Free Essay

Miltinational Corporation

In:

Submitted By casparov1
Words 3740
Pages 15
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Di beberapa dekade akhir abad ke-20, transformasi pesat dunia industri mengambil bentuknya yang baru. Kemajuan mencolok ilmu dan teknologi, sebagai mesin penggerak suatu masyarakat, dunia mendapatkan pengaruhnya dari berbagai sudut. Perekonomian adalah salah satu bidang yang mengalami berbagai perubahan mencolok di masa-masa tersebut. Yang pasti, munculnya berbagai perusahaan multinasional, hingga batas tertentu, membuka peluang bagi globalisasi ekonomi.
Pengalaman pertumbuhan ekonomi pada abad kesembilan belas di Negara-negara maju banyak bersumber dari dari pergerakan modal internasional yang cukup deras pada waktu itu. Mobiltas faktor-faktor produksi yang terjadi antar Negara mencapai titik puncaknya dengan hadirnya perusahaan-perusahaan multinasional. Mungkin perkembangan yang terpenting dalam hubungan-hubungan ekonomi internasional selama dua dasawarsa terakhir ini adalah lonjakan mengagumkan kekuatan dan pengaruh perusahaan-perusahaan raksasa multinasional. Merekalah penyalur utama aneka factor produksi, mulai dari modal, tenaga kerja dan teknologi produksi, semuanya dalam skala besar-besaran, dari satu Negara ke Negara lainnya.
Dalam operasinya ke berbagai Negara-negara dunia ketiga, mereka menjalankan berbagai macam operasi bisnis yang inovatif dan kompleks sehingga tidak bias lagi kita pahami hanya dengan perangkat teori-teori perdagangan yang sederhana, apalagi mengenai distribusi keuntungannya. Perusahaan-perusahaan raksasa, seperti IBM, Ford, Exxon, Philips, Hitachi, British Petroleum, Renault, Volkswagen, dan Coca-Cola, telah sedemikan rupa mendunia dalam operasinya sehingga kalkulasi atas distribusi keuntungan-keuntungan yang dihasilkan oleh produksi internasional itu kepada penduduk setempat dan pihak asing menjadi semakin sulit dilakukan.
Berkembangnya Perusahaan Multi Nasional disuatu Negara sangatlah berpengaruh terhadap Ekonomi Negara itu sendiri dimana pengangguran akan berkurang sehingga pendapatan Negara itu sendiri otomatis akan bertambah.

Dalam rangka membantu perubahan terhadap Negara khususnya Indonesia perkembangan perusahaan multi Nasional merupakan prioritas utama dalam pembangunan Negara.maka pembangunan ini memerlukan konsep yang sangat bagus agar tujuan - tujuan tercapai semua.

1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan judul penelitian di atas, rumusan masalah yang menjadi fokus dalam makalah ini adalah: Bagaimana pengaruh Perusahaan Multi Nasional Terhadap Suatu Negara Induk.

1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penulisan dari Makalah ini adalah untuk mengetahui pengertian perusahaan Multi Nasionaldan pengaruh perusahaan Multi Nasional terhadap suatu Negara Induk.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Perusahaan Multinasional
Perusahaan bisnis multi nasional adalah perusahaan yang memiliki beberapa pabrik atau usaha yang berdiri di negara yang berbeda-beda. Penyesuaian dengan budaya di tiap negara yang dimasuki adalah suatu keharusan untuk dapat bertahan dan sukses. Dengan mendirikan banyak unit produksi di negara lain diharapkan dapat menghemat biaya ongkos produksi dan distribusi produk hingga sampai ke tangan konsumen akhir.

2.2 Pengertian Perusahaan Multinasoinal
Perusahaan multinasional atau PMN adalah perusahaan yang berusaha di banyak negara, perusahaan ini biasanya sangat besar. Perusahaan seperti ini memiliki kantor-kantor, pabrik atau kantor cabang di banyak negara. Mereka biasanya memiliki sebuah kantor pusat di mana mereka mengkoordinasi manajemen global.
Perusahaan multinasional yang sangat besar memiliki dana yang melewati dana banyak negara. Mereka dapat memiliki pengaruh kuat dalam politik global, karena pengaruh ekonomi mereka yang sangat besar bagai para politisi, dan juga sumber finansial yang sangat berkecukupan untuk relasi masyarakat dan melobi politik.
Karena jangkauan internasional dan mobilitas PMN, wilayah dalam negara, dan negara sendiri, harus berkompetisi agar perusahaan ini dapat menempatkan fasilitas mereka (dengan begitu juga pajak pendapatan, lapangan kerja, dan aktivitas eknomi lainnya) di wilayah tersebut. Untuk dapat berkompetisi, negara-negara dan distrik politik regional seringkali menawarkan insentif kepada PMN, seperti potongan pajak, bantuan pemerintah atau infrastruktur yang lebih baik atau standar pekerja dan lingkungan yang memadai.
PMN seringkali memanfaatkan subkontraktor untuk memproduksi barang tertentu yang mereka butuhkan.Perusahaan multinasional pertama muncul pada 1602 yaitu Perusahaan Hindia Timur Belanda yang merupakan saingan berat dari Perusahaan Hindia Timur Britania.

2.3 Ciri-Ciri Perusahaan Multinasional
PBB dalam laporan tahunan 1973 mendefinisikan Perusahaan Multinasional sebagai suatu perusahaan yang kegiatan pokoknya meliputi usaha-usaha pengolahan/manufaktur atau pemberian jasa dalam sedikitnya dua negara. Perusahaan Mutinasional merupakan sumber dari penanaman modal asing langsung dan jumlahnya merupakan ukuran kegiatan perusahaan itu. Sebagian besar dari penanaman modal asing di negara-negara sedang berkembang diusahakan di bidang sumber daya alam, sisanya dibidang pengolahan, perdagangan, prasarana, transport, perbankan, turisme, dan jasa-jasa lainya.

2.4 Faktor Timbulnya Perusahaan Multinasional
Pertumbuhan ekonomi pada abad kesembilan belas di Negara-negara maju banyak bersumber dari dari pergerakan modal internasional yang cukup deras pada waktu itu membuat banyak sekali perubahan yang signifikan terhadap ekonomi di Negara induk, yang mengakibatkan terjalinnya hubungan antar berbagai Negara. Akibat hubungan tersebut maka terjalinlah siatu kerjasama dalam berbagai hal terutama dalam bidang ekonomi. Dengan mengalirnya arus keuangan ekonomi internasional yang berkembang disuatu Negara semakin memepercepat pertumbuhan dan perkembangan Negara tersebut.
Arus sumber-sumber keuangan internasional dapat terwujud dalam dua bentuk. Yang pertama adalah penanaman modal asing yang dilakukan oleh pihak swasta (private foreign investment) dan investasi portofolio, terutama berupa penanaman modal asing “langsung” (PMI). Penanaman modal seperti ini juga dapat disebut Foreign Direct Investment (FDI). FDI (Foreign Direct Investment) atau investasi langsung luar negeri adalah salah satu ciri penting dari sistem ekonomi yang kian mengglobal. Ia bermula saat sebuah perusahaan dari satu negara menanamkan modalnya dalam jangka panjang ke sebuah perusahaan di negara lain. Dengan cara ini perusahaan yang ada di negara asal (biasa disebut ‘home country‘) bisa mengendalikan perusahaan yang ada di negara tujuan investasi (biasa disebut ‘host country‘) baik sebagian atau seluruhnya. Caranya dengan si penanam modal membeli perusahaan di luar negeri yang sudah ada atau menyediakan modal untuk membangun perusahaan baru di sana atau membeli sahamnya sekurangnya 10%.
Biasanya, FDI terkait dengan investasi aset-aset produktif, misalnya pembelian atau konstruksi sebuah pabrik, pembelian tanah, peralatan atau bangunan; atau konstruksi peralatan atau bangunan yang baru yang dilakukan oleh perusahaan asing. Penanaman kembali modal (reinvestment) dari pendapatan perusahaan dan penyediaan pinjaman jangka pendek dan panjang antara perusahaan induk dan perusahaan anak atau afiliasinya juga dikategorikan sebagai investasi langsung. Kini mulai muncul corak-corak baru dalam FDI seperti pemberian lisensi atas penggunaan teknologi tinggi. Sebagian besar FDI ini merupakan kepemilikan penuh atau hampir penuh dari sebuah perusahaan. Termasuk juga perusahaan-perusahaan yang dimiliki bersama (joint ventures) dan aliansi strategis dengan perusahaan-perusahaan lokal. Joint ventures yang melibatkan tiga pihak atau lebih biasanya disebut sindikasi (atau ‘syndicates‘) dan biasanya dibentuk untuk proyek tertentu seperti konstruksi skala luas atau proyek pekerjaan umum yang melibatkan dan membutuhkan berbagai jenis keahlian dan sumberdaya.
UU Penanaman Modal Asing (UU No. 1/1967) dikeluarkan untuk menarik investasi asing guna membangun ekonomi nasional. Di Indonesia adalah wewenang Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) untuk memberikan persetujuan dan ijin atas investasi langsung luar negeri. Dalam dekade terakhir ini pemodal asing enggan menanamkan modalnya di Indonesia karena tidak stabilnya kondisi ekonomi dan politik.
Pertumbuhan penanaman modal swasta asing secara langsung (foreign direct investment)-yakni, yang dana-dana investasinya langsung digunakan untuk menjalankan kegiatan bisnis atau mengadakan alat-alat atau fasilitas produksi seperti memberi lahan, membuka pabrik-pabrik, mendatangkan mesin-mesin, membeli bahan baku, dan sebagainya di Negara-negara dunia ketiga seperti di Indonesia ini, telah berlangsung secara sangat cepat selama sekian dasawarsa terakhir ini. Apabila pada tahun 1962 nilai totalnya baru mencapai sekitar US$ 2,4 miliar, maka di tahun 1980 jumlahnya telah melonjak menjadi sekitar US$ 11 miliar, kemudian naik lagi hingga US$ 35 miliar di tahun 1990, serta berpuncak sebesar lebih dari US$ 120 ,miliar di tahun 1997. dari keuntungan yang sedemikian besar diperoleh ini, hanya sekitar 60 persen dari total dana investasi asing tersebut yang mengalir ke Negara-negara di Asia.
Perusahaan-perusahaan multinasional yang ingin menyedot sumber daya alam menguasai pasar (baik yang sudah ada dan menguntungkan maupun yang baru muncul) dan menekan biaya produksi dengan mempekerjakan buruh murah di negara berkembang, biasanya adalah para penanam modal asing ini. Contoh ‘klasik’ FDI semacam ini misalnya adalah perusahaan-perusahaan pertambangan Kanada yang membuka tambang di Indonesia atau perusahaan minyak sawit Malaysia yang mengambil alih perkebunan-perkebunan sawit di Indonesia. Cargill, Exxon, BP, Heidelberg Cement, Newmont, Rio Tinto dan Freeport McMoRan, dan INCO semuanya memiliki investasi langsung di Indonesia. Namun demikian, kebanyakan FDI di Indonesia ada di sektor manufaktur di Jawa, bukan sumber daya alam di daerah-daerah.
Salah satu aspek penting dari FDI adalah bahwa pemodal bisa mengontrol atau setidaknya punya pengaruh penting manajemen dan produksi dari perusahaan di luar negeri. Hal ini berbeda dari portofolio atau investasi tak langsung, dimana pemodal asing membeli saham perusahaan lokal tetapi tidak mengendalikannya secara langsung. Biasanya juga FDI adalah komitmen jangka-panjang. Itu sebabnya ia dianggap lebih bernilai bagi sebuah negara dibandingkan investasi jenis lain yang bisa ditarik begitu saja ketika ada muncul tanda adanya persoalan.
Undang-Undang penanaman Modal Pertama dikeluarkan pada waktu masa pemerintahan orde baru yang dipimpin oleh Presiden Soeharto, yaitu Undang-Undang No.1 tahun 1967, dikatakan dengan jelas bahwa beberapa jenis bidang usaha sepenuhnya tertutup bagi perusahaan asing, yaitu pelabuhan, pembangkitan dan transmisi listrik, telekomunikasi, pendidikan, penerbangan, air minum, perkereta-apian (KA), tenaga nuklir, dan media massa. Kesemua bidang ini dibatasi adanya campur tangan oleh pihak asing karena bidang-bidang ini dapat dikategorikan sebagai usaha yang bernilai strategis bagi Negara dan kehidupan sehari-hari rakyat banyak yang seharusnya tidak boleh dipengaruhi oleh pihak asing (terdapat di pasal 6 ayat 1).
Setahun kemudian dibuatlah Undang-Undang yang mengatur tentang penanaman modal dalam negeri (UU No.6 tahun 1968), yang didalamnya (Pasal 3 ayat 1), menyatakan sebagai berikut : “Perusahaan Nasional adalah perusahaan yang sekurang-kurangnya 51 % daripada modal dalam negeri yang ditanam di dalmnya dimiliki oleh Negara dan / atau swasta nasional”. Dengan kata lain, berdasarkan Undang-Undang ini, pemodal asing hanya boleh memiliki modal maksimal, sebanyak-sebanyaknya 49% dalam sebuah perusahaan. Namun kemudian, pemerintah Indonesia menerbitkan peraturan pemerintah yang menjamin investor asing bisa memiliki hingga 95% saham perusahaan yang bergerak dalam bidang “… pelabuhan; produksi dan transmisi serta distribusi tenaga listrik umum; telekomunikasi; penerbangan, pelayaran, KA; air minum, pembangkit tenaga nuklir; dan media massa” (PP No. 20/1994 Pasal 2 ayat 1 dan Pasal 5 ayat 1).
Selanjutnya dibawah kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, pemerintah Indonesia mengadakan International Infrastructure Summit pada tanggal 17 Januari 2005 dan BUMN summit pada tanggal 25-26 Januari 2005. Infrastructure summit menghasilkan keputusan eksplisit bahwa seluruh proyek infrastruktur dibuka bagi investor asing untuk mendapatkan keuntungan, tanpa perkecualian. Pembatasan hanya akan tercipta dari kompetisi antarperusahaan. Pemerintah juga menyatakan dengan jelas bahwa tidak akan ada perbedaan perlakuan terhadap bisnis Indonesia ataupun bisnis asing yang beroperasi di Indonesia.
BUMN summit menyatakan jelas bahwa seluruh BUMN akan dijual pada sektor privat. Dengan kata lain, artinya tak akan ada lagi barang dan jasa yang disediakan oleh pemerintah dengan biaya murah yang disubsidi dari pajak. Di masa depan seluruh barang dan jasa bagi publik akan menjadi barang dan jasa yang bersifat komersial yang penyediaannya murni karena motif untuk mendapatkan laba. Kebijakan-kebijakan ini menunjukkan proses liberalisasi yang saat ini sedang berlangsung di semua sektor di Indonesia dan menunjukkan pentingnya FDI bagi pemerintah Indonesia.

2.5 Kekuatan Perusahaan Multinasional
Perusahaan Multinasional telah memainkan peranan yang sangat penting dalam menjalankan kebijakan dan aturan baik di tingkat national maupun internasional. Di negara-negara berkembang, hampir setiap aspek dari kehidupan komunitas telah terkena dampak dari operasi Perusahaan Multinasional. Perusahaan multinasional atau PMN adalah perusahaan yang berusaha di banyak negara; perusahaan ini biasanya sangat besar. Perusahaan seperti ini memiliki kantor-kantor, pabrik atau kantor cabang di banyak negara. Mereka biasanya memiliki sebuah kantor pusat di mana mereka mengkoordinasi manajemen global. Perusahaan multinasional yang sangat besar memiliki dana yang melewati dana banyak negara. Mereka dapat memiliki pengaruh kuat dalam politik global, karena pengaruh ekonomi mereka yang sangat besar bagai para politisi, dan juga sumber finansial yang sangat berkecukupan untuk relasi masyarakat dan melobi politik. Karena jangkauan internasional dan mobilitas PMN, wilayah dalam negara, dan Negara sendiri, harus berkompetisi agar perusahaan ini dapat menempatkan fasilitas mereka (dengan begitu juga pajak pendapatan, lapangan kerja, dan aktivitas ekonomi lainnya) di wilayah tersebut. Untuk dapat berkompetisi, negara-negara dan distrik politik regional seringkali menawarkan insentif kepada PMN, seperti potongan pajak, bantuan pemerintah atau infrastruktur yang lebih baik atau standar pekerja dan lingkungan yang memadai.
Dikarenakan Perusahaan multinasional pada dasarnya adalah sebuah perusahaan raksasa yang menjalankan, memiliki serta mengendalikan operasi bisnis atau kegiatan-kegiatan usahanya di lebih dari satu Negara. Perusahaan multinasional ini umumnya berupa perusahaan yang dikelola oleh lebih dari sebuah negara, dan oleh karena kekuatan ekonominya yang besar, ia mampu mempengaruhi kebijakan-kebijakan perekonomian suatu negara dengan sangat luas. Dari sudut pandang sejarah, model perusahaan seperti ini mulai bermunculan sejak dekade 50. perusahaan-perusahaan multinasional, terutama di AS, semakin aktif di beberapa bidang, setelah terpengaruh oleh kondisi perekonomian di zaman itu. Dengan memanfaatkan sistem transportasi dan komunikasi internasional yang semakin modern, demikian pula karena adanya “celah” antara hubungan Eropa dan Jepang, perusahaan-perusahaan ini menemukan peluang untuk menjual produk-produk mereka ke luar batas-batas AS. Tak lama kemudian, perusahaan-perusahaan Eropa mengikuti jejak langkah mereka ini, sehingga menjadi semakin luaslah keberadaan perusahaan-perusahaan multinasional ini.
Perusahaan multinasional yang sangat besar memiliki dana yang melewati dana banyak negara. Mereka dapat memiliki pengaruh kuat dalam politik global, karena pengaruh ekonomi mereka yang sangat besar bagai para politisi, dan juga sumber finansial yang sangat berkecukupan untuk relasi masyarakat dan melobi politik. Karena jangkauan internasional dan mobilitas PMN, wilayah dalam negara, dan Negara sendiri, harus berkompetisi agar perusahaan ini dapat menempatkan fasilitas mereka (dengan begitu juga pajak pendapatan, lapangan kerja, dan aktivitas ekonomi lainnya) di wilayah tersebut. Untuk dapat berkompetisi, negara-negara dan distrik politik regional seringkali menawarkan insentif kepada PMN, seperti potongan pajak, bantuan pemerintah atau infrastruktur yang lebih baik atau standar pekerja dan lingkungan yang memadai.
Terdapat dua karakteristik pokok dari perusahaan multinasional, yakni ukuran mereka yang sangat besar dan kenyataan bahwa operasi bisnis mereka yang tersebar ke seluruh dunia itu cenderung dikelola secara terpusat oleh para pemimpinnya di kantor pusatnya yang berkedudukan di Negara asal. Ukuran mereka yang sedemikian besar tentu memberikan kekuatan ekonomi (dan terkadang juga kekuatan politik) yang sangat besar, sehingga mereka merupakan kekuatan utama (sekitar 40%) yang menyebabkan berlangsungnya globalisasi perdagangan duniua secara pesat. Dengan kekuatan yang begitu besar, merekalah yang sebenarnya seringkali mendominasi aneka komoditi dagang di Negara-negara berkembang (tembakau, mie, bubur gandum instant, dsb).
Dari gambaran ini, maka bisa dibayangkan betapa dahsyatnya kekuatan ekonomi (dan terkadang politik) yang dimiliki oleh perusahaan-perusahaa multinasional tersebut, apalagi jika dibandingkan dengan pemerintahan di Negara-negara berkembang di mana mereka menjalankan bisnisnya. Kekuatan mereka ini juga ditunjang lagi oleh posisi oligopolitik yang mereka genggam dalam perekonomian domestik atau bahkan internasional pada sektor atau jenis-jenis produk yang mereka jalankan.

2.6 Dampak Perusahaan Multinasional
Perusahaan-perusahaan multinasional yang “menancapkan kukunya” juga tentu saja memberikan implikasi kepada Negara yang di’ekspansi’nya, baik dampak positif maupun dampak negatifnya. 2.7.1 Dampak Positif 1. Peranannya dalam mengisi kekosongan atau kekurangan sumber daya antara tingkat investasi yang ditargetkan dengan jumlah actual “tabungan domestik” yang dapat dimobilisasikan. 2. Dengan memungut pajak atas keuntungan perusahaan multinasional dan ikut serta secara finansial dalam kegiatan-kegiatan mereka di dalam negeri, pemerintah Negara-negara berkembang berharap bahwa mereka akan dapat turut memobilisasikan sumber-sumber financial dalam rangka membiayai proyek-proyek pembangunan secara lebih baik. 3. Perusahaan multinasional tersebut tidak hanya akan menyediakan sumber-sumber financial dan pabrik-pabrik baru saja kepada Negara-negara miskin yang bertindak sebagai tuan rumah, akan tetapi mereka juga menyediakan suatu “paket” sumber daya yang dibutuhkan bagi proses pembangunan secara keseluruhan, termasuk juga pengalaman dan kecakapan manajerial, kemampuan kewirausahaan, yang pada akhirnya nanti dapat dimanifestasikan dan diajarkan kepada pengusaha-pengusaha domestic.

4. Perusahaan multinasional juga berguna untuk mendidik para manajer lokal agar mengetahui strategi dalam rangka membuat relasi dengan bank-bank luar negeri, mencari alternative pasokan sumber daya, serta memperluas jaringan-jaringan pemasaran sampai ke tingkat internasional.

5. Perusahaan multinasional akan membawa pengetahuan dan teknologi yang tentu saja dinilai sangat maju dan maju oleh Negara berkembang mengenai proses produksi sekaligus memperkenalkan mesin-mesin dan peralatan modern kepada Negara-negara dun ia ketiga.

2.7.2 Dampak Negatif
Selain dampak positif yang telah dikatakan diatas, tentu saja dalam pelaksanaan kegiatan ekonominya, perusahaan multinasional juga mempunyai dampak negatif yang terjadi pada Negara tamu. Pada umumnya pasar yang menjadi sasaran pemasaran perusahaan multinasional ini memang adalah Negara-negara yang notabenenya adalah Negara-negara yang sedang berkembang atau Negara-negara dunia ketiga. Hal ini mereka lakukan karena Negara-negara dunia ketiga ini dinilai belum mempunyai perlindungan yang baik atau belum mempunyai “kekuatan” yang cukup untuk menolak “kekuatan” daripada perusahaan-perusahaan raksasa multinasional ini sehingga bukan tidak mungkin mereka bisa melakukan intervensi terhadap pemerintahan yang dilangsungkan oleh Negara yang bersangkutan, atau dengan kata lain Negara-negara ini menghadapi dilema di mana sebagian besar negara terlalu lemah untuk menerapkan prinsip aturan hukum, dan juga perusahaan-perusahaan raksasa ini sangat kuat menjalankan kepentingan ekonomi untuk keuntungan mereka sendiri.
Kemudian kita juga harus menyadari bahwa perusahaan-perusahaan mutinasional ini tidak tertarik untuk menunjang usaha pembangunan suatu Negara. Perhatian mereka hanya tertuju kepada upaya maksimalisasi keuntungan atau tingkat hasil financial atas setiap sen modal yang mereka tanamkan. Perusahaan-perusahaan multi nasional ini senantiasa mencari peluang ekonomi yang paling menguntungkan, dan mereka tidak bisa diharapkan untuk memberi perhatiam kepada soal-soal kemiskinan, ketimpangan pendapatan dan lonjakan pengangguran. Pada umumnya, perusahaan-perusahaan multinasional hanya sedikit memperkerjakan tenaga-tenaga setempat. Operasi mereka cenderung terpusat di sector modern yang mampu menghasilkan keuntungan yang maksimal yaitu di daerah perkotaan.
Selain tidak bisa diharapkan untuk ikut membantu mengatasi masalah ketenagakerjaan di Negara tuan rumah, mereka bahkan seringkali memberi pengaruh negative terhadap tingkat upah rata-rata, karena mereka biasanya memberikan gaji dan aneka tunjangan kesejahteraan yang jauh lebih tinggi ketimbang gaji gaji rata-rata kepada para karyawannya, baik itu yang berasal dari Negara setempat atau yang didatangkan dari Negara-negara lain. Di atas telah dikatakan bahwa keuatan mereka juga ditunjang oleh posisi oligopolitik yang mereka genggam dalam perekonomian domestik atau bahkan internasional pada sektor atau jenis-jenis produk yang mereka geluti. Hal ini bertolak berlakang dari keyataan bahwa mereka cenderung beroperasi di pasar-pasar yang dikuasai oleh beberapa penjual dan pembeli saja. Situasi seperti ini memberi mereka kemampuan serta kesempatan yang sangat besar untuk secara sepihak menentukan harga-harga dan laba yang mereka kehendaki, bersekongkol dengan perusahaan lainnya dalam membagi daerah operasinya serta sekaligus untuk mencegah atau membatasi masuknya perusahaan-perusahaan baru yang nantinya dikhawatirkan akan menjadi saingan mereka.
Hal-hal tersebut mereka upayakan dengan menggunakan kekuatan yang mereka miliki dalam penguasaan teknologi-teknologi baru yang paling canggih dan efisien, keahlian-keahlian khusus, diferensiasi produk, serta berbagai kegiatan periklanan secara gencar dan besar-besaran untuk mempengaruhi, kalau perlu mengubah, selera dan minat konsumen. Kemudian walaupun dampak-dampak awal (berjangka awal) dari penanaman modal perusahaan multinasional memang dapat memperbaiki posisi devisa Negara yang menerima mereka (Negara tuan rumah), tetapi dalam jangka panjang dampak-dampaknya justru negatif, yakni dapat mengurangi penghasilan devisa itu, baik dari sisi neraca transaksi berjalan maupun neraca modal. Neraca transaksi berjalan bisa memburuk karena adanya impor besar-besaran atas barang-barang setengah jadi dan barang modal oleh perusahaan multinasional itu, dan hal tersebut masih diperburuk lagi oleh adanya pengiriman kembali keuntungan hasil bunga, royalty, dan biaya-biaya jasa manajemen ke Negara asalnya. Jadi praktis pihak Negara tuan rumah tidak memperoleh bagian keuntungan yang adil dan wajar.
Selain itu perusahaan-perusahaan multinasional berpotensi besar untuk merusak perekonomian tuan rumah dengan cara menekan timbulnya semangat bisnis para usahawan local, dan menggunakan tingkat penguasaan pengetahuan teknologi mereka yang superior, jaringan hubungan luar negeri yang luas dan tertata baik, keahlian dan agresivitas di bidang periklanan, serta penguasaan atas berbagai berbagai jenis jasa pelengkap lainnya untuk mendorong keluar setiap perusahaan local yang cukup potensial yang dianggap mengganggu atau mengancam dalam kancah persaingan, dan sekaligus untuk menghalangi munculnya perusahaan-perusahaan baru yang berpotensi untuk menjadi saingan mereka. Perusahaan-perusahaan multinasional juga sering menggunakan kekuatan ekonomi mereka untuk mempengaruhi, menyuap, dan memanipulasi berbagai kebijakan pemerintah di Negara tuan rumah ke arah yang tidak menguntungkan bagi pembangunannya.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Akhir dekade 1990-an ini merupakan periode yang menarik bagi kita untuk menilai kembali segala dampak kualitatif maupun kuantitatif yang ditimbulkan oleh investasi yang dilakukan perusahaan-perusahaan raksasa multinasional terhadap kondisi social-ekonomi Negara-negara berkembang yang bertindak sebagai tuan rumahnya. Tetapi perusahaan multinasional atau transnasional bisa menjadi bencana nasional karena rawan pelanggaran hak asasi manusia (HAM) dan bisa menjadi kekuatan penghambat proses demokratisasi di negara-negara sedang berkembang.
Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Emmy Hafild mengemukakan hal itu dalam diskusi bertema, “Tanggung Jawab Transnational Corporations dalam HAM” yang diselenggarakan Komisi Nasional HAM, Rabu (21 November 2006) di Jakarta. Emmy berpendapat, ada kecenderungan kuat, para pemimpin pemerintahan atau negara di negara-negara berkembang tunduk pada kekuatan modal perusahaan-perusahaan transnasional. “Jadi, jangan heran bila banyak kebijakan pemerintah soal perburuhan misalnya, lebih memihak kepentingan perusahaan transnasional,” tegasnya. Menurut Emmy, dimana pun, perusahaan-perusahaan multinasional selalu berusaha menggunakan setiap celah untuk mendikte norma internasional. “Dan nyatanya berhasil,” tuturnya. Emmy mengatakan, perusahaan multinasional di Tanah Air lebih banyak menimbulkan berbagai kerusakan daripada keuntungan. Berbagai kerusakan itu antara lain, perampasan tanah, penghancuran tradisi, perampasan hak penduduk atas lingkungan hidup yang sehat, penghancuran sumber daya alam, serta pelecehan seksual.
Menteri Negara Lingkungan Hidup Rachmat Witoelar mengatakan, keterlibatan masyarakat sangat esensial dalam pembangunan berkelanjutan, tetapi saat ini masih terbatas dan masih belum menjadi suatu gerakan. Untuk mendorong partisipasi masyarakat, dibutuhkan suatu wahan untuk menyebarkan suatu informasi mengenai pembangunan berkelanjutan dan isu lingkungan global. Selain itu, kata Rachmat, diperlukan penguatan jejaring masyarakat untuk dapat berperan dalam pembangunan masyarakat yang berkelanjutan. Terkait dengan kasus yang terjadi di Papua, mungkin solusi yang perlu dimanifestasikan di dalam masyarakat itu sendiri adalah berupa pola alokasi dana ke titik tertentu mungkin perlu dikembangkan ke kelompok-kelompok yang lebih kecil, mengingat suku-suku yang mendiami kawasan pegunungan itu hidup dalam kelompok-kelompok kecil di daerah-daerah terisolasi sehingga dampak yang terjadi lebih dapat dirasakan oleh masyarakat sekitar.
Barang kali satu-satunya kesimpulan yang cukup sahih untuk dikemukakan di sini adalah bahwasannya penanaman modal swasta asing bisa merupakan pendorong pembangunan ekonomi dan social yang penting selama kepentingan-kepentingan perusahaan multinasional tersebut memang sejalan dengan kepentingan pemerintah dan masyarakat di Negara tuan rumah (tentu saja yang dimaksudkan dengan kepentingan di sini bukanlah kepentingan yang pada akhirnya menyebabkan berlarut-larutnya pembangunan yang dualistis serta memburuknya ketimpangan distribusi pendapatan). Namun, selama perusahaan-perusahaan multinasional tersebut hanya melihat kepentingan mereka dari segi output secara global atau maksimalisasi keuntungan saja tanpa memperdulikan dampak-dampak jangka panjang yang ditimbulkan oleh segenap aktivitas bisnisnya terhadap kondisi-kondisi ekonomi dan social di wilayah-wilayah operasinya, maka selama itu pula tuduhan-tuduhan dari pihak yang menentang penanaman modal asing akan semakin mendapatkan dukungan di kalangan pemerintah maupun masyarakat di Negara-negara dunia ketiga.

DAFTAR PUSTAKA

Http://id.wikipedia.org/wiki/Freeport_Indonesia
Http://www.parasindonesia.com/
http://id.wikipedia.org/wiki/Perusahaan_multinasional
http://dharrlinkknounaamatic.blogspot.com/2011/12/pengertian-perusahaan-multinasional-dan.html

Similar Documents

Premium Essay

Task Environment

...enterprise, and are also affected by it. 2. According to Porter, what determines the level of competitive intensity in an industry? According to Porter, the level of competitive intensity is determined by 5 basic competitive forces namely: (1) Threat of new entrants to a market (2) Bargaining power of suppliers (3) Bargaining power of customers or buyers (4) Threat of substitute products and (5) Degree of competitive rivalry 3. What should be scanned in the task environment? There should be an analysis of relevant elements in the task environment such as: (1) Competitors (2) Suppliers (3) Regulators (4) Strategic Partners (5) Labor and (6) Customers. 4. Discuss how a development in a corporation’s societal environment can affect the corporation through its task environment. 5. How can managers identify external strategic factors? a. Environmental uncertainty b. Issues priority matrix c. New entrants d. Entry barriers e. Rivalry f. Substitute products g. Bargaining power of buyers and suppliers h. Bargaining power of other...

Words: 269 - Pages: 2

Premium Essay

Dba 7553 Unit Viii Article Critique

...Unit VIII Article Critique Columbia Southern University DBA 7553 1. Introduction of the Article This article is found in the Directors and Boards magazine. It is written by Donald P. Delves who “is president of the Delves Group, a compensation and corporate governance consulting firm that advises boards of directors” (Delves, 2012). The article is titled “What about everyone else? The problem may not be that executives are paid too much, but that employees are paid too little.” 2. Statement of the Problem Studied In this article, Mr. Delves examined why people complain about executive pay, how companies used to inflate employee earnings, and how companies can increase employee wages now. 3. Significance of the Problem Studied With sky rocketing pay for many executives over the last few decades, many employees have wondered why their pay has not also increased. In the past companies have used stock options to provide incentive for employees and to use these as a pathway to increase employee pay. However with the economic recession and many of the changes in accounting practices, companies could no longer use this incentive to increase wages for employees. Thus Mr. Delves presents the question, “what do we do about [increasing employee incentives]?” (Delves, 2012). If this question can be answered, it has the potential to not only increase employee productivity but also to provide them with increased opportunities. ...

Words: 585 - Pages: 3

Premium Essay

Notes

...1) Why do you think Starbucks has been so concerned with social responsibility in its overall corporate strategy? Starbuck is a known corporation local and international for their freshly brewed coffee and other products that are offered. Social responsibility helps the company image, to care about the community and the environment, these are positive stand points that define the company self portrait. It's important how you look on the outside, in the end it's all about sales. As mention in the text “people first and profit last” once a corporation can fulfill its duties that benefit the consumer and the parties involve then there is no need to worry about the business profit. 2) Is Starbucks unique in being able to provide a high level of benefits to its employees? The text mention “it is better for a company to take some short-term loses than to lose sight of its core values in the long term “yes Starbucks is unique because not many restaurant offer the kind of benefits as Starbuck. The employees are important to the business and it helps to retain them. Offering health insurance, paid time off, and other perks are ways to keep employees happy which lead to great work effort and a successful business. It also helps to lower the business employment turnover rate and save the corporation money because they do not spend much money and recruiting new employees and to train them. 3) Do you think that Starbucks has grown rapidly because of its ethical and socially responsible...

Words: 334 - Pages: 2

Premium Essay

Management

...to maximize a firms [sp] profit potential, a corporation should match its greatest strengths, with external factors to create opportunities. When assessing opportunities to acquire a new business unit, firms should only seek to acquire units that have strengths that match, enhance or can be combined with the firms established strengths. The article [which? there is no list of references -- you’re supposed to discuss an issue from class before discussing the article] is about how firms are purchasing business units that do not align with their strengths or the vision/mission of the parent corporation. Once the business unit is acquired the viable option is to sell if off in pieces because it is not contributing to the corporations strengths. We agree with the author [sp] premise that diversification should not be pursued unless it will help a parent corporation achieve its already established mission. Corporations should avoid acquiring firms that possess strengths or missions not aligned with the parent corporation. A firm should not see purchasing business units as strength [clumsy]; a corporation’s strength is not an action. A corporation should see the reason why they have accumulated the financial resources necessary to purchase additional business units as their strength. Once that strength is identified the corporation should be pursing business units that have underlining strengths that will enhance the parent corporations [sp] ability to pursue their mission and maximize...

Words: 689 - Pages: 3

Free Essay

Accounting

...Introduction and Course Philosophy: This course covers accounting theory and practice for business combinations, segment and interim reporting, foreign exchange and partnerships. Business combinations cover most forms of mergers and acquisitions, which are common among business entities. Segment reporting is how management disaggregates financial results into meaningful business performance. Foreign exchange covers the basics of currency transactions and translation including hedging, which are common in the global economy. Finally, in partnerships we cover more extensively the formation, operation and dissolution of general partnerships, the most prevalent form of business in the United States. In my career in financial services, I was personally involved in 3 large business combination involving aspects of mergers, segment reporting and foreign exchange that we will discuss in class. You will be exposed to the authoritative accounting literature covering each area and get hands on experience in solving typical problems faced by accounting practitioners. We will complete the entire syllabus. Required Text: Advanced Accounting---11th edition, Hoyle, Schaefer and Doupnik McGraw Hill/Irwin 2013. A separate loose leaf edition, with only the chapters we cover will be available exclusively at the Queens College bookstore. The ISBN for the looseleaf edition is 9780077772932. Acquiring the loose leaf edition gives you the convenience of being able to bring only the chapters...

Words: 360 - Pages: 2

Premium Essay

Legal Form of Bussiness

...LEGAL FORM OF BUSSINESS In this paper we will compare and discuss different forms of business and their advantages and disadvantages. Following are the different type of business formed to conduct work: 1. Sole proprietorship. 2. Partnership. 3. Limited liability partnership. 4. Limited liability company. 5. S corporation. 6. Franchise. 7. Corporate. 1. Sole proprietorship, The sole proprietorship is a type of business entity that is owned and run by one individual. All the decisions of the business are made by that individual and there is no legal distinction between that individual and the business. Following are the advantages and disadvantages of Sole proprietorship Advantages They have the ability to raise capital either publicly or privately. To limit the personal liability of the officers and managers. Limit risk to investors. Sole proprietorships have the least government rules and regulations affecting it. Owners have complete control over all the aspects of his or her business. The owner can take any managerial decisions that he/ she wants to take. Disadvantages Raising capital for a proprietorship is more difficult because an unrelated investor has less peace of mind concerning the use and security of his or her investment . The investment is more difficult to formalize other types of business entities have more documentation. The enterprise may be crippled or terminated if the owner becomes ill. The business is the same legal entity...

Words: 1135 - Pages: 5

Premium Essay

Business Law

...Anthony and Karen were partners doing business as the Petite Garment Company. Leroy owned a dye plant that did much of the processing for the company. Anthony and Karen decided to offer Leroy an interest in their company, in consideration for which Leroy would contribute his dye plant to the partnership. Leroy accepted the offer and was duly admitted as a partner. At the time he was admitted as a partner, Leroy did no know that the partnership was on the verge of insolvency. About three months after Leroy was admitted to the partnership, a textile firm obtained a judgment against the partnership in the amount of 50,000. This debt represented an unpaid balance that had existed before Leroy was admitted as a partner. The textile firm brought an action to subject the partnership property, including the dye plant, to the satisfaction of its judgment. The complaint also requested that, in the event the judgment was unsatisfied by sale of partnership property, Leroy’s home be sold and the proceeds applied to the balance of the judgment. Anthony and Karen own nothing but their interest in the partnership property. What should be the result: With regard to the dye plant- With regard to Leroy’s home- Since Leroy was admitted before the judgment was actually brought upon the partners It would make him liable to subsequent debts of the partnership along with Anthony and Karen, since the dye plant was part of the deal when Leroy entered the partnership it would be considered...

Words: 312 - Pages: 2

Premium Essay

Forms of Business Organization

...organization. The single owner of business has entire ownership and control over the assets and capital invested in the business and he or she is individually responsible (subject to some restrictions) for the expenses and liabilities of the business. • Liability A different advantage, nonetheless, is that the proprietor of this business form is responsible for all the business liabilities. Therefore, if a sole owner business undergo into financial crisis, creditors can originate lawsuits against the sole proprietor. If lawsuits are successful then proprietor has to pay the liability with his or her money. The owners of this business form can, and frequently do, combine business and personal funds and property, unlike partnerships, LLCs and corporations, they cannot do this. • Income taxes Due to the fact that sole proprietorship is not distinguishable from its owner, its characteristics...

Words: 2123 - Pages: 9

Premium Essay

Random

...business owner, companies growing at hyper speed sometimes pay the price for its success. 1.2 DEFINE THE TERM “ MARKET LEADERSHIP.” WHY DO FIRM WORKHARD TO OPTAIN LEADERSHIP? Market leadership is the position of a company with the largest market share or highest profitability margin in a given market for goods and services. Market share can be measured by how much the goods sold in the market. Market leadership is usually understood in terms of the position of a given company within an industry or market, based on three factors. When determining whether a corporation can properly be referred to as a market leader, the profitability of the company will play a major role. Along with how profitable the company happens to be, the market share volume and value will also be considered. While market leadership does not necessarily require the highest profitability margin or largest market share in the industry, a corporation is normally expected to demonstrate a consistent level of profitability from one financial period to the next. That level of profit should be significant and represent a sizable share of the available market. When the company is able to sustain the profitability through shifts in the general economy as...

Words: 450 - Pages: 2

Free Essay

Rfm History

...One of the most prominent food and beverage companies in the Philippines is the Republic Flour Mills (RFM) Corporation, established in 1958 by aspiring Filipinos. Dr. Salvador Araneta pursued and succeeded his dream of making a way to save foreign exchange and create local jobs by starting out a local flour mill. Along with his wife, Victoria Lopez de Araneta, son-in-law, Joe Con and associates, Jose Concepcion, Sr., BJ Server, Pete Grimm, Albino Sycip, Zoilo Alberto, Leonardo Eugenio, Francisco Gamboa, Sr., they have come together to become a strong team. Their strength carried throughout endeavors during the difficult state of the Philippine economy in order to operate the mill. One of the issues was the American monopoly in the Central Bank of the Philippines for resisting to grant RFM the mandatory dollar allocation. With persistence and cooperation, RFM has then pioneered the flour-milling industry in the Asian region by starting out as a single company manufacturing bags of flour to a distinguished multi-company enterprise leading a number of branded products. RFM Corporations stands as a strong contender in the Philippine consumer market for offering a wide variety of food and beverage products such as: White King (cake mixes and flour-based products), Fiesta (Pasta and Sauce), Swift (meat based products), Sunkist (fruit juices), Selecta (milk- based products) and Selecta (ice cream, under the joint venture with Unilever). A variety of partnerships, acquisitions and...

Words: 414 - Pages: 2

Premium Essay

The Corporation

...The Corporation: The Corporation is today's dominant institution, creating great wealth but also great harm. This 26 award-winning documentary examines the nature, evolution, impacts and future of the modern business corporation and the increasing role it plays in society and our everyday lives. The birth of the corporation: How the corporation came to be. Originally, corporations were set up to serve the public good. Corporation lawyers gained rights through the US Supreme Court using the 14th Amendment (set up to protect slaves) that gives them the rights of a person. In the last century, the corporation is given more and more rights while people are increasingly stripped of theirs. Origins of Corporations Although definitions and descriptions of corporations have changed dramatically through the last few hundred years, the first corporation actually began long ago – as early as the sixteenth century. It was a benchmark in the history of money and business, transforming an economy from what was essentially a debt economy (when it came to merchant work) to a state-sponsored enterprise. This type of business was brilliant and revolutionary for the early business world, allowing businesses to take risks and expand in ways they had been unable to do before. The concept spread and grew, and by the seventeenth century, the corporation was well on its way to being an acclaimed and established center for regular commerce. When corporate business came to the newly born United...

Words: 2045 - Pages: 9

Free Essay

Bashundhara Group

...Country”. At the crux of all industrial processes deployed at the Group’s enterprises stands the need to ensure environmental stability. As a result, conscious efforts are made to use re-cycled material as industrial input. The Group's efforts seek to: Create affordable housing (developed land & homes) for people Foster better living environments and pleasant surroundings Ensure environmental balance and sustainability Use re-cycled raw material in industrial production Treat industrial effluents Establish recreational and shopping facilities for people. Develop a meaningful partnership with others for development Provide better working conditions for its staff members The BG works in close partnership with the City Corporations, the Government of Bangladesh, other private sector companies, multilateral institutions, the environment department, and myriad financial institutions. The BG has its headquarters in Dhaka, Bangladesh. Its Chairman and a Board of Directors frame the Group’s policies. The Managing Director acts as the Chief Executive Officer. The contact details of the Corporate Office are shown below. Bashundhara Group Corporate Office Bashundhara City 13/ka/1 Panthapath Dhaka-1205 Bangladesh Phone: (880-2)8158025- 34 Fax: 880-2-9128319 Web Site: www.bashundharagroup.com E-mail:...

Words: 269 - Pages: 2

Premium Essay

Forms of Business

...are subject to financial liability if one partner is negligent.A partnership is exempt from double taxation. In a partnership owners can claim their portion of income generated through the business as personal income tax (Chesseman, 2010). When in a partnership, partners owe a contractual and fiduciary duty to one another (Chesseman, 2010). Partners have to trust one another because they have a fiduciary duty to each other. Partners should not borrow money, enter into secret contracts, or do anything illegal without other partners knowledge. Partners have equal amount of voting power regardless of who contributes the most capital to the business. Limited Liability Company is another business one can establish. An LLC is similar to a corporation and a partnership. Members and owners of an LLC are protected from liability from debts and liabilities from the company. For personally and directly injuring someone, or...

Words: 516 - Pages: 3

Free Essay

Motivational Theory in Practice at Tesco

...Tesco 1. Describe what is meant by motivation. What types of non-financial reward might a company use to motivate employees? Motivation may stem from personal interest such as keeping safe or from external factors such as praise and reward. Non-financial rewards: * appreciation of hard work * a sense of achievement * responsibility and empowerment * opportunity for advancement * a sense of challenge and enjoyment. 2. Describe the effects of an unmotivated workforce on a company. How does Tesco benefit from ensuring that its workforce is motivated? An unmotivated workforce will be dissatisfied with its role in the work environment. This can negatively affect both the quality of the work as well as how efficiently employees carry out their jobs. Tesco supports staff with a work/life balance and offers reward through: * flexible working * free or reduced rate health benefits * discount gym membership * competitive salaries * staff discount * company share options. 3. Why is Taylor’s theory not relevant to companies and employees in the 21st century? 4. Evaluate the four motivational theories in the study, demonstrating how each relates to Tesco. Barclays 1. Set out the differences between sole traders, partnerships and limited companies. What are the benefits of each type of ownership? What are the drawbacks? 2. What are the main budget factors that a new business should take into consideration? What factors...

Words: 532 - Pages: 3

Premium Essay

Audit Independence Letter

...White & Rosen Certified General Accountants 150 Brant Street Burlington, Ontario L1L 1L5 February 18, 2008 Dr. Beatrice Simcoe, President Brant Animal Hospital Professional Corporation 100 Brant Street, Burlington, Ontario L1L 1L1 Dear Dr. Simcoe: We have been engaged to audit the financial statements of Brant Animal Hospital Professional Corporation (“the Company”) for the year ended December 31, 2007. Canadian Generally Accepted Auditing Standards (GAAS) requires us to communicate at least annually with you regarding all relationships between the Company and us that, in our professional judgment, may reasonably be thought to bear on our independence. In determining which relationships to report, these standards require us to consider relevant rules and related interpretations prescribed by the appropriate provincial institute and applicable legislation, covering such matters as: • holding a financial interest, either directly or indirectly, in a client; • holding a position, either directly or indirectly, that gives the right or responsibility to exert significant influence over the financial or accounting policies of a client; • personal or business relationships of immediate family, close relatives, partners or retired partners, either directly or indirectly, with a client; • economic dependence on a client; • provision of services in addition to the audit engagement; • making journal entries or accounting classification without...

Words: 410 - Pages: 2