Free Essay

Systemic Ginance

In:

Submitted By Jowiee
Words 7431
Pages 30
Working Paper Pengawasan Terhadap Lembaga Keuangan Berdampak Sistemik

Working Paper:

Pengawasan Terhadap Lembaga Keuangan Berdampak Sistemik

(Systemically Important Financial Institution)
Draft 1November2010

Rofikoh Rokhim*, Arief Wibisono Lubis**, IA Agung Faradynawati***

Makalah ini di presentasikan dalam seminar tentang Macroprudential yang diselenggarakan Bank Indonesia di Bandung, Jawa Barat, pada 1011 November 2010.
* Rofikoh Rokhim adalah Staf Pengajar Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Ketua Management Research Center FEUI, dan Head of
Business Indonesia Intellegence Unit
**Arief Wibisono Lubis adalah Staf Pengajar Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
*** IA Agung Faradynawati adalah Staf Pengajar Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
Korespodensi : Management Research Center, Gedung Departemen Manajemen Lantai 2 Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia Depok 16424.
Telepon: (021) 7272425 ext.503. Fax (021) 7863556. Email : rofikoh.rokhim@ui.ac.id

Halaman 1

Working Paper Pengawasan Terhadap Lembaga Keuangan Berdampak Sistemik

1. Pendahuluan: Pengertian lembaga keuangan berdampak sistemik
(Systemically Important Financial Institution)
Pada akhir tahun 2009 perdebatan panjang muncul ketika Bank Century yang saat itu diputuskan oleh Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) mendapat bailout karena dianggap sebagai bank gagal yang bersifat sistemik meskipun jika dilihat secara ukuran sangat kecil terhadap keseluruhan industri keuangan. Semenjak itu semakin banyak pembahasan mengenai apakah yang menjadi kriteria suatu lembaga keuangan dapat dikatakan lembaga keuangan yang bersifat sistemik atau tidak. Secara sederhana, suatu lembaga keuangan dapat dikatakan systemically important jika kegagalan lembaga tersebut dapat menyebabkan efek menular yang signifikan secara ekonomis, dan jika dibiarkan, dapat mengganggu stabilitas sistem keuangan dan memberi dampak negatif pada sektor riil (Thomson, 2009).

Genberg (2009) menambahkan bahwa suatu lembaga keuangan dapat dikatakan systemically important jika memiliki ukuran yang signifikan terhadap industri keuangan. Selain itu masih terdapat dua karakteristik yang menunjukkan lembaga keuangan systemically important yaitu pertama adalah apakah lembaga tersebut secara sistematis dapat mempengaruhi orang lain dengan mempengaruhi kepercayaan terhadap sistem secara keseluruhan, sehingga mengakibatkan efek domino pada sistem keuangan. Sementara karakteristik kedua dari lembaga keuangan yang bersifat sistemik adalah lembaga keuangan yang profitabilitasnya cenderung berkorelasi positif dengan volatilitas pasar keuangan. Ini termasuk terutama hedge fund dan lembaga keuangan yang highly leveraged. Volatilitas seringkali dapat memberikan peluang keuntungan yang besar untuk lembaga-lembaga ini, sehingga memberi insentif untuk memanipulasi atau mengarahkan pergerakan harga di pasar di mana mereka menikmati kekuatan monopolinya. Kegiatan lembaga-lembaga ini dapat menghasilkan perubahan besar di pasar keuangan yang dapat mengancam stabilitas keuangan. Hal ini dikarenakan volatilitas yang
Halaman 2

Working Paper Pengawasan Terhadap Lembaga Keuangan Berdampak Sistemik

meningkat dapat menyebabkan herding dan perilaku rush-to-exit dari investor saat pasar sedang panik. Namun penjelasan sederhana ini tentunya tidak cukup untuk mendefinisikan sebuah lembaga keuangan sebagai systemically important financial institutions (SIFIs), perlu penjelasan disertai parameter yang lebih rinci dan valid untuk mendefinisikan SIFIs.

Dalam bagian

selanjutnya dari makalah ini akan dibahas mengenai kriteria-kriteria yang akan digunakan untuk mendefinisikan lembaga mana saja yang dapat didefinisikan sebagai SIFIs.
Lembaga-lembaga

keuangan

yang

dapat

dikategorikan

sebagai

SIFIs

karena

kegagalannya dapat--terkait dengan interconnectedness--menjatuhkan lembaga keuangan lainnya. Kegagalan beruntun tersebut dapat berdampak pada terganggunya sistem ekonomi.
Kegagalan yang beruntun ini harus segera dihentikan karena biaya penanggulangannya yang besar dan menggunakan dana talangan yang didanai pembayar pajak. Oleh karenanya, wajib pajak perlu dilindungi oleh peraturan yang dirancang untuk melindungi terhadap kegagalan lembaga-lembaga keuangan.
Menentukan faktor-faktor yang mengklasifikasikan suatu lembaga keuangan sebagai
SIFIs adalah langkah pertama menuju pengelolaan risiko yang muncul dari lembaga tersebut.
Memahami mengapa suatu lembaga dapat dikategorikan sebagai SIFIs sangat diperlukan untuk menentukan ukuran sehingga dapat mengurangi jumlah lembaga SIFIs tersebut. Hal tersebut diperlukan juga untuk mengembangkan prosedur untuk mengatasi kegagalan SIFIs dengan biaya terendah (termasuk biaya jangka panjang) bagi perekonomian.

2. Urgensi pengawasan lembaga keuangan berdampak sistemik
Tujuan

menciptakan definisi praktis dari systemic importance adalah untuk

memungkinkan pengawas untuk mendisiplinkan lembaga keuangan penting secara sistemik
(SIFIs). Memahami sifat dan penyebab systemic importance adalah dasar untuk membuat peraturan, kebijakan pengawasan, dan infrastruktur yang akan mengendalikan risiko sistemik

Halaman 3

Working Paper Pengawasan Terhadap Lembaga Keuangan Berdampak Sistemik

terkait; dalam beberapa kasus, melakukan hal tersebut cukup untuk memperkecil potensi dampak sistemik suatu lembaga sehingga tidak lagi dianggap sebagai systemically important. Karena beberapa lembaga dapat dianggap systemically important untuk alasan yang tidak berkaitan, rancangan onesize-fits-all seperti “too big to fail” tidaklah cukup untuk diterapkan. Karenanya, pendekatan yang digunakan adalah untuk mengusulkan suatu cara mengelompokkan lembaga keuangan yang penting secara sistemik .
Working paper ini salah satunya bertujuan untuk menyusun seperangkat kriteria untuk menentukan SIFIs. Pertama, mendefinisikan sumber risiko sistemik diidentifikasi dengan mempertimbangkan bagaimana sebuah lembaga keuangan menjadi penting secara sistemik.
Kedua, juga akan dibahas mengenai metodologi yang digunakan untuk menentukan SIFIs.
Ketiga, dibahas pula mengenai peraturan terkait di beberapa negara mengenai penetapan SIFIs.
Keempat, atau pada bagian akhir ditututup dengan kesimpulan dan rekomendasi.

2.1. Mendefinisikan SIFIs
2.1.1. Ukuran
Cara yang paling sederhana untuk mengklasifikasikan SIFIs

adalah ambang batas

ukuran, apakah itu berbasis aset, berdasarkan aktivitas, atau keduanya. Idealnya, klasifikasi berbasis ukuran harus memiliki aspek intermediasi aliran dana/kredit. Misalnya, sebuah bank dengan 5% dari aset nasional yang memegang portofolio mayoritas dari pemerintah dan agen sekuritas cenderung memiliki implikasi sistemik tidak terlalu serius dibandingkan dengan sebuah bank portofolio kredit komersial dan industri. Selain itu semua, bank yang memegang marketable securities dengan risiko yang kecil kemungkinan gagalnya akan lebih kecil--dan mengalami kerugian yang lebih kecil kalaupun bank tersebut gagal--dibandingkan dengan bank yang memegang kredit komersial dan industri yang lebih berisiko. Aktivitas off-balance-sheet juga harus diperhitungkan. Selain itu, penting untuk mendefinisikan SIFIs dengan suatu cara
Halaman 4

Working Paper Pengawasan Terhadap Lembaga Keuangan Berdampak Sistemik

yang meminimalkan konsekuensi yang tidak diinginkan, seperti mengurangi disiplin pasar pada lembaga yang tergolong SIFIs.

Gambar 1. Industri Keuangan Indonesia

Perbankan

Lembaga Pembiayaan

Jumlah

Aset

122

2700tn

1717

41,1tn

Bank Umum
BPR

Perus.Efek/Manajer Investasi
Jumlah
Per.Efek/MI

248

Jumlah

Aset

Multifinance

198

201tn

Ekspor+perum

2

>13tn

Industri
Keuangan di
Indonesia

Aset
142tn

Lembaga Keuangan Lainnya
Jumlah
Pegadaian
Koperasi

Asuransi

Aset

3297

15tn

175,102

N/A

Dana Pensiun

Jumlah

Aset

Non Life

93

40,16tn

Life

46

136,78tn

Jumlah
DPPK&DPLK

Aset

276

112,36tn

Sumber: Olahan Penulis (2010)

Ukuran saja bukanlah kriteria yang memadai. Meskipun ambang ukuran pasti dapat ditetapkan cukup rendah untuk menangkap sebagian besar lembaga yang termasuk SIFIs untuk alasan lain, secara mayoritas lembaga-lembaga ini tidak akan systemically important.
Memasukkan lembaga-lembaga ini justru akan memberikan beban yang berat . Salah satu tujuan mendefinisikan SIFIs adalah untuk memungkinkan peraturan pajak yang berbeda-beda untuk seluruh jenis. Terkait dengan masalah efisiensi dan ekuitas mensyaratkan definisi yang lebih fleksibel. Adapun faktor-faktor yang berkontribusi dalam SIFIs terdapat dalam kotak 1.
Halaman 5

Working Paper Pengawasan Terhadap Lembaga Keuangan Berdampak Sistemik

Kotak 1. Faktor-Faktor yang Berkontribusi terhadap Penentuan SIFI
Kotak ini membahas beberapa faktor–faktor spesifik atau faktor ekonomi secara luas yang dapat mempengaruhi penilaian SIFI selain tiga kriteria utama. Faktor-faktor ini adalah: leverage, large maturity mismatches dan kepemilikan aset yang tidak likuid, dan kompleksitas. Beberapa faktor tersebut dapat diartikan sebagai indikator kerentanan yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi lembaga berisiko tinggi. Dapat dikatakan bahwa penggunaan kerentanan untuk mengidentifikasi SIFI dapat menyebabkan moral hazard, karena ini akan memberi sinyal bahwa lembaga-lembaga yang diidentifikasi sebagai SIFI tersebut akan diberi dana talangan jika mengalami kesulitan. Menggunakan kerentanan dalam penilaian
SIFI harus memenuhi syarat adanya pengawasan prudential yang memadai dan peraturan ex ante untuk meminimalkan moral hazard. Selain itu, penilaian terhadap kerentanan sistem terhadap risiko sistemik dari salah satu komponen, harus mempertimbangkan ketahanan atau kerentanan komponen lain dan kapasitasnya untuk menahan guncangan yang berasal dari komponen tersebut.
Leverage adalah ukuran dari kerentanan (proxy untuk risiko default). Ini juga merupakan proxy untuk kemampuan sebuah lembaga sehingga dapat menularkan distress pada sistem dan karena itu dapat digunakan sebagai proxy untuk connectedness. Demikian adanya karena dalam merespon adverse price movement, posisi leverage akan ditutup lebih cepat oleh investor (dengan toleransi risiko yang sama) dibandingkan dengan jika bukan leverage-terkait dengan dampak dari persyaratan margin yang lebih tinggi. Ukuran yang leverage yang memadai harus mencakup baik posisi on maupun off balance sheet.
Ukuran gross dari leverage (penambahan jumlah mutlak short dan long asset setara dengan posisi derivatif) akan lebih mencerminkan kapasitas institusi untuk memperbesar initial shock dan menyebabkan turbulensi di pasar.
Risiko likuiditas dan large mismatches. Kepemilikan aset tidak likuid mengekspos risiko likuiditas dan market risk lembaga tersebut. Hal ini berpotensi memicu risiko sistemik jika institusi menghadapi kesulitan untuk memutar pendanaan dan harus melikuidasi sejumlah besar aset yang lembaga-lembaga lain dimana lembaga lain juga memiliki exposure tersebut. Sejauh mana mismatch digolongkan sebagai ancaman sistemik akan tergantung pada analisis kasus per kasus berdasarkan ukuran mismatch dengan memperhatikan ukuran pasar aset dan adanya posisi yang sama atau berkorelasi dalam lembaga-lembaga lainnya. Dalam hal ini, otoritas negara dapat menggolongkan institusi dengan jenis kerentanan seperti ini sebagai SIFI. Tingkat konsentrasi kepemilikan satu jenis aset tertentu oleh suatu lembaga juga dapat menjadikan lembaga ini tergolong sebagai SIFI.
Kompleksitas. Sebuah lembaga yang kompleks merupakan sebuah lembaga atau financial group yang (a) mengoperasikan beragam jenis kegiatan melalui berbagai badan hukum (msl. secara bersamaan mengoperasikan anak perusahaan perbankan, asuransi dan sekuritas), (b) beroperasi lintas batas dengan modal dan likuiditas dikelola secara terpusat dan / atau (c) memiliki eksposur untuk produk baru dan kompleks dan pasar yang belum cukup teruji. Akan sedikit sulit mendapatkan ukuran kuantitatif dari kompleksitas dan kualifikasi dari sebuah lembaga atau kelompok yang dapat disebut kompleks akan lebih mengarah pada judgemental statement. Dalam kasus apapun, sulit untuk berpikir tentang kompleksitas sebagai kriteria sendiri untuk SIFI kecuali ini juga berlaku untuk sebuah institusi besar atau yang institusi yang terhubung sangat erat. Kompleksitas tidak akan cukup untuk menjamin dampak sistemik yang besar.
Namun, beberapa negara mungkin akan melihat kompleksitas sebagai sumber kerentanan-khususnya jika kompleksitas juga berhubungan dengan kurangnya transparansi, kesulitan dalam memahami eksposur, dan potensi pembesaran informasi asimetris saat terjadi peristiwa sistemik. Dalam hal ini, kompleksitas dapat dimasukkan di antara faktor-faktor yang meningkatkan kerentanan.
Sumber : Report to the G-20 Finance Ministers and Central Bank Governors (2009)

Halaman 6

Working Paper Pengawasan Terhadap Lembaga Keuangan Berdampak Sistemik

Sebagai permulaan untuk menghasilkan suatu definisi berbasis ukuran, lembaga keuangan akan dikategorikan sebagai SIFIs jika aktivitas atau asetnya paling tidak merupakan
10% dari sektor keuangan atau pasar keuangan yang utama, atau 5% dari total aktivitas atau asset pasar keuangan. Thomson (2009) dengan menggunakan rancangan sektor keuangan Amerika saat ini sebagai panduan, merumuskan suatu lembaga dikategorikan SIFIs apabila memenuhi salah satu dari kriteria berikut ini:
a. Entitas yang terkonsolidasi memiliki 10% atau lebih dari aset perbankan nasional atau memiliki 5% aset perbankan nasional dan 15% atau lebih dari pinjaman.
b. Setelah mengkonversi aktivitas off-balance-sheet menjadi setara neraca, entitas terkonsolidasi memiliki 10% atau lebih dari aset perbankan nasional. Item off-balance-sheet akan mencakup beberapa item seperti, structured investment vehicles dan loan special purpose entities yang digunakan untuk menghapus aset dari neraca perusahaan untuk keperluan peraturan terkait modal, juga mencakup item seperti aset yang dijual atau disekuritisasi.
c. Entitas terkonsolidasi memiliki 10% dari jumlah keseluruhan atau total nilai dari produk asuransi jiwa (whole and universal life policies and annuities ) secara nasional
d. Entitas terkonsolidasi memiliki 15% dari jumlah keseluruhan atau total semua produk asuransi jiwa (whole and universal life policies, property and casualty policies, annuities, dll) secara nasional.
e. Sebuah lembaga keuangan non bank (selain sebuah perusahaan asuransi tradisional) seperti investment bank dapat dianggap sebagai SIFIs jika :
- Total kepemilikan asetnya jika diperingkat akan menempatkan lembaga tersebut sebagai salah satu dari 10 bank terbesar secara nasional. Jumlah asetnya jika diperingkat berada pada peringkat 20 bank terbesar dan aset total disesuaikannya (ketentuan akuntansi offbalance sheet activities) akan peringkat sebagai 10 bank terbesar
- Jika memiliki lebih dari 20% efek dijamin (rata-rata selama lima tahun sebelumnya).

Selain hal-hal tersebut di atas maka ada empat faktor lain selain ukuran yang, secara individual atau kolektif, dapat membuat lembaga keuangan sistemik menjadi penting yaitu empat
C dari SIFIs : Contagion, Correlation, Concentration, and Conditions (Context)..

Halaman 7

Working Paper Pengawasan Terhadap Lembaga Keuangan Berdampak Sistemik

a. Contagion
Dua kasus klasik dari contagion sebagai sumber dari systemic importance adalah Herstatt
Bank dan Continental Illinois, keduanya terjadi pada tahun 1984. Meskipun Herstatt adalah lembaga yang relatif kecil, penutupannya memiliki potensi mengganggu sistem pembayaran internasional dan kerugian nontrivial dikenakan pada counterpartiesnya. Sebagaimana dijelaskan oleh Todd dan Thomson (1991), alasan FDIC memberi dana talangan pada seluruh kreditur
Continental Illinois adalah terkait dengan ancaman kerugian akan mempengaruhi 2.300 bank komunitas yang memiliki hubungan koresponden-perbankan dengan Continental. Kemudian, pembenaran untuk Federal Reserve of New York membantu akuisisi Bear Stearns oleh
JPMorgan Chase mempertimbangkan efek contagion, dalam hal ini sumber contagion adalah potensi merembetnya kerugian melalui pasar credit-default-swaps. Pada prinsipnya, kemampuan untuk menempatkan parameter contagion sebagai penentu SIFIs akan memungkinkan dilakukannya mitigasi contagion yang efektif.

Sebuah lembaga keuangan akan dianggap sebagai SIFI jika kegagalannya dapat mengakibatkan: -

Penurunan

modal

lembaga

secara

substansial

yaitu

30%

dari

aset

sistem

keuanganMemburuknya sistem pembayaran yang penting (domestik atau internasional)
-

Keruntuhan atau pembekuan dari satu atau lebih pasar keuangan penting.

-

Memburuknya kondisi substansial dari sistem pembayaran atau pasar akan menjadi salah satu faktor yang besar dan cukup lama untuk mempengaruhi aktivitas ekonomi riil.

b. Correlation
Korelasi, sebagai sumber dari systemic importance, juga dikenal sebagai permasalahan
"too many to fail". Penati dan Protopapadakis menunjukkan bagaimana eksposur risiko yang berhubungan berkontribusi pada overexposure dari bank-bank besar AS untuk debitur di negara berkembang. Terdapat dua aspek penting correlation risk:
-

Pertama, adalah insentif institusi untuk mengambil risiko yang berhubungan erat dengan
Halaman 8

institusi lain karena pembuat kebijakan cenderung memiliki kemungkinan kecil untuk

Working Paper Pengawasan Terhadap Lembaga Keuangan Berdampak Sistemik

menutup sebuah institusi jika lembaga lainnya akan menjadi terkena dampak serupa pada waktu yang sama. Hal ini konsisten dengan obeservasi mengenai herding behavior pada sistem keuangan dimana, dalam kejadian baru-baru ini, berupa ketika lembaga keuangan overexposing pada subprime mortgage, mortgage-backed securities, dan efek mortgagederivative terkait.
-

Kedua, adalah potensi eksposur risiko yang tidak berkorelasi menjadi berkorelasi erat pada saat krisis. Andrew Lo dalam Thomson (2009) menyebutnya fenomena "phaselocking behavior" Ini berarti bahwa sekelompok lembaga yang biasanya tidak akan menjadi ancaman sistemik bisa jadi, dalam suatu kondisi ekonomi atau pasar keuangan tertentu. Bentuk kedua dari correlation-driven systemic importance sebenarnya merupakan contoh dari condition-atau context-driven systemic importance. Gambar 2 menunjukkan keterkaitan antara masing-masing industri keuangan di Indonesia.

Halaman 9

Working Paper Pengawasan Terhadap Lembaga Keuangan Berdampak Sistemik

Gambar 2. Keterkaitan antar Lembaga Keuangan

Sumber: Olahan Penulis (2010)

Permasalahan too-many-to-fail sedikit lebih sulit karena membutuhkan klasifikasi kelompok atau bagian dari lembaga sebagai jointly systemic. Seperti dalam kasus contagion, menempatkan parameter sekitar correlated risk exposure (termasuk menentukan berapa tingkat korelasi antar portofolio yang memiliki ancaman sistemik), adalah langkah pertama menuju mengembangkan dan mengimplementasikan perlakuan peraturan. Mengklasifikasikan lembaga sebagai SIFI karena risiko yang berhubungan sama artinya dengan mengembangkan dan memperkirakan model risiko, dengan menggunakan stress testing dan analisa skenario, dan membangun serangkaian

eksposur risiko fundamental dimana portofolio lembaga keuangan dapat dipetakan ke dalamnya.
Untungnya, beberapa lembaga keuangan besar telah melakukan jenis pemodelan risiko dan analisis skenario untuk melihat profil risiko mereka sendiri. Selain itu, akademisi telah mulai memikirkan tentang memodelkan risiko keuangan makro dalam perekonomian, satu langkah menuju pemodelan dan mengukur correlated-risk exposure. Pada tingkatan manakah correlated risk akan memicu munculnya kekhawatiran sistemik. Berikut adalah ambang batas yang akan mengklasifikasikan lembaga keuangan menjadi SIFI yaitu:

Halaman 10

Working Paper Pengawasan Terhadap Lembaga Keuangan Berdampak Sistemik

• Probabilitas bahwa economic /financial shock mendekapitalisasi lembaga, secara keseluruhan, sebesar 35% dari aset sistem keuangan atau 20% dari aset perbankan
• Potensi economic/financial shock untuk dekapitalisasi akuntansi lembaga, mendekapitalisasi lembaga, secara keseluruhan, sebesar 15% dari aset sistem keuangan atau 10% dari aset perbankan, dan saham secara nasional sebesar:
-

50% dari pembayaran grosir atau eceran, atau

-

35% dari aktivitas kredit utama, atau

-

50% pengolahan efek atau 30% dari penjamin emisi efek (rata-rata lima tahun), atau

-

20% dari jumlah atau nilai total produk asuransi jiwa (universal and whole life policies and annuities), atau

-

30% dari jumlah atau nilai total produk asuransi (whole and universal life policies, property and casualty policies, annuities,dll).

c. Concentration
Kehadiran perusahaan dominan di pasar atau kegiatan keuangan dapat meningkatkan systemic importance jika kegagalan dari salah satu perusahaan mengganggu pasar. Konsentrasi memiliki dua aspek penting: ukuran kegiatan perusahaan relatif terhadap contestability pasar.
Artinya, konsentrasi kecil kemungkinannya untuk membuat sebuah lembaga keuangan menjadi
SIFI jika, hal lain tetap sama, kegiatan lembaga yang sedang mengalami distress dengan mudah dapat akan disesuaikan oleh pendatang baru ke dalam pasar atau dengan perluasan kegiatan sebuah perusahaan yang sudah ada. Sebuah lembaga keuangan dikatakan SIFI jika kegagalannya dapat mengganggu pasar keuangan atau sistem pembayaran, menyebabkan efek spillover yang signifikan secara ekonomis dan menghambat berjalannya fungsi pasar keuangan yang lebih luas dan sektor riil. Ambang batas untuk konsentrasi yang akan membuat lembaga keuangan menjadi
SIFI mencakup perusahaan (secara konsolidasi) yang antara lain :
• Menghapus dan


Memproses

lebih

settles

lebih

dari 25%

dari

25%

dari

dari perdagangan di pasar

volume

harian

sistem

keuangan.

pembayaran

penting.

• Bertanggung jawab untuk lebih dari 30% dari kegiatan kredit penting.
Halaman 11

Working Paper Pengawasan Terhadap Lembaga Keuangan Berdampak Sistemik

d. Conditions/Context
Pada beberapa kondisi makro-keuangan, kebijakan penutupan bisa saja tidak terlepas dari kondisi ini. Dengan kata lain, regulator enggan untuk mengizinkan kegagalan resmi (penutupan) dari lembaga keuangan yang kesulitan pada kondisi ekonomi atau pasar keuangan tertentu jika permasalahan solvabilitas perusahaan tersebut dapat diselesaikan dalam kondisi normal. Oleh karena itu, kondisi/konteks adalah sumber penting dalam penentuan SIFI. Sebagai contoh,
Haubrich dalam Thoson (2009) menyatakan bahwa keengganan New York Fed untuk membiarkan kegagalan Long-Term Capital Management dikarenakan kerapuhan pasar keuangan pada waktu itu--karena krisis mata uang Asia Tenggara dan kegagalan Rusia. Hal ini mungkin dapat menjelaskan sebagian penyebab mengapa LTCM diperlakukan sebagai SIFI sementara
Amaranth (yang berukuran lebih besar dua kali lipat) tidak diklasifikasikan sebagai SIFI. Contoh lain adalah intervensi untuk mencegah kebangkrutan Bear Stearns dengan menggabungkannya ke JPMorgan Chase di awal tahun 2008, sedangkan Drexel Burnham Lambert diizinkan untuk masuk kebangkrutan pada awal tahun 1990.
Mengklasifikasikan lembaga keuangan menjadi SIFI dengan kriteria conditions/context merupakan salah satu metode identifikasi yang paling sulit. Tentu saja, stress testing dan analisis skenario akan diperlukan untuk mengidentifikasinya. Sebagaimana dibahas di atas, selama periode pasar keuangan yang tidak stabil, phase-locking behavior dapat menyebabkan apa yang tadinya memiliki eksposur risiko yang tidak berkorelasi menjadi berkorelasi tinggi. Akibatnya, sekelompok lembaga yang tidak akan menimbulkan ancaman sistemik dalam kondisi ekonomi atau pasar keuangan normal bisa menjadi sebuah SIFI.

Dua set kriteria harus ditetapkan untuk mengklasifikasikan lembaga sebagai SIFI bila dilihat dari context. Pertama, adalah probabilitas bahwa kondisi ekonomi atau keuangan akan menghasilkan suatu keadaan dimana suatu lembaga atau sekelompok lembaga menjadi SIFI.
Kedua, adalah ambang untuk systemic importance, yang diperkirakan akan menjadi dasar dalam menggunakan kriteria untuk mengklasifikasikan SIFIs menurut contagion, concentration, correlation dalam kondisi pasar normal; ambang batas mana diterapkan akan tergantung pada jenis systemic importance yang dihasilkan .

Halaman 12

Working Paper Pengawasan Terhadap Lembaga Keuangan Berdampak Sistemik

2.1.2. Jenis-Jenis Lembaga Keuangan Berdampak Sistemik
Salah satu cara untuk mengklasifikasikan lembaga keuangan sistemik penting yang disarankan dalam Geneva Report (2009): suatu lembaga bisa menjadi sistemik sendiri, sebagai bagian dari kelompok, atau dalam konteks tertentu (atau keadaan perekonomian). Dari lima kategori, hanya tiga akan berisi lembaga keuangan yang dianggap penting secara sistemik. Alasan untuk sistem lima-kategori adalah bahwa hal tersebut memungkinkan untuk aplikasi lebih konsisten terkait peraturan pajak dan pengawasan di seluruh kategori. Kategori-kategori akan didefinisikan sebagai berikut:
Kategori 1
Lembaga keuangan yang akan dianggap SIFIs berdasarkan ukuran saja (kategori klasik “too big to fail”) atau konsentrasi (sebuah lembaga adalah pemain dominan dalam pasar atau aktivitas keuangan yang signifikan secara ekonomi).
Kategori 2
Lembaga keuangan yang dikategorikan SIFIs karena kesalingterkaitan (interbank atau inter-firm exposure, disebut sebagai contagion).
Kategori 3
Lembaga keuangan yang dikategorikan systemically important sebagai sebuah kelompok karena eksposur risiko yang berhubungan (permasalahan “too many to fail”). Juga termasuk dalam Kategori 3 akan menjadi lembaga keuangan yang sistemik penting karena condition atau context. Kategori 4
Lembaga keuangan besar yang tidak merupakan SIFIs, tetapi yang kegagalannya dapat memiliki implikasi ekonomis secara signifikan bagi perekonomian regional. Kategori ini akan mencakup bank regional besar dan perusahaan asuransi besar.
Kategori 5
Lembaga keuangan tidak termasuk dalam kategori lainnya, terutama terdiri atas lembagalembaga komunitas keuangan.

Halaman 13

Working Paper Pengawasan Terhadap Lembaga Keuangan Berdampak Sistemik

Sesuai dengan filosofi mitigasi sistemik progresif, lembaga dalam Kategori 5 akan harus mematuhi regulasi dan pengawasan keselamatan-dan-kesehatan

tingkat dasar. Tidak ada

persyaratan pelaporan khusus, ujian risiko yang ditargetkan, atau perlakuan lain yang diperlukan.
Kategori 4 lembaga tidak akan dikenakan biaya tambahan modal khusus atau pembatasan kegiatan yang mungkin berlaku untuk Kategori 1-3, tetapi harus mematuhi

persyaratan

pelaporan tambahan dan diharapkan untuk menerapkan sistem manajemen risiko dan pengendalian risiko yang lebih canggih dibandingkan dari Kategori 5. Selain itu, Kategori 4 lembaga akan tunduk pada pengawasan yang lebih kuat daripada mereka dalam Kategori 5
Minimal, Kategori 3 lembaga harus melakukan

stress test secara rutin dan wajib

memiliki rencana kontijensi. Badan pengatur perlu melakukan analisis skenario rutin dan simulasi untuk memastikan kerentanan sistem keuangan terhadap correlated risk event dan menetapkan perlakuan regulasi yang tepat. Perlakuan tersebut dapat mencakup tindakan seperti batasan portofolio, kebutuhan modal add-on, dan cadangan kerugian terkait dengan kegiatan mengarah pada correlated risk. Analisis skenario dan simulasi risiko akan digunakan sebagai bagian dari rencana kontijensi untuk menangani

correlated risk events. Stress test, analisis

skenario, simulasi risiko, dan rencana kontijensi juga akan menjadi bagian dari sistem peraturan operasional untuk menangani lembaga yang termasuk SIFI karena conditions atau context.

Mitigasi sistemik progresif menyiratkan bahwa perlakuan untuk Kategori 3 juga harus diterapkan kepada mereka yang Kategori 1 dan 2. Untuk lembaga Kategori 2, perlu untuk menetapkan persyaratan pelaporan yang memungkinkan untuk eksposur inter-bank/inter-firm, langsung dan tidak langsung, untuk dilacak dan diukur. Selain itu, batas eksposur langsung dan tidak langsung kepada pihak terkait harus ditetapkan, bersamaan dengan cadangan khusus dan biaya tambahan modal add-on yang dirancang untuk membatasi contagion antar

lembaga.

Untuk Kategori 1 lembaga, dua jenis perlakuan perlu ditambahkan dari yang diberlakukan untuk lembaga Kategori 2. Pertama, disiplin pasar harus ditingkatkan melalui persyaratan struktur utang yang wajib, yang bisa mencakup persyaratan wajib utang subordinasi dan/atau sebaliknya obligasi konversi. Kedua, sistem ganti rugi ganda bagi pemegang saham dalam untuk lembaga
Halaman 14

Working Paper Pengawasan Terhadap Lembaga Keuangan Berdampak Sistemik

dalam Kategori 1

bisa menjadi perangkat efektif untuk memberikan insentif sosial bagi

lembaga-lembaga yang kompatibel.

2.2. Metodologi pengukuran risiko sistemik: Network Analysis
Saat ini terdapat beberapa metode yang dapat digunakan untuk mengukur risiko sistemik di dalam sebuah sistem keuangan, termasuk mengidentifikasi lembaga keuangan dengan potensi dampak sistemik. Salah satu metode yang diimplementasikan oleh beberapa bank sentral di dunia adalah Network Analysis. Teknik ini dapat digunakan untuk menelusuri kondisi risiko kredit dan likuiditas dari sebuah lembaga keuangan di dalam sistem finansial (Financial Stability
Board, 2009).

2.2.1.Pengertian Network Analysis
Yang dimaksud dengan network secara umum adalah sekumpulan nodes dan links. Pada kasus penerapan Network Analysis pada pengukuran risiko sistemik, nodes adalah lembaga keuangan, sementara links adalah hubungan kredit atau keuangan lainnya (Soramaki, 2009).
Links yang menghubungkan nodes inilah yang mempengaruhi sistem keuangan secara keseluruhan. Karakteristik yang penting dari Network Analysis adalah centrality (relevansi posisi sebuah node di network). Karakteristik ini dapat memberikan indikasi nodes mana yang memiliki potensi dampak sistemik.
Namun, sebagaimana yang dikemukakan oleh Soramaki (2009), centrality tidak dapat menangkap kekompleksan hubungan antara nodes. Hal inilah yang menyebabkan Network
Analysis sering dikritik, karena tidak dapat mencakup aspek perilaku (behavioral). Selain itu, tantangan terbesar adalah ketersediaan data yang reliable.

Network Analysis dapat digunakan untuk untuk menelusuri potensi contagion di dalam network yang muncul karena adanya capital loss atau kegagalan pada lembaga keuangan, dengan memperhitungkan seluruh tahap contagion. Untuk menilai potensi sistemik, data utama

Halaman 15

Working Paper Pengawasan Terhadap Lembaga Keuangan Berdampak Sistemik

yang dibutuhkan adalah exposure kredit bilateral antar lembaga keuangan di dalam sebuah sistem. Hal ini dapat digambarkan pada diagram berikut ini.

Gambar 3. Ilustrasi Network Analysis

Sumber : IMF (2009)

Data exposure kredit bilateral antar lembaga keuangan kemudian dapat digunakan untuk membangun matriks hubungan keuangan antara lembaga keuangan yang satu dengan lembaga keuangan lainnya. Setelah matriks terbentuk, maka ada dua pendekatan yang dapat digunakan dalam Network Analysis:
1. Mengukur bagaimana institusi saling terkait, di mana Network Analysis menghasilkan berbagai statistik yang mengukur ketersaling terkaitan (interconnectedness) atau centrality dari sebuah lembaga keuangan secara individual. Lembaga keuangan kemudian
Halaman 16

akan diberikan centrality score, dan lembaga keuangan tertentu dengan centrality score

Working Paper Pengawasan Terhadap Lembaga Keuangan Berdampak Sistemik

yang tinggi dapat dikategorikan sebagai lembaga keuangan berdampak sistemik dan harus mendapatkan pengawasan dan pengaturan yang lebih ketat.
2. Mengukur dampak sistemik apabila sebuah lembaga keuangan gagal terhadap entitas lain yang berada di network. Pendekatan ini dilakukan dengan menerapkan stress testing, dan metode yang digunakan untuk mensimulasikan kejadian contagion adalah clearing vector algorithm. Pada pendekatan ini, lembaga keuangan akan dianggap sistemik apabila potensi capital loss berada di atas angka tertentu yang sudah ditentukan oleh regulator.

Seperti yang sudah dijelaskan di atas, salah satu kelemahan Network Analysis adalah keterbatasan data yang reliable. Data-data yang sebenarnya dibutuhkan namun seringkali tidak tersedia adalah:
-

Exposure bilateral seringkali bersifat rahasia

-

Exposure off-balance sheet antara lembaga keuangan sulit dipahami, terutama apabila diperdagangkan secara over the counter

-

Hubungan antar negara sulit didapatkan secara konsisten

-

Frekuensi pelaporan data yang kurang memadai

-

Penentuan counterparty yang sesungguhnya (untuk transaksi lintas negara)

2.3. Peraturan terkait dengan pengawasan SIFIs
Pada tahun 2009, International Monetary Fund (IMF), Bank for International Settlement
(BIS), dan Financial Stability Board (FSB) mengadakan survei mengenai peraturan terkait dengan pengawasan lembaga keuangan berdampak sistemik di 30 negara, termasuk Indonesia.
Berdasarkan hasil survei tersebut, lembaga keuangan berbentuk bank, asuransi, dan dana pensiun adalah lembaga-lembaga yang dianggap memiliki potensi dampak sistemik paling besar.
Regulator di 30 negara tersebut juga mengakui bahwa mereka tidak memiliki definisi baku dan formal mengenai lembaga keuangan seperti apa yang dianggap memiliki potensi dampak sistemik, dan penentuan ini tergantung pada kondisi perekonomian di negara masing-masing.
Halaman 17

Mayoritas responden yang merupakan regulator sistem keuangan di berbagai negara tersebut

Working Paper Pengawasan Terhadap Lembaga Keuangan Berdampak Sistemik

menganggap bahwa informasi yang dibutuhkan untuk mengawasi lembaga keuangan berdampak sistemik sebenarnya sudah memadai. Informasi yang dibutuhkan juga berbeda-beda, tergantung dari kondisi negara masing-masing. Data-data yang dibutuhkan pada umumnya berkaitan dengan arus dana, counterparty exposure, dan konsentrasi pasar.
Berkenaan dengan asesmen lembaga keuangan berdampak sistemik, sebagian besar responden setuju bahwa asesmen harus dilakukan secara periodik. Walaupun kebanyakan responden setuju bahwa publikasi informasi mengenai tujuan asesmen lembaga keuangan berdampak sistemik dan metodologi yang digunakan, informasi mengenai lembaga-lembaga mana saja yang mendapatkan pengawasan khusus dianggap tidak perlu diumumkan kepada publik. Berkaitan dengan hasil survei di atas, di bawah ini akan dibahas beberapa peraturan terkait dengan pengawasan lembaga keuangan terkait di beberapa negara.

Indonesia
Di Indonesia terdapat komite stabilitas sistem keuangan (KSSK) yang beranggotakan
Bank Indonesia, Departemen Keuangan, dan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS). Komite ini bertugas untuk memberikan informasi dan rekomendasi terkait dengan stabilitas sistem keuangan di Indonesia. Selain itu, pemerintah saat ini tengah dalam proses untuk mengesahkan Rancangan
Undang-undang (RUU) Jaring Pengaman Sektor Keuangan (JPSK), yang isinya terdiri dari empat elemen, yakni pengawasan pengawasan yang independen dan aktif, lender of the last resort (LOLR), skema penjaminan simpanan, dan manajemen krisis yang efektif.

Halaman 18

Working Paper Pengawasan Terhadap Lembaga Keuangan Berdampak Sistemik

Gambar 4 Kerangka Jaring Pengaman Sektor Keuangan

Sumber: Booklet Stabilitas Keuangan Bank Indonesia (2006)

Di dalam RUU tersebut, dijelaskan bahwa KSSK dapat menentukan lembaga keuangan mana yang memiliki potensi dampak sistemik apabila mengalami kegagalan, sehingga perlu diberikan bailout. Namun, kriteria penentuan lembaga keuangan berdampak sistemik tidak diatur secara eksplisit.

Amerika Serikat
Parlemen Amerika Serikat pada bulan Desember 2009 meloloskan financial regulatory reform regulation yang mencakup regulasi terhadap lembaga keuangan berdampak sistemik.
Financial Service Oversight Control (FSOC) mengidentifikasi lembaga keuangan berdampak sistemik dengan menggunakan kriteria sifat, cakupan, ukuran, skala, atau gabungan di antaranya.
Lembaga keuangan berdampak sistemik tersebut akan diatur dan diawasi secara lebih ketat dibanding dengan lembaga keuangan lainnya. Peraturan tersebut mencakup beberapa hal, di antaranya: Halaman 19

Working Paper Pengawasan Terhadap Lembaga Keuangan Berdampak Sistemik

-

Standar prudential yang lebih ketat, seperti persyaratan kecukupan modal berbasis risiko
(termasuk komponen off-balance sheet), batas leverage, persyaratan likuiditas, persyaratan konsentrasi, dan persyaratan manajemen risiko secara umum

-

Tingkat leverage maksimal (diukur oleh rasio debt to equity) sebesar 15:1

-

Batas exposure kredit terhadap pihak tidak terafiliasi sebesar 25%

-

Persyaratan “rapid resolution plan”

-

Langkah-langkah mitigasi risiko yang ditetapkan oleh FSOC

-

Memiliki utang berbentuk “long term hybrid debt” yang dapat diubah menjadi ekuitas apabila diminta oleh Federal Reserve

-

Larangan proprietary trading

-

Stress test tahunan oleh Federal Reserve

-

Penilaian Systemic Dissolution Fund untuk menyelesaikan masalah lembaga keuangan berdampak sistemik yang mengalami kegagalan

Selain mengenai pengawasan dan pengaturan yang lebih ketat, peraturan ini juga mencakup resolusi bagi lembaga keuangan berdampak sistemik. Federal Deposit Insurance Corporation
(FDIC) di Amerika Serikat ditunjuk sebagai lembaga yang akan menerima systemic dissolution fund, dan dapat melakukan hal-hal berikut ini:
-

Memberikan pinjaman (loan) atau membeli utang dari lembaga keuangan berdampak sistemik -

Membeli aset lembaga keuangan

-

Menjamin utang dari lembaga keuangan

-

Mengakusisi hak gadai aset dari lembaga keuangan

Hong Kong
Hong Kong Monetary Authority (HKMA) secara periodik mengumpulkan informasi berupa data neraca bank, laporan laba rugi, eksposure besar, tujuan dan klasifikasi pinjaman,
Halaman 20

kecukupan modal, risiko tingkat suku bunga, risiko pasar, dan risiko likuiditas. Akun-akun

Working Paper Pengawasan Terhadap Lembaga Keuangan Berdampak Sistemik

neraca seperti loans dan deposits, profitabilitas, kualitas aset, likuiditas, dan kecukupan modal dipublikasikan secara berkala. HKMA juga melakukan monitor terhadap kualitas aset dari key lending portofolio sebuah bank. Karena dalam beberapa tahun terakhir integrasi ekonomi antara
Hong Kong dan Cina daratan semakin meningkat, HKMA juga mengumpulkan informasi mengenai exposure bank terhadap Cina daratan.
Didorong oleh krisis keuangan yang baru saja terjadi, HKMA juga melakukan survey enam bulanan terhadap risiko off-balance sheet dan portofolio surat berharga utang untuk memperkuat pengawasan terhadap posisi surat berharga utang dalam portofolio bank dan exposure terkait structured credit product. Di samping itu, bank juga diminta untuk terbuka mengenai informasi-informasi seperti exposure sub-prime dan instrument keuangan yang sifatnya kompleks.

2.5. Rekomendasi mengenai regulasi terhadap SIFIs
Sejak terjadinya krisis yang bersumber pada krisis sub-prime mortgage di Amerika
Serikat, berbagai insitusi dan working group di dunia memberikan berbagai rekomendasi regulasi untuk memperbaiki stabilitas sistem keuangan. Berbagai peraturan tersebut juga mencakup aspek pengawasan terhadap lembaga keuangan berdampak sistemik dan risiko terkait.

Squam Lake Working Group (2009) memberikan beberapa rekomendasi terkait dengan pembentukan regulator sistemik (systemic regulator). Pertama, struktur regulasi sektor keuangan harus mencakup regulator sistemik yang bertugas untuk memantau kesehatan dan stabilitasi sektor keuangan secara keseluruhan. Diharapkan bahwa regulator sistemik dapat membatasi systemic shocks yang mungkin terjadi, seperti efek spillovers antara lembaga keuangan. Kedua, bank sentral harus menjadi regulator sistemik. Independensi, interaksi yang intensif dengan pasar, fokus pada stabilitas makroekonomi, dan peran sebagai lender of the last resort menjadi beberapa alasan utama mengapa bank sentral harus memegang peranan sebagai regulator
Halaman 21

sistemik bagi sistem keuangan. Ketiga, bank sentral sebagai regulator sistemik sebaiknya tidak

Working Paper Pengawasan Terhadap Lembaga Keuangan Berdampak Sistemik

terlibat dalam regulasi perlindungan konsumen dan praktik bisnis, dan peran ini harus diserahkan kepada institusi lain. Fungsi regulator sistemik untuk mengelola budaya organisasi dan mengatasi tekanan-tekanan politik akan lebih baik apabila bank sentral tidak terlibat dalam regulasi tersebut. Keempat, regulator sistemik atau bank sentral harus memiliki sumber daya yang memadai. Tanpanya, regulator sistemik tidak mampu untuk mengidentifikasi risiko sistemik dan memformulasi regulasi yang dibutuhkan untuk menjaga stabilitas keuangan.
Kelima, harus ada mandat yang tegas bagi bank sentral untuk menjaga stabilitas sistem keuangan. Selain mengenai pembentukan regulator sistemik, working group ini juga memberikan beberapa rekomendasi terkait dengan resolusi yang harus dilakukan oleh regulator apabila lembaga keuangan berdampak sistemik mengalami kegagalan. Rekomendasinya, Pertama berkaitan dengan prosedur resolusi yang lebih baik untuk lembaga keuangan berdampak sistemik. Regulator juga sebaiknya diberi wewenang untuk melakukan restrukturisasi terhadap lembaga keuangan tersebut. Kedua, harus dimulai negosiasi antarnegara untuk membentuk sebuah kerangka regulasi mengenai resolusi ini secara internasional. Ketiga, tindakan yang harus diambil untuk mengatasi systemic event harus dispesifikasikan dengan jelas dan tidak tergantung pada keputusan regulator. Keempat, menyarankan agar regulator meminta lembaga keuangan berdampak sistemik secara periodik menyerahkan dokumen berisi living will setiap tiga bulan sekali. Dokumen ini harus berisi instruksi langkah-langkah yang harus diambil oleh regulator apabila lembaga tersebut mengalami kegagalan. Informasi-informasi yang sebaiknya terkandung dalam dokumen ini adalah:
-

Penjelasan lengkap mengenai struktur kepemilikan institusi, aset, utang, kontrak utang dan sisi legal yang berkenaan dengan kontrak tersebut

-

Penjelasan cross-guarantee yang berkenaan dengan sekuritas-sekuritas berbeda, counterparties utama lembaga keuangan

-

Beberapa skenario distress, dan resolusi yang perlu diambil di masing-masing skenario

-

Beberapa pihak potensial yang dapat mengambil alih kontrak utang lembaga keuangan dengan biaya rendah

Halaman 22

Working Paper Pengawasan Terhadap Lembaga Keuangan Berdampak Sistemik

Apabila lembaga keuangan mengumpulkan dokumen living will di atas secara tidak lengkap, regulator dapat memberikan penalti kepada lembaga keuangan tersebut. Kelima, bank yang membutuhkan waktu resolusi yang relatif lama harus memiliki modal dengan jumlah yang lebih besar, atau memiliki porsi utang yang dapat dikonversi menjadi ekuitas untuk mencegah kebangkrutan. Keenam, regulator sistemik diharuskan untuk mereview rencana resolusi setiap tiga bulan dan membandingkan rencana antar institusi.

Hal penting yang harus diperhatikan dalam regulasi mengenai risiko sistemik adalah karakteristik dari perekonomian dan sistem keuangan di sebuah negara. Sebagai contoh, di Korea
Selatan, karena karakteristik pasar modal yang belum terlalu berkembang seperti di Amerika
Serikat (produk derivatif over-the-counter belum terlalu aktif dan bisnis prime brokerage yang belum terlalu berkembang karena tidak ada hedge funds di Korea Selatan), risiko sistemik yang berasal dari luar negeri lebih diwaspadai daripada risiko sistemik yang berasal dari dalam negeri.
Regulasi terhadap lembaga keuangan berdampak sistemik yang bersifat global dirasa lebih penting daripada regulasi terhadal lembaga keuangan berdampak sistemik yang sifatnya domestik (Tae-Kim, 2009).

Salah satu bentuk rekomendasi regulasi bagi lembaga keuangan berdampak sistemik dikeluarkan oleh International Monetary Fund (IMF), yang menyarankan agar diberlakukan semacam capital surcharge terhadap lembaga keuangan berdampak sistemik. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan menetapkan systemic risk based capital charge. Tantangan terbesar dalam rekomendasi ini adalah bagaimana menentukan tingkat risiko sistemik sebuah lembaga. Langkah-langkah yang harus dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Menelusuri portofolio lembaga keuangan dengan memperhitungkan siklus kredit
2. Memperkirakan efek spillover antara lembaga tersebut dengan lembaga lainnya apabila terjadi stress event, dengan menggunakan metode Network Analysis (telah dijelaskan pada bagian sebelumnya)
3. Menghitung capital surcharge berdasarkan dua metode, yaitu metode standardized atau risk budgeting. Pada metode standardized, regulator akan menentukan peringkat risiko

Halaman 23

Working Paper Pengawasan Terhadap Lembaga Keuangan Berdampak Sistemik

sistemik berdasarkan besarnya pengaruh capital impairment terhadap sektor keuangan.
Dengan menggunakan metode risk budgeting, capital surcharge merupakan fungsi dari risiko sistemik dan probability of distress.

Cummings dan Eisenbeis (2010) memberikan beberapa rekomendasi peraturan terkait dengan pengawasan lembaga keuangan besar, kompleks, aktif secara internasional di Amerika
Serikat. Proposal ini ditujukan kepada lembaga keuangan dengan ukuran tertentu (misal: total aset lebih dari US$100 miliar) dan memenuhi kriteria tertentu terkait interconnectedness atau dampak kegagalan. Usulan peraturan ini mencakup hal-hal seperti:
-

Pajak, di mana dividend akan dikenakan perlakuan pajak yang sama dengan biaya bunga bank atau tabungan

-

Metode akuntansi, di mana seluruh kontrak dan utang harus muncul di neraca dan tidak diperlakukan secara off-balance sheet

-

Bonus dan kompensasi, yang hanya bisa dibayarkan setelah mencadangkan untuk allowance for loan losses yang dilakukan bersamaan dengan keputusan dividen dan tambahan terhadap laba ditahan

-

Kelas pemegang saham baru, di mana manajer tingkat tinggi dan pengambil risiko di bank diwajibkan untuk memiliki klaim terhadap perusahaan yang dapat berfungsi untuk mencegah potensi kerugian di masa depan

-

Deposito yang ada pada bank wajib dijamin oleh lembaga penjamin simpanan (Federal
Deposit Insurance – FDIC)

-

Tindakan korektif dan intervensi awal, di mana intervensi awal diwajibkan apabila nilai pasar dari entitas tersebut berada di bawah nilai tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya atau nilai mark-to-market berada aset dibandingkan dengan utang berada di bawah nilai positif tertentu

-

Persyaratan informasi, di mana regulator akan meminta informasi terkait dengan siapa saja counterparty berbagai transaksi

Halaman 24

Working Paper Pengawasan Terhadap Lembaga Keuangan Berdampak Sistemik

-

Supervisory fee, di mana lembaga pengawas dapat mengenakan biaya untuk aktivitas pengawasan yang dilakukan dan kelebihan biaya ini dapat diserahkan kepada lembaga penjamin simpanan (FDIC)

Di Hong Kong, untuk mendukung stress testing yang dilakukan oleh HKMA, maka ada beberapa informasi yang apabila tersedia dapat membantu asesmen terhadap risiko sistemik sebuah lembaga keuangan (Genberg, 2009):
-

Breakdown dari komitmen kredit yang tidak dapat dibatalkan namun belum digunakan berdasarkan tipe klien. Data ini berguna untuk menilai risiko likuiditas contingent, yang tidak tercakup secara detail di kebanyakan stress test. Krisis subprime mortgage yang terjadi di Amerika Serikat menunjukkan bahwa beberapa bank memiliki tingkat exposure yang relatif lebih tinggi dari bank-bank lainnya untuk jenis risiko ini. Risiko ini akan semakin besar apabila komitment kredit dalam jumlah signifikan berada di klien tunggal atau sejumlah klien dengan karakteristik sama (misal: berada di sektor yang sama).

-

Creditworthiness dari sekuritas utang, selain yang bersumber dari peringkat kredit.
Beberapa literatur yang ada mengatakan bahwa salah satu penyebab krisis adalah rendahnya kualitas peringkat kredit yang dihasilkan. Filosofi peringkat through the cycle yang dianut oleh lembaga pemeringkat kredit menyebabkan kredit yang dihasilkan sangat tidak sensitif terhadap risiko pasar. Oleh karena itu, data-data lain seperti current market yields atau risiko default yang dihasilkan oleh model internal dapat meningkatkan kualitas asesmen terhadap risiko. Hal ini terutama berlaku bagi lembaga keuangan berdampak sistemik, karena pada umumnya portofolio investasi yang dimiliki lebih besar, sehingga exposure terhadap risiko pasar secara otomatis juga lebih besar.

-

Kerangka kebijakan internasional yang memungkinkan kerjasama antar regulator dapat meningkatkan kualitas proses pengawasan. Sebagai contoh, melalui Financial Stability
Board, bank sentral dari negara-negara yang berbeda dapat saling bertukar data mengenai aktivitas lembaga hedge funds besar yang beroperasi secara internasional. Sebagai langkah pertama, bank sentral dan regulator lain dapat mengumpulkan dan mempublikasikan data insititusi-institusi tersebut secara keseluruhan.

Halaman 25

Working Paper Pengawasan Terhadap Lembaga Keuangan Berdampak Sistemik

3. Prinsip-prinsip dasar pengawasan terhadap lembaga keuangan berdampak sistemik (SIFIs)
Terdapat beberapa pendapat mengenai pihak mana yang seharusnya melakukan fungsi pengawasan terhadap SIFIs, dan hal ini dapat ditinjau dari beberapa poin berikut (IMF, 2009;
Kawai dan Pomerleano, 2010):
-

Harus terdapat tujuan dan mandat yang jelas bagi pihak yang ditunjuk untuk melakukan fungsinya sebagai pengawas SIFIs. Salah satu peranan penting dari lembaga pengawas adalah memonitor, mengantisipasi, dan melakukan intervensi sebelum krisis sistemik terjadi. Pendekatan dan metodologi seperti ini dapat menjaga stabilitas keuangan secara keseluruhan karena dapat menelusuri titik-titik rentan dalam sebuah sistem keuangan

-

Pengawasan terhadap risiko sistemik di dalam sebuah negara sebaiknya difokuskan pada sektor perbankan, karena sektor inilah yang berfungsi sebagai pusat dari sistem keuangan, dan bank-bank sebaiknya tidak mengambil tindakan operasional yang terlalu berisiko dan mengandung konflik kepentingan, sehingga nantinya dapat menyebabkan kerentanan sistem keuangan. Lembaga-lembaga keuangan besar lainnya yang juga memiliki potensi dampak sistemik sebaiknya tidak perlu mendapatkan tingkat pengawasan yang sama dengan SIFIs di sektor perbankan.

-

Tanggung jawab pengawasan terhadap SIFIs sebaiknya diberikan kepada satu lembaga pengawas saja, yang memiliki pandangan untuk memonitor dan dapat melakukan perubahan kebijakan dalam rangka memitigasi risiko sistemik. Lembaga pengawas juga harus memiliki expertise yang memadai mengenai seluruh lembaga yang ada di sistem keuangan -

Stabilitas sistemik secara keseluruhan memiliki kaitan yang sangat kuat dengan kebijakan moneter, regulasi, dan pengawasan, oleh karena itu tidak dapat dijalankan secara sendirisendiri

-

Lembaga pengawas sistemik perlu memiliki sumber daya yang memadai dari segi politik, legal, legislatif, sumber daya manusia, dan keuangan untuk menjalankan tugasnya. Selain itu, lembaga pengawas juga perlu memiliki kemampuan analisis yang memadai, yang dapat digunakan

untuk

menentukan

informasi-informasi

yang

Halaman 26

dibutuhkan,

Working Paper Pengawasan Terhadap Lembaga Keuangan Berdampak Sistemik

mengumpulkan informasi-informasi tersebut, menganalisis informasi yang ada, dan mengembangkan serta mengimplementasikan respon kebijakan dan pengawasan sebagai tindak lanjut. Lembaga pengawas juga sebaiknya memiliki akses yang cepat terhadap informasi-informasi yang dibutuhkan, baik yang berkenaan dengan SIFIs berbentuk bank maupun non bank.
-

Harus memiliki sudut pandang makro dan mikro dalam fungsi pengawasannya.
Pengetahuan mengenai insfrastruktur pembayaran dan settlement, yang berujung pada kemampuan untuk mengetahui dampak sistemik kegagalan sebuah lembaga keuangan terhadap sistem keuangan secara keseluruhan merupakan hal yang sebaiknya dimiliki oleh lembaga pengawas. Tidak kalah pentingnya, lembaga pengawas juga harus memiliki sudut pandang mikro, seperti isu-isu terkait akuntansi dan legal. Namun, fokus yang diutamakan adalah sudut pandang makro, yang mencakup analisis makroekonomi dan perkembangan keuangan serta macroprudential supervision

-

Bebas dari konflik kepentingan dan independen

Berkenaan dengan aspek pertama di atas, maka fungsi pengawasan risiko sistemik sebaiknya diberikan kepada bank sentral sebagai lembaga yang memiliki fungsi sebagai pengawas sektor perbankan. Selain itu, fungsi pengawasan juga cocok berada di bank sentral karena sejalan dengan kepentingan mereka untuk menjaga sistem keuangan secara keseluruhan.
Lebih jauh lagi, karena pengawasan terhadap SIFIs memiliki kaitan yang sangat erat dengan kebijakan moneter dan regulasi, maka fungsi pengawasan di dalam bank sentral sebaiknya memiliki koordinasi yang kuat dengan bagian moneter, regulasi, dan pengawasan. Dengan kata lain, fungsi pelaksanaan tugas masing-masing divisi tersebut sebaiknya mencakup hal-hal khusus terkait SIFIs.

Namun demikian, terdapat beberapa potensi kelemahan apabila fungsi pengawasan SIFIs diserahkan kepada bank sentral. Pertama, kendari masih debatable, bank sentral dianggap tidak memiliki keahlian yang dibutuhkan untuk menjalankan fungsi pengawasan microprudentia.
Kalaupun punya namun tidak digunakan semaksimal mungkin. Biasanya hal ini terjadi karena

Halaman 27

Working Paper Pengawasan Terhadap Lembaga Keuangan Berdampak Sistemik

adanya risiko reputasi terhadap hal-hal yang berkaitan dengan pengawasan perbankan. Kedua, bank sentral akan sulit terbebas dari masalah konflik kepentingan dan independensi ketika masih berfungsi sebagai liquidity provider di saat krisis atau ketika bank sentral memiliki peranan dalam regulasi solvency. Ketiga, walaupun sektor perbankan merupakan sektor utama yang harus mendapat pengawasan, bank sentral memiliki keterbatasan keahlian berkenaan dengan pengawasan lembaga keuangan jenis lain yang juga dapat dikategorikan sebagai SIFIs. Oleh karena itu, muncul alternatif model pengawasan di mana bank sentral bukanlah satu-satunya pihak yang menjalankan fungsi pengawasan terhadap SIFIs, namun merupakan gabungan dari berbagai regulator / pengawas terkait sektor keuangan: bank sentral, pengawas jasa keuangan lainnya, dan kementerian keuangan. Seperti sudah disebutkan di atas, bank sentral memiliki peranan penting dalam menjaga stabilitas keuangan melalui kebijakan-kebijakan moneternya dan peranan sebagai lender of the last resort. Kementerian keuangan juga perlu dilibatkan, karena kegagalan sebuah SIFI dapat memiliki dampak terhadap alokasi pengeluaran fiskal.

Berkaitan dengan hal di atas, kedua tabel di bawah ini menunjukkan bagaimana peranan bank sentral dalam penciptaan stabilitas keuangan. Tabel pertama menggambarkan struktur pengawasan dan regulasi keuangan, sebanyak 34 dari 84 negara memiliki lembaga pengawas yang bersifat multiple sectoral. Mayoritas bank sentral memiliki peranan sebagai lembaga pengawas sektor perbankan, terutama bagi bank-bank sentral dari negara-negara berkembang.
Tabel kedua menunjukkan mandat yang diberikan kepada bank sentral, dapat dilihat bahwa seluruh bank sentral memiliki wewenang untuk menciptakan stabilitas harga dan sistem pembayaran. Hampir separuh dari bank sentral memiliki komite stabilitas keuangan, dan kebanyakan dari mereka mempublikasikan laporan stabilitas keuangan. Hal ini merupakan indikasi kemampuan mereka untuk melaksanakan macroeconomics surveillance.

Halaman 28

Working Paper Pengawasan Terhadap Lembaga Keuangan Berdampak Sistemik

Tabel 1. Perekonomian dengan pengawas sektor keuangan bersifat single, semi-integrated, dan sektoral

Sumber: Kawai dan Pomerleano (2010)

Halaman 29

Working Paper Pengawasan Terhadap Lembaga Keuangan Berdampak Sistemik

Tabel 2. Mandat bank sentral di beberapa negara

Sumber: Kawai dan Pomerleano (2010)

Halaman 30

Working Paper Pengawasan Terhadap Lembaga Keuangan Berdampak Sistemik

Daftar Pustaka
Chul, Park Yung (2006), A Macroprudential Approach to Financial Supervision and Regulation:
Conceptual and Operational Issues.
Covington and Burling LLP (2010), Financial Regulatory Reform Legislation, E-Alert Financial
Institutions.
Cumming, Christine dan Robert A. Eisenbeis (2010), Resolving Troubled Systemically Important
Cross-Border Financial Institutions: Is a New Corporate Organizational Form
Required?, Staff Report no. 57, Federal Reserve Bank of New York
Genberg, Hans (2009), Data Requirements for Assessing the Health of Systemically Important
Financial Institutions (SIFIs): A Perspective from Hong Kong, presentasi pada
Konferensi IMF-FSB, Washington D.C., 2009.
Hanson, Samuel, Anil K. Kashyap, dan Jeremy C. Stein (2010), A Macroprudential Approach to
Financial Regulation.
International Monetary Fund (2009), Systemic Risk and the Redesign of Financial Regulation
International Monetary Fund, Bank for International Settlements, dan Sektretariat Financial
Stability Board (2009), Guidance to Assess the Systemic Importance of Financial
Institutions, Markets and Instruments: Initial Considerations.
Huertas, Thomas F. (2010), Systemically Important Financial Institutions: An International
Perspective.
Kawai, Masahiro dan Michael Pomerleano (2010), Regulating Systemic Risk, ADBI Working
Paper No. 189.
Squam Lake Working Group on Financial Regulation (2009), A Systemic Regulator for
Financial Markets, Council on Foreign Relations Working Paper.
Squam Lake Working Group on Financial Regulation (2009), Improving Resolution Options for
Systemically Relevant Financial Institutions, Council on Foreign Relations Working
Paper.
Halaman 31

Working Paper Pengawasan Terhadap Lembaga Keuangan Berdampak Sistemik

Tae-Kim, Hyoung (2009), Systemically Important Financial Institutions and Policy Implications,
Korea Capital Market Institute, 1(1).
Tarashev, Nikola (2009), The systemic importance of financial institutions, BIS Quarterly
Review, September Issue.
Thomson, James B. (2009), On Systemically Important Financial Institutions and Progressive
Systemic Mitigation, Policy Discussion Paper, 27.
Markus Brunnermeier, et.al.(2009), Fundamental Principles of Financial Regulation, Geneva
Reports on the World Economy, 11.

Halaman 32

Similar Documents

Premium Essay

Interview

...himself or herself by not eating the foods their friends have at parties, outings, etc. She also works with the families on how to educate the schools (child's teachers) about the illness and how the school could embrace the child and create an atmosphere where the child feels more comfortable socially and the other students are not intimidated by child's wheelchair and/or presence of personal assistant or nurse. Ronit also, spent 7 years practicing in the foster home/adoption field. She worked with prospective adoptive parents during the time they meet the child they decide to adopt from the foster care system. She utilizes a brief systemic model of therapy. In her approach, the client is the expert and we work with the strengths and resources the client already possesses. In this approach (solution-focused therapy is one model of systemic therapy she uses), she and her client’s look at what has worked in the past and what was the client doing differently to achieve these exceptions when the "problem" was not present or controlling the client's life. A very similar model is the Narrative approach (client and therapist discuss an "ideal future" and look for the "unique outcomes" when the problem is not so present in the client's life. In this model, metaphors are used during the conversation. In solution-focused...

Words: 1092 - Pages: 5

Premium Essay

Lesson 1

...Objects/Events what :1.The role of national governance upon bank-level risk in the Asian region is analyzed 2. Analyze the role of the bank's risk level governance in Asia Who:Asians bank where:Asia when:1998 to 2012. how many:20 countries in Asia Objects/Events what :1.The role of national governance upon bank-level risk in the Asian region is analyzed 2. Analyze the role of the bank's risk level governance in Asia Who:Asians bank where:Asia when:1998 to 2012. how many:20 countries in Asia Focus / Research Questions 1.what is the different effects for nation governance between the developed countries and developing countries ?(level different in governance and legal structure ) 2.how can Nation governance...

Words: 2387 - Pages: 10

Free Essay

Team Collapse

...Role: James Michaels – senior associate/manager Summary: * Audit team for Spector falling apart * Team members had difficulty completing work * Arvind Patel (co-op student) complained consistently; always needed Ellis’ help – rumored to shirk work previously * Adrian Noth (co-op student) – rumored to shirk work previously * Caleb Oldman (co-op student) – publicly wished to join Alpha LLP (competitor firm) * Jody Ellis & Kira Dee (both senior associates) – escorted out by security; appeared to have been fired despite their outstanding past performances– both recently failed CA qualification exams * Scott Ireland & Heather Goodman (junior associates) – both writing CA exams soon worried about being fired if they didn’t pass – performance reviews assessed by ability to complete work efficiently and help senior associates * Requested adding new team members to help with work – request was denied by Adam Nguyen and Feldman (both senior managers) * Animosity between people who took work home vs. people who stayed at work * Received information late by Spector; later received different/new information * Senior managers/associates ignored Michaels doubts – didn’t address issues * Wood – partner of the firm and in charge of the Spector audit 1. Was the team destined for failure? Who or what is to blame for the failure?  No, based off the team’s past performance, it seemed as though the job would be similar to other cases they’ve...

Words: 891 - Pages: 4

Free Essay

Options, Futures and Risk Management

...BFF9515 Options, Futures and Risk management Group assignment Semester 1, 2014 Due date: 16.05.2014 BFF5915 Group Assignment Part 1 1. Compute Beta * Method: First, compute the returns of each stocks and the return of the index. They can be calculated using excel with the formula: (current price / the previous price) – 1, Second, use covariance and variance function in excel to calculate the beta of each stock. Third, multiply each beta with the corresponding weight to calculate the portfolio beta. * The beta for each stocks and the beta for portfolio (see table 1.1) Details can be seen in sheet “EquityReturnData” in the data file “Data.xlsx”. Table 1.1 The Beta(s) of Stocks and Portfolio Name | Code | Weight | Beta | CROWN RESORTS | 51333T(RI) | 7.25% | 0.8039 | COMMONWEALTH BK.OF AUS. | 314054(RI) | 7.26% | 0.8950 | NATIONAL AUS.BANK | 901842(RI) | 3.74% | 1.1317 | COCHLEAR | 871051(RI) | 3.96% | 0.8402 | WESTFIELD GROUP | 912307(RI) | 2.56% | 0.7096 | TELSTRA | 871685(RI) | 4.60% | 0.5050 | MACQUARIE GROUP | 865438(RI) | 4.36% | 1.4238 | INVOCARE | 28047X(RI) | 3.87% | 0.7210 | FLIGHT CENTRE TRAVEL GP. | 871048(RI) | 4.28% | 1.0063 | CSL | 131775(RI) | 4.89% | 0.6488 | SLATER & GORDON | 50509L(RI) | 4.79% | 0.3001 | JB HI-FI | 27736M(RI) | 4.50% | 0.8261 | CARSALES.COM | 67967W(RI) | 4.54% | 0.8459 | WOOLWORTHS | 322714(RI) | 4.86% | 0.5500 | FORTESCUE METALS GP. | 314160(RI) | 7.15% | 1.8687 | The Portfolio...

Words: 2147 - Pages: 9

Premium Essay

Alok

...Definition of 'Systematic Risk' The risk inherent to the entire market or entire market segment. Also known as "un-diversifiable risk" or "market risk." Interest rates, recession and wars all represent sources of systematic risk because they affect the entire market and cannot be avoided through diversification. Whereas this type of risk affects a broad range of securities, unsystematic risk affects a very specific group of securities or an individual security. Systematic risk can be mitigated only by being hedged. Even a portfolio of well-diversified assets cannot escape all risk. ________________________________________________________________________________ Definition of 'Unsystematic Risk' Company or industry specific risk that is inherent in each investment. The amount of unsystematic risk can be reduced through appropriate diversification. Also known as "specific risk," "diversifiable risk" or "residual risk." Read more: http://www.investopedia.com/terms/u/unsystematicrisk.asp#ixzz2BkJfp9Ns For example, news that is specific to a small number of stocks, such as a sudden strike by the employees of a company you have shares in, is considered to be unsystematic risk. _________________________________________________________________ Numeric Investors is a Portfolio Fund Management Company, located in Cambridge Mass. Lang Wheeler is Numeric's founder and C.E.O. His partners are John Bogle and Mark Engerman. Numeric Investors was founded in 1989...

Words: 1149 - Pages: 5

Premium Essay

Identify Risks to Agency Operations

...Identify risks to agency operations Task 1 Find a newspaper/magazine/internet article that relates to one of the risks to agency operations (economic, financial, social, technology, human behaviour, occupational health and safety, legal, political, social, property and equipment, environmental and natural events). Using the table below, say how the subject of the article will possibly affect the business, it’s likelihood, consequences, level of risk and what steps could be taken to minimise or transfer the risk: |Newspaper/magazine/internet article: | | | |Business risk is the risk which is associated with core business activities, for example, Demand creation, supply, operations, production, raw | |material procurement etc. If an organization fails to properly manage these activities then the probability of impact of these failures on revenue| |becomes too high and the business can loose some part of its sales. Due to lower revenue the profits of business gets negatively impacted, | |particularly in case where Fixed Cost is very high the magnitude will be very high.  | |while on the other side, financial risk is associated with the debt level...

Words: 1532 - Pages: 7

Premium Essay

Too Big to Fail

...The idea that a business or a financial institution becomes so large and powerful that it is ingrained in the economy and that if it fails it will have a ripple effect throughout the economy. The phrase “too big to fail” is directly associated with the government providing financial assistance to prevent the failure of such businesses. The failures of these companies are directly interconnected with the economy. Large companies usually do business with other large companies, and if a large company fails, then the companies that rely on the business will also be brought down, this directly affects business institutions and the employment market. The number of jobs related to that business will have a downturn, and because these companies are so large that the employee number is also ridiculously high. The phrase “too big to fail” arose in the financial crisis of 2008. The government had to bail insurers, banks, and auto companies. These companies became big by swallowing smaller companies that in the end, they took competitive advantage and knew that the government would have to bail them out or else risk economic collapse of global proportions. Too big to fail does not literally mean that a financial institution cannot fail, but that it is not allowed to fail. Being too big to fail does not mean that there are no risks, in fact it means the opposite. Financial institutions are really fragile inherently, as intermediaries they are exposed to all different kind of...

Words: 630 - Pages: 3

Free Essay

Bias

...Lately, the concept of unconscious bias or “hidden bias” has come into the forefront of our work as diversity advocates because the dynamics of diversity are changing as we enter the 21st Century. Our tradition paradigm has generally assumed that patterns of discriminatory behavior in organizations are conscious; that people who know better do the right thing, and those who do not cause bias. As a result, we have developed a “good person/bad person” paradigm of diversity: a belief that good people are not biased, but inclusive, and that bad people are the biased ones (R. Cook 2008). Forms of unconscious bias with foreign employees: Out of the 10 unconscious biases mentioned in the article by Cook Ross (2014), I have noted the following to have a negative impact on the international business relations. Diagnosis bias, having foreign employees from India, employees make a quick decision on how to act with a person just based on initial perceived opinion. Pattern recognition, employees decide that if the Indian employee has completed a task wrong once before, they will do it wrongly again. Value attribution, employees consider that foreign Indian employees have values that they take for granted. Confirmational behavior, employees in Finland have noted to consider that what confirms their beliefs and then ignore what contradicts their beliefs while also disregarding the facts that contradict their points of view. Automatic perception, the Finnish employees have a reflexive reaction...

Words: 894 - Pages: 4

Free Essay

Eastern Equine Encephalitis

...Eastern Equine Encephalitis An Overview of the Disease Kelly Cammiso Public Health 101 Professor Brown May 10, 2013 Abstract In recent years, Eastern Equine Encephalitis has made national headlines in the media. Although it is rare, the disease has devastating effects, especially the encephalitic form of the disease. The purpose of this literature is to provide an overview of Eastern Equine Encephalitis Virus. History, geographical data, epidemiology, etiology, symptoms, diagnosis, treatment, mortality rates and prevention will be discussed respectively. History and Geographical Data According the Centers for Disease Control, the first human case of Eastern Equine Encephalitis Virus (EEEV) was discovered in 1938 in Massachusetts. Devastatingly, thirty children died from the disease. Another case was reported by Nathanial Reade, author of “The War on Mosquitoes,” about a girl who lived in Dover, Massachusetts in 1982. Lisa Healy was only 14 when she came down with EEE. It started with flu-like symptoms and then on a Saturday afternoon her parents became increasingly alarmed and took her to the hospital. After a seizure that occurred that night, she went into a coma for two and a half months. Finally, she came out of it but was partially paralyzed. Currently, she needs 24 hour care and is developmentally somewhere between a two and five year old (Reade, 2001) The disease is somewhat rare, but has made a comeback throughout the past ten years. Coinciding epidemics...

Words: 1083 - Pages: 5

Free Essay

Hello World

...NAV = Market value of assets - liabilities Shares outstanding HPR(Funds) = Income Dist. +Capital Gain Dist. +Ending NAV-Beginning NAV)Beginning NAV Portfolio Turnover = ($ Sold & Repurchased)Average Daily Assets Tax Efficiency = Tax-Adjusted ReturnPre-Tax Return Average Holding Period = 12 months / (portfolio turnover/100) HPR = (Ending Price-Beginning Price+Cash Divi.)Beginning Price Arithmetic Mean = Simple Average = (R1 + R2 + …+ Rn) /n Geometric Mean = Time-weighted Average Return = 1+R1*…*1+Rn 1n-1 * Account for time value but ignore the size of cash flow * More volatility, the bigger the difference between AM and GM Always quote annual rates APR = Annual % Rate; EAR = Effective annual rate (Takes into account of compounding) EAR = 1+Rate per period 1n-1 1 stdev = 68.2%, 2 = 95.44, 3 = 99.74 Systematic risk – Market Risk, liquidity risk Unsystematic risk – Industry or company specific risk VAR = ε(Ri-R) 2(n-1), Expected Return = E (R ) = E Pi *Ri Coefficient of Variation = Risk Per Unit of Return = St. Dev/ R Stop Loss – Sell if price fall below a certain level Stop buy – Buy if the price rise above a limit Limit Buy – buy some number of shares if and when they may be obtained at or below a target price Limit sell – sell if and when the stock price rises above a specified limit Margin = P*Q-(Loan)P*Q = Equity/Value of Stock Short Margin = P*Q+E-(P1*Q)P1*Q Hedge Fund – Price once a day, active, costly...

Words: 263 - Pages: 2

Premium Essay

Moral Hazard

...“Anything that is too big to fail is too big to exist Simon Johnson. Discuss. A. What does this mean? What are its implications? Before the 2009 financial crisis banks were conviced that they we're ォ too big to fail サ Before the 2009 crisis, banks were conviced they were too important to fail in the sens that their importance in the market was such that the states could not afford to drop them. Indeed governements can't let any bank fail because of systemic risk and the need to maintain the confidence in the market and between banks. So the banks favored the short-term profitability without thinking of the long term consequences of their decisions because they were convinced they could not fall. The banks then took advantage of their importance and jeopardized the entire economy That's what Simon Johnson then explained by saying that 鄭nything that is too big to fail is too big to existサ, The main lesson of this crisis is that it's no longer possible to leave as much power in those institutions, indeed it's essential to reduce their size and their influence on the economy so that no futher institution can be ォtoo big to failサ B. How is this concept related to Moral Hazard? Moral Hazard occurs ォwhen a party insulated from risk behaves differently than it would behave if it were fully exposed to the riskサ. In that definition of moral hazard the idea of risk is very present, so we can easily see how this concept is related to the financial system...

Words: 424 - Pages: 2

Premium Essay

Idrivesafely Texas Adult Drivers Ed

...here it is 6 o’clock Patient (Karen): (laugh) can I come in to the consult? Secretary (Tita): I have to tell to the doctor and her assistant that you are here, and could you wait a few minutes please? (stand by) Secretary (Tita): Okey, they are ready to attend to you. Third act Asistent (Monse): hi, come in Dr (Luis): hello! good afternoon, how are you? Patient( Karen): well, I’m good, but I have a problem in a tooth Dr( Luis): okey, so take a sit and relax, I check you, and I will check your teeth, while, my asistent ask you a few a personal questions. Asistent (monse): so what’s your name? Patient(Karen): Karen Vieyra Viñas Asistent( Monse): how old are you? Patient(Karen): 20 years old Asistent(Monse): have you had systemic diseases at the moment? Patient( Karen): no I haven´t Asistent (Monse) :is the first dental consultation? Patient (Karen): no it’s not. Dr( Luis): okey, open the mouth please…..oh, you have decay, so I have to treatment., to resolve your problem. Asistent( Monse): how can I help you dr ? Dr(Luis): yes I need my instruments that are in this box, bring it to me please. Asisten( Monse): take it, anything else. Dr( Luis): no, it’s ok...

Words: 372 - Pages: 2

Free Essay

Beta Calculation

...Deepak K S Roll No: 2014201 Section D FM Assignment 2 Stock: NATCO Pharma ------------------------------------------------- Exchange: NSE Beta calculation using direct method: Covariance | = | 0.00492 | Variance | = | 0.00517 | Beta | = | 0.951 | Table: Regression Summary Output Regression Statistics | | | | | | | | Multiple R | 0.516 | | | | | | | | R Square | 0.266 | | | | | | | | Adjusted R^2 | 0.260 | | | | | | | | Standard Error | 0.114 | | | | | | | | Observations | 120 | | | | | | | | | | | | | | | | | ANOVA | | | | | | | | |   | df | SS | MS | F | Significance F | | | | Regression | 1 | 0.556 | 0.556 | 42.785 | 1.643E-09 | | | | Residual | 118 | 1.534 | 0.013 | | | | | | Total | 119 | 2.090 |   |   |   | | | | | | | | | | | | |   | Coefficients | Standard Error | t Stat | P-value | Lower 95% | Upper 95% | Lower 95.0% | Upper 95.0% | Intercept | 0.0137 | 0.011 | 1.292 | 0.199 | -0.007 | 0.035 | -0.007 | 0.035 | X Variable 1 | 0.951 | 0.145 | 6.541 | 0.000 | 0.663 | 1.238 | 0.663 | 1.238 | Figure: Beta computation using trendline plot method Table: WACC Computation using CAPM method ------------------------------------------------- Average market return, Rm = 14.750% ------------------------------------------------- Risk free rate, Rf = 8.07% ------------------------------------------------- Cost of equity, Ke ...

Words: 283 - Pages: 2

Premium Essay

Insurance Industry Risks

...Introduction The averaging out of independent risks in a large portfolio is called diversification. The principle of diversification is used routinely in the insurance industry. In this paper I will talk about two different types of home insurance and talk about the different risks associated with each. Discussion A portfolio is used to describe a collection of securities. In finance, the risk of an individual security differs from the risk of a portfolio composed of similar securities. In order to help us understand why, Chapter 10 in the book gave a great example on insurance companies. Let’s consider two types of home insurance: theft insurance and earthquake insurance. Lets also suppose that the risk of these two hazards is similar for a given home in a given area. Based on this information we would know that the risks of the individual policies are similar, however, the risks of the portfolios might be drastically different. For example, if the chance of theft in a given home is 1%, the insurance company would expect about 1% of the 100,000 homes in the area to experience a robbery. Thus the number of claims would be around 1,000 per year. If the insurance company holds reserves sufficient to cover roughly 1,000 claims, it will have enough to meet its obligations on its theft insurance policies. The portfolio for the earthquake insurance is a little riskier. For example, if in a given area, the risk of an earthquake is 1%, the risk of having an earthquake so low...

Words: 1091 - Pages: 5

Free Essay

Financial Crisis - Ideal Outcome

...It is clear that when the G20 meets in Seoul this November, there should be a firm proposal for the Basel Committee and the Financial Stability Board for dealing with the banking behemoths. Banks should then comply with the new capital requirements agreed by finance ministers by January 1, 2019. The question is, however, whether this is the right path to choose and whether these regulations will be able to prevent the world from any future financial markets crisis. So far, the proposed numbers themselves could hardly be described as tough, as the bounce in bank shares testified. Also, it seems that many important issues are not being addressed at all. (Plenty) But what are the issues that should be addressed? What would be the ideal regulatory state and is it possible to ever achieve it? Let us, first, start with our idea of the “ideal” international financial regulatory plan. After having researched various proposals for the international financial markets regulations, we reached a conclusion that finding the ideal path is going to represent a very difficult task and that none proposed regulation will be able to fit all the states. As mentioned in the article “Financial regulation: More questions than answers” which was posted in Businessline in the end of July, due to the variations in institutional legacies, traditions and systems in individual countries over the world, no one size can fit all. Also, however, we believe that as far as financial stability is concerned within...

Words: 2698 - Pages: 11