Free Essay

Lgbt and Business Ethic

In:

Submitted By putrilhami
Words 2824
Pages 12
ETIKA BISNIS
“LGBT dan Etika Bisnis”

Disusun Oleh :
Anisa Rizky Ilahi (1131001020)
Clara Liagina (1131001070)
Putri Dwi Ilhami. DM (1131001027)

Program Studi Manajemen
Universitas Bakrie
2015/2016

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam realita kehidupan bermasyarakat, kita menyadari bahwa ada begitu beragam masyarakat dengan berbagai latar belakang kehidupan sosialnya. Sebagian orang menganggap bahwa masyarakat hanya terbagi menjadi masyarakat putih dan hitam, yang putih sudah jelas merupakan masyarakat dari golongan baik-baik dan terpelajar, sedangkan yang hitam merupakan sampah masyarakat disebabkan oleh pelanggaran-pelanggaran dan penyimpangan yang dibuatnya. Namun tak banyak yang mengetahui bahwa sebenarnya ada masyarakat abu-abu, mereka nampak normal dan baik akan tetapi karena perilakunya yang berbeda maka mereka dianggap menyimpang dan menjadi masalah sosial di masyarakat. Kaum marjinal ini memiliki kebiasaan atau gaya hidup yang berbeda dan unik jika dibandingkan dengan mayoritas individu atau golongan dalam masyarakat. Hal ini mengakibatkan seringkalinya kaum minoritas ini mengalami diskriminasi dari masyarakat yang mengganggap bahwa mereka menyimpang dan mengganggu kepentingan sosial.
Fenomena social yang dewasa ini menyeruak adalah mengenai orientasi seksual yang berbeda dari mayoritas manusia seperti lesbian, gay, biseksual, dan transjender atau yang biasa disebut LGBT. Maraknya perilaku LGBT menimbulkan berbagai tanggapan pro dan kontra dimasyarakat. Paper ini akan menjelaskan bagaimana LGBT di Indonesia dan pengaruhnya terhadap bisnis.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian LGBT
Secara sosiologis, homoseksual (Soekanto, 2004) adalah seseorang yang cenderung mengutamakan orang yang sejenis kelaminnya sebagai mitra seksual. Homoseksual mencakup empat kelompok besar yaitu LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender). Sehingga hubungan ini tidak terbatas hanya antara pria dengan pria saja yang dikenal dengan istilah Gay, namun dapat juga yaitu Lesbian. Seseorang yang menderita konflik batin karena perbedaan identitas diri yang bertentangan dengan identitas sosial sehingga mengubah karakteristik dirinya disebut dengan Transgender. Sedangkan Biseksual memiliki kecenderungan untuk menyukai pria maupun perempuan secara bersamaan.
Tidak semua LGBT itu berasal dari lahir tetapi ada faktor-faktor lain yang mempengaruhinya seperti faktor lingkungan. Lesbian adalah orientasi seksual seorang perempuan yang hanya mempunyai hubungan antara perempuan dengan perempuan. Gay adalah orientasi Seksual seorang Pria yang hanya Mempunyai Hasrat Sesama Pria. Kaum gay masih tetap merasa dan menganggap dirinya sebagai laki-laki. Dalam mewujudkan seksualitasnya, ada yang bertindak sebagai pihak pasif (seperti peran perempuan dalam hubungan seksual) dan ada yang bertindak sebagai pihak aktif (seperti peran laki-laki), tetapi masing-masing tetap menganggap diri sebagai laki-laki, baik secara fisik maupun psikis. Biseksual adalah orientasi seksual seorang pria/wanita memiliki kecenderungan untuk menyukai pria maupun perempuan secara bersamaan. Dan transjender adalah orientasi seksual seorang pria/wanita dengan mengidentifikasi dirinya menyerupai pria/wanita yang menderita konflik batin karena perbedaan identitas diri yang bertentangan dengan identitas sosial sehingga mengubah karakteristik dirinya.
Pada lingkungan kebudayaan yang relatif modern, keberadaan kaum homoseksual masih ditolak oleh sebagian besar masyarakat sehingga eksistensinya berkembang secara sembunyi-sembunyi. Gadpaille (1989) menyatakan bahwa pada masa sekarang masyarakat modern cenderung bersikap negatif terhadap aktivitas erotik antar sesama jenis kelamin. Pandangan negatif mengenai homoseksual inilah yang menyebabkan homoseksual cenderung tidak diterima masyarakat, rentan mengalami diskriminasi, cemoohan serta sanksi-sanksi sosial lainnya. Sanksi sosial yang diberikan masyarakat pada umumnya beragam, mulai dari cemoohan, penganiayaan, hingga hukuman mati seperti yang pernah terjadi pada negara-negara di barat. Penolakan serta diskriminasi masyarakat terhadap kaum homoseksual yang berupa tuntutan untuk menjadi heteroseksual dalam seluruh aspek kehidupan melatarbelakangi keputusan sebagian kaum homoseksual untuk tetap menyembunyikan keadaan orientasi seksualnya dari masyarakat sehingga orang-orang yang memiliki orientasi homoseksual memilih untuk menutupi orientasi seksualnya baik secara sosial, adat dan hukum. Sejumlah negara keberatan terhadap perilaku homoseksual sebagian besar adalah karena alasan keagamaan.

2.2 LGBT Di Indonesia
Indonesia merupakan salah satu negara yang sebagian besar masyarakatnya keberatan terhadap perilaku LGBT. Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang merupakan salah satu lembaga keagaamaan terbesar di Indonesia mengungkapkan penolakan terhadap segala bentuk propaganda, promosi, dan dukungan terhadap legislasi dan perkembangan lesbian, gay, biseksual, dan transjender (LGBT) di Indonesia. Ketua umum MUI juga mengungkapkan bahwa aktivitas LGBT bertentangan dengan Pancasila sila pertama dan kedua, UUD 1945 Pasal 29 ayat (1), dan Pasal 28 J serta UU Nomor 1 tahun 1974 tentang perkawinan. Selain itu, penolakan terhadap kaum LGBT juga diungkapkan oleh Menteri Sosial yaitu Khofifah Indar Parawansa. Beliau mengatakan bahwa kaum LGBT telah menyasar anak-anak kurang mampu dengan memberikan hadiah untuk membujuk anak tersebut mengikuti perilaku kaum LGBT. Dalam salah satu acara televisi, dr. Fidiansyah selaku dokter psikologi juga menyebutkan bahwa lesbian dan gay merupakan penyakit psikologi yang dapata disebabkan oleh keluarga yang tidak utuh, pergaulan dan lingkungan, serta pernah mengalami kekerasan seksual. Dokter Fidiansyah juga menyebutkan bahwa lesbian dan gay merupakan penyakit yang dapat disembuhkan oleh psikolog yang tepat dan kemauan dari kaum minoritas tersebut.

BAB III
LGBT DAN ETIKA BISNIS 3.1 Ethic Dilema
Perdebatan mengenai LGBT beberapa waktu terakhir menimbulkan banyak asumsi dimana disatu sisi mengatakan bahwa penolakan masyarakat terhadap LGBT telah mencederai hak asasi manusia dimana setiap manusia berhak untuk memilih pasangan hidupnya, berhak untuk berkumpul dan berserikat. Selain itu masyarakat yang pro terhadap LGBT juga meyakini bahwa LGBT juga berhak untuk mengekspresikan dirinya di ruang publik, berhaak menyampaikan aspirasinya, dan juga berhak untuk mengajukan keinginannya untuk meresmikan pernikahannya.
Hal diatas jelas sangat ditentang oleh masyarakat yang kontra terhadap LGBT. Segala jenis propaganda, promosi, ataupun tindakan-tindakan yang mengekspresikan nilai terkait LGBT di ruang publik dipandang tidak benar bagi masyarakat yang kontra terhadap LGBT. Terlebih lagi masyarakat sangat menyayangkan apabila isu-isu dan informasi baik yang benar maupun tidak tentang LGBT tersebut dapat diakses oleh anak-anak bangsa.
Pro dan kontra diatas mengenai isu-isu LGBT menimbulkan ethic dilema, dimana masing-masing pihak merasa hak asasinya telah dicederai. Dilema etik ini muncul ketika ingin memutuskan mana yang harus diberikan kebebasan. Disatu sisi jika LGBT dilarang, masyarakat yang pro LGBT beranggapan bahwa kaum LGBT juga memiliki hak untuk hidup layaknya masyarakat lain yang bebas untuk berkumpul, berserikat, berkeluarga, dan mengekspresikan dirinya di muka publik. Sesuai pada pasal 28 UUD 1945 yang berbunyi “Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan...”. Namun jika hal tersebut dibebaskan maka akan ada hak asasi pihak lain yang dilanggar, khususnya hak asasi anak yang berhak untuk mendapatkan informasi yang baik dan benar.
Masyarakat pro LGBT berasumsi bahwa penolakan akan LGBT adalah pelanggaran pasal 28 UUD 1945, namun perlu diperhatikan pasal 28J UUD 1945 yang berbunyi “...untuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan pertimbangan moral, nilai-nilai agama, keamanan, dan ketertiban umum dalam suatu masyarakat demokratis.” Dalam pasal tersebut jelas disebutkan bahwa dalam menjalankan hak dan kebebasan, seseorang perlu mempertimbangkan aspek moral, agama, keamanan, dan ketertiban umum. Paham LGBT jelas melanggar aspek moral dan agama, terlebih adanya propaganda dan muncul ke muka publik mengakibatkan gangguan aspek keamanan dan ketertiban umum akibat banyaknya pro dan kontra dari masyarakat.

3.2 Ethic Problem
Ethic problem adalah masalah yang timbul akibat pelanggaran nilai-nilai etis yang berasal dari rasio manusia. Rasio didukung oleh beberapa aspek seperti ilmu pengetahuan, fakta ilmiah, data-data konkret yang membentuk suatu pemikiran rasional manusia. Banyak perdebatan tentang isu LGBT, banyak yang berasumsi bahwa LGBT melanggar nilai-nilai etis, namun banyak juga yang tidak sependapat dengan hal tersebut. Maka dari itu dibawah ini kami akan menganalisis apakah LGBT melanggar nilai moral atau tidak dari pandangan ilmu pengetahuan dan fakta ilmiah.
Manusia tercipta dengan memiliki 46 buah kromosom, 44 kromosom autosom yang membentuk karakter fenotipik dan 2 kromosom allosomes yang menentukan jenis kelamin. Dua kromosom allosomes ini yang akan membentuk seks pria (XY) dan wanita (XX) dimana kromosom ini dibawa 1 buah oleh pria dan 1 buah oleh wanita, maka akan membentuk pasangan kromosom yang menentukan jenis kelamin. Maka dapat disimpulkan manusia pada dasarnya tercipta dua jenis yaitu perempuan dan laki-laki, dimana hal tersebut dimaksudkan untuk menjaga populasi manusia di bumi dengan bereproduksi.
Reproduksi hanya dapat terjadi ketika sel sperma bertemu dengan sel ovum, yang masing-masing hanya dimiliki oleh pria dan wanita. Hal tersebut menunjukkan bahwa perbedaan jenis manusia, laki-laki dan perempuan untuk dapat berpasangan dan bereproduksi. Dalam hal ini jelas menunjukan bahwa LGBT khususnya homoseksual termasuk Gay dan Lesbian tidak sesuai dengan rasionalitas. Seseorang yang memiliki preferensi seksual sesama jenis tentu tidak akan pernah memiliki keturunan secara natural. Jika kaum homoseksual memiliki jumlah yang besar, maka akan timbul permasalahan populasi manusia. Banyak asumsi menyatakan kaum homoseksual dapat memiliki keturunan dengan menggunakan sel kelamin orang lain maupun mengadopsi seorang anak. Namun hal ini akan menimbulkan masalah baru dikemudian hari akibat informasi garis keturunan yang sudah tidak jelas. 3.3 Moral Problem
Selain asumsi mengenai LGBT menimbulkan dilema etik dan menimbulkan masalah etik,banyak masyarakat yang juga berpendapat bahwa LGBT menimbulkan masalah moral akibat ketidaksesuaian LGBT dengan nilai-nilai moral yang dianut masyarakat Indonesia. Nilai-nilai moral yang dianut dalam masyarakat disuplai oleh nilai-nilai agama dan kepercayaan, budaya masyarakat, dan hukum negara setempat.Dari aspek tersebutlah maka masyarakat dapat menentukan nilai yang dianggap benar dan salah.
Agama sebagai penyumbang utama nilai-nilai yang dianut dalam masyarakat Indonesia. Mengenai isu LGBT ini, secara jelas agama-agama di Indonesia memandang hal tersebut sebagai hal yang tidak sewajarnya dan beberapa juga beranggapan bahwa perilaku LGBT adalah perilaku yang dilarang.
Agama Islam sangat menentang adanya LGBT karena tidak sesuai dengan tujuan Allah SWT menciptakan manusia. Dalam Al-quran surat Al Faathir yang artinya :
"Dan Allah menciptakan kamu dari tanah, kemudian dari air mani, kemudian Dia menjadikan kamu berpasangan (laki-laki dan perempuan). Dan tidak ada seorang perempuanpun mengandung, dan tidak (pula) melahirkan, melainkan dengan pengetahuan-Nya. Dan sekali-kali tidak dipanjangkan umur seorang yang berumur panjang, dan tidak pula dikurangi umurnya, melainkan (sudah ditetapkan) dalam Kitab (Lauh Mahfuzh). Sesungguhnya yang demikian itu bagi Allah adalah mudah." – (QS.35:11).
Serupa dengan agama Islam, agama Kristen juga melarang adanya LGBT. Hal ini tertuang dalam Alkitab surat Kejadian 1:27-28, yang berbunyi :
“Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka, Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka: "Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi."
Dalam surat-surat tersebut jelas disebutkan bahwa pada hakekatnya pria dan wanita berpasangan untuk dapat meneruskan keturunan di bumi dan bukannya pria dengan pria maupun wanita dengan wanita. Dan masih banyak lagi surat dalam Alquran dan Alkitab yang menentang keras perilaku LGBT dan adanya ganjaran dosa atas perilaku tersebut. Jelas sekali bahwa LGBT tidak sesuai dengan nilai-nilai agama Islam dan juga Kristen.
Sedikit berbeda, agama Buddha tidak ada hukum khusus bagi perilaku LGBT. Sejak dahulu masyarakat kuno India memang telah mengenal perilaku homoseksual namun masyarakat memiliki rasa toleransi yang sangat tinggi terhadap kaum homoseksual. Hal ini buka berarti agama Buddha menganut adanya perilaku LGBT, agama Buddha memandang hal tersebut tetaplah hal yang tidak wajar dalam hubungan masyarakat namun tidak menghukum hal tersebut.
Selain itu, Ketua Umum Parisada Hindu Darma Indonesia Sang Nyoman Suwisma mengatakan agama Hindu melarang pergaulan bebas antara laki-laki dan perempuan, apalagi hubungan sesama jenis antara laki-laki dengan laki-laki atau perempuan dengan perempuan. Dalam tata krama dan tata susila agama Hindu melarang perkawinan dan hubungan antara manusia dengan jenis kelamin yang sama karena dalam sastra Hindu, Hyang Widhi menciptakan laki-laki sebagai bapak dan perempuan sebagai ibu melalui upacara perkawinan.
Hal diatas menunjukkan bahwa mayoritas agama-agama yang dianut di Indonesia tidak menganggap perilaku LGBT sebagai perilaku yang lumrah, bahkan menyalahkan nilai-nilai keagamaan.
Selain agama, budaya yang berlaku di masyarakat secara turun-temurun juga membentuk nilai moral yang dianut di masyarakat. Banyak asumsi bahwa LGBT sesuai dengan budaya Indonesia karena telah lama dianut oleh masyarakat Indonesia. Seperti pada budaya masyarakat Bugis yang mengenal 5 gender yaitu oroane (pria), makunrai (wanita), calalai (wanita berpenampilan seperti pria), calabai (pria berpenampilan seperti wanita), dan bissu (bukan pria atau wanita). Seain itu ada pula kesenian jawa yaitu reog ponorogo dimana ada yang disebut sebagai warok yang merupakan seseorang yang sakti. Warok tidak boleh berhubungan seksual dengan wanita karena akan menghilangkan kesaktiannya, maka dari itu warok melampiaskan hasrat seksualnya pada anak laki-laki yang disebut gemblak.
Dari paparan diatas tidak semerta-merta menunjukkan bahwa LGBT sesuai dengan budaya masyarakat Indonesia, melainkan memang faktanya ada beberapa praktek LGBT yang ada di masyarakat, namun tidak banyak dan bukan suatu hal yang wajar. Suku Bugis memang mengakui adanya gender lain karena hal tersebut memang ada dimasyarakat dan sebagai manusia berhak untuk saling menghormati baik masyarakat maupun yang memiliki orientasi seksual yang berbeda juga harus menghormati masyarakat mayoritas. Selain itu budaya reog ponorogo bukanlah hal yang lumrah, melainkan suatu ritual untuk mendapat kesaktian dan hanya orang-orang tertentu saja. Mayoritas budaya masyarakat Indonesia memang tidak sesuai dengan praktik LGBT namun bukan berarti kaum LGBT diasingkan melainkan saling toleransi baik masyarakat luas dan kaum LGBT yang seharusnya juga harus menghormati masyarakat luas.
Dari segi hukum negara tentang adanya pengakuan maupun pengasingan kaum LGBT, agaknya akan lebih bijak jika kita melihat lebih luas dengan membandingkan negara-negara lain di dunia. Aspek yang akan kita perhatikan adalah legalitas LGBT dimana kaum LGBT memiliki hak untuk hidup layak, legalitas pernikahan sesama jenis, izin adopsi untuk pasangan sesama jenis, dan pernyataan jender baru. Untuk sebagian besar negara-negara benua Afrika, perilaku LGBT adalah ilegal dimana pelaku LGBT dihukum penjara atau denda, hanya negara Afrika Selatan lah yang melegalkan LGBT, pernikahan sesama jenis, adopsi anak oleh pasangan sesama jenis, dan legal untuk mengganti jender pada identitas jika telah melakukan operasi penggantian kelamin. Untuk benua Amerika sebagian besar melegalkan segala hak bagi LGBT, namun pada negara-negara bagian Kepulauan Karibia justru memberi sanksi hukum berupa penjara dan denda pada kaum LGBT karena dianggap ilegal. Untuk benua Asia sebagian melegalkan adanya LGBT yang berarti tidak ada sanksi terhadap LGBT kecuali Asia Selatan dan Tengah serta negara Malaysia, Brunei, dan Mnyanmar yang menghukum kaum LGBT dengan denda dan penjara. Namun Israel sebagai satu-satunya negara Asia Barat dan Asia yang memberikan kebebasan penuh kepada kaum LGBT. Dan Benua Eropa dan Australia sangat terbuka dengan LGBT dengan memberi kebebasan pada kaum LGBT hampir diseluruh penjuru benua.
Dari segi hukum yang berlaku di Indonesia, memang Indonesia melegalkan adanya LGBT karena belum adanya hukum ataupun UU yang mengatur hukuman atas kaum LGBT. Namun pernikahan sesama jenis tetap tidak sesuai dengan hukum Indonesia khususnya hukum perkawinan. Sebagaimana yang tertuang dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1974 Pasal 1 Tentang Perkawinan yang berbunyi :
“Perkawinan ialah ikatan lahir bathin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Mahaesa.”
Dalam pasal tersebut jelas mengatur bahwa perkawinan adalah ikatan antara pria dan wanita. Di dalam aspek hukum pernikahan sesama jenis yang dilakukan oleh kaum LGBT tidak sesuai dengan hukum yang berlaku di Indonesia, dan perkawinan sesama jenis masih belum bisa untuk diresmikan di dalam negeri.

3.4 Free Will And Respect For Person
Etika tidak akan efektif bila tidak menghargai orang lain atau diri sendiri sebagai manusia. Respect harus ada karena manusia hidup bersama orang lain, apabila seseorang respect pada orang lain maka secara tidak langsung orang lain juga akan respect pada kita (mutual respect). Sama halnya dengan kasus LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual, Transgender) yang merupakan keinginan bebas (free will) seseorang. LGBT bukanlah merupakan penyakit ataupun kelainan jiwa, namun orang-orang yang terlibat dalam LGBT memiliki pandangan berbeda dalam melengkapi hidupnya sebagai manusia.
Orang-orang yang terlibat dalam LGBT memiliki hak yang sama dengan manusia lainnya yaitu hak kebebasan, hak berpendapat dan hak dihargai. Meskipun orientasi seksual mereka berbeda dengan kebanyakan manusia lainnya, orang-orang yang terlibat dalam LGBT tidak sepatutnya untuk didiskriminasi, dikucilkan maupun diacuhkan. Bahkan seharusnya sesama manusia memiliki rasa hormat dalam kebajikan menjadi orang, karena adanya tujuan diri sendiri dengan dasar diri martabat. Martabat adalah nilai tertinggi, intrinsik, tanpa syarat, independen dari yang lain, tak tertandingi, dan obyektif. Menghormati orang bukan sekedar sesuai dengan etika dan standar baik manusia tetapi juga menyangkut moral dan tanpa syarat yang diperlukan
Sebagai manusia yang memiliki martabat dan memiliki rasa respect sudah sewajibnya memiliki tanggung jawab untuk menghargai perbedaan orientasi seksual orang-orang yang terlibat dalam LGBT di masyarakat. Selama mereka tidak melakukan propaganda, tidak sepatutnya masyarakat mengambil keputusan sendiri dalam bertindak sewenang-wenang.
Rasionalitas merupakan konsep normatif yang mengacu pada kesesuaian keyakinan seseorang dengan seseorang alasan untuk percaya, atau tindakan seseorang dengan alasan seseorang untuk bertindak. Rasionalitas merupakan kebutuhan yang menjadi atribut harga diri seseorang dan pengetahuan umum yang memiliki value yang sama pada semua orang
Sesama manusia harus saling membantu dalam menjaga, merangkul, mengajak orang-orang yang terlibat dalam LGBT untuk bertindak rasional being humans and being morally responsible karena dengan rasional itu manusia memiliki tanggung jawab moral respect pada orang lain. Komunitas bertanggung jawab pada orang lain harus saling ditegakkan karena memungkinkan orang untuk hidup sebagai makhluk yang bertanggung jawab, memberikan orang kesempatan untuk melakukan perbuatan baik , memberikan pertimbangan situasi di mana orang yang tidak memiliki kemampuan, kapasitas, dan kesempatan agar dapat memilih secara bebas. Sehingga untuk menjaga tatanan sosial yang baik dimasyarakat, orang-orang yang terlibat dalam LGBT dapat dirangkul bersama untuk menjadi manusia seutuhnya sesuai fitrahnya.

Similar Documents

Premium Essay

Annotated Bib

...also setting up discriminations against people with disabilities by people with disabilities. Shrivastava, S., Shrivastava, P., & Ramasamy, J. (2015). Exploring the scope of community-based rehabilitation in ensuring the holistic development of differently-abled people. African Health Sciences, 15(1), 278-280. doi:10.4314/ahs.v15i1.36 1. This article talks about how community based rehabilitation is going to improve rehab services for the disabled population. Also touches on how this population is a sensitive population and it takes careful planning and carrying out of services to be successful. Native American Verbos, A. K., & Humphries, M. (2014). A Native American relational ethic: An indigenous perspective on teaching human responsibility. Journal of Business Ethics, 123(1), 1-9. doi:http://dx.doi.org/10.1007/s10551-013-1790-3 This journal article talks about the teaching that the Native American people live by in reference of how they treat other people. Wisdom, love, respect, bravery, honesty,...

Words: 1480 - Pages: 6

Premium Essay

Internal and External Functions of Starbucks

...Starbucks faces on a daily bases and must deal with in to implement a successful management system. Diversity not only affects a Starbucks internally but also externally in the sense that it must protect its public image to customers and creates a higher standard of competition with other businesses. Leading in any business also can be considered as a practice for diversity management because it gives the understanding that in order to fix external diversity problems; it must start by working with the internal diversity problems. (Starbucks Blog, 2011) A perfect example of this is when allegations surfaced in June 14, 2011 of a Long Island Starbucks being anti-gay after a customer posted a blog on her personal website of a manager yelling at a gay employee that they are not interested in in his politics or beliefs and his thoughts were down right offensive to his co-workers and that they are not welcomed in Starbucks. (KIROTV, 2011) This caused thousands of customers to post angry comments on Starbucks Facebook wall and news media outlets to report the story. The next day, Starbucks issued a statement and apologized for the incident added that “Starbucks has supported the LGBT community for many years, and we have zero tolerance for discrimination of any kind.” (Starbucks Blog, 2011) By issuing the statement, Starbucks was able to preserve its image and let the public known of...

Words: 524 - Pages: 3

Premium Essay

Kelloggs Workplace Equality

...employee resource groups, each focusing on a different segment: Latino, African American, Multinational, LGBT, Military veterans, Women and Young Professionals Kellogg’s ERG program presents a strong company value of diversity not only internally but also externally: they allow Kellogg’s employees from different departments but with similar backgrounds to connect with each other through projects that concern their respective segments. For example, the Latino ERG ‘HOLA’ has been involved in putting together curriculum for Spanish conversation classes and also teaching them. Offering employees the opportunity to explore and strengthen their self-identity through these kinds of projects is something that will positively influence the their job satisfaction, and therefore naturally also improve their work performance. When it comes to workplace ethics, Kellogg’s employ a thorough code of ethics, called K Values, which lays out the different social responsibilities Kellogg’s take as an employer. Through these values, Kellogg’s encourages reporting risks and safety concerns, emphasizing the importance of that over productivity and meeting deadlines. In this way, Kellogg’s motivates their employees through the disregard of business benefits, as an employee might put business benefits first, and personal well-being second, thinking the firm would not receive as large business benefits...

Words: 262 - Pages: 2

Free Essay

Difference Between Law and Morality

...HU 4640 ETHICS Homework Assignment: Difference between Law and Morality Instructor: Mr.Garmon Student: Mr. Rupert L.Griffith 03/31/15 The Debate between Law and Morality: Laws are absolute rules prescribed by government representatives, while morality has to do with personal views on what is right or wrong. A major difference between these two concepts is that a law is formal public policy that has consequences for those who violate it. Someone who murders or steals, for instance, goes to jail if found guilty in court. In contrast, someone who violates what others view as a moral standard may have no tangible consequence other than damaged relationships. Laws are sometimes viewed as legislation on moral issues. Many people lean on religious beliefs to frame their moral viewpoints. Politicians and some citizens also point to faith-based principles in suggesting that laws should follow what God commands. Others believe that laws should protect individual rights and freedoms but should not extend to topics viewed as ethical gray areas. In some cases, laws and morals evolve over time based on changing societal views. The Civil Rights laws of the 1950s and 1960s developed as Americans became more supportive of an end to segregation. Sometimes, though, principle-based politicians and leaders look to enact laws based on personal convictions, even though they may contradict the popular opinion of the time. My Position on this View: This would lend itself to the current “Religious...

Words: 584 - Pages: 3

Premium Essay

External and Internal

...Internal and External Factors Internal and External Factors Introduction Capital One is a successful business. The bank has applied the four functions of management which are planning, organization, leading, and control to aid in their success. Each component is important and it is hard for one to function without the other. There are internal and external factors that affect these four functions of management. The following will explain how these factors affect the functions of management in Globalization, Innovation, Diversity, Ethics, and Technology. Globalization Capital One Bank, as a credit card giant and one of the worlds’ strongest banks, has evolved with the current market. Globalization allows businesses to interact and trade past traditional geographic and political boundaries. This allows businesses, like Capital One Bank, to platform commerce. Production, customer service, development, and marketing strategies are internal factors to globalization according to the intelligent business plan website. The external factors include new market environments in which any and every business has to be accustomed to (Taylor, 2012). Knowing this information concludes that the manager has to exemplify immaculate planning skills. Planning specifies the goals to be achieved, weighing discrepancies, positive and negative outcomes, and appropriate options to achieve the goals presented. Globalization also includes branding and so on. This should be developed internally to know...

Words: 1409 - Pages: 6

Free Essay

Black Athlete

...Legislating the Family: Heterosexist Bias in Social Welfare Policy Frameworks Amy Lind University of Virginia Studies in Women and Gender Program This article addresses the effects of heterosexist bias in social welfare policy frameworks on lesbian, gay, bisexual and transgender (LGBT) individuals and families in the United States. It discusses the Personal Responsibility and Work Opportunity Reconciliation Act (PRWORA), the Defense of Marriage Act (DOMA), federal definitions of family and household, and stereotypes about LGBT individuals. It argues that poor LGBT individuals and families lack full citizen rights and access to needed social services as a result of these explicit and implicit biases. Key words: Welfare reform; family policy; civil rights; gay, lesbian, bisexual and transgender (LGBT); heterosexism Welfare reform is fundamentally about family policy—about promoting and privileging particular kinds of families, and about penalizing and stigmatizing others. (Cahill and Jones 2002: 1). Two pieces of legislation were passed in 1996 that set an important tone for family policy in the United States: The 1996 Personal Responsibility and Work Opportunity Reconciliation Act (PRWORA), an act that expanded welfare-to-work programs throughout the country, restricted people’s access to public assistance, and crystallized the broader restructuring of public-private boundaries; and the Defense of Marriage Act (DOMA), which defines marriage as a legal union between a man...

Words: 5734 - Pages: 23

Premium Essay

Building an Ethical Organization Part 2

...Building an Ethical Organization Part 2 Karen Carey HSM/230 August 4, 2013 Angela Murray Building an Ethical Organization Part 2 Catherine’s House is a non-profit human service agency that provides temporary shelter to lesbian, gay, bi-sexual, and transgender persons who are victims of intimate partner violence and any minor children that they may have primary custody of. Residents may remain at the shelter for 6 to 12 months depending on the evaluated need. Catherine’s House also offers counseling services by licensed professionals, provides food and clothing, transitional housing, employment resources, transportations needs to those that are employed or students, provides legal advocates to assist with obtaining protective orders, and when necessary provide state to state relocation and protective services in conjunction with law enforcement agencies. Catherine’s House is dedicated to Mrs. Catherine Sudderth-Tucker (1933-2013) who was an educator, human rights advocate, and strongly believed in equality of all persons, regardless of race, religious beliefs, gender, physical challenges, or sexual orientation. This organization is dedicated to keeping her legacy alive through the advocacy of social justice, community relations, and education. The mission statement of Catherine’s House is “FROM VICTIMS TO VICTORS”. The mission statement supports the organization’s intended goal is, it sends a message of resilience and hope to the community and its members. ...

Words: 2160 - Pages: 9

Premium Essay

Internal and External Factors

...Internal factors affect a business from within itself without any outside factors. External factors come from an outside environment. There are many functions to an effective management, but the most important factors are planning, organizing, directing, and controlling. These factors can affect how a business is maintained. The organization we will be covering is Google. Globalization, technology, innovation, diversity and ethics play key roles in the corporation. Globalization Globalization means worldwide integration and development (dictionary.com). Internal factors of globalization are production, development, customer service and marketing. Over the past decade, Google has positioned itself so that their name, software, etc. appears on every laptop, tablet, phone, etc. across the world. Google has to make sure that internally it evaluates the capabilities of its employees. Sometimes it is necessary to move people around so that the right people are responsible for the right areas. Because they have done such a good job at this. They provide superior customer service in every part of the globe and their marketing strategies requirements of the people using their products and the laws that come along with doing business in another country. An example of a huge external factor that affected Google was an incident that happened in January of 2010. After a cyber-attack occurred, Google revealed to the world that any company who is eager to do business there is quite content...

Words: 1565 - Pages: 7

Premium Essay

Educational Exclusion In Schools

...In accordance with American Institutes for Research (2015), school renewal, reform, restructuring-all are aimed at changing schools to increase their effectiveness, assessed in terms of students' success as learners. In these efforts to improve schools and, thus, to enhance learner outcomes, constituents in and associated with the school community-teachers, administrators, superintendents and central office, school board and parents, and the business sector-have been invited to share their views. Interestingly, students who are pressumed as th beneficiaries of schools and universities share limited information about their views and opinions regarding their school-life experiences.In 1990, representatives from nine of the U.S. regional educational laboratories started collective activities to research and report on school restructuring. Subsequently, this Restructuring Collaborative, including staff from the Southwest Educational Development Laboratory (SEDL), has been meeting twice a year to learn with and from each other about processes and practices, tools and techniques for examining the culture and process of school change, the identification of student outcomes, and the daily life...

Words: 1569 - Pages: 7

Premium Essay

Google Paper

...strength and weakness that displays their success or downfall. The internal factors reveal the company’s strength on how well it can meet their goals. The internal factors of an industry are factors of good or poor planning because it exposes their ethics, diversity, globalization, and so forth. On the other hand, the external factors may involve with their outside competition, social legal, technology changes, political, and economic environment. The external factors show their duties to the society, and the way consumers or customers view their company. Moreover, external factors are factors that can affect the company. Within the four factors of management, we discuss the ways it incorporates or affects the company’s globalization, innovation, technology, diversity, and ethics. Those factors are planning, organizing, leading, and controlling. Internal and External factors There are many different companies in the world with their own unique set of goals and rules. There are factors that can affect and change a company and how it functions, there are even more factors that can change the management within a company. This paper will attempt to explain how factors like: globalization, innovation, technology, diversity, and ethics change the management with a company such as Google. These are big factors in any company across the world, and they affect each company differently. Google also a large globally recognized company that almost any individual would know what it is and...

Words: 1434 - Pages: 6

Premium Essay

Southwest Airlines Organizational Behavior

...Southwest Airlines Organizational Behavior Herbert David Kelleher led Southwest Airlines to over 30 consecutive years of profitability, first as the company's cofounder and legal counsel from 1966 to 1982, then as its president, CEO, and chairman from 1982 to 2001. Southwest Airlines was incorporated in Texas and is headquartered at Love Field just outside of Dallas. Customer Service started on June 18, 1971, with three Boeing 737 aircraft serving three Texas cities; Houston, Dallas, and San Antonio. Today, Southwest operates 550 Boeing 737 aircraft among 72 cities. Southwest topped the monthly domestic originating passenger rankings for the first time in May 2003. Yearend results for 2010 marked Southwest's 38th consecutive year of profitability. Southwest became a major airline in 1989 when it exceeded the billion-dollar revenue mark. The company has roughly 35,000 employees located in 72 cities throughout the country. In 2010, Southwest Airlines had total operating revenue of 12.1 billion and net income of 459 million. The culture at Southwest Airlines prides itself on their unique and positive organizational culture, an encouraging working environment, and exceptional customer satisfaction.  Southwest proudly declares their distinguishing factors in the airline market, “[w]e are a company of People, not planes.  That is what distinguishes us from other airlines” (Buller & Schuler, 2006, p.118).  Not only do competing airlines attempt to mimic this strategy but also...

Words: 2262 - Pages: 10

Free Essay

Fin 370 Ethics and Starbucks

...Ethics and Compliance Paper FIN/370 July 14, 2011 Ethics and Compliance Paper Introduction Starbucks boasts that they serve the best coffee possible to meet their mission to inspire and nurture the human spirit, one person, one cup, and one neighborhood at a time. Starbucks has grown from one store in Seattle founded by two teachers and a writer in 1971 to more than 17,000 stores throughout the United States and overseas companies. Of these, 53% are directly owned by Starbucks and the rest in franchised contractor leases. This amazing feat brought three people together, each using $1,350, and borrowing $5,000 to make over a billion dollar per year successful business 40 years later. The name Starbucks was their original name in reference to the coffee-loving first mate in Moby Dick, and the design was from the two-tailed siren mermaid. Most recognize the Starbucks brand as a house-hold name and should also know that they are proud and committed to their coffee knowledge, customer service, and product expertise. They call their employees partners and offer Starbucks internal programs such as comprehensive health coverage and equity in the company. Every Starbuck’s employee knows he or she is a visual symbol of the company and needs to work as if each store was hid or her own. Starbucks also adheres to the requirements of the Security Exchange Commission (SEC), which is a publicly traded company known as SBUX. The aim of this paper is to discuss the roles of ethics...

Words: 1693 - Pages: 7

Free Essay

Case Study

...Case on Corporate Sustainability Reporting: Coca Cola 1) The Coca Cola Enterprise is very big supporter of the community. In 2013 they have * Invested more than $9 million in community programs to support young people, encourage active lifestyles and protect the environment. * Reached more than 100,000 young people through local partnerships and our education centers. * In 2013, we launched a new partnership with JINC, an organization bringing together companies and underprivileged young people to help students prepare for the world of work. Focusing on developing the skills needed to gain employment, volunteers and funding are provided for classes, interview coaching and one-to-one support. * In Sweden, we support Städa Sverige (Clean Sweden) to promote environmental awareness among young people. Since 2010, more than 4,000 participants have * Cleared litter from over 300 Swedish beaches. Through our projects with WWF-UK, we are working with community groups to improve water quality and undertake river restoration at the River Nar in Norfolk and the River Cray in South London 2-3) Metric People Empowering 5 million women to be entrepreneurs by 2020. * The Goal: Enable the economic empowerment of 5 million women entrepreneurs across our value chain by 2020. * Status: In progress as of December, 31, 2012 the 5 by 20 program had enabled approximately 300,000 women and has recently expanded to twelve countries. * Goal: A policy implementing...

Words: 2363 - Pages: 10

Premium Essay

Occupy Wallstreet

...Occupy Wall Street Movement Liz Croutch Annette Redmon Bus309 May 8, 2013 Discuss the moral and economic implications involved in the movement According to Occupywallst.org, The Movement Occupy Wall Street is a leaderless resistance movement with people of many colors, genders and political persuasions. The one thing we all have in common is that “We Are The 99%” that will no longer tolerate the greed and corruption of the 1%. We are using the revolutionary Arab Spring tactic to achieve our ends and encourage the use of nonviolence to maximize the safety of all participants. (Occupywallst.org) The movement began out of frustration in the growing inequality between the wealthy 1% and the rest of the population. Greed, corruption and the perceived undue influence of corporations on government especially in the financial services sector produced this momentous uprising. This movement is the embodiment of all of the frustrations that Americans have dealt with particularly; economically. The rich are getting richer and the poorer getting poorer. This has been the downward spiral for the last forty years. This movement gives a voice to the grievances of the people. According to newpol.org “Occupy is a kind of a party, not a party with a formal structure, but potential peoples party in formation, the party of working people, the party of the poor, the party of the dispossessed, the oppressed, and the exploited. The Occupy movement excoriates the banks...

Words: 1542 - Pages: 7

Premium Essay

Data

...Data Mining Data mining began with the advent of databases. Databases are warehouses full of computer data. Computer scientists began to realize that this data contains patterns and relationship to other sets of data. As computer technology emerged, data was extracted into useful information. Often, hidden relationships began to appear. Once this data became known and useful, industries grew around data mining. Data mining is a million dollar business aimed at improving marketing, research, criminal apprehension, fraud detection and other applications. History of Data Mining Computers began to be more widely used in the 1960’s. Computers were used to collect and store data. The data was stored on tapes and disks. The companies and organizations began to wonder about the data that was stored. They wanted to know about past sales, past performances and other pertinent information that was stored on these tapes and disks. The next step was to find an accurate way to retrieve the needed information without manually reading all the data. The next step in this quest came in the 1980’s with relational databases and structured queries. Query language could be used to find out more of what was in the data. The companies and organizations could now identify what has happened in the past. They also wanted to know how to apply this knowledge to future predictions based on past performances. In 1989, the first knowledge discovery workshop was held in Detroit (SQL Data Mining, 2012)...

Words: 3258 - Pages: 14