Free Essay

Bank Sentral

In:

Submitted By
Words 3253
Pages 14
Bank Sentral

Pada dasarnya, bila dilihat dari istilah/namanya, bank sentral tidak dapat diartikan sebagai "bank" seperti pada bank umum. Dalam hal ini bank sentral memiliki konsepsi yang berbeda. Bank umum cenderung untuk berusaha menginvestasikan assets-nya dengan tujuan memaksimumkan profit. Di sisi lain, bank sentral sebagai bank milik pemerintah, adalah lembaga keuangan yang tidak bertujuan untuk memaksimumkan profit melainkan untuk mencapai tujuan tertentu seperti mencegah kegagalan yang dialami perbankan maupun bukan bank, kestabilan tingkat harga, kesempatan kerja dan akhimya pada pertumbuhan ekonomi. Dengan kata lain, bank sentral bertugas untuk melaksanakan fungsi-fungsi pemerintah karena, bank sentral adalah juga bagian dari pemerintah.

Perkembangan Bank Sentral

Berdasarkan sejarahnya, bank sentral bukanlah suatu lembaga yang sejak awal didirikan dengan tujuan untuk menjalankan fungsinya sebagai bank sentral. Sampai dengan awal abad ke-20 tidak ada konsepsi yang jelas mengenai central banking. Konsepsi tersebut baru terlihat kemudian setelah mengalami proses panjang dan hal tersebut bukan merupakan suatu proses yang sengaja diarahkan pada terbentuknya konsep central banking, sehingga tidak terdapat teknik yang sistematis dan konsisten ke arah terbentuknya bank sentral.

Di banyak negara yang lebih tua, perkembangan ke arah bank sentral tersebut dimulai dari adanya suatu bank yang secara bertahap, melaksanakan berbagai macam posisi, baik bersifat lembaga pemerintah, maupun non-pemerintah yang kemudian dikenal dengan nama bank sentral. Beberapa posisi/wewenang yang dimiliki lembaga tersebut antara lain: hak untuk mengeluarkan uang (partial monopoly), dapat bertindak sebagai banker dan agen pemerintah.. Bank yang memiliki posisi tersebut dikenal sebagai "bank of issue" atau "national bank". Dalam perkembangan selanjutnya, bank tersebut memperoleh kekuasaan yang lebih luas, sehingga muncul istilah: "central bank".

Dari bank-bank sentral yang ada, the Riskbank of Sweden adalah yang pertama kali didirikan (yang tertua), tetapi Bank of England adalah bank of issue pertama yang memperoleh posisi sebagai bank sentral dan mangembangkan dasar-dasar "the art of central banking". Dengan demikian sejarah Bank of England secara umum diterima sebagai gambaran evolusi dasar-dasar dan teknik central banking.

Pada tahun 1920 diselenggarakan International Financial Conference di Brussel. Hasil konferensi tersebut adalah menyetujui resolusi yang menghendaki agar negara-negara yang belum mendirikan bank sentral diharapkan secepatnya untuk mendirikan bank sentral. Di samping untuk membantu pemulihan dan pemeliharaan stabilitas sistim moneter dan perbankan tetapi juga untuk kepentingan kerjasama dunia. Dimulai dengan berdirinya South African Reserve Bank di tahun 1921, bank-bank sentral didirikan di negara-negara yang sudah merdeka dan di negara-negara yang baru merdeka.

Di Indonesia, fungsi bank sentral pada masa penjajahan dilakukan oleh De Javasche Bank yang bertindak sebagai bank sirkulasi dan menjalankan beberapa fungsi bank sentral lainnya. De Javasche Bank didirikan pada tanggal 24 Januari 1828. Di samping menjalankan fungsinya sebagai bank sentral, bank tersebut juga melakukan kegiatan bank umum. Pada masa perjuangan kemerdekaan, Bank Negara Indonesia didirikan berdasarkan Undang-Undang Nomor 2 tanggal 5 Juli 1946 sebagai bank sentral pemerintah RI dengan tugas utama sebagai berikut :

1. memberikan pinjaman kepada pemerintah,
2. menarik uang tentara pendudukan Jepang untuk diganti dengan ORI (Oeang, Repoeblik Indonesia),
3. menyediakan fasilitas kredit untuk, perusahaan-perusahaan industri dan perdagangan yang beroperasi di daerah kekuasaan pemerintah RI,
4. membantu pembiayaan misi-misi pemerintah ke luar negeri.

Pada saat tentara Belanda menduduki Yogyakarta pada bulan Desember 1948, Bank Negara Indonesia terpaksa ditutup dan dibuka kembali tahun 1949 dengan lapangan usaha yang berbeda. Hal ini berkaitan dengan keputusan Konperensi Meja Bundar (KMB) yang memutuskan bahwa hanya De Javasche Bank yang diberi hak untuk melaksanakan fungsi bank sentral. De Javasche Bank kemudian dinasionalisasi berdasarkan Undang-Undang Nomor 24 tahun 1951. Pada tahun 1953 De Javasche Bank dibubarkan bersamaan dengan dikeluarkannya Undang-Undang Pokok Bank Indonesia (UU No.11 Tahun 1953).

Berdasarkan Ketetapan Presiden No.17 tahun 1965, Bank Indonesia bersama-sama dengan Bank Koperasi Tani & Nelayan, Bank Negara Indonesia, Bank Umum Negara dan Bank Tabungan Negara dilebur ke dalam Bank Tunggal dengan nama Bank Negara Indonesia (BNI). Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Urusan Bank Sentral nomor KEP.65/UBS/65, bank-bank tersebut di atas menjalankan usahanya masing-masing dengan nama BNI unit I, unit II, unit III, unit IV, dan unit V. Bank Negara Indonesia unit I berfungsi sebagai bank sirkulasi, bank sentral dan bank umum.

Setelah masa Orde Baru, dilakukan penataan kembali sistem perbankan di Indonesia dengan maksud untuk membentuk satu kesatuan sistem yang menjamin adanya kesatuan pimpinan dalam mengatur seluruh perbankan di Indonesia serta mengawasi pelaksanaan kebijaksanaan pemerintah di bidang moneter. Untuk keperluan tersebut, dikeluarkan Undang-Undang Nomor 14 tahun 1967 tentang Pokok-Pokok Perbankan dan UU Nomor 13 tahun 1968 tentang Bank Sentral.

Berdasarkan UU No. 13 tahun 1968, BNI unit I dipisahkan kembali dari Bank Tunggal dan didirikan sebuah bank sentral di Indonesia dengan nama Bank Indoesia. Di sisi lain, berdasarkan UU Nomor 14 tahun 1967 dan UU Nomor 13 tahun 1968, bank-bank negara yang dilebur ke dalam BNI dipisahkan kembali dan kemudian didirikan bank-bank negara baru, masing-masing dengan Undang-Undang tersendiri.

Fungsi dan Peran Bank Sentral

Bank Sentral adalah bank yang merupakan pusat struktur moneter dan perbankan di negara yang bersangkutan dan yang melaksanakan (sejauh dapat dilaksanakan dan untuk kepentingan ekonomi nasional) fungsi-fungsi sebagai berikut:

1. Memperlancar lalu lintas pembayaran a. menciptakan uang kartal b. menyelenggarakan kliring antar bank umum.

2. Sebagai bankir, agen dan penasehat pemerintah. Bank Sentral sebagai bankir : a. memelihara rekening pemerintah b. memberikan pinjaman sementara c. memberikan pinjaman khusus d. melaksanakan transaksi yang menyangkut jual beli valuta asing (valas) e. menerima pembayaran pajak f. membantu pembayaran pemerintah dari pusat ke daerah, g. membantu pengedaran surat berharga pemerintah h. mengumpulkan dan menganalisis data ekonomi Bank sentral sebagai agen dan penasehat pemerintah : a. mengadministrasi dan mengelola hutang nasional b. memberikan jasa pembayaran bunga atas hutang c. memberikan saran dan informasi mengenai keadaan pasar uang dan modal.

3. Memelihara cadangan/cash reserve bank umum
4. Memelihara cadangan devisa negara : a. internal reserve, untuk keperluan jumlah uang beredar b. eksternal reserve, untuk alat pernbayaran internasional
5. Sebagai bankers bank dan lender of last resort,
6. Mengawasi kredit
7. Mengawasi bank (bank supervision): a. Prudential Supervision: pengawasan bank yang diarahkan agar individual bank dapat dijaga kelangsungan hidupnya sehingga kepentingan masyarakat dapat dilindungi. b. Monetary Supervision: menjaga nilai mata uang negara yang bersangkutan sehingga bank tersebut dapat menjadi penyangga kebijakan moneter maupun kebijakan ekonomi pemerintah lainnya.

Neraca Bank Sentral

Kegiatan bank sentral di dalam perumusan dan pelaksanaan kebijakan moneter tercermin pada bentuk umum neraca yang disusun. Secara singkat pos-pos atau rekening utama pada neraca bank sentral adalah sebagai berikut :

1. Kekayaan (Assets) a. Cadangan, yang meliputi : - Sertifikat Emas - Special Drawing Rights (SDR) - Valuta Asing b. Pinjaman yang diberikan (loans), terutama kepada bank umum. c. Surat berharga (sebagian besar adalah surat berharga milik pemerintah). d. Kekayaan lain-lain, dapat berupa tanah, gedung atau peralatan-peralatan,

2. Hutang (Liabilities) a. Uang kertas b. Deposito merupakan bagian terbesar adalah deposito bank umum. c. Surplus diperoleh dari : bunga surat berharga yang ditahan, bunga pinjaman yang diberikan dan dari kegiatan lain. d. Lain-lain (misalnya: pengeluaran yang belum dibayar).

Dari uraian di atas jelas tampak bahwa pada dasarnya kekayaan bank sentral diperoleh dengan menciptakan hutang terhadap dirinya sendiri. Seperti pada contoh pembelian surat berharga, kekayaan yang berupa surat berharga ini dapat diperoleh dengan menciptakan hutang berupa deposito bank umum.

Alat (instrumen) Kebijakan Moneter

Peranan kebijakan moneter biasanya tampak jelas pada saat suatu perekonomian berusaha untuk menciptakan dan memelihara tingkat kestabilan ekonomi. Kebijakan ini sangat besar pengaruhnya bagi kemajuan perdagangan, industri, keuangan, kesempatan kerja dan hal-hal lain yang berkaitan dengan pola kebijakan ekonomi pada umumnya. Untuk mendorong pertumbuhan dan perkembangan ekonomi, kebijakan moneter amat diperlukan dalam pembentukan tabungan sebagai sumber pembiayaan pembangunan.

Kebijakan moneter merupakan tindakan yang dilakukan oleh penguasa moneter untuk mempengaruhi jumlah uang beredar dan tingkat kredit, yang nantinya akan mempengaruhi kegiatan ekonomi masyarakat. Bank sentral sebagai salah satu otorita moneter dapat melaksanakan kebijakan moneter yang dapat diklasifikasikan , ke dalam bentuk :

1. Instrumen umum : a. Politik Pasar Terbuka (Open Market Operation) b. Politik Gadangan Minimum (Reserve Requirement Policy) c. Politik Diskonto (Rediscount Rate Policy)

2. Instrumen selektif : a. Margin Requirements b. Penentuan Tingkat Bunga

3. Instrumen Moral Suasion (Open Mouth Policy).

Bank Indonesia sebagai Bank Sentral

Setelah diuraikan mengenai tugas/fungsi serta kebijakan moneter bank sentral, berikut akan dibicarakan mengenai Bank Indonesia sebagai bank sentral di Indonesia. Undang-undang yang mengatur tentang Bank Indonesia adalah UU Nomor 13 tahun 1968. Ada beberapa hal yang penting untuk dibicarakan, berkaitan dengan Undang-undang Bank Indonesia, yang antara lain:

A. Tugas Pokok Bank Indonesia (bab IV pasal 7)

Disebutkan bahwa tugas pokok Bank Indonesia adalah membantu pemerintah dalam: 1. Mengatur, menjaga dan memelihara kestabilan nilai rupiah. 2. Mendorong kelancaran produksi dan pembangunan serta mempesluas kesempatan kerja, guna meningkatkan taraf hidup rakyat.

Kedua tugas pokok Bank Indonesia dapat dirinci menjadi : 1. Pengedaran uang (pasal 26-28) a. Bank Indonesia mempunyai hak tunggal untuk mengeluarkan uang kertas dan logam. b. Bank Indonesia dapat mencabut kembali uang yang telah dikeluarkan serta menarik kembali dari masyarakat.

2. Perbankan dan Perkreditan (pasal 29-33) Di bidang perbankan, pembinaan dilakukan dengan : a. Merperluas, memperlancar, dan mengatur lalu lintas pembayaran giral dan kliring. b. Menetapkan ketentuan-ketentuan umum tentang solvabiltas dan likuiditas bank umum c. Membimbing bank umum. d. Meminta laporan dan memeriksa aktivitas bank.

Di bidang perkreditan : a. Menyusun rencana kredit. b. Menetapkan tingkat dan struktur bunga. c. Menetapkan batasan pemberian kredit. d. Memberikan kredit likuiditas kepada bank. e. Sebagai lender of last resort.

3. Berkaitan dengan pemerintah/APBN (pasal 34-36) a. Sebagai pemegang kas pemerintah, b. Menyelenggarakan pemindahan uang pemerintah ke seluruh wilayah Republik Indonesia, c. Membantu penempatan surat hutang negara, penatausahaan serta pembayaran kupon, dan pelunasannya, d. Memberikan kredit dalam bentuk rekening koran untuk memperkuat kas negara..

4. Bidang pengerahan dana masyarakat (pasal 37) Bank Indonesia mendorong pengerahan dana masyarakat oleh perbankan umum dengan tujuan untuk usaha pernbangunan yang produktif dan berencana.

5. Bidang hubungan internasional (pasal 38-40) a. Menyusun rencana devisa guna menjaga dan memelihara kestabilan nilai rupiah terhadap valuta asing b. Melaporkan dan menjaga keseimbangan neraca pembayaran.

B. Dewan Moneter (bab VI pasal 9 s/d 14)

Dalam menjalankan togas pokok tersebut harus bertitik tolak pada kebijakan yang telah ditetapkan oleh pemerintah dengan bantuan dewan moneter. Hal ini berkaitan dengan tugas/fungsi dewan moneter untuk membantu Pemerintah dalam merencanakan dan menetapkan kebijakan moneter dengan mengajukan patokan-patokan dalam usaha menjaga kestabilan moneter, pemenuhan kesempatan kerja, dan peningkatan taraf hidup rakyat. Di samping itu, dewan moneter juga bertugas memimpin dan mengkoordinir pelaksanaan kebijakan moneter yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Keputusan Dewan Moneter diambil dengan hikmah musyawarah untuk mufakat. Apabila Gubernur Bank Indonesia tidak dapat memufakati hasil musyawarah Dewan Moneter, maka ia dapat mengajukan pendapatnya kepada pemerintah. Dewan Moneter ini terdiri atas 3 orang anggota yaitu menteri-menteri yang membidangi keuangan dan perekonomian serta Gubemur Bank Indonesia. Ketua Dewan moneter dipegang oleh Menteri Keuangan.

C. Usaha-usaha Bank Indonesia (pasal 41-43) Dalam melaksanakan tugas sebagai bank sentral maka Bank Indonesia : a. Memindahkan uang dan penarikan saldo. b. Menerima dan membayarkan kembali uang dalam rekening koran. c. Membeli dan menjual wesel kertas perbendaharaan atas beban negara, dan surat hutang negara. d. Membeli dan menjuat cek, surat berharga. Membeli jaminan bank (bank garansi). e. Menyediakan tempat penyimpanan barang-barang berharga.

Intrumen Moneter Bank Indonesia

Dalam menjalankan fungsinya untuk mengendalikan sektor moneter. Bank Indonesia meng-gunakan beberapa instrumen moneter berupa kebijakan :

1. Cash Ratio (minimum reserve requirement ratio) 2. Discount rate (kebijaksanaan suku bunga) 3. Open market operation (operasi pasar terbuka) 4. Refinancing facility 5. Credit Allocation 6. Foreign exchange rate

Cash ratio adalah perbandingan antara alat-alat likuid yang dikuasai dengan kewajiban-kewajiban yang segera dapat dibayar (current liabilities). Perbandingan tersebut harus menghasilkan minimal 2%, sesuai dengan ketentuan Pakto (Paket Oktober) 1988 yang menyebutkan bahwa Bank Indonesia menurunkan cash ratio dari 15% menjadi 2%, sehingga kemampuan loanable funds perbankan menjadi bertambah besar. Komponen alat-alat likuid yang dikuasai pada dasarnya adalah primary reserve yang terdiri dari uang kas dan saldo rekening di Bank Indonesia. Di sisi lain, secondary reserve tidak diperhitungkan di dalam cash ratio tetapi digunakan untuk menyangga primary reserve atau usaha-usaha lain yang memperoleh earning assets.

Kebijakan suku bunga yang dimaksud, baik dalam bentuk simpanan maupun kredit, lebih bersifat tidak langsung dalam arti Bank Indonesia hanya memberikan pedoman saja kepada perbankan. Beberapa ciri penting kebijakan suku bunga selama masa perbangunan adalah bersifat aktif, realistik, fleksibel, dan selektif.

Kebijakan yang terakhir tersebut merupakan operasi moneter bank sentral yang amat populer. Operasi pasar terbuka yang dilakukan bank sentral adalah erat kaitannya dengan pengaturan jumlah uang yang beredar, khususnya total uang (uang kartal dan uang giral). Artinya, Bank Indonesia terjun dalam perdagangan surat berharga di pasar uang. Bila Bank Indonesia ingin menambah jumlah uang beredar, maka Bank Indonesia menjual surat berharga. Dengan policy ini, uang masyarakat akan tersedot ketangan Bank Indonesia, dan sebaliknya.

Instrumen fasilitas pembiayaan dimaksudkan sebagai fasilitas yang diberikan oleh Bank Indonesia bagi bank-bank umum dalam bentuk kredit likuiditas. Tujuan utama instrumen ini adalah untuk memperlancar pemberian kredit oleh bank bagi kegiatan investasi, pengadaan barang kebutuhan masyarakat dan kelancaran distribusi. Kredit likuiditas dapat dibagi menjadi kredit likuiditas biasa, kredit likuiditas gadai ulang dan kredit likuiditas darurat. Semenjak deregulasi perbankan 1 Juni 1988, kebijakan ini lebih dikenal sebagai fasilitas diskonto (discount window) dan dibagi menjadi dua macam yaitu fasilitas diskonto I dan II.

Instrumen credit allocation atau dikenal juga sebagai selective credit control, merupakan pengaturan Bank Indonesia terhadap arah pemberian kredit sesuai dengan prioritas pembangunan maupun jumlah total pemberian kredit menurut sektor ekonomi yang perlu dibantu oleh perkreditan Bank Indonesia.

Perbandingan nilai mata uang rupiah dengan seperangkat mata uang asing yang beredar di pasaran dunia merupakan suatu kebijakan yang amat penting. Sebagai bank sentral yang diberi tugas untuk mengatur neraca pembayaran Indonesia, penetapan kurs mata uang asing harus dilakukan dengan pertimbangan-pertimbangan yang matang. Penyesuaian kurs mata uang rupiah terhadap mata uang asing harus dilakukan secara terus menerus, agar tidak terjadi penilaian yang terlalu rendah atau pun yang terlalu tinggi, karena kedua kondisi tersebut akan merugikan perekonomian Indonesia.

Sistem Moneter di Indonesia

Di dalarn pasar uang terdapat dua pelaku utama yaitu kelompok kreditur (yang menawarkan dana) dan kelompok debitur (yang membutuhkan dana). Pelaku: pasar uang juga dapat dilakukan dalam bentuk pengelompokan sesuai dengan perannya dalam proses penciptaan uang. Atas dasar ini, maka terdapat tiga pelaku utama dalam pasar uang yaitu :

1. Otorita moneter (bank sentral dan pemerintah)
2. Lembaga keuangan (bank dan bukan bank)
3. Masyarakat (rumah tangga dan produsen)

Otorita moneter mempunyai peran utama sebagai sumber awal terciptanya uang beredar. Kelompok ini merupakan sumber penawaran uang kartal yang menjadi sumber untuk memenuhi permintaan masyaraloat akan uang, di sisi lain juga merupakan sumber penawaran uang (dikenal sebagai reserve bank) yang dibutuhkan oleh lembaga-lembaga keuangan. Dengan demkian, uang kartal (currency) dan cadangan bank adalah uang inti atau uang primer.

Lembaga keuangan dapat berbentuk bank atau bukan bank. Peran utama kelompok ini adalah sebagai sumber penawaran uang giral (demand deposit, deposito berjangka (time deposit), simpanan tabungan (saving deposio), serta aktiva aktiva keuangan lain yang dibutuhkan masyarakat. Seluruh jenis penawaran tersebut dikenal juga sebagai uang sekunder. Berdasarkan peran yang dipegang oleh kedua kelompok di atas, yakni sebagai supplier seluruh kebutuhan uang yang diinginkan masyarakat maka kedua kelompok ini (otorita moneter dan lembaga keuangan). Disebut dengan sistim moneter (monetary system).

Masyarakat sebagai pelaku pasar uang ketiga, dapat diartikan sebagai konsumen akhir uang yang tercipta. Uang yang diperoleh dalam hal ini dapat digunakan untuk memperlancar kegiatan-kegaitan produksi, konsumsi, dan pertukaran.

Kliring

Salah satu fungsi, yang dimiliki oleh bank umum adalah melakukan transaksi lalu lintas pembayaran. Mekanisme pembayaran bagi bank umum dari satu pihak ke pihak lain, akan lebih mudah bila kedua pihak mempunyai rekening di bank yang sama. Tetapi akan lebih sukar untuk menyelesaikan pembayaran antara pihak-pihak yang memiliki rekening, di bank yang berbeda dan lebih sukar lagi kalau bank tersebut tidak berada disatu daerah. Konsekuensinya, satu bank umum akan berhubungan langsung dengan bank umum lain dalam menyelesaikan utang piutangnya. Ini pun masih banyak dijumpai kesulitan-kesulitan antara lain jam pertemuan, tempat pertemuan, dan sebagainya. Sebagai contoh, apabila bank akan menyelesaikan utang piutangnya dengan bank B, C, D dan E; maka bank A harus berhubungan langsung dengan bank-bank tersebut. Demikian pula apabila bank B akan menyelesaikan utang-piutangnya kepada bank A, C, D, F dan G, maka bank B akan berhubungan langsung dengan bank-bank tersebut. Mekanisme penyelesaian utang-piutang ini akan menyangkut banyak bank, memerlukan waktu yang cukup lama, biaya yang besar, serta tenaga yang kurang efisien. Keadaan demikian ini dirasa dapat menghambat kegiatan operasional perbankan. Oleh karena itu, muncul suatu gagasan untuk membentuk lembaga kliring yang kemudian diselenggarakan oleh Bank Indonesia sebagai bank sentral (pada tanggal 7 Maret 1967). Dengan adanya lembaga kliring, masalah seperti waktu pertemuan, tempat, siapa yang hadir, besarnya dana yang dibutuhkan untuk penyelesaian utang piutang dan sebagainya, telah ditentukan dan diorganisir. Tujuan yang diinginkan dari terbentuknya lembaga kliring adalah untuk memajukan atau memperlancar lalu lintas pembayaran giral serta layanan kepada masyarakat yang menjadi nasabah bank. Dengan demikian, perhitungan utang piutang diharapkan dapat dilakukan secara mudah, cepat, aman, dan efisien.

Kata kliring berasal dari kata clear (bahasa Inggris). Kamus The New Grolier Webster International Dictionary of the English Language, memberikan definisi clearing sebagai berikut

“The act of exchanging drafts on each other and settling the differences."

(Kegiatan mengadakan tukar menukar warkat antara satu bank dengan bank lainnya dan menetapkan perbedaan-perbedaannya)

Menurut kamus perbankan yang disusun oleh Tim Penyusun Kamus Perbankan Indonesia 1980, kliring adalah perhitungan utang-piutang antara para peserta secara terpusat di satu tempat dengan cara saling menyerahkan surat-surat berharga dan surat-surat dagang yang telah ditetapkan untuk dapat diperhitungkan.

Syarat-syarat yang ditetapkan oleh bank Indonesia bagi suatu bank untuk dapat ikut serta dalam kliring adalah :

1. Bank-bank yang telah mendapat ijin dari bank Indonesia terlebih dahulu.
2. Bank tersebut telah menjalankan usahanya minimal 3 bulan atas ijin Menteri Keuangan.
3. Bank tersebut telah memenuhi penilaian sebagai bank yang sehat, ditinjau dari bidang administrasi, pimpinan, maupun keuangan.
4. Jumlah simpanan giro milik masyarakat di bank yang besangkutan telah mencapai jumlah minimal 20% dari modal yang disetor.
5. Bank.peserta kliring wajib membuka rekening koran di Bank Indonesia.
6. Bank peserta kliring wajib menyetor saldo jaminan kliring.
7. Bank yang tidak tercatat sebagai peserta dapat ikut serta secara tidak langsung melalui pengikut sertaannya dengan bank lain (peserta).

Bank peserta kliring pada suatu saat dapat dihentikan kegiatannya oleh bank Indonesia jika bank tersebut tidak dapat memenuhi kewajibannya dalam kliring serta keadaan keuangan bank yang bersangkutan tidak memungkinkan untuk memenuhi kewajiban dalam kliring.

Di dalam lembaga kliring, semua peserta kliring bertemu untuk mengadakan perhitungan/ penyelesaian dokumen-dokumen yang diterima dari masing-masing nasabah. Dokumen-dokumen yang diselesaikan di dalam lembaga kliring disebut warkat kliring. Dengan kata lain, warkat adalah alat lalu lintas pembayaran giral yang diperhitungkan dalam kliring. Warkat-warkat yang dapat diperhitungkan.dalam kliring antara lain harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :

1. Warkat dinyatakan dalam mata uang rupiah dan bernilai nominal penuh (face value).
2. Warkat-warkat tersebut dikeluarkan oleh bank peserta kliring
3. Warkat telah jatuh tempo pada waktu diperhitungkan dalam kliring.

Pada dasamya warkat-warkat tersebut dapat dikelompokkan menjadi :

1. Warkat debit. Adalah warkat bank peserta lain yang diterima di loket sendiri atau yang dapat menimbulkan tagihan bank pada peserta lain. Di dalam praktiknya, warkat debit dapat berupa cak, bilyet giro, wesel, nota kiriman uang dari kota lain untuk keuntungan nasabah.
2. Warkat kredit. Adalah warkat bank peserta sendiri yang diterima di loket, dengan maksud untuk dipindahbukukan ke rekening lain di bank peserta lain. Dengan demikian, warkat semacarn ini merupakan utang pada bank peserta lain. Warkat kredit dapat berupa surat perintah pemindahbukuan dan nasabah giro ke rekrning giro di bank peserta lain.

Similar Documents

Free Essay

Ra9501 Sec.19 Report

...Trade and Industry, and the SB Corporation shall be jointly responsible in organizing activities for the event.” Mayor declares 2nd week of July as MSME week in Davao City http://www.pia.gov.ph/news/index.php?article=1561341210151 (posted July 3, 2012) Spearheaded by the Davao City MSME Development Council, several activities are lined up for the celebration slated from July 9 to 13. 1. MSME Week Exhibit at the Davao City Pasalubong Center and Abreeza Ayala Mall, 2. Seminars and trainings for MSMEs, financing forum and food safety seminar in public markets: * Solid Waste Management Seminar by the City Environment and National Resources Office; * Knowing Your Currency and Briefing on the Credit Surety Fund by the Bangko Sentral ng Pilipinas, * Techno-Demo on Scented and Decorative Candle Making by the Department of Science and Technology XI, * Financial Management Seminar by Department of Trade and Industry – Davao City Field Office; * Branding and IPO Seminar, How to Start a Business and Simple Bookkeeping Seminar; * and Anti-Corruption & Integrity Initiatives Seminar by the Davao City Chambers of commerce and...

Words: 2281 - Pages: 10

Premium Essay

Pawnshop

... the 26 offices were consolidated into 12. Three new pawnshops that have complied with the requirements but are still waiting for their registration certificates brought the total respondents to fifteen. Registered pawnshops in province of Albay but located outside Metro Legazpi were not included in the list of respondents. Financial condition, management practices, and the clients' perspective were likewise not considered in the study. Sources of Data The primary source of data was the information generated through the survey questionnaires distributed to the owners and staff of the different pawnshops in Metro Legazpi. The secondary source of data came from the files and records of the Department of Thrift Banks and Non-Bank Financial Institutions, Bangko Sentral ng Pilipinas. Additional data were also culled from the related manuals, circulars, memoranda, books, periodicals, and other related literatures and studies reviewed. Methodology The study employed the triangular method in the instrumentation process - interview, questionnaire and observation. Two...

Words: 1856 - Pages: 8

Premium Essay

The Man

...26 offices were consolidated into 12. Three new pawnshops that have complied with the requirements but are still waiting for their registration certificates brought the total respondents to fifteen. Registered pawnshops in province of Albay but located outside Metro Legazpi were not included in the list of respondents. Financial condition, management practices, and the clients' perspective were likewise not considered in the study. Sources of Data The primary source of data was the information generated through the survey questionnaires distributed to the owners and staff of the different pawnshops in Metro Legazpi. The secondary source of data came from the files and records of the Department of Thrift Banks and Non-Bank Financial Institutions, Bangko Sentral ng Pilipinas. Additional data were also culled from the related manuals, circulars, memoranda, books, periodicals, and other related literatures and studies reviewed. Methodology The study employed the triangular method in the instrumentation process - interview,...

Words: 1855 - Pages: 8

Premium Essay

Private Banking Institution

...various types of banks, from large universal banks to small rural banks and even non-banks. As at 17 February 2014,[1] there were 36 universal and commercial banks, 71 thrift banks, 533 rural banks, 40 credit unions and 6,267 non-banks with quasi-banking functions, all licensed with the Bangko Sentral ng Pilipinas (Central Bank of the Philippines) under Republic Act No. 8791, also known as the General Banking Act of 2000.  On top of regular banking services offered by universal, commercial, thrift and rural banks, there are savings and loans association which are mainly based in communities and among retirees in the armed forces and the police organization and other employees of the government of the Philippines. Prominent of these small savings services is the Armed Forces of the Philippines Savings and Loans Association, Inc. or AFSLAI which is exclusive to active servicemen and retirees of the armed forces in the Philippines. List of major universal and commercial banks  Banco de Oro Universal Bank (BDO Unibank)  Metropolitan Bank and Trust Company  Bank of the Philippine Islands (BPI)  Land Bank of the Philippines  Philippine National Bank  Development Bank of the Philippines  China Banking Corporation (Chinabank)  Rizal Commercial Banking Corporation  UnionBank of the Philippines  Security Bank Corporation  Citibank, N.A.  United Coconut Planters Bank  Hongkong and Shanghai Banking Corporation  East West Bank  Philtrust Bank (Philippine...

Words: 850 - Pages: 4

Premium Essay

Blabla

...merger MANILA, Philippines—Philippine National Bank plans to offer new shares to all stockholders of Allied Bank at P70 per share pursuant to the merger between the two banks via a share-swap. PNB plans to offer 423.96 million common shares worth a total of P29.68 billion to Allied Bank shareholders, based on the bank’s application for registration of securities at the Securities and Exchange Commission. This offer was based on the exchange ratio of 130 PNB common shares for each Allied Bank common share and 22.763 PNB common shares for each Allied Bank preferred share. As a result of the merger, PNB will have a combined outstanding capital stock of 1.086 billion common shares of which 423.96 million new common shares are issued to Allied Bank stockholders with an issue value of P29.68 billion. An application to list the new shares is expected to be submitted to the Philippine Stock Exchange before the end of this month. While PNB and Allied Bank executed their merger last February, this offer will complete the consolidation of shares into PNB which will be the surviving bank. “The merger marks a special milestone for both PNB and Allied Bank. The synergies arising from the broadened network, diversified deposit base and improved scale will provide a compelling value proposition for their various stakeholders,” PNB said in the regulatory filing. “In creating the country’s fourth largest privately -owned bank, the merged bank will be in a prime position to improve customer...

Words: 5373 - Pages: 22

Free Essay

Effect of Daily Allowance

...Media Releases BSP Conducts Learning Outreach Activities in Dipolog City | 08.06.2015The Bangko Sentral ng Pilipinas (BSP) will conduct the fourth leg of its Economic and Financial Learning Program (EFLP) for 2015 in Dipolog City on 10 to 13 August 2015. The EFLP consolidates the learning outreach activities of the BSP under one flagship program.  It includes a series of learning sessions that aim to promote greater public awareness and understanding of key economic and financial issues. The EFLP also embodies the goal of the BSP to promote economic and financial education among its stakeholders, who can then become more effective partners of the BSP in safeguarding price stability and in ensuring a stronger and safer banking and payments system.The following programs will be conducted: * “Project BRO (BSP Reaches Out),” a savings campaign for kids and teens from Grade 1 to Grade 10, scheduled on 10 August 2015, Monday, Dipolog Pilot Demonstration School (8:00 to 11:00 a.m.) and St. Vincent School (1:30 to 4:30 p.m.); and 11 August 2015, Tuesday, Zamboanga del Norte High School (8:00 to 11:00 a.m.), and St. Mary’s Academy (1:30 to 4:30 p.m.);  * “Be up to SPeed on BSP,”  Information Campaign on the Role of the BSP in the Economy, 11 August 2015, Tuesday, 1:30 to 4:30 p.m. (module for the workforce), and 12 August 2015,  Wednesday,  8:30 a.m. to  12:00 noon (module  for students), Ariana Hotel; * Financial Education Expo for the Working Sector, 12 August 2015, Wednesday...

Words: 1526 - Pages: 7

Premium Essay

Bitter Gourd

...placing all banks under the Bureau of Treasury. The Insular Treasurer was authorized to supervise and examine banks and banking activities.  |   |   | February 1929 | The Bureau of Banking under the Department of Finance took over the task of banking supervision. |   |   | 1939 | A bill establishing a central bank was drafted by Secretary of Finance Manuel Roxas and approved by the Philippine Legislature. However, the bill was returned by the US government, without action, to the Commonwealth Government. |   |   | 1946 | A joint Philippine-American Finance Commission was created to study the Philippine currency and banking system. The Commission recommended the reform of the monetary system, the formation of a central bank and the regulation of money and credit.The charter of the Central Bank of Guatemala was chosen as the model of the proposed central bank charter. |   |   | August 1947 | A Central Bank Council was formed to review the Commission’s report and prepare the necessary legislation for implementation. |   |   | February 1948  | President Manuel Roxas submitted to Congress a bill “Establishing the Central Bank of the Philippines, defining its powers in the administration of the monetary and banking system, amending pertinent provisions of the Administrative Code with respect to the currency and the Bureau of Banking, and for other purposes. |   |   | 15 June 1948 | The bill was signed into law as Republic Act No. 265 (The Central Bank Act) by President...

Words: 2270 - Pages: 10

Premium Essay

Effectiveness of Credit Risk Management on the Financial Performance of Philippine Universal Banks

...Philippine Universal Banks Marylet H. Ilagan Master in Business Administration Lyceum of the Philippines University-Batangas Effectiveness of Credit Risk Management on the Financial Performance of Philippine Universal Banks Banks are considered to be in the business to safeguard money and other valuable of the clients; provide loans, credit and payment services; and even offer investment and insurance products. This financial institution is also critical in handling and surviving different types of risks. The issue on credit risk has greater concern on the level of perceived risk from business conditions, since this risk most likely prompts bankruptcy. The turmoil in the banking industry highlights the effectiveness of credit risk management. Credit risk management is a structured approach to managing uncertainties through risk assessment, developing strategies to manage it, and mitigation of risk using managerial resources (Achou & Tenguh, 2008). Its quality is the main indicator of the bank’s financial soundness. Boahene et all (2012) stressed that default of loans and advances shows serious setbacks not only for borrowers and lenders but also to the entire economy of a country. Studies of banking crises all over the world have shown that poor loans (asset quality) are the key factor of bank failures. In one of the published report of Asian Banker Research (2011), Philippine banks are considered to...

Words: 1585 - Pages: 7

Premium Essay

Essay

...ALLIED BANK COMPANY BACKGROUND: Allied Bank’s history can be traced back to the defunct General Bank and Trust Company (General Bank). In 1977, Lucio Tan acquired the General Bank for only P500,000 and renamed it as Allied Bank. In 1981, it was authorized by the Bangko Sentral ng Pilipinas to operate an expanded foreign currency division and became a universal bank. A year later, Allied Bank opened the Allied Capital Resources, Ltd. in Hong Kong. In 1979, it became the number one bank in terms of total resources among the 26 private banks in the Philippines. By 1982, the bank has been granted a universal banking license. In 1986, Allied Bank acquired a development bank and renamed it First Allied Savings Bank, which is now known as Allied Savings Bank. It was one of the nine founding members of BancNet in 1990. Allied Bank reached a milestone when it became the first commercial bank to open a branch in the People’s Republic of China—the Xiamen Commercial Bank (now Allied Commercial Bank). Since then, Allied Bank has put up representative offices in Tokyo, Sydney and Bangkok. In 2003, Allied Bank entered the bancassurance with a 25% stake in the New York Life Philippines, Inc. Four years later, it acquired an additional 50% of the life insurance company making New York Life a subsidiary of Allied Bank. Alliedbankers Insurance Corporation is formerly the Sincere Insurance Company, Inc. Which was incorporated in 1960. The Lucio Tan Group of Companies (LTGC) acquired...

Words: 1995 - Pages: 8

Premium Essay

Pawnshop Industry

...Introduction It is said that Pawnbroking is the oldest source of credit. (Caskey, 1994) Pawnshop loans are small, short-term, collateralized loans typically used by low-income consumers. Despite their small principal, however, pawnshop loans are an important tool that many customers use to manage their monthly finances during financial shortfalls. (Carter and Skiba, 2012) In the Philippines, Pawnshop is one of the financial service providers (FSP) that are helping to increase the access to financial services of underserved and unserved. For many Filipinos, pawning is the most convenient way to raise money, easier than securing a bank loan. In the Bangko Sentral ng Pilipinas Report on the State of the Financial Inclusion in the Philippines in 2011, the Banking sector is accounted for more than 80 percent of the total resources of the financial system. This means that the 20 percent are shared by other service providers such as pawnshops, money changers, remittance agents and FX dealers. Some municipalities in the Philippines have no banking presence but have access to pawnshops. While pawnbroking is the main business activity of pawnshops, nowadays many pawnshops are engaging into other auxiliary businesses such as money changing, remittance facilitation, foreign exchange dealership, and bills payment facilitation. Moreover, few pawnshops are offering cash in-cash out centers and offer mobile banking services. Financial economists have produced a large number of theoretical...

Words: 489 - Pages: 2

Premium Essay

National Remittance Conference

...REMITTANCE FOR DEVELOPMENT IN NEPAL National Remittance Conference 2013 REPORT Kathmandu, Nepal 28 November 2013 Mandeep Karn Dibayashwor Raj Baidya Organized by National Banking Training Institute (NBTI) in association with the Asian Development Bank (ADB), and hosted by the Mr. Sanjib Subba, CEO and Company Secretary, NBTI. Acknowledgement APEX College would like to express its gratitude to the National Banking Training Institute for the great learning experience opportunity and report on ‘NATIONAL CONFERENCE ON REMITTANCE FOR DEVELOPMENT IN NEPAL’ . This allowed us to participate and gather crucial conference details, data and information in regards to remittance and migrant workers of Nepal. The topic is pertinent to the current Nepalese context. All are related to recent conference ‘National Remittance Conference- 2013: national conference on remittance for development in Nepal’. Abstract A remittance is basically the transfer of money by a foreign worker to his or her home country or simply sending an amount of money from one country to another. Money sent home by migrants constitutes the second largest financial inflow to many developing countries, exceeding international aid. According to World Bank report in 2012, $401 billion new remittance record went to developing countries with overall global remittances (including developed countries) topped $514 billion. Our economy at large is remittance based economy. Remittance accounts for 25% of GDP (Gross...

Words: 5411 - Pages: 22

Premium Essay

Tech Company

...Standard Chartered Asia economist Jeff Ng said that the 2015 Philippine economy will remain “anchored” amidst the “tempest” in the global financial system resulting from the frequent adjustments in US interest rate. Mr. Ng pointed out that provided vital infrastructure investments are laid in place, The Philippines may likely reach the higher end of the projection this year. “We expect the Philippines to still outperform the rest of its Asean neighbors. It’s a bright spot in Asia”. He added, “The Philippines is seen as a standout.” Relevance: Standard Chartered Bank has strong confident to stay their business in the Philippines due to good economic development and improving standards of living, poverty levels in emerging market economies (EMEs) are dropping. High opportunity to reach their target market because of high consumer market and investment potential in an economy. The bank expects the Bangko Sentral ng Pilipinas (BSP) to increase interest rates by 50 basis points by the fourth quarter of this year, as major economies continue to adjust their monetary policies as concern over the world economic growth linger. Philippines GDP Growth Rate rise up to 6% in 2015 The Philippines GDP advanced 1.1 percent in the third quarter of 2015, down from an upwardly revised 2.0 percent expansion reported in April to June and below market expectations. While the agriculture sector further contracted, growth in the services and industry sectors slowed. GDP Growth Rate in Philippines...

Words: 6401 - Pages: 26

Premium Essay

Wala Lang

...to be the bank of choice, known for financial strength and superior delivery of innovative products and services, driven towards total customer satisfaction. Mission We shall be guided by our chosen corporate values of Commitment, Integrity, Excellence, Leadership and Teamwork in: * developing long-term partnership with clients through the delivery of responsive, innovative, and value added products and services; * providing delivery channels that are relevant to our market to ensure convenience and increase the bank’s accessibility; * creating dynamic and meritocratic employee work environment and foster mutual respect, provides professional and personal growth and encourages creativity; * dealing fairly with business partners; and * ensuring optimum returns for our stock holders. II. Nature of Business Asia United Bank Corporation (AUB) is among the very few commercial banks that was granted a full-branch license in 1997 and is operating until this day. AUB was registered with the Securities and Exchange Commission (SEC) on October 3, 1997. Its registered office and principal executive offices are located at Joy-Nostalg Center, 17 ADB Avenue, Ortigas Center, Pasig City, Philippines. AUB was granted the authority to operate as a commercial bank under the Monetary Board (MB) Resolution No. 1149 dated September 3, 1997 and commenced operations on October 31, 1997. In 2012, it obtained approval from the Bangko Sentral ng Pilipinas...

Words: 1838 - Pages: 8

Premium Essay

Rural Bank

...Consultative Group to Assist the Poorest (CGAP) Working Group on Savings Mobilization RURAL BANK OF PANABO (RBP), PHILIPPINES (CASE STUDY) Ulrich Wehnert Eschborn, 1999 CGAP Working Group on Savings Mobilization CONTENTS ABBREVIATIONS LIST OF TABLES AND GRAPHS 1 CONTEXT 1.1 1.2 Macroeconomic context iv v 1 1 Context of the financial sector 1 1.2.1 Role of the central bank 1 1.2.2 Regulation and supervision 2 1.2.3 General development and characteristics of the financial sector 3 1.2.4 The impact of the Asian financial and economic crisis on the financial sector4 1.2.5 Outreach and characteristics of state interventions 4 1.2.6 Social security system 5 Social and socio-cultural context Classification of the macroeconomic, financial and socio-cultural context 5 6 7 7 8 8 9 11 11 11 12 1.3 1.4 2 INSTITUTIONAL ANALYSIS 2.1 2.2 General characteristics of the Rural Bank of Panabo Institutional type, governance and organizational structure 2.2.1 Institutional type and governance 2.2.2 Organizational structure 2.2.3 Lessons learned in institutional type, governance and organizational structure 2.2.3.1 Success factors 2.2.3.2 Limitations and risks 2.2.3.3 Possibilities of replication 2.3 Demand-oriented savings products and technologies 12 2.3.1 Characteristics of demand-oriented savings products and savings technologies 12 2.3.2 Design of demand-oriented savings products 13 2.3.3 Procedures to introduce demand-oriented savings products 13 2.3.4 Lessons learned...

Words: 16444 - Pages: 66

Premium Essay

Development Paper

...ALLOYON let me extend our over whelming thanks giving and our deepest gratitude and appreciation. I would like also to express my gratitude towards to my parents who gave us a support, of giving us money to work on this assignment. Let me give my greatest and deepest gratitude to all of my Classmates, Sir, Ma’am, thank you very much. INTRODUCTION Why do we need to borrow money? There a numerous reasons for the borrowing of money but common ones are; home loans, purchasing of cars, insurance, purchasing of business companies etc. People borrow money in general because they either can’t afford something or they have no money in cash, so they borrow from the bank, the disadvantage however is that you have to pay it back, and what people don't realize is that the bank adds interest to the overall payment if you pay it over a period of time which is not in the month requested by the...

Words: 5047 - Pages: 21