups faced by the United States and her Allies seemed to be wearing down the civilian desire to continue to wage war. What American civilians do not seem to understand is that not only does the multitude of groups have very nearly the same goals, but they are also willing to die for their cause and will be almost impossible to defeat unless they are hunted and destroyed. A study of the Islamic terror groups must include historic examples; Islamic extremism is not a recent development, nor has the ideology of the extremist believers changed much since the Islamic Conquests began in the 7th Century. In F.M. Mickolus' work International Terrorism in the 1980's, Mickolus wrote that since 1968 alone two-thirds of the known incidents of terrorism in the world had occurred in...

Words: 3391 - Pages: 14

Free Essay

Case Study of Terrorist Group

...Case study of terrorist group “Egyptian Islamic Al-Jihad” Name Course Instructor Paper due date Abstract The Egyptian Islamic Jihad, commonly abbreviated as EIJ is an Islamic terror group seeking to overthrow the Egyptian government and install an Islamic state. More recently, the EIJ has broadened its goals to debilitating and attacking the capabilities and interests of U.S and Israel, in Egypt and in other countries. EIJ is led by Ayman al-Zawahiri since 1991, and the group has carried out numerous terror attacks through its militant cells. EIJ’s most prominent attack is the assassination of former Egyptian President Anwar al-Sadat in 1981. EIJ is considered a foreign terrorist group by the U.N. In the late nineties, EIJ had largely been eradicated from Egypt, but in 2001, the group merged with al-Qaeda, and it is now known as Qaeda al-Jihad. The command structure of al-Qaeda Jihad is centered on nine leadership seats. EIJ’s former leader al-Zawahiri is an acting commander of al-Qaeda. The group has been behind some of the most horrific terror attacks of the last two decades; the group has engineered many bombings and assassinations, which have killed many, most of them innocent people. The EIJ, in its turbulent wake leaves behind a legacy of wrath, pain and bloodshed. Main Body The Egyptian Islamic Jihad (EIJ) is also known as al-Gihad al-Islamic and Tanzim al-Jihad. Mhuammad Abd al-Salam Farraj founded EIJ in 1979 in Cairo, Egypt. Other notable...

Words: 3391 - Pages: 14

Premium Essay

Term Paper Crj 440

...Courtney Friedman Term Paper: International Terrorism (Due Week 10) Professor Smith 5/23/14 CRJ 440 Terrorism, it is a well-known term, every person has all heard of it, but yet do we really know what it is. Terrorism is in the eyes of most, a meaningless hate crime, which has no true reason behind it. The terrorism mindset is people who want to create terror among civilization. They are trained to disturb peace, and to break social harmony. Terrorism is also a horrible threat to the modern world and modern society. It has become a problem around the world, not just in the United States. Many innocent people are killed by terrorist and their acts of terrorism. An individual can see terrorism in multiple forms, but not limited to: Bombing, hijacking, cross border terrorist activities and massacres on a massive scale, in addition to many others not listed. Its consequences are very frightening. Though much effort is put into eliminating terrorism, it is impossible to get rid of it until some strict laws are devised. Whenever and wherever society is victim to brutality, injustice, wrongs and intolerance, terrorism cannot be eradicated. There are many terrorist groups out there, of many different origins and sects. The group that will be discussed is Al Qaeda, which is the most well-known out of the groups listed. The questions and statements that will be answered and debated are: 1.) A brief explanation of Al Qaeda and the summarization of its origins, 2.) Al Qaeda's major...

Words: 4749 - Pages: 19

Premium Essay

Kaka

...Al-Qaeda From Wikipedia, the free encyclopedia Jump to: navigation, search al-Qaeda القاعدة Participant in the Persian Gulf War, the Global War on Terrorism, the War in Afghanistan, the Iraq War, and the Syrian Civil War Active 1988-present Ideology Sunni Islamism[1][2] Islamic fundamentalism[3] Takfirism[4] Pan-Islamism Worldwide Caliphate[5][6][7][8][9] Qutbism Wahhabism[10] Salafist Jihadism[11][12] Leaders Abdullah Yusuf Azzam (1988-1989) Osama bin Laden (1989-2011) Ayman al-Zawahiri (2011-present) Area of operations Worldwide (predominantly in the Middle East) Strength In Afghanistan – 50–100[13] In Egypt –Unknown In Iraq – 2,500[14] In the Maghreb – 300–800 In Nigeria –Unknown In Pakistan – 300[15] In Philippines – Unknown In Saudi Arabia – Unknown In Somalia – Unknown In Syria Unknown In Thailand -Unknown In Yemen –500–600[16] Allies Taliban Islamic Movement of Uzbekistan East Turkestan Islamic Movement Al-Shabaab Islamic Courts Union (dis) Jundallah Lashkar-e-Taiba Jaish-e-Mohammed Jemaah Islamiyah Boko Haram Abu Sayyaf Iraqi insurgents Caucasus Emirate FARC[17][18] Syria (alleged)[19][20] Qatar (alleged)[21] Opponents United States of America Israel International Security Assistance Force Syria Iran Afghanistan Pakistan Turkey Yemen Egypt Algeria Colombia Al-Qaeda...

Words: 14678 - Pages: 59