Free Essay

Struktur Modal

In:

Submitted By ryoon1234
Words 4263
Pages 18
STRUKTUR MODAL
PENDAHULUAN Modal (pembelanjaan dari luar perusahaan) dikelompokkan dalam dua jenis, yakni: hutang dan ekuitas (= modal sendiri). Hutang mempunyai keunggulan berupa (Brigham and Gapenski, 1997: 767-768): 1) bunga mengurangi pajak sehingga biaya hutang rendah, 2) kreditur memperoleh return terbatas sehingga pemegang saham tidak perlu berbagi keuntungan ketika kondisi bisnis sedang maju, 3) kreditur tidak memiliki hak suara sehingga pemegang saham dapat mengendalikan perusahaan dengan penyertaan dana yang kecil. Meskipun demikian, hutang juga mempunyai kelemahan, yaitu: 1) hutang biasanya berjangka waktu tertentu untuk dilunasi tepat waktu, 2) rasio hutang yang tinggi akan meningkatkan risiko yang selanjutnya akan meningkatkan biaya modal, 3) bila perusahaan dalam kondisi sulit dan labanya tidak dapat memenuhi beban bunga maka tidak tertutup kemungkinan dilakukan tindakan likuidasi. Bauran hutang dan ekuitas untuk pendanaan perusahaan merupakan bahasan utama dari keputusan struktur modal (= capital structure decision). Bauran modal yang efisien dapat menekan biaya modal (= cost of capital), yang dapat meningkatkan kembalian ekonomi neto dan meningkatkan nilai perusahaan. Perusahaan yang hanya menggunakan ekuitas disebut “unlevered firm”, sedangkan yang menggunakan bauran ekuitas dan berbagai macam hutang disebut “levered firm”.
Neraca Unlevered Firm Neraca Levered Firm

Hutang 40 Aktiva 100 Ekuitas 100 Aktiva 100 Ekuitas 60

Gambar 1: CONTOH NERACA UNLEVERED FIRM dan LEVERED FIRM

1

2

Pemilihan alternatif penambahan modal yang berasal dari kreditur (hutang) pada umumnya didasarkan pada pertimbangan: murah. Dikatakan murah, karena biaya bunga yang harus ditanggung lebih kecil dari laba yang diperoleh dari pemanfaatan hutang tersebut. Sesuai dengan EBIT-EPS Analysis (Gitman, 1994: 465-468); bila biaya bunga hutang murah, perusahaan akan lebih beruntung menggunakan sumber modal berupa hutang yang lebih banyak, karena menghasilkan laba per saham yang makin banyak. Sebagai gambaran mengenai EBIT-EPS Analysis dapat dilihat pada Gambar 2 berikut.

Gambar 2: CONTOH EBIT-EPS ANALYSIS

Contoh tersebut memperlihatkan bahwa penggunaan hutang yang makin banyak, yang dicerminkan oleh debt ratio (rasio antara hutang dengan total aktiva) yang makin besar, pada perolehan laba sebelum bunga dan pajak (EBIT) yang sama akan menghasilkan laba per saham (EPS) yang lebih besar. Gambaran semacam ini yang banyak diacu oleh perusahaan-perusahaan dalam memenuhi kebutuhan modalnya.

3

TEORI-TEORI STRUKTUR MODAL Kecenderungan perusahaan yang makin banyak menggunakan hutang, tanpa disadari secara berangsur-angsur, akan menimbulkan kewajiban yang makin berat bagi perusahaan saat harus melunasi (membayar kembali) hutang tersebut. Tidak jarang perusahaan-perusahaan yang akhirnya tidak mampu memenuhi kewajiban tersebut, dan bahkan dinyatakan pailit. Hingga kini belum ada rumus matematik yang tepat untuk menentukan jumlah optimal dari hutang dan ekuitas dalam struktur modal (Seitz,1984: 301). Pedoman umum hanyalah: mencari hutang sebanyak mungkin tanpa meningkatkan risiko atau menurunkan fleksibilitas perusahaan. Franco Modigliani dan Merton Miller adalah bapak dari teori struktur modal (Groth and Anderson, 1997). Pada tahun 1958, dalam American Economic Review 48 (1958, June) yang berjudul The Cost of Capital, Corporate Finance, and the Theory of Investment, mereka mengemukakan teori struktur modal dengan berbagai asumsi yang tidak mungkin terjadi, akan tetapi sangat membantu dalam memahami bagaimana perusahaan menentukan bauran pendanaan yang berasal dari hutang dan ekuitas secara benar (Siaw, 1999). Asumsi-asumsi yang mendasari adalah (Megginson, 1997:316): a. Semua aktiva berujud dimiliki oleh perusahaan. b. Pasar modal sempurna (tidak ada pajak, tidak ada biaya transaksi, dan tidak ada biaya kebangkrutan). c. Perusahaan hanya dapat menerbitkan dua macam sekuritas, yakni ekuitas yang berisiko dan hutang bebas (tanpa) risiko. d. Individu maupun perusahaan dapat meminjam atau meminjamkan uang dengan tingkat suku bunga bebas risiko. e. Para investor mempunyai ekspektasi yang sama (homogen) terhadap keuntungan perusahaan di masa mendatang. f. Semua perusahaan tidak mengalami pertumbuhan (arus kas diasumsikan konstan dan perpetual, dan semua laba dibagikan dalam bentuk dividen). g. Semua perusahaan dapat dikelompokkan dalam satu kelompok kembalian, dan kembalian saham dari semua perusahaan dalam kelompok tersebut adalah proporsional.

4

Berdasarkan asumsi-asumsi tersebut, maka nilai perusahaan yang tidak menggunakan hutang (unlevered firm) sama persis dengan perusahaan yang menggunakan hutang (levered firm). Apabila nilai perusahaan yang tidak menggunakan hutang diberi notasi VU dan nilai perusahaan yang menggunakan hutang diberi notasi VL, maka VU = VL.

Sumber: Siaw, 1999

Keterangan: EBIT rS,U SU rD DL rS,L SL = Laba sebelum bunga dan pajak = Kembalian (return) saham unlevered firm = Nilai saham unlevered firm = Suku bunga hutang = Nilai hutang levered firm = Kembalian (return) saham levered firm = Nilai saham levered firm

Semua laba dibagikan dalam bentuk dividen dan laba diperkirakan konstan untuk jangka waktu yang tidak terbatas. Jadi, saham biasa dianggap sama seperti saham preferen. Nilai intrinsic saham preferen (VP)dapat ditentukan dengan cara:

Sumber: Siaw, 1999

Keterangan: SP D r = Nilai saham preferen = Dividen = Kembalian (return)

Model tersebut dikenal sebagai model MM Proposisi 1 tanpa pajak. Proposisi tersebut mengakui bahwa nilai perusahaan tidak dipengaruhi oleh strategi pendanaan. Dengan kata lain, nilai perusahaan bergantung pada bagaimana bisnis itu dijalankan dan tidak pada bagaimana uang itu diperoleh.

5

Ketika nilai unlevered firm sama persis dengan levered firm, menurut model MM (tanpa pajak), biaya modal rata-rata tertimbang (WACC = weighted average cost of capital) kedua perusahaan juga identik. Hal ini mengarahkan pada Proposisi 2 dari model MM tanpa pajak:

Sumber: Siaw, 1999

Apa yang disampaikan oleh Proposisi 2 dari model MM tanpa pajak? Untuk mengetahui apa yang disampaikan, perlu dilihat dahulu apa pengaruh perubahan keputusan pendanaan terhadap perilaku pemegang saham. Penambahan penggunaan hutang biasanya diikuti dengan bertambahnya beban keuangan berupa biaya bunga. Sesuai dengan Proposisi 1, perubahan keputusan pendanaan (struktur modal) tidak akan mempengaruhi nilai perusahaan. Dengan kata lain, pemegang saham dihadapkan pada peningkatan risiko keuangan tanpa kompensasi dari meningkatnya nilai perusahaan. Jadi, pemegang saham akan menuntut kembalian (= return) yang lebih tinggi sebagai kompensasi dari meningkatnya risiko, dan hal ini disebut biaya penggunaan saham biasa yang lebih tinggi bagi levered firm. Pernyataan tersebut dapat dijabarkan dalam bentuk persamaan berikut:

Sumber: Siaw, 1999

Pada umumnya biaya hutang lebih murah daripada biaya saham biasa, sehingga perusahaan memperoleh “penghematan” ketika perusahaan mengalihkan pendanaan ekuitas ke pendanaan hutang. Mengacu pada Proposisi 1 bahwa WACC unlevered firm dan levered firm adalah identik, maka “penghematan” dari penggunaan hutang tercermin pada peningkatan biaya saham biasa (tersaji pada Gambar 3).

6

Sumber: Brigham, and Ehrhardt, 2005:590

Gambar 3: BIAYA MODAL dan NILAI PERUSAHAAN MENURUT MODEL MM-1 (1958)

Dari model MM-1 (model MM tanpa pajak) yang dikemukakan oleh Franco Modigliani dan Merton Miller, dapat dipetik dua hal utama yaitu: 1. Dalam situasi tanpa pajak, nilai perusahaan tidak dipengaruhi oleh struktur modal. Jadi, nilai perusahaan tidak dipengaruhi oleh jumlah hutang, sehingga WACC juga tidak dipengaruhi oleh struktur modal. 2. Kecenderungan perusahaan yang makin banyak menggunakan hutang akan lebih berisiko, sebab harus membayar biaya bunga yang lebih banyak pula. Perusahaan tidak dapat mengabaikan pembayaran biaya bunga, sehingga pemegang saham “menuntut” kembalian yang lebih tinggi yang tercermin pada biaya ekuitas yang lebih tinggi. Dalam kondisi demikian, perusahaan memperoleh “penghematan” yang makin banyak dengan menggunakan hutang yang lebih banyak karena lebih murah daripada ekuitas. Meskipun demikian, biaya ekuitas akan meningkat selaras dengan penambahan hutang.

“Penghematan” yang dihasilkan dari penggunaan hutang otomatis akan meningkatkan biaya ekuitas, sehingga WACC tidak berubah. Para akademisi dan praktisi mengembangkan sejumlah teori, dan teori-teori tersebut bersifat subyektif sesuai dengan kondisi empirik saat dilakukannya pengujian. Secara umum, teori-teori struktur modal dikelompokkan menjadi dua kategori, yakni: teori-teori trade-off, dan teori-teori yang didasarkan pada perilaku manajemen. Berikut ini akan dikemukakan beberapa teori struktur modal yang

7

diawali dengan pengembangan model MM-1 yang dilakukan oleh Modigliani dan Miller pada tahun 1963. 1. Teori-teori Trade-off 1.1. Modigliani-Miller Model 2 (MM Model with corporate taxes) Pada tahun 1963, Modigliani dan Miller mempublikasikan sebuah artikel dalam American Economic Review 53 (1963, June) yang berjudul Corporate Income Taxes an the Cost of Capital: A Correction, untuk memperbaiki model awal mereka dengan memperhitungkan adanya pajak perseroan (akan tetapi tetap mengabaikan pajak perorangan). Untuk selanjutnya model tersebut dikenal dengan sebutan model MM-2 atau model MM dengan pajak perseroan (Brigham, and Ehrhardt, 2005:588592). Kehadiran pajak perseroan (diberi notasi tc)mempengaruhi kedua proposisi awal pada model MM-1 sebagai berikut: Proposisi 1:

Sumber: Siaw, 1999

Sebagai alasan bahwa nilai unlevered firm (VU) berubah adalah kebutuhan perusahaan untuk membayar pajak perseroan atas laba yang diperoleh sebelum membayarkan dividen kepada pemegang saham. Proposisi 2:

Sumber: Siaw, 1999

Proposisi 1 dan 2 dari model MM dengan pajak perseroan dapat disajikan dalam bentuk grafik berikut ini (tersaji pada Gambar 4):

8

Sumber: Brigham, and Ehrhardt, 2005:590

Gambar 4: BIAYA MODAL dan NILAI PERUSAHAAN MENURUT MODEL MM-2 (1963)

Dari model MM-2, dapat dipetik dua hal utama yang berbeda dengan model MM-1 sebelumnya adalah: 1. Dalam Proposisi 1, struktur modal tidak mempengaruhi nilai perusahaan. Dalam kenyataan, struktur modal mempunyai pengaruh positif terhadap nilai perusahaan: bertambahnya penggunaan hutang akan meningkatkan nilai perusahaan. Dengan kata lain, pajak memberi manfaat dalam pendanaan yang berasal dari hutang, sebesar:

Manfaat pajak dari penggunaan hutang diperoleh dari beban biaya bunga hutang yang dapat diperhitungkan sebagai elemen biaya yang mengurangi besaran laba kena pajak, sedangkan pembayaran dividen tidak dapat diperhitungkan sebagai elemen biaya. Jadi, perusahaan (seperti) menerima subsidi dari pemerintah atas penggunaan hutang untuk menambah modal. 2. Dengan adanya pajak perseroan, diperoleh dua manfaat penggunaan hutang yakni: hutang merupakan sumber modal yang lebih murah daripada ekuitas, dan biaya bunga menjadi elemen pengurang pajak. Dari model MM-1, diketahui bahwa penghematan dari penggunaan hutang yang lebih murah sepenuhnya digantikan oleh peningkatan biaya penggunaan ekuitas. Meskipun demikian, dalam situasi dengan adanya pajak perseroan, keuntungan yang diperoleh

9

perusahaan dari penggunaan hutang lebih besar daripada peningkatan biaya ekuitas. Dengan demikian, biaya ekuitas dari levered firm dalam situasi ada pajak perseroan pertambahannya lebih lamban daripada bila situasinya tanpa pajak perseroan. Dengan kata lain, pemegang saham memperoleh kompensasi untuk risiko keuangan yang lebih kecil dalam situasi ada pajak perseroan. “Penghematan” dari penggunaan hutang yang lebih besar daripada peningkatan biaya ekuitas, menghasilkan WACC yang makin kecil seturut dengan bertambahnya hutang. 1.2. Miller Model with Personal Taxes Model MM-2 yang dipublikasikan tahun 1963 memperlihatkan situasi perpajakan yang dihadapi perusahaan dengan lebih baik, akan tetapi belum memperlihatkan situasi perpajakan yang dihadapi oleh para investor. Pada tahun 1977, dalam Journal of Finance volume 32 nomor 2 tahun 1977 dengan judul Debt and Taxes, Miller mengemukakan sebuah model yang memperhitungkan pajak perorangan (Ogden, Jen, and O’Connor, 2003:172). Dalam model tersebut, investor dihadapkan pada dua kemungkinan jenis pajak: pajak perorangan atas ekuitas atau pendapatan dividen (tS), dan pajak perorangan atas hutang atau pendapatan bunga (tD). Bagaimana pengaruh pajak perorangan terhadap nilai unlevered firm maupun levered firm yang memperhitungkan pajak perseroan? Dalam model MM-2, dividen yang diperoleh pemegang saham sebesar:

Akan tetapi, dengan adanya pajak perorangan, dividen yang diperoleh pemegang saham menjadi:

Dengan demikian, terjadi pajak ganda atas pendapatan ekuitas (dividen) yang diterima oleh investor. Laba perusahaan dikenai pajak perseroan sebelum dibagikan menjadi dividen kepada investor, dan selanjutnya ketika investor memperoleh dividen, dikenai pajak perorangan. Jadi, nilai unlevered firm yang memperhitungkan pajak perseroan dan pajak perorangan adalah:

10

Sumber: Brigham, and Ehrhardt, 2005:592

Untuk levered firm, sebelum mengetahui berapa nilainya, perlu diketahui dahulu arus kas yang ada. Ada dua kategori arus kas, yaitu: a. Arus kas untuk pemegang saham: b. Arus kas untuk kreditur: Jadi, arus kas total dari levered firm dapat dihitung dengan cara berikut:

Sumber: Siaw, 1999

Penentuan nilai levered firm dilakukan dengan cara mendiskontokan arus kas seperti pada unlevered firm dengan biaya ekuitas unlevered firm, ditambah pendiskontoan arus kas yang terkait dengan pendapatan bunga (bagi kreditur) dengan biaya hutang setelah pajak, menjadi persamaan berikut:

Sumber: Siaw, 1999, dan Brigham, and Ehrhardt, 2005:593

1.3. Kritik terhadap Model Modigliani-Miller (MM) dan Miller Kritik terhadap model MM dan Miller berkaitan dengan relevansi dari asumsiasumsi yang digunakan dalam model. Beberapa kritik terhadap model-model tersebut dapat diungkapkan sebagai berikut (Siaw, 1999, dan Brigham, and

11

Ehrhardt, 2005:595-597): 1. Proposisi model didasarkan pada konsep arbitrase dengan asumsi bahwa beban keuangan perusahaan kondisinya sama persis dengan beban keuangan yang dialami oleh investor secara individu. Asumsi ini benar, bila arbitrase personal tanpa risiko, karena investor bertanggungjawab atas investasi awal dan peminjaman dana (hutang) yang ditentukan untuk dirinya sendiri. 2. Asumsi bahwa tidak ada biaya transaksi adalah tidak benar dalam berbagai situasi, khususnya untuk investor dalam menentukan struktur modal individual secara bersama-sama. 3. Asumsi bahwa perorangan maupun perusahaan dapat meminjam uang dengan tingkat suku bunga yang sama adalah tidak benar, karena seringkali suku bunga bagi perusahaan lebih rendah daripada perorangan. 4. Model tersebut tidak memperhitungkan adanya perbedaan struktur pajak yang (mungkin) dihadapi oleh perusahaan berkaitan dengan hasil penjualan dan perolehan laba. Dengan kata lain, pajak perseroan yang ditanggung perusahaan dapat berubah seturut dengan perubahan laba yang diperoleh, dan tentunya akan berpengaruh terhadap manfaat pajak yang diperoleh. 5. Dalam model MM dan Miller, manfaat pajak (dari pengurangan pajak perseroan atas biaya bunga) meningkat seturut dengan peningkatan jumlah hutang. Hal ini didasarkan pada asumsi bahwa biaya hutang tidak berubah dan perusahaan dapat menggunakan pembayaran biaya bunga untuk mengurangi pajak dengan persentase yang sama. Keadaan semacam itu tidak benar, sebab: a. Perusahaan tidak dapat 100% didanai dengan hutang. Kreditur biasanya menginginkan perusahaan menanamkan sejumlah uang terlebih dahulu. Sebagai contoh adalah kredit mobil; pihak penjual pada umumnya meminta sejumlah uang muka. b. Direktorat Pajak memandang bahwa hutang 100% merupakan cara perusahaan untuk memperoleh pengurangan pajak. Dalam hal ini, Direktorat Pajak menentukan batas maksimum hutang yang dianggap layak bagi suatu perusahaan, sehingga jumlah hutang yang melampaui batas tersebut akan diperhitungkan sebagai ekuitas. Berdasarkan dua pertimbangan tersebut, dalam kenyataan, WACC perusahaan

12

akan meningkat dan nilai perusahaan akan menurun setelah mencapai titik tertentu, seperti terlihat pada Gambar 5 berikut ini.

Sumber: Siaw, 1999

Gambar 5: BIAYA MODEL dan NILAI PERUSAHAAN (dalam kenyataan)

Dari Gambar 5 tersebut, terlihat ada kombinasi hutang dan ekuitas tertentu yang menghasilkan biaya modal minimum dan nilai perusahaan maksimum. Salah satu perhatian utama dari manajer keuangan adalah menentukan struktur modal optimal yang akan meminimumkan biaya modal dan memaksimumkan nilai perusahaan. 1.4. Biaya Beban Keuangan dan Biaya Keagenan Setelah model MM dan Miller, yang muncul model-model perusahaan lain dan yang dapat

memperhitungkan

biaya-biaya

ditanggung

mempengaruhi struktur modalnya. Ada dua jenis biaya yang ditanggung perusahaan atas penggunaan hutang, yaitu biaya beban keuangan dan biaya keagenan (Siaw, 1999, dan Megginson,1997:323-338). 1. Biaya Beban Keuangan Perusahaan memang dapat menikmati bertambahnya penghematan pajak yang diperoleh dari bertambahnya hutang, akan tetapi pendanaan yang berasal dari hutang juga dapat meningkatkan kemungkinan perusahaan mengalami kebangkrutan karena bertambahnya beban bunga. Perusahaan bisa

menangguhkan (mengabaikan) pembayaran dividen, tetapi pembayaran bunga

13

tetap harus dipenuhi tepat waktu dan jumlahnya. Kegagalan perusahaan untuk memenuhi kewajiban pembayaran bunga disebabkan oleh kas yang dimiliki tidak cukup dan dapat mengakibatkan perusahaan menanggung beban keuangan, dan wujud beban keuangan yang paling berat adalah kebangkrutan. Biaya beban keuangan dapat dikelompokkan menjadi dua: biaya beban keuangan langsung dan biaya beban keuangan tidak langsung. a. Biaya beban keuangan langsung Biaya beban keuangan langsung yang ditanggung perusahaan adalah biaya pengesahan secara hukum (legal) dan biaya administrasi yang berkaitan dengan kebangkrutan atau reorganisasi. b. Biaya beban keuangan tidak langsung Biaya ini biasanya bersifat implisit yang ditanggung oleh perusahaan dalam situasi yang sangat berat (tetapi tidak bangkrut), antara lain: biaya modal lebih tinggi, penurunan penjualan dan hilangnya kepercayaan pelanggan, manajer dan pekerja melakukan tindakan-tindakan drastis (mengurangi kapasitas, menekan biaya secara drastis, atau menjual aktiva) yang dapat menyusutkan nilai perusahaan, dan perusahaan tidak dapat mempertahankan keberadaan manajer-manajer dan para pekerjanya yang berkualitas. 2. Biaya Keagenan Teori yang memperhitungkan biaya keagenan pertama kali dikemukakan oleh Michael C. Jensen dan William H. Meckling pada tahun 1976 yang dipublikasikan dalam Journal of Financial Economics volume 3 nomor 4 pada bulan Oktober 1976 dengan judul Theory of the Firm: Managerial Behaviour, Agency Costs and Ownership Structure. Teori tersebut menegaskan bahwa struktur keuangan dipengaruhi oleh insentif dan perilaku dari pembuat keputusan (pihak manajemen). Jensen dan Meckling mengemukakan adanya dua potensi konflik, yaitu konflik antara pemegang saham dengan kreditur, dan konflik antara pemegang saham dengan pihak manajemen. a. Konflik antara Pemegang Saham dengan Kreditur Kreditur menerima uang dalam jumlah tetap dari perusahaan (bunga hutang), sedangkan pendapatan pemegang saham bergantung pada

14

besaran laba perusahaan. Dalam situasi ini, kreditur lebih memperhatikan kemampuan perusahaan untuk membayar kembali hutangnya, dan pemegang saham lebih memperhatikan kemampuan perusahaan dalam meraih laba yang banyak. Cara perusahaan untuk memperoleh kembalian yang besar adalah melakukan investasi pada proyek-proyek yang berisiko. Apabila pelaksanaan proyek yang berisiko itu berhasil, kreditur tidak dapat menikmati keberhasilan tersebut, tetapi bila proyek mengalami kegagalan, kreditur mungkin akan menderita kerugian akibat dari ketidak-mampuan pemegang saham memenuhi kewajibannya. Untuk mengantisipasi kemungkinan rugi, kreditur mengenakan biaya keagenan hutang (debt agency cost), dalam bentuk pembatasan penggunaan hutang oleh manajer. Salah satu pembatasan adalah membatasi jumlah penggunaan hutang untuk investasi dalam proyek baru (seperti capital rationing). b. Konflik antara Pemegang Saham dengan Pihak Manajemen Pihak manajemen tidak selalu bertindak yang terbaik untuk kepentingan pemegang saham, tetapi agak mengarah kepada kepentingan dirinya sendiri. Akibatnya, pemegang saham menanggung biaya keagenan ekuitas (equity agency cost) untuk memantau kegiatan pihak manajemen. Salah satu biaya keagenan adalah kompensasi bagi akuntan publik untuk mengaudit perusahaan. Kedua macam biaya keagenan mempunyai sifat yang berlawanan. Tindakan pihak manajemen mengarah pada pemenuhan kepentingan dirinya sendiri, bila kepemilikannya atas perusahaan mengecil. Untuk mengatasi hal itu, kepemilikan manajerial dapat ditingkatkan dengan cara mengubah sebagian ekuitas perusahaan yang dimiliki oleh pemegang saham menjadi hutang. Tindakan tersebut tentunya akan meningkatkan risiko kreditur karena perusahaan harus menanggung beban biaya bunga yang lebih banyak, yang berarti, biaya keagenan hutang meningkat. Gambar 6 berikut memperlihatkan bahwa pada bauran hutang dan ekuitas tertentu akan meminimumkan total biaya keagenan.

15

Sumber: Siaw, 1999

Gambar 6: BIAYA KEAGENAN

Ketika perusahaan menggunakan hutang dalam memenuhi kebutuhan modalnya, dia menikmati manfaat pajak berupa penghematan pajak, tetapi juga harus menanggung biaya beban keuangan dan biaya keagenan. Oleh sebab itu, nilai levered firm dapat ditentukan sebagai berikut:
Nilai Perusahaan dengan Hutang = Nilai Perusahaan tanpa Hutang + Penghematan Pajak – Biaya Beban Keuangan – Biaya Keagenan

Nilai perusahaan maksimum ketika struktur modal optimal tercapai karena pada saat itu biaya modalnya paling rendah. Keadaan tersebut tercermin pada Gambar 7 berikut ini.

Sumber: Siaw, 1999

Gambar 7: STRUKTUR MODAL OPTIMAL

16

Gambar tersebut memperlihatkan nilai perusahaan pada berbagai level hutang. Ketika perusahaan menerbitkan hutang, akan menikmati penghematan pajak., dan nilai perusahaan meningkat seturut dengan peningkatan hutang karena penghematan pajak bertambah. Meskipun demikian, peningkatan hutang yang dilakukan perusahaan akan meningkatkan biaya beban keuangan dan biaya keagenan, yang selanjutnya akan mengurangi nilai perusahaan secara keseluruhan. Bila manfaat pajak, biaya beban keuangan dan biaya keagenan diperhitungkan secara bersamasama, manajer keuangan akan mendapatkan nilai levered firm (VL). Puncak garis VL menunjukkan nilai levered firm maksimum, yang berarti WACC juga paling rendah. 2. Teori-teori Berdasarkan Perilaku Manajemen Akhir-akhir ini banyak dilakukan pengembangan teori struktur modal yang didasarkan pada model perilaku manajemen (Laurent, 2000). Meskipun demikian, sampai saat ini masih banyak penelitian-penelitian yang mendasarkan pada ide dari teori-teori trade-off yang memperhitungkan peningkatan komponen biaya terkait dengan banyaknya hutang, untuk dihadapkan dengan penghematan pajak atas bunga hutang. Teori-teori struktur modal yang didasarkan pada model perilaku manajemen, antara lain: signaling effects theory, dan pecking order theory. 2.1. Signaling Effects Teori ini didasarkan pada premis bahwa manajer dan pemegang saham tidak mempunyai akses informasi perusahaan yang sama. Ada informasi tertentu yang hanya diketahui oleh manajer, sedangkan pemegang saham tidak tahu informasi tersebut. Jadi, ada informasi yang tidak simetri (asymmetric information) antara manajer dan pemegang saham. Akibatnya, ketika struktur modal perusahaan mengalami perubahan, hal itu dapat membawa informasi kepada pemegang saham yang akan mengakibatkan nilai perusahaan berubah. Dengan kata lain, terjadi pertanda atau sinyal (signaling). Stephen A. Ross pada tahun 1977 dalam Bell Journal of Economics volume 8 dengan judul The Determinants of Financial Structure: the Incentive Signaling Approach, menyatakan bahwa ketika perusahaan menerbitkan hutang baru, menjadi tanda atau sinyal bagi pemegang saham dan investor potensial tentang prospek

17

perusahaan di masa mendatang mengalami peningkatan (Megginson, 1997, 342). Dasar pertimbangannya adalah: penambahan hutang berarti keterbatasan arus kas dan biaya-biaya beban keuangan juga meningkat, dan manajer hanya akan menerbitkan hutang baru yang lebih banyak bila mereka yakin perusahaan kelak dapat memenuhi kewajibannya. Penelitian lain memperlihatkan bahwa penerbitan saham baru akan menjurus pada tanggapan harga saham negatif, dan pembelian kembali saham yang beredar akan menjurus pada tanggapan harga saham positif (Siaw, 1999). Dasar pertimbangannya adalah: pemegang saham dan investor potensial menganggap penerbitan saham baru merupakan cara manajer untuk mengurangi kepemilikannya atas perusahaan yang peruntungannya jelek (bad fortune), sedangkan pembelian kembali saham yang beredar dianggap sebagai cara manajer untuk menikmati kepemilikannya yang besar atas perusahaan yang peruntungannya bagus (good fortune). 2.2. Pecking Order Theory Pada tahun 1984, Stewart C. Myers dalam Journal of Finance volume 39 dengan judul The Capital Structure Puzzle, menyatakan bahwa ada semacam tata urutan (pecking order) bagi perusahaan dalam menggunakan modal (Ogden, Jen, and O’Connor, 2003, 116). Teorinya menjelaskan bahwa perusahaan lebih mengutamakan pendanaan ekuitas internal (menggunakan laba yang ditahan) daripada pendanaan ekuitas eksternal (menerbitkan saham baru). Hal itu disebabkan penggunaan laba yang ditahan lebih murah dan tidak perlu mengungkapkan sejumlah informasi perusahaan (yang harus diungkapkan dalam prospektus saat menerbitkan obligasi dan saham baru). Apabila perusahaan membutuhkan pendanaan eksternal, pertama kali akan menerbitkan hutang sebelum menerbitkan saham baru. Penerbitan saham baru menduduki urutan terakhir sebab penerbitan saham baru merupakan tanda atau sinyal bagi pemegang saham dan calon investor tentang kondisi perusahaan saat sekarang dan prospek mendatang yang tidak baik.

PENELITIAN-PENELITIAN TERDAHULU Pada tahun 1998, Hayne E. Leland menemukan bahwa struktur modal optimal mencerminkan penghematan pajak atas biaya bunga hutang dan biaya-biaya

18

keagenan. Biaya-biaya keagenan membatasi jumlah hutang dan jatuh tempo hutang, dan meningkatkan hasil (yield), tetapi peranannya relatif kecil. Pada tahun 1999, Lakshmi Shyam-Sunder dan Stewart C. Myers

mengemukakan bahwa model dasar pecking order yang memprediksi defisit keuangan internal mendorong hutang, mampu menjelaskan dengan lebih baik daripada model static trade-off yang memprediksi bahwa tiap perusahaan melakukan penyesuaian secara bertahap untuk mencapai debt ratio optimal. Sheridan Titman pada tahun 2002 mengemukakan tentang pasar modal yang seringkali tidak terintegrasi, dan pengaruhnya terhadap strategi pendanaan. Kondisi pasar modal yang ditentukan oleh institusi dan individu yang memasok modal, dapat mempengaruhi perusahaan dalam mencari modal. Ivo Welch pada tahun 2002 mengemukakan bahwa karena perusahaanperusahaan pada umumnya bersikap pasif, struktur modal perusahaan-perusahaan di Amerika Serikat saat sekarang dapat dijelaskan dengan struktur modal periode sebelumnya sebagai perantara untuk menentukan harga saham. Pembuatan keputusan internal perusahaan dalam menentukan target debt ratio, seperti meminimumkan pajak perseroan atau biaya kebangkrutan, secara empirik mempunyai konsekuensi yang kecil. Pada tahun 2003, Murray Z. Frank dan Vidhan K. Goyal menemukan adanya 39 faktor penting dalam pembuatan keputusan penggunaan hutang untuk perusahaan-perusahaan publik di Amerika Serikat. Temuan tersebut konsisten dengan pajak dan biaya kebangkrutan dalam teori trade-off. Faktor-faktor yang paling reliabel adalah: median dari hutang (leverage) industri, risiko kebangkrutan yang diukur dengan Z-Score dari Edward I. Altman, besaran perusahaan yang diukur dengan log penjualan, pembayaran dividen, aktiva tidak berujud, market to book ratio, dan agunan.

DAFTAR PUSTAKA Altman, Edward I., 1993, Corporate Financial Distress and Bankruptcy: A Complete Guide to Predicting & Avoiding Distress and Profiting from Bankruptcy, Second Edition, New York: John Wiley & Sons, Inc. Brigham, Eugene F., and Louis C. Gapenski, 1997, Financial Management: Theory and Practice, Eighth Edition, Orlando, Florida: The Dryden Press.

19

Brigham, Eugene F., and Michael C. Ehrhardt, 2005, Financial Management: Theory and Practice, Eleventh Edition, South-Western, Australia: Thomson Learning. Frank, Murray Z., and Vidhan K. Goyal, 2003, Capital Structure Decisions, Working paper, Faculty of Commerce, University of British Columbia, and Department of Finance, Hong Kong University of Science and Technology, 1 – 55. Gitman, Lawrence J., 1994, Principles of Managerial Finance, Seventh Edition, New York: Harper Collins College Publishers. Groth, John C., and Ronald C. Anderson, 1997, Capital Structure: Perspective for Managers, Management Decision, 35/7, 552 – 561. Jensen, Michael C., dan William H. Meckling, 1976, Theory of the Firm: Managerial Behavior, Agency Costs and Ownership Structure, Journal of Financial Economics, 3/4, 305 – 360. Laurent, Sandra, 2000, Capital Structure Decision: The Use of Preference Shares and Convertible Debt in the UK, Working paper, Bristol Business School, University of the West of England, 1 – 39. Leland, Hayne E., 1998, Agency Costs, Risk Management, and Capital Structure, Working paper, Haas School of Business, University of California, Berkeley, 1 – 48. Megginson, William L., 1997, Corporate Finance Theory, Massachusetts: AddisonWesley. Miller, Merton H., 1977, Debt and Taxes, the Journal of Finance, 32/2, 261 – 275. Modigliani, Franco, and Miller, Merton H., 1958, The Cost of Capital, Corporate Finance, and the Theory of Investment, the American Economic Review, 48/3, 261 – 297. Modigliani, Franco, and Miller, Merton H., 1963, The Cost of Capital, Corporate Income Taxes and the Cost of Capital: A Correction, the American Economic Review, 53/3, 433 – 443. Myers, Stewart C., 1977, Determinants of Corporate Borrowing, Journal of Financial Economics, 5/2, 147 – 175. Myers, Stewart C., 1984, the Capital Structure Puzzle, the Journal of Finance, 39/3, 575 – 592. Ogden, Joseph P., Frank C. Jen, Philip F. O’Connor, 2003, Advance Corporate Finance, Policies and Strategies, Upper Saddle River, New Jersey: Prentice Hall. Ross, Stephen A, 1977, the Determination of Financial Structure: the IncentiveSignaling Approach, the Bell Journal of Economics, 8/1, 23 – 40. Seitz, Neil, 1984, Financial Analysis: A Programmed Approach, Third Edition, Englewood Cliffs, New Jersey: A Reston Book Prentice-Hall, Inc.

20

Shyam-Sunder, Lakshmi, and Stewart C. Myers, 1999, Testing Static Tradeoff Against Pecking Order Models of Capital Structure, Journal of Financial Economics, 51/2, 219 – 244. Siaw Peng Wan, 1999, Corporate Finance: Capital Structure Decision, Working paper, University of Illinois at Urbana-Champaign, 1 – 28. Titman, Sheridan, 2002, The Modigliani and Miller Theorem and the Integration of financial Markets, Financial Management, 31/1, 101 – 115. Welch, Ivo, 2002, Columbus’ Egg: Stock Returns are the Main Determinant of Capital Structure Dynamics, Working paper, Yale University, 1 – 50.

Similar Documents

Free Essay

De Dicto vs de Rea

...and “Peter Parker” pick out the same one person or thing. With that, I can restate the proposition as Mary Jane Watson, Peter Parker’s love interest, believes that Peter Parker can crawl on walls. However now Mary Jane believes this statement is false “de dicto” and true “de re”. It is false “de dicto” because Mary Jane does not know the words to be true; she is not aware that Peter Parker and Spider Man are the same one person or thing. Nevertheless the restated proposition is true “de re” because Spider Man and Peter Parker are the same one person and since Spider Man can crawl on walls it must be true that Peter Parker can crawl on walls. Other terms that we use to clearly state our intention are rigid designators, both temporal and modal. They are terms designed to refer, denote or pick out the same thing in all possible worlds. It only refers to that thing in worlds where it exists and does not refer to anything else in worlds where it does not exist. For example, the statement ‘the governor of California had an affair with the housekeeper’. This statement would need a temporally rigid designator stating the time Arnold Schwarzenegger was governor so that we are able to pick him out. In the state of California, a governors term is four years and it is possible, without reelection, to have a new governor of California every four years. By adding on...

Words: 1090 - Pages: 5

Free Essay

Conceivability and Possibility

...Student’s Name Professor’s Name Course Title/Number 17 December 2010 Conceivability as a Guide to Possibility In his scholarly article entitled, Does Conceivability Entail Possibility (2002), Professor David J. Chalmers of the University of Arizona examines the argument that to conceive of something necessarily entails its possibility. Chalmers states that arguments regarding conceivability and possibility typically consist of three parts; the first is the epistemic claim---conceived statement (S); the second is the modal claim---because S is conceived of, S is necessarily possible; and the third is the metaphysical claim, consisting of an assertion about the nature the universe. For example, I can conceive of that my mind exists independent of my brain, therefore it is possible that my mind exists independent of my brain, meaning that the mind is not reducible to the brain. Similarly, I can conceive of seeing without eyes, therefore it is possible that I can see without eyes, meaning that sight is not reducible to eyes, but is something independent of the eyes. But is it? In this second example, in particular, the distinction between a metaphysical possibility and a natural possibility is clear. While it is perhaps metaphysically possible to see without eyes---in a different world with different physical laws that do not require eyes for sight---in our present world, it is not naturally or physically possible to see without eyes. In broader terms, the metaphysical...

Words: 1654 - Pages: 7

Free Essay

Syntax and Use of Semi-Modal Verb

...COVER PAGE Table of contents Introduction 3 Chapter 1 Modal and Semi-Modal Verbs: Theoretical Aspect 4 1.1. Modal and Semi-Modal Verbs and Their Different Interpretations 4 1.2. Syntax, Morphology and Scope of semi-modal verbs 7 Chapter 2: Semi-Modal Verb GET: Practical Aspect 12 2.1. Usage: Tense and Aspect 12 2.2. Different Uses of Semi-Modal Verb GET 14 Conclusions 19 Bibliography 20 Introduction Human language is truly unique as it allows us to talk about things beyond here and now. The way we do so is through the Tense, Aspect and Modality systems of natural language. Modality is what this paper is about. Roughly speaking, modality allows us to talk about events that may not have happened, but are desired or required. Modality is completely autonomous unit, and it affects our language usage in many ways. Tense and Modality are undeniably interconnected: what used to be a possibility a month ago may not be one today. Tense and Aspect are likewise related: a punctual event that took place yesterday may not hold at present, but an event (or state) that is more durative may still hold. The primary function of modal verbs is to enable us to talk about possibilities and necessities. We can talk about the ways the world should be, were there peace on Earth, how it might have been, would Christopher Columbus not have landed in America, etc... This ability to go beyond...

Words: 5494 - Pages: 22

Free Essay

Marketing Mix

...Business Correspondence Abstract: As a variety of English, English of business correspondence has its unique grammatical features. This paper discusses the grammatical features in English business correspondence from sentence types, sentence structures, the location of adverbial phrases, tense, aspect, subjunctive mood , compound words, modal verbs and passive voice. Key words: grammar; feature; business correspondence. 商务函电英语的语法特点 摘要: 商务函电英语作为一种有自己特点的英语,有其独特的语法特点。本文从句子类型、句子结构、状语的位置、时与体、虚拟语气、复合词、情态动词和被动语态八个方面探讨了商务函电英语的语法特点。 关键词:语法;特点;商务函电   Contents 1. Introduction 1 2. Sentence types of English of business correspondence 1 2.1 Declarative sentences 1 2.2 Imperative sentences 2 2.3 Interrogative sentences 2 3. Sentence structure of English of business correspondence 3 4. The locations of adverbials of English of business correspondence 4 5. The use of tense and aspect of English of business correspondence 5 6. The use of subjunctive mood of English of business correspondence 5 7. The extensive use of compound words of hereby category in English of business correspondence 6 8 The use of modal verb in English of business correspondence 7 9. The use of passive voice in English of business correspondence 7 10. Conclusion 7 Works cited 8 The Grammatical Features in English Business Correspondence Guangdong University of Foreign Studies 2007 Huangjin Tutor: Professor Guo Guihang 1. Introduction The English in...

Words: 3242 - Pages: 13

Premium Essay

Accounting

...To: Management of M Corporation From: NAme Date: February 23, 2015 Subject: Treatment of Loss Contingency Overturned on Appeal I would like to give some guidance on a relevant accounting issue that has arisen at your company, M corporation. There has recently been a litigation against the company and I believe that the best way to account for it would be to record the loss in a contingent liability account. This account will ensure that the company’s statements properly illustrate the current situation by matching the cost with the events that created them. The first issue we need to address is the initial valuation and recognition of the possible liability. At December 31, 2007 it was determined that the loss was probable and was estimated to incur a cost of $15 million to $20 million with $17 million being the most probable amount. I strongly suggest that the company recognize this potential loss because given the facts, FASB would require it. According to FASB Codification 450-20-25-2, “An estimated loss from a loss contingency shall be accrued by a charge to income if…Information available before the financial statements are issued or are available to be issued and the amount of loss can be reasonably estimated.” In this case, both requirements are met so it would be difficult to make a case against the recognition of the potential loss on December 31, 2007. The next issue to consider is the amount of loss contingency that should be recorded. A $17 million contingent...

Words: 885 - Pages: 4

Premium Essay

The Genius Trane

...The Genius Trane "[Charlie Parker] winked at Coltrane, and said, 'I like your name, my man. It reminds me of a quality brand of English muffins" (Thomas, 37). J.C. Thomas, in his book Chasin' the Trane: the Music and Mystique of John Coltrane, provides the reader with a background of the life and times of John Coltrane, going through various aspects of how he got started, his influences, his conflicts, and other pertinent areas. Throughout the book, Thomas supplements his commentary with hundreds of quotes sprinkled about, both from people in Coltrane's life, and Coltrane himself. This constant flow of inside reports aids in painting a vivid picture of not only the atmosphere of the emotions of Coltrane, but also how he was perceived by others during his career. Thomas consistently refers to Coltrane as a genius, even citing Arthur Schopenhauer's definition of genius to complement his commentary, and illustrates this wondrously through detailing the steps Coltrane took in practising. In the review of this book, this paper will not only touch on various elements of Thomas's writing ability and the shaping of the text, but also challenge Thomas's stance that Coltrane is, in fact, a genius. First, a brief review of the text itself. As stated previously, the text is absolutely littered with quotes and reactions from people in John Coltrane's life, and it almost sets a sort of call-and-response tone to the whole of the book. Sometimes, it was even a bit difficult to discern whether...

Words: 2141 - Pages: 9

Free Essay

Cae Exam

...The modal verbs are:- CAN / COULD / MAY / MIGHT / MUST / SHALL / SHOULD / OUGHT TO / WILL / WOULD Modal | Example | Uses | Can | They can control their own budgets. We can’t fix it. Can I smoke here? Can you help me? | Ability / Possibility Inability / Impossibility Asking for permission Request | Could | Could I borrow your dictionary? Could you say it again more slowly? We could try to fix it ourselves. I think we could have another Gulf War. He gave up his old job so he could work for us. | Asking for permission. Request Suggestion Future possibility Ability in the past | May | May I have another cup of coffee? China may become a major economic power. | Asking for permission Future possibility | Might | We'd better phone tomorrow, they might be eating their dinner now. They might give us a 10% discount. | Present possibilityFuture possibility | Must | We must say good-bye now. They mustn’t disrupt the work more than necessary. | Necessity / Obligation Prohibition | Ought to | We ought to employ a professional writer. | Saying what’s right or correct | Shall (More common in the UK than the US) | Shall I help you with your luggage? Shall we say 2.30 then? Shall I do that or will you? | Offer Suggestion Asking what to do | Should | We should sort out this problem at once. I think we should check everything again. Profits should increase next year. | Saying what’s right or correct Recommending action Uncertain prediction | Will | I can’t see...

Words: 359 - Pages: 2

Free Essay

Jack London Love of Life

...specialists named after Abdulla Avloniy Theme: Modal verbs in English GRADUATION PAPER Submitted by: Familiya va ism Scientific advisor: Familiya va ism TASHKENT 2012 Сontent Introduction………………………………………………………………………………………………………………………..…………….3 Chapter I. Functions of the modal verbs and their characteristics in the English language 1. Functions and types of the modal verbs……………………………. 2. Understanding the functions of modal verbs in English……………. 1.3. Morphology and syntax of modal verbs………………………………… Chapter II. Methods of teaching modal verbs to schoolchildren 2.1. The difficulties in teaching modal verbs 2.2 Different types of utilization of the English modal verbs 2.3. Context use of the modal verbs 2.4. Range of forms of the modal verbs in English Conclusion……………………………………………………………………… The list of used literature……………………………………………………… Conclusion…………………………………………………………………….......?? The list of the used literature…………………………..................................?? Introduction Modal verbs are the types of verbs which gives specific meaning to the main verb added and it is used to define and describe different situations expressed in the sentence. There are different types of modal verbs which can be conjugated in...

Words: 8632 - Pages: 35

Free Essay

Modal Verbs in Communication

...MODAL VERBS IN COMMUNICATION      There is no communication among people without expressing their attitudes to what they say and to one another. It means that we cannot manage without modals in everyday life. But those who speak English as a foreign language may have great difficulty choosing the correct modal verb to express exactly what they want to. These are the most common situations in which modals are helpful: 1. Asking for permission: Can I ask you a question, please? (informal) Could I (possibly) ask you a question, please? (more polite) Can’t / Couldn’t I ask you a question? (if you want to put extra pressure on someone to give a positive answer) I wonder if I could ask you a question. (very polite) May I ask you a question, please? (formal) Might I ask you a question, please? (very formal) 2. Giving / Refusing permission: You can park your car here. (informal) You may park your car in this area. (formal – usually written) You can’t / mustn’t park your car here (informal, prohibition) You may not park your car here (formal – usually written) You needn’t do it. (permission not to do) 3. Making requests / instructions / orders: Can you explain this to me? (informal) Could / Would you explain this to me? (more polite) Will you explain this to me? (polite instruction) You must explain this to me. (very strict) Can I have some water? (informal) Could I have some water? (polite) May I have some water? (formal) Might I have some water? (very formal) ...

Words: 673 - Pages: 3

Free Essay

Capital Structure Theory

...Teori Pendekatan Tradisional Pendekatan Tradisional berpendapat akan adanya struktur modal yang optimal. Artinya Struktur Modal mempunyai pengaruh terhadap Nilai Perusahaan, dimana Struktur Modal dapat berubah-ubah agar bisa diperoleh nilai perusahaan yang optimal. 2) Teori Pendekatan Modigliani dan Miller Teori MM tanpa pajak Teori struktur modal modern yang pertama adalah teori Modigliani dan Miller (teori MM). Mereka berpendapat bahwa struktur modal tidak relevan atau tidak mempengaruhi nilai perusahaan. MM mengajukan beberapa asumsi untuk membangun teori mereka (Brigham dan Houston, 2001, p.31) yaitu: Tidak terdapat agency cost. Tidak ada pajak. Investor dapat berhutang dengan tingkat suku bunga yang sama dengan perusahaan Investor mempunyai informasi yang sama seperti manajemen mengenai prospek perusahaan di masa depan Tidak ada biaya kebangkrutan Earning Before Interest and Taxes (EBIT) tidak dipengaruhi oleh penggunaan dari hutang. Para investor adalah price-takers. Jika terjadi kebangkrutan maka aset dapat dijual pada harga pasar (market value). Teori MM dengan pajak Teori MM tanpa pajak dianggap tidak realistis dan kemudian MM memasukkan faktor pajak ke dalam teorinya. Pajak dibayarkan kepada pemerintah, yang berarti merupakan aliran kas keluar. Hutang bisa digunakan untuk menghemat pajak, karena bunga bisa dipakai sebagai pengurang pajak. 3) Teori Trade-Off dalam Struktur Modal Menurut trade-off teory yang diungkapkan oleh Myers (2001), “Perusahaan akan...

Words: 966 - Pages: 4

Free Essay

Report

...dinyatakan di dalam laporan fiskal tahun 2001. Walaupun pengurusan Nike ditangani beberapa isu yang menyebabkan penurunan dalam jualan pasaran dan harga saham, pengurusan mendedahkan satu rancangan untuk memperbaiki prestasi supaya menjadi lebih baik. Pihak ketiga juga menjadi sumber untuk memberikan pendapat sama ada saham itu merupakan pelaburan yang kukuh ataupun tidak. Justeru, Kos Modal Purata Berwajaran (WACC) dapat melihat pelaburan yang memaksimumkan nilai syarikat. WACC adalah kadar (dinyatakan sebagai peratusan, seperti faedah) bahawa syarikat dijangka untuk membayar kepada pemegang hutang (kos hutang) dan pemegang saham (kos ekuiti) untuk membiayai asetnya. Ia adalah pulangan minimum yang syarikat perlu terima atas aset asas sedia ada untuk memenuhi pemiutang, pemilik dan pembekal modal lain. Syarikat mengumpul wang dari beberapa sumber seperti ekuiti biasa, waran, liabiliti pencen, opsyen saham eksekutif, subsidi kerajaan, dan sebagainya. Sekuriti berlainan dijangka menjana pulangan yang berbeza. WACC adalah dikira dengan mengambil kira berat relatif setiap komponen modal struktur hutang dan ekuiti, dan digunakan untuk melihat sama ada pelaburan itu sesuai untuk dijalankan atau tidak . LATAR BELAKANG SYARIKAT Nike, Inc, adalah sebuah perusahaan yang ditubuhkan pada 1964 di...

Words: 809 - Pages: 4

Free Essay

Kewangan Korporat

...mencetak maklumat peribadi pada cek dan buku cek. Deluxe menjadi sebuah syarikat yang didagangkan secara umum pada tahun 1965, dan didagangkan di Bursa Saham New York pada tahun 1980 di bawah nama Deluxe Corporation. Syarikat ini pembekal terbesar cek di Amerika Syarikat, melayan pelanggan melalui lebih daripada 10000 institusi kewangan. Pengguna Amerika menulis lebih daripada 42 bilion cek setiap tahun, walaupun penggunaan cek telah menurun pada tahun-tahun kebelakangan ini. Pada awal tahun 1996 Deluxe mengumumkan perancangan untuk mengurangkan kos operasi dengan $ 150.000.000 dalam tempoh dua tahun. Termasuk dalam ini adalah penutupan yang dirancang 26 daripada 41 loji daftar percetakan syarikat , pengurangan 30 peratus dalam perbelanjaan modal , pelaksanaan fungsi pembelian berpusat, dan pemberhentian 30 peratus daripada pegawai-pegawai syarikat. Dilepaskan pada tahun 1996 adalah T / Maker Syarikat , Borang Penjagaan Kesihatan , Perkhidmatan Pemprosesan Alliance Financial , borang Inc Deluxe UK , dan perniagaan bentuk bank dalaman. Satu penyusunan semula operasi yang hanya tinggal dengan empat segmen perniagaan utama pada tahun 1997. Sistem Kertas Pembayaran Deluxe terdiri daripada cek perkhidmatan percetakan yang kekal teras syarikat, termasuk Cek Semasa dan Deluxe Kanada Inc, yang telah ditubuhkan pada tahun 1994 untuk menyediakan institusi kewangan Kanada dengan cek dan borang-borang kewangan....

Words: 1703 - Pages: 7

Free Essay

Finance

...Kesulitan Keuangan. Jika perusahaan mencapai tahap tidak solvabel, pada dasarnya ada dua pilihan, yaitu likuidasi (kebangrkutan) atau reorganisasi. Likuidasi jika nilai likuidasi lebih besar dibandingkan nilai perusahaan kalau diteruskan. Reorganisasi kalau perusahaan masih menunjukkan prospek yang baik, sehingga nilai perusahaan kalau diteruskan lebih besar dibandingkan dengan nilai perusahaan kalau dilikuidasi. Pemecahan Secara Formal. Dilakukan apabila masalah sudah parah, kreditur dan pemasok dana lainnya ingin mempunyai jaminan keamanan dan keadilan. Pemecahan secara formal melibatkan pihak ketiga yaitu pengadilan. Cara : a. Apabila nilai perusahaan > Nilai perusahaan dilikuidasi, dilakukan Reorganisasi, dengan merubah struktur modal menjadi struktur modal yang layak. Perubahan bisa dilakukan melalui perpanjangan, perubahan komposisi, atau...

Words: 1786 - Pages: 8

Free Essay

Publicity

...BIAYA MODAL. Pengertian Biaya Modal. Biaya modal (coc) merupakan biaya yang harus dikeluarkan atau dibayar oleh perusahaan untuk mendapatkan modal yang diguna-kan untuk investasi perusahaan. Modal : 1. Hutang Obligasi. 2. Saham Preferen. 3. Saham Biasa. 4. Laba ditahan. Konsep biaya modal penting dalam pembelanjaan perusahaan, karena dapat dipakai untuk menentukan besarnya biaya yang secara riil harus ditanggung oleh perusahan untuk memperoleh modal dari berbagai sumber. Konsep perhitungan biaya modal dapat dilakukan dengan menggunakan konsep rata-rata tertimbang (wacc) dari keseluru-han modal yang digunakan didalam perusahaan. WACC sifatnya “explicit”, sama dengan “discount rate” yang dapat menjadikan PV dari modal neto yang diterima perusahaan sama dengan PV dari semua biaya yang harus dibayarkan karena penggunaan modal tersebut. Biaya yang harus dibayar : 1. Pembayaran Bunga. 2. Pembayaran dividen. 3. Pembayaran angsuran pokok pinjaman atau “principal”. Biaya modal dapat diukur dengan “rate of return” minimum dari investasi baru yang dikeluarkan perusahaan, dengan asumsi bahwa tingkat risiko dari investasi baru sama dengan risiko dari aktiva yang dimiliki saat ini. BIAYA MODAL SECARA INDIVIDUAL. Biaya Modal dari Hutang Perniagaan. Biaya modal ini bersifat explicit, karena perusahaan gagal mem-bayar pada tepat waktu, sehingga kehilangan kesempatan untuk mendapatkan discount. Cash Discount Cod = x 100% ...

Words: 1588 - Pages: 7

Free Essay

New York Times Digital Case

...lengkap dari The New York Times dan surat kabar #oston *lobe! NYTD 'uga bertanggung 'awab untuk mengelola +rsip Digital Perusahaan bisnis Distribusi, yang menyediakan konten untuk layanan pen"arian  berita penelitian, seperti Dow ones dan -e.is Ne.is!/ereka 'uga berusaha menemukan "ara baru dan kreati0 untuk memaksimalkan  penggunaan multimedia internet, termasuk tayangan slide, audio dan konten video, dan bagian interakti0 khusus, seperti "ontoh pada alt -ake 1ity $%%$ 2limpiade /usim Dingin! +kses gratis ke NYTimes!"om membuat pengguna diharuskan untuk menda0tar! Dan dengan n0ormasi Penda0taran NYTimes!"om tersebut digunakan untuk memasang iklan!trategi NYTD :   NYTD selalu mengembangkan organisasi dengan selalu melakukan perbaikan struktur organisasi!  Penda0taran online gratis untuk mengakses NYTimes!"om, namun pengguna harus menda0tar untuk digunakan!   NYTD ingin mendapatkan pesan kuat bahwa kami adalah bisnis yang berbeda, sebuah perusahaan yang berbeda, dan budaya yang berbeda! elain itu NYTD  berusaha untuk men"iptakan budaya eksperimental! 3ontrol birokrasi, prosedur, dan dokumen diminimalkan   NYTD mengembangkan pendekatan bottomup untuk penganggaran, dengan  pendekatan ini...

Words: 1380 - Pages: 6