Free Essay

Aceh

In:

Submitted By Steffi
Words 2073
Pages 9
MAKALAH SEJARAH
KERAJAAN ACEH

[pic]

Oleh :
Maya Soetanto XI IA-1/22
Cicilia Steffi Hidajat XI IA-1/26
Aditya Hendratha XI IA-1/28
Alim Nugroho Santoso XI IA-1/29
Witny Widjaja XI IA-1/33
Michelle Nataia Juwono XI IA-1/40

SMAK ST. LOUIS 1 SURABAYA
2008/2009

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesultanan Aceh Darussalam berdiri menjelang keruntuhan dari Samudera Pasai yang pada tahun 1360 ditaklukkan oleh Majapahit hingga kemundurannya di abad ke-14. Kesultanan Aceh terletak di utara pulau Sumatera dengan ibu kota Kutaraja (Banda Aceh) dengan sultan pertamnya adalah Sultan Ali Mughayat Syah yang dinobatkan pada pada Ahad, 1 Jumadil awal 913 H atau pada tanggal 8 September 1507. Dalam sejarahnya yang panjang itu (1496 - 1903), Aceh telah mengukir masa lampaunya dengan begitu megah dan menakjubkan, terutama karena kemampuannya dalam mengembangkan pola dan sistem pendidikan militer, komitmennya dalam menentang imperialisme bangsa Eropa, sistem pemerintahan yang teratur dan sistematik, mewujudkan pusat-pusat pengkajian ilmu pengetahuan, hingga kemampuannya dalam menjalin hubungan diplomatik dengan negara lain.

B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana perjalanan Kerajaan Aceh secara umum? 2. Bagaimana struktur pemerintahaan Kerajaan Aceh? 3. Bagaimana kehidupan politik Kerajaan Aceh? 4. Bagaimana kehidupan sosial budaya Kerajaan Aceh? 5. Bagaimana kronologis terjadinya perang Aceh?

BAB II
ACEH

A. Perjalanan Kerajaan Aceh Secara Umum

1. Awal mula

Kerajaan Aceh didirikan oleh Sultan Ali Mughayat Syah pada tahun 1496. Pada awal masa pemerintahannya wilayah Aceh mencakup Daya, Deli, Pedir, Pasai, dan Aru. Pada tahun 1528, Ali Mughayat Syah digantikan oleh putera sulungnya yang bernama Salahuddin, yang kemudian berkuasa hingga tahun 1537. Kemudian Salahuddin digantikan oleh Sultan Alauddin Riayat Syah al-Kahar yang berkuasa hingga tahun 1568.

2. Masa kejayaan

Kerajaan Aceh mengalami masa keemasan pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda (1607 - 1636). Pada masa kepemimpinannya, Aceh telah berhasil merebut Malaka dari tangan Portugis dan meluaskan pengaruhnya atas pulau-pulau Sunda (Sumatera, Jawa dan Borneo) serta atas sebagian tanah Semenanjung Melayu. Selain itu Aceh juga melakukan hubungan diplomatik dengan semua bangsa yang melayari Lautan Hindia. Dalam pendidikan kesusasteraan dan ilmu agama, Aceh telah melahirkan beberapa ulama ternama, seperti Hamzah Fansuri dalam bukunya Tabyan Fi Ma'rifati al-U Adyan, Syamsuddin al-Sumatrani dalam bukunya Mi'raj al-Muhakikin al-Iman, Nuruddin ar-Raniry dalam bukunya Sirat al-Mustaqim, dan Syekh Abdul Rauf Singkili dalam bukunya Mi'raj al-Tulabb Fi Fashil.

3. Kemunduran

Kemunduran Kerajaan Aceh berawal sejak kemangkatan Sultan Iskandar Tani pada tahun 1641. Salah satu faktor penyebab kemunduran Aceh ialah makin menguatnya kekuasaan Belanda di pulau Sumatera dan Selat Malaka. Hal ini ditandai dengan jatuhnya wilayah Minangkabau, Siak, Deli dan Bengkulu ke dalam kekuasaan Belanda. Faktor penting lainnya ialah perebutan kekuasaan antar ahli waris kerajaan. Traktat London yang ditandatangani pada 1824 telah memberi kekuasaan kepada Belanda untuk menguasai segala kawasan Inggris di Sumatra sementara Belanda akan menyerahkan segala kekuasaan perdagangan mereka di India dan juga berjanji tidak akan menandingi Inggris untuk menguasai Singapura. Pada akhir Nopember 1871, lahirlah apa yang disebut dengan Traktat Sumatera, dimana disebutkan dengan jelas "Inggris wajib berlepas diri dari segala unjuk perasaan terhadap perluasan kekuasaan Belanda di bagian manapun di Sumatera. Pembatasan-pembatasan Traktat London 1824 mengenai Aceh dibatalkan." Sejak itu, usaha-usaha untuk menyerbu Aceh makin santer disuarakan, baik dari negeri Belanda maupun Batavia. Setelah melakukan peperangan selama 40 tahun, Kesultanan Aceh akhirnya jatuh ke pangkuan kolonial Hindia-Belanda. Sejak kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945, Aceh menyatakan bersedia bergabung ke dalam Republik indonesia atas ajakan dan bujukan dari Soekarno kepada pemimpin Aceh Tengku Muhammad Daud Beureueh saat itu.

B. Struktur Pemerintahan Kerajaan Aceh Pada masa Sultan Ala` al-Din Mansur Syah (1577-1589) berkuasa, kerajaan Aceh sudah memiliki undang-undang yang terangkum dalam kitab Kanun Syarak Kerajaan Aceh. Undang-undang ini berbasis pada al-Quran dan hadits yang mengikat seluruh rakyat dan bangsa Aceh. Di dalamnya, terkandung berbagai aturan mengenai kehidupan bangsa Aceh, termasuk syarat-syarat pemilihan pegawai kerajaan. Namun, fakta sejarah menunjukkan bahwa, walaupun Aceh telah memiliki undang-undang, ternyata belum cukup untuk menjadikannya sebagai sebuah kerajaan konstitusional. Dalam struktur pemerintahan Aceh, sultan merupakan penguasa tertinggi yang membawahi jabatan struktural lainnya. Di antara jabatan struktural lainnya adalah uleebalang yang mengepalai unit pemerintahan nanggroe (negeri), panglima sagoe (panglima sagi) yang memimpin unit pemerintahan Sagi, Kepala Mukim yang menjadi pimpinan unit pemerintahan mukim yang terdiri dari beberapa gampong, dan keuchiek atau geuchiek yang menjadi pimpinan pada unit pemerintahan gampong (kampung). Jabatan struktural ini mengurus masalah keduniaan (sekuler). Sedangkan pemimpin yang mengurus masalah keagamaan adalah tengku meunasah, imam mukim, kadli dan para teungku.

C. Kehidupan Politik Kerajaan Aceh Kerajaan Aceh mulai tumbuh pada abad ke-17 dengan berpusat di Kutaraja. Sultan Ali Munghayat Syah adalah sultan pertama dan pendiri kerajaan Aceh. Kerajaan Aceh mulai mencapai masa kejayaan pada masa pemerintahan Iskandar Muda. Aceh juga memiliki Bandar internasional yang membawa keuntungan, yaitu Bandar Aceh. Aceh melakukan ekspansi dengan melakukan penaklukan demi penaklukan hingga daerah kekuasaannya terbentang dari Deli sampai dengan Semenanjung Malaka. Dalam menduduki Malaka, Aceh menemukan kesulitan karena Malaka di bawah kekuasaan Portugis. Pada masa pemerintahan Iskandar Muda, Aceh diperintah dengan sangat ketat, terbukti dengan adanya pengotrolan yang ketat. Selain itu, dalam bidang ekonomi, Aceh mampu menjadi pengekspor beras yang cukup besar. Pajak juga mulai diberlakukan bagi kapal asing yang berlabuh di Aceh dan juga pajak perdagangan. Dalam bidang militer, Sultan Iskandar Muda membangun angkatan perang yang sangat tangguh. Para pasukan dibagi menjadi 2 kelompok, yakni : • Angkatan darat yang beranggotakan 40 ribu pasukan. • Angkatan laut yang memiliki 100-200 kapal.
Selain itu, Sultan Iskandar Muda juga memiliki seorang penasihat perang yang memiliki pengetahuan akan taktik perang Belanda dan Perancis. Aceh memiliki hubungan diplomatik dengan dinasti Usman di Turki, Inggris, dan Belanda. Pada masa Sultan Iskandar Muda, Aceh mengirim utusan ke Turki Usmani dengan membawa hadiah. Kunjungan ini diterima oleh Khalifah Turki Usmani dan ia mengirim hadiah balasan berupa sebuah meriam dan penasehat militer untuk membantu memperkuat angkatan perang Aceh. Sebelum Iskandar Muda berkuasa, sebenarnya juga telah terjalin hubungan baik dengan Ratu Elizabeth I dan penggantinya, Raja James dari Inggris. Bahkan, Ratu Elizabeth pernah mengirim utusannya, Sir James Lancaster dengan membawa seperangkat perhiasan bernilai tinggi dan surat untuk meminta izin agar Inggris diperbolehkan berlabuh dan berdagang di Aceh. Sultan Aceh menjawab positif permintaan itu dan membalasnya dengan mengirim seperangkat hadiah, disertai surat yang ditulis dengan tinta emas. Sir James Lancaster sebagai pembawa pesan juga dianugerahi gelar “Orang Kaya Putih” sebagai penghormatan. Selain itu, Aceh juga pernah mengirim utusan yang dipimpin oleh Tuanku Abdul Hamid ke Belanda, di masa kekuasaan Pangeran Maurits, pendiri dinasti Oranye. Dalam kunjungan tersebut, Abdul Hamid meninggal dunia dan dimakamkan di pekarangan sebuah gereja dengan penuh penghormatan, dihadiri oleh para pembesar Belanda. Saat ini, di makam tersebut terdapat sebuah prasasti yang diresmikan oleh Pangeran Bernhard, suami Ratu Juliana. Setelah Sultan Iskandar Muda meninggal, Aceh mengalami kemunduran. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa factor, yaitu : • Terjadinya konflik internal di Aceh, yang disebabkan penolakan para ulama Wujudiyah terhadap pemimpin perempuan. Para ulama Wujudiyah saat itu berpandangan bahwa, hukum Islam tidak membolehkan seorang perempuan menjadi pemimpin bagi laki-laki. • Kekalahan Aceh melawan Portugis di Malaka membawa korban jiwa dan harta benda serta kapal-kapal yang cukup besar dalam perang tahun 1629. • Tidak adanya tokoh yang mampu menggantikan Sultan Iskandar Muda. • Daerah-daerah taklukan mulai melepasakan diri dari Aceh, seperti Johor, Perlak, Pahang, Minangkabau, dan Siak.

D. Kehidupan Sosial Budaya Kerajaan Aceh 1. Agama Kerajaan Aceh sering disebut sebagai Negeri Serambi Mekah, karena Islam masuk pertama kali ke Indonesia melalui kawasan paling barat pulau Sumatera ini. Agam Islam sangat kental dalam hidup para rakyat yang mayoritas beragama Islam. Oleh sebab itu, para ulama merupakan salah satu sendi kehidupan masyarakat Aceh. Selain dalam keluarga, pusat penyebaran dan pendidikan agama Islam berlangsung di dayah dan rangkang (sekolah agama). Di kampung-kampung, urusan keagamaan masyarakat dipimpin oleh seseorang yang disebut dengan “tengku meunasah”. Pengaruh Islam yang sangat kuat juga tampak dalam aspek bahasa dan sastra Aceh. Manuskrip-manuskrip terkenal peninggalan Islam di Nusantara banyak di antaranya yang berasal dari Aceh, seperti “Bustanussalatin” dan “Tibyan fi Ma`rifatil Adyan” karangan Nuruddin ar-Raniri pada awal abad ke-17; kitab “Tarjuman al-Mustafid” yang merupakan tafsir Al Quran Melayu pertama karya Shaikh Abdurrauf Singkel tahun 1670-an; dan “Tajussalatin” karya Hamzah Fansuri. Peninggalan manuskrip tersebut merupakan bukti bahwa, Aceh sangat berperan dalam pembentukan tradisi intelektual Islam di Nusantara. 2. Struktur Sosial Lapisan sosial masyarakat Aceh didasarkan pada jabatan struktural, kualitas keagamaan dan kepemilikan harta benda. Mereka yang memiliki kedudukan di kerajaan menduduki lapisan sosial tersendiri, lapisan teratasnya adalah sultan, dibawahnya ada para penguasa daerah. Sedangkan lapisan berdasarkan keagamaan merupakan lapisan yang merujuk pada status dan peran yang dimainkan oleh seseorang dalam kehidupan keagamaan. Dalam lapisan ini, merkeka yang mengaku sebagai keturunan Nabi Muhammad menempati posisi istimewa dalam kehidupan sehari-hari, yang laki-laki bergelar Sayyed, dan yang perempuan bergelar Syarifah. Lapisan sosial lainnya yang memegang peranan yang tidak kalah penting adalah kepemilikan harta benda. Para orang kaya menguasai perdagangan, saat itu komoditasnya adalah rempah-rempah, dan yang terpenting adalah lada. 3. Kehidupan sehari-hari Sebagai tempat tinggal sehari-hari, orang Aceh membangun rumah yang sering disebut juga dengan rumoh Aceh. Untuk mencukupi kebutuhan hidup, mereka bercocok tanam di lahan yang memang tersedia luas di Aceh. Bagi yang tinggal di kawasan kota pesisir, banyak juga yang berprofesi sebagai pedagang. Senjata tradisional orang Aceh yang paling terkenal adalah rencong, bentuknya menyerupai huruf L, dan bila dilihat dari dekat menyerupai tulisan kaligrafi bismillah. Senjata khas lainnya adalah Sikin Panyang, Klewang dan Peudeung oon Teubee.

E. Perang Aceh
Tahun 1873 pecah perang antara Aceh dan Belanda. Perang ini dikenal dengan Perang Aceh. Kronologis terjadinya Perang Aceh, yaitu :
1. Belanda melanggar perjanjian Siak 1858 dengan menduduki daerah Siak padahal daerah-daerah itu sejak masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda berada dibawah kekuasaan Aceh.
2. Akibat dari pendudukan Belanda atas Siak maka berakhirlah perjanjian London yang isinya adalah Belanda dan Inggris membuat ketentuan tentang batas-batas kekuasaan kedua daerah di Asia Tenggara yaitu dengan garis lintang Singapura. Keduanya mengakui kedaulatan Aceh.
3. Aceh membalas dendam dengan menenggelamkan kapal-kapal Belanda yang melintasi perairan Aceh. Hal ini disetujui Inggris karena memang Belanda bersalah.
4. Di bukanya terusan Suez oleh Ferdinand de Lessep. Menyebabkan perairan Aceh menjadi sangat penting untuk lalu lintas perdagangan.
5. Pada tahun 1871 Ingris dan Belanda mengekuarkan Traktat Sumatera, yang menyatakan bahwa Inggris tidak akan menghalangi usaha Belanda untuk meluaskan daerah kekusaannya sampai di Aceh dalam rangka Pax Netherlandica
6. Aceh berusaha untuk mencari bantuan dengan mengirim utusan ke Turki. Selain itu juga dijalin hubungan ke perwakilan negara Amerika Serikat dan Italia di Singapura. Tindakan Aceh ini mencemaskan Belanda lalu menuntut Aceh agar mengakui kedautalan Belanda. Aceh menolak tututan tersebut sehingga Belanda melakukan penyerangan. Sifat perlawanan Aceh ada dua macam yaitu politik dan keagamaan. Perlawanan politik bertujuan untuk mempertahankan kedaulatan Aceh. Perlawanan politik dipimpin oleh para bangsawan yang bergelar Teuku.

BAB III
KESIMPULAN

Kerajaan Aceh mulai berdiri seusai keruntuhan kerajaan Samudra Pasai pada tahun 1360M. Aceh mengalami masa kejayaan pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda. Pada masa itu, Aceh sangat maju dalam berbagai bidang, baik dalam bidang politik dan pemerintahan, bidang ekonomi, bidang keagamaan, dan bidang pertahanan. Kemunduran Kerajaan Aceh dimulai sejak sepeninggal Sultan Iskandar Muda. Struktur pemerintahan Aceh sudah tersusun dengan jelas sesuai dengan Kanun Syarak Kerajaan Aceh. Undang-undang ini berdasarkan pada Al-Quran dan hadits. Kehidupan politik Kerajaan Aceh juga telah mengalami kemajuan yang signifikan. Terutama pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda. Pada masa itu, Aceh memiliki sistem pertahanan dan militer yang tangguh dan ketat. Selain itu, hubungan Aceh dengan pihak luar telah terbangun. Aceh menjalin hubungan diplomatik dengan kerajaan-kerajaan Islam lainnya di Nusantara dan dengan negara-negara lain. Kehidupan sosial budaya Kerajaan Aceh ditinjau dari aspek keagamaan dapat dilihat dengan jelas bahwa kebudayaan agama Islam, dimana agama Islam merupakan agama mayoritas, sangat kental dalam kehidupan rakyat Aceh juga dalam pemerintahan. Dalam struktur sosial ada 3 kunci yang menetukan lapisan seseoran Sedangkan dari aspek kehidupan sehari-hari, para penduduk sebagian besar bekerja sebagai pedagang dan bercocok tanam. Perang Aceh pada tahun 1873 merupakan warna dalam perjalanan hidup Aceh. Perang antara Aceh dan Belanda berlangsung selama puluhan tahun. Serangan-serangan Belanda cukup menyakitkan Aceh sehingga salah satu penyebab keruntuhan Aceh adalah perang Aceh. Perang ini juga memakan begitu banyak korban dan para pahlawan berguguran.

DAFTAR PUSTAKA

www_e-dukasi_net-mol-datafitur-modul_online-MO_104-images-sej201_57_JPG.htm file:///H:/Aceh/Sejarah Aceh - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas.htm www.melayuonline.com www.wikipedia.com
Mustopo, M. Habib Prof. Dr., et all. Sejarah SMA Kelas XI 2 Program IPA. Jakarta: Yudistira.

Similar Documents

Free Essay

Separatist and Secessionist Movements in Southeast Asia

...an increasing threat to political stability in the region and have been a major source of disruption in post-colonial times. The region has both the highest incidence of ethnic conflict and the highest number of independent ethno-political groups, with most internal conflicts based around communal, religious or ethnic issues (Reilly 2002, 8). This essay will argue that separatism is a result of a collective sense of grievance from social, economic, ethnic or political marginalisation. It will present the case studies of West Papua and the GAM (Gerakan Aceh Merdeka) movement in Aceh, Indonesia to demonstrate this marginalisation and its relation to national coherency in the terms of perceptions of identity and inclusion within national discourse. Firstly, this essay will discuss the modernisation and democratisation of the region and the role it plays in marginalisation. It will then explore the marginalisation in West Papua and Aceh and compare the effect on both separatist movements. The region of Southeast Asia is in the midst of significant economic, social and political change. From authoritarian rule to democracy and from tradition to modernity, these transitions can often lead to conflict (Reilly 2002). The rapid democratisation of multi-ethnic states is likely to lead to ethnic-based quests for self-determination and therefore the creation of separatist movements, as evident in Southeast Asia (Reilly 2002, 12). As a result, the democratisation of countries like...

Words: 1538 - Pages: 7

Free Essay

The Gma Resistance

...Assignment “ Interviewing Counseling and Negotiation “ The Free Aceh Movement ( Gerakan Aceh Merdeka ) was a separatist group seeking independence for the Aceh region in Northern Sumatera from Indonesia. The group was in a steady armed conflict with the Indonesian government for 29 years from 1976 until 2005. In total more then 15.000 people have been killed during the conflict. Due to the mediation lead by an NGO called the Crisis Management Initiative the conflict was resolved in 2005 leading to a surrender of the GAM. During the colonization of the Dutch in 1800 Banda Aceh was the center of resistance against the suppression of the Dutch colonizer. After the end of the colonization the Dutch handed the region over to Indonesia. According to the Aceh authorities they have not been consulted in this regard. The subsequent armed rebellion in Aceh lead to the granting of a special status by the ruling president Sukarno. Aceh consequently was sovereign in all policies regarding religion, custom law and education. The GAM has been founded by Hasan di Tiro, an Acehnese citizen. In 1976 after the discovery of large gas resources in Lhokseumawe di Tiro applied for a pipeline contract. After he was outbid by an American company he blamed the Indonesian government for his loss. Furthermore his brother died at the same time due to what di Tiro considered as negligent behaviour of a Javanese doctor. After di Tiro found the GAM in 1977 he organized the first minor actions, involving...

Words: 1120 - Pages: 5

Free Essay

Effects of Tsunami on Indonesia

...other affected countries, the UN says Indonesia is the only affected country where the aid response is still in the initial emergency and recovery phase. Some areas within the province and outlying islands are yet to be accessed due to the sheer build up of debris across access roads and aircraft landing areas. Damage includes: 1.3 million homes and buildings; 8 ports and 4 fuel depots; 85% of the water and 92% of the sanitation system; and 120 km of roads and 18 bridges. Aceh is closed to tourism and permits are needed for anyone entering the area. The World Food Program estimated that it fed 500,000 displaced or affected people in Indonesia in February - up from the January figure of 330,000. Health risks are high, though plentiful measures are in place via local and international medical teams on the ground.The Acehnese are reportedly quite wary of foreigners taking advantage of their plight. Over 50,000 Indonesian troops, plus 4,478 foreign troops from 11 countries are currently on the ground in Aceh, plus thousands more in ships off the coast. As for aid workers, 3,645 were recently registered at the UN compound, but the list is believed to be far from complete. There have been several reports of tensions regarding control and distribution of aid.It is...

Words: 824 - Pages: 4

Free Essay

Gsgsg

...Southeast Asia and the South Pacific Table 1 The territorial wars in Southeast Asia and South Pacific, 1960–2005 Territory Insurgents Start date 5 August 1950 1 January 1965 Episode start 5 August 1950 31 December 1965 1 January 1967 1 January 1976 7 December 1975 7 December 1975 1 January 1992 1 January 1997 1 May 1989 1 January 1963 1 January 1948 8 September 1990 8 January 1999 1 January 1963 31 December 1948 27 January 1995 1 January 1997 12 April 2005 1 January 1948 1 January 1948 29 December 1991 1 January 1994 1 January 1958 31 December 1948 27 March 1990 23 December 1996 1 January 1949 1 January 1957 Episode end 249 South Moluccas Republic of South Moluccas West Papua West Papua West Papua East Timor East Timor East Timor Aceh Aceh North Borneo Karen Karen Karen Karen Arakan Arakan Arakan Mon Mon Mon Kachin Kachin Karenni Karenni Karenni Karenni Shan OPM OPM OPM Fretilin Fretilin Fretilin GAM GAM CCO God’s army, KNU God’s army, KNU God’s army, KNU God’s army, KNU Arakan Insurgents, ARIF, RSO Arakan Insurgents, ARIF, RSO Arakan Insurgents, ARIF, RSO Various Insurgents, NMSP, BMA Various Insurgents, NMSP, BMA Various Insurgents, NMSP, BMA PNDF, KIO PNDF, KIO KNPP KNPP KNPP KNPP SSA, SSIA, PSLO, SSNPLO, SSRA,...

Words: 7903 - Pages: 32

Premium Essay

Examples Of Political Terrorism

...The second example is GAM or Gerakan Aceh Merdeka. This insurgent group also motivated by politics, they want to be independent and use Islam as their ideology. Not only that, Aceh wanted to be independent because they think there is a gap between the central authority and the local authority. The examples about the terror and insurgency case show that both terrorism and insurgency are considered political violence. They use violence to have a change in politics. The similarity between terrorists and criminals is their target. They do not think about which one is combatant or which one is civilians. They do their action to anyone; they attack both combatant and civilians. The example about terrorist is the Bali bombing in 2002. According to...

Words: 1190 - Pages: 5

Premium Essay

The Importance Of Animal Diversity In Indonesia

...plant and animal and has its own characters in adaptation, breeding, and reproduction. The diversity of plant and animal in Indonesia is used to support the economic society and it can show Indonesia as a country that is rich with biodiversity. Not only that, the existence of plant and animal in nature will balance the natural ecosystem. Aceh is one of the areas that supply the biodiversity for Indonesia, especially in Seulawah Mountain and Leuser ecosystem. Many environmental problems like human activity occur in those of areas such as deforestation, opening the forest land...

Words: 1459 - Pages: 6

Free Essay

Coconut

...ari-Aceh “Kita sepakat ekspor kelapa 1 juta butir setiap bulannya melalui Pelabuhan Krueng Geukueh dan Langsa,” kata Safwan. NEGARA Malaysia siap menampung satu juta butir kelapa tiap bulannya dari Provinsi Aceh. Kesepakatan ini tercapai dari kunjungan Menteri Pertanian dan Industri Asas Tani Malaysia, Dato’ Sri Ismail Sabri bin Yakoob, Minggu 2 Maret 2014. Hal ini diungkapkan oleh Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Kadisperindag) Aceh, Safwan SE MSi. “Kita sepakat ekspor  kelapa 1 juta butir setiap bulannya melalui Pelabuhan Krueng Geukueh dan Langsa,” kata Safwan. Sebenarnya, kata dia, ekspor kelapa dari Aceh ke Malaysia ini sudah berlangsung lama. “Banyak pengusaha yang mengambil kelapa dari Aceh, tetapi ekspor dari Batam.Ada yang melalui Krueng Geukueh, tapi hanya sedikit,” kata Safwan lagi. Namun kata Safwan, di bawah Pemerintahan Aceh saat ini, segala bentuk ekspor komoditas dari Aceh, juga akan difokuskan pada pelabuhan yang ada di Aceh. Salah satunya seperti Krueng Geukueh. Sebelumnya diberitakan, Dato’ Sri Ismail Sabri bin Yakoob, mengaku terkejut ketika mengetahui kalau kelapa yang mereka impor (Malaysia-red) selama ini ternyata berasal dari Provinsi Aceh. Padahal, kata dia, Malaysia menerima impor kelapa dari Indonesia melalui Pelabuhan Batam. “Saya heran, kelapa Aceh diimpor dari Batam,” ujarnya dalam sambutan pada acara jamuan makan malam di Pendopo Gubernur Aceh, Sabtu malam, 1 Maret 2014.Acara ini juga turut dihadiri Wali Nanggroe Aceh, Malik...

Words: 3171 - Pages: 13

Free Essay

Indonesia

...INDONESIA President: Susilo Bambang Yudhoyono (2004) Land area: 699,548 sq mi (1,811,831 sq km); total area: 741,096 sq mi (1,919,440 sq km) Population (2010 est.): 242,968,342 (growth rate: 1.1%); birth rate: 18.4/1000; infant mortality rate: 28.9/1000; life expectancy: 71.0; density per sq km: 130 Capital and largest city (2003 est.): Jakarta, 13,194,000 (metro. area), 8,389,443 (city proper) Other large cities: Surabaya, 3,038,800; Bandung, 2,733,500; Medan, 2,204,300; Semarang, 1,267,100 Monetary unit: Rupiah Geography Indonesia is an archipelago in Southeast Asia consisting of 17,000 islands (6,000 inhabited) and straddling the equator. The largest islands are Sumatra, Java (the most populous), Bali, Kalimantan (Indonesia's part of Borneo), Sulawesi (Celebes), the Nusa Tenggara islands, the Moluccas Islands, and Irian Jaya (also called West Papua), the western part of New Guinea. Its neighbor to the north is Malaysia and to the east is Papua New Guinea. Indonesia, part of the “ring of fire,” has the largest number of active volcanoes in the world. Earthquakes are frequent. Wallace's line, a zoological demarcation between Asian and Australian flora and fauna, divides Indonesia. Languages: Bahasa Indonesia (official), English, Dutch, Javanese, and more than 580 other languages and dialects Ethnicity/race: Javanese 45%...

Words: 2274 - Pages: 10

Premium Essay

Research

...Coffee production in Indonesia From Wikipedia, the free encyclopedia Jump to: navigation, search This article needs additional citations for verification. Please help improve this article by adding citations to reliable sources. Unsourced material may be challenged and removed. (July 2010) An old man is peeling coffee near megalithic stones at Bena, Ngada, Flores Coffee being roasted at Toko Aroma, Bandung, Indonesia Indonesia is the fourth largest producer of coffee in the world. Coffee in Indonesia began with its colonial history, and has played an important part in the growth of the country. Indonesia is located within an ideal geography for coffee plantations. The longitude and latitude of the country means that the island origins are all well suited micro-climates for the growth and production of coffee, resulting in widespread environmental degradation and the destruction of tropical rainforests that have the highest concentration of endemic species in the world. Indonesia produced 420,000 metric tons of coffee in 2007. Of this total, 271,000 tons were exported and 148,000 tons were consumed domestically. Of the exports, 25% are Coffea arabica and the balance is Coffea canephora.[1] In general, Indonesia’s Arabica coffees have low acidity and strong body, which makes them ideal for blending with higher acidity coffees from Central America and East Africa. Contents [hide] 1 History 1.1 Origins 2 Cultivation ...

Words: 4090 - Pages: 17

Premium Essay

Docx

...Inclusive Education Inclusive Education is a learning environment where children with and without disabilities are taught together, as equals. This approach is different to more traditional approaches to the education of children with disabilities, such as the SPED model used in the Philippines, that involve segregating CWDs into separate classes or even separate schools. Inclusive Education is recognized by teachers, families and policy makers to be a more beneficial way of ensuring that children with and without disabilities achieve their full educational potential. The LCD Philippines Foundation Inclusive Education program was initiated in 2005 in response to a perceived need for a remodification of the current educational system for CWDs in the Philippines. Working in partnership with the Department of Education, other national NGOs and 19 Community Support Groups (made up of volunteer parents and volunteer organisations), amongst other partners, the program involves creating awareness among stakeholders; improving access to Inclusive Education in schools and communities through providing accessible features, equipment and appropriate teacher training; adopting an holistic approach to address the needs of CWDs through comprehensive health management and rehabilitation interventions (including a program developed by one of our CHIIPS Interns – ICARE) and research and data gathering. In addition the Inclusive Education in collaboration with the Economic Empowerment programme...

Words: 11793 - Pages: 48

Free Essay

TsumanibøLgens Hastighed

...Tsunami-bølgers hastighed1 Formål: At afklare forholdet mellem havdybde og bølgehastighed (tsunami-bølge). Produktkrav: På baggrund af forsøget udarbejdes en rapport. Materiale: - Stor balje (evt. bedroller) - Øse - Lineal - Stopur (brug evt. mobiltelefon) - Spand - træplade eller murerspartel Fremgangsmåde: 1. Fyld baljen op med 3 cm vand. 2. Træpladen skal presses ned i vandet i den ene ende af baljen, så der bliver skabt en bølge, der bevæger sig til den anden ende af baljen. Træpladen skal ikke ”tabes” i vandet, men føres stille og roligt ned. Øv nogle gange til I har lært teknikken. Sørg for at vandet falder til ro og at I presser træpladen ned i vandet på samme måde hver gang. 3. Mål afstanden fra træpladen til den anden ende af balje. Indfør afstanden i tabel 1. 4. Øv jer i et par gange at måle tiden fra pladen presses ned til bølgen slår mod baljens kant. Tabel 1. Tsunami-forsøg | Vand-dybde | ”Rejselængde”forbølgen | 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | Gennem-snitstid(sek.) | Bølge-hastighed(cm/sek.) | 3 cm | 95 cm | 1,70 | 1,46 | 1,31 | 1,33 | 1,36 | 1,43 | 1,41 | 1,28 | 1,48 | 1,40 | 1,416 sek. | 2,11864407 | 2 cm | 95 cm | 1,65 | 1,55 | 1,85 | 1,68 | 1,85 | 1,66 | 1,55 | 1,58 | 1,78 | 1,60 | 1,675 sek. | 1,10402985 | 1 cm | 95 cm | 2,30 | 2,18 | 2,10 | 2,16 | 1,96 | 2,15 | 1,81 | 1,96 | 2,30 | 2,25 | 2,117 sek. | 0.47236655644 | 5. Udfyld tabel 1. 6. Udregn den gennemsnitlige tid på baggrund...

Words: 639 - Pages: 3

Free Essay

Mono

...Kuis (kelompok) Adinda Putri Nursa’adah (09121003) Azhary Pramono (09121023) AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH Definisi : Suatu proses identifikasi, pengukuran, pencatatan, dan pelaporan transaksi ekonomi (keuangan) dari suatu daerah (propinsi,kabupaten, atau kota) yang dijadikan informasi dalam rangka pengambilan keputusan ekonomi oleh pihak-pihak yang memerlukan dan menggunakan sistem pencatatan dasar akuntansi tertentu. Tujuan pelaporan keuangan pemerintah : • Akuntabilitas Mempertanggungjawabkan pengelolaan sumber daya serta pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan kepada unit organisasi pemerintah dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan melalui laporan keuangan pemerintah secara periodik; • Manajerial Menyediakan informasi keuangan yang berguna untuk perencanaan dan pengelolaan keuangan pemerintah serta memudahkan pengendalian yang efektif atas seluruh aset, hutang, dan ekuitas dana. • Transparansi Menyediakan informasi keuangan yang terbuka bagi masyarakat dalam rangka mewujudkan penyelenggaraan pemerintahan yang baik. Laporan keuangan pemerintah yang selanjutnya disebut sebagai laporan pertanggungjawaban merupakan hasil proses akuntansi atas transaksitransaksi keuangan pemerintah. Laporan pertanggungjawaban untuk tujuan umum, terdiri dari laporan perhitungan anggaran, neraca, laporan arus kas dan nota perhitungan anggaran. Tidak tertutup kemungkinan laporan keuangan dapat dikembangkan untuk tujuan khusus...

Words: 2311 - Pages: 10

Free Essay

Testing

...R. de Koninck Alor Setar, the Capital of Kedah : a City to Govern Agriculture In: Archipel. Volume 36, 1988. Villes d'Insulinde (I) pp. 147-164. Citer ce document / Cite this document : de Koninck R. Alor Setar, the Capital of Kedah : a City to Govern Agriculture. In: Archipel. Volume 36, 1988. Villes d'Insulinde (I) pp. 147-164. doi : 10.3406/arch.1988.2449 http://www.persee.fr/web/revues/home/prescript/article/arch_0044-8613_1988_num_36_1_2449 Rodolphe de KONINCK Alor Setar, the Capital of Kedah a City to govern Agriculture It is necessary to understand not only the cha racter of present-day cities of Southeast Asia but also the relationship of the city-based elites and the rural peasantry. (McGee, 1967, p.28) 1. Kedah's search for an agricultural Capital Most authors who have dealt with the history of the old kingdom of Kedah emphasized the importance of its location on the Straits of Malacca. Thus, in referring to the period extending from the fourth century A.D. to the middle of the sixth century, G. Coedès lists some powerful States. Among those to be found in «predestined locations» («sur des sites prédest inés»), he mentions Kedah (Coedès, 1964, p. 123-124). According to Wheatley (1961, p. 280), it developed during the sixth and seventh centuries and «attained its apogee as the peninsular node of the Sri Vijayan thalassocracy... It figured prominently in Chinese records as an important midway station between China, India and the Arab countries»...

Words: 1144 - Pages: 5

Premium Essay

Jsjdsj

...Japanese Tsunami Earthquake a surprise The unexpected disaster was neither the largest nor deadliest earthquake and tsunami to strike this century. That record goes to the 2004 Banda-Aceh earthquake and tsunami in Sumatra, a magnitude-9.1, which killed more than 230,000 people. But Japan's one-two punch proved especially devastating for the earthquake-savvy country, because few scientists had predicted the country would experience such a large earthquake and tsunami. The cause The 2011 Tohoku earthquake struck offshore of Japan, along a subduction zone where two of Earth's tectonic plates collide. In a subduction zone, one plate slides beneath another into the mantle, the hotter layer beneath the crust. The great plates stick and slip, causing earthquakes. East of Japan, the Pacific plate dives beneath the overriding Eurasian plate. The temblor completely released centuries of built up stress between the two tectonic plates, a recent study found. The earthquake started on a Friday at 2:46 p.m. local time (5:46 a.m. UTC). It was centered on the seafloor 45 miles (72 kilometers) east of Tohoku, at a depth of 20 miles (32 km) below the surface. The shaking lasted about six minutes. Deaths More than 18,000 people were killed in the disaster. Most died by drowning Nuclear meltdown The tsunami caused a cooling system failure at the Fukushima Daiichi Nuclear Power Plant, which resulted in a level 7 nuclear meltdown and release of radioactive materials. About 300 tons of radioactive...

Words: 267 - Pages: 2

Premium Essay

Disaster Management in South-East Asia

...Perspectives Disaster Management in South-east Asia Udai Bhanu Singh * According to the International Encyclopaedia of Social Sciences: South-east Asia is the epicentre of frequent disasters of varying intensity. The damage to life and property caused by these disasters is comparable to that caused by war. Disasters disrupt the national economy and social development. Besides, the world has shrunk and news about the hardship suffered by the people is rapidly disseminated. As such, the management of disasters has become a key concern of governments confronted with an increasingly aware civil society and a shorter reaction time. Often when disaster strikes, it impacts more than one country and sometimes the region as a whole. The intensity and the frequency of such disasters have prompted the ASEAN to evolve its own response mechanism. However, often the scale of the disaster is so huge that only an international response can meet the challenge. In such cases, the international community, acting through the United Nations and its various agencies and other inter-governmental and non-governmental bodies, has provided succour. Although disasters can be natural, technological and conflictrelated, this paper addresses only natural disasters in the region. A natural hazard is an extreme natural phenomenon that threatens human lives, activities or property, or the environment of life. Natural disasters are the destructive consequences of extreme natural hazards, and globally...

Words: 5418 - Pages: 22