Free Essay

Analisis Potensi Risiko

In:

Submitted By rizky
Words 10403
Pages 42
i

ANALISIS PREDIKSI POTENSI RISIKO FRAUDULENT FINANCIAL STATEMENT MELALUI FRAUD SCORE MODEL
(Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur y ang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2008-2010)

SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Sarjana (S1) pada Program Sarjana Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro

Disusun oleh : VIVA YUSTITIA RINI NIM. C2C008146

FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2012 i ii

PERSETUJUAN SKRIPSI

Nama Penyusun Nomor Induk Mahasiswa Fakultas/Jurusan

: Viva Yustitia Rini : C2C008078 : Ekonomika dan Bisnis / Akuntansi

Judul Skripsi

: ANALISIS PREDIKSI POTENSI RISIKO FRAUDULENT FINANCIAL STATEMENT MELALUI FRAUD SCORE MODEL (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 20082010)

Dosen Pembimbing

: Drs. H. Tarmizi Achmad, MBA, Ph.D, Akt.

Semarang, 5 Juni 2012 Dosen pembimbing,

(Drs. H. Tarmizi Achmad, MBA, Ph.D, Akt.) NIP . 19550418 198603 1001

ii

iii

PENGESAHAN KELULUSAN UJIAN

Nama Penyusun Nomor Induk Mahasiswa Fakultas/Jurusan

: Viva Yustitia Rini : C2C008146 : Ekonomika dan Bisnis /Akuntansi

Judul Usulan Skripsi

: ANALISIS PREDIKSI POTENSI RISIKO FRAUDULENT FINANCIAL STATEMENT MELALUI FRAUD SCORE MODEL (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2008-2010)

Telah dinyatakan lulus ujian pada tanggal 20 Juni 2012

Tim Penguji :

1.

Drs. H. Tarmizi Achmad, MBA, Ph.D., Akt. (.......................................)

2.

Dr. Endang Kiswara, S.E., M.Si., Akt.

(.......................................)

3.

Nur Cahyonowati, S.E., M.Si., Akt

(.......................................)

iii

iv

PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI
Yang bertanda tangan di bawah ini saya, Viva Yustitia Rini, menyatakan bahwa skripsi dengan judul: “ANALISIS PREDIKSI RISIKO FRAUDULENT FINANCIAL STATEMENT MELALUI FRAUD SCORE MODEL”, adalah hasil tulisan saya sendiri. Dengan ini saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin atau meniru atau pemikiran dari penulis lain, yang saya akui seolah-olah sebagai tulisan saya sendiri, dan/atau tidak terdapat bagian atau keseluruha tulisan yang saya salin, tiru atau yang saya ambil dari tulisan orang lain tanpa memberikan pengakuan penulis aslinya. Apabila saya melakukan tindakan yang bertentangan dengan hal tersebut diatas, baik sengaja maupun tidak, dengan ini saya menyatakan menarik skripsi yang saya ajukan sebagai hasil tulisan saya sendiri. Bila kemudian terbukti bahwa saya melakukan tindakan menyalin atau meniru tulisan orang lain seolah-olah hasil pemikiran saya sendiri, berarti gelar dan ijasah yang telah diberikan oleh universitas batal saya terima.

Semarang, 31 Mei 2012 Yang membuat pernyataan,

Viva Yustitia Rini NIM: C2C008146

iv

v

ABSTRACT
This study aims to determine the level risk of fraudulent financial statements from company’s financial statements. Variables that were used to achieve the goal of research are accrual quality that proxied by RSST accrual, financial performance proxied by changing in receivable, changing in inventory, changing in cash sales and changing in earnings. Dependent variable used as detection level of risk in fraudulent financial statement is the sum of discreationary accrual and financial performance. The population of this study was manufacturing company listed on the Indonesia Stock Exchange in 2008 until 2010. Total samples were 90 manufacturing companies in three years observation. Every year the company was divided into two grups, they were 42 companies that used big four public accountant and 48 companies that used non big four public accountant. This study used descriptive statistic for analyzing data and Olab Cubes method for testing hypothesis. The result showed that the companies used non big four public accountant have greater risk level of fraudulent financial statement compared than companies that used big four public accountant.

Key words : fraud, fraudulent financial statement, big four, non big four, accrual quality, financial performance

v

vi

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat risiko terjadinya fraudulent financial statement dalam laporan keuangan perusahaan. Variabelvariabel yang digunakan untuk mencapai tujuan penelitian adalah accrual quality yang diproksi dengan RSST, financial performance yang diproksi dengan change in receivable, change in inventory, change in cash sales dan change in earnings. Pendeteksian tingkat risiko terjadinya fraudulent financial statement sebagai variable dependen pada penelitian ini, digunakan nilai F-Score yang merupakan penjumlahan dari variable discreationary accrual dan financial performance. Populasi dari penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2008 hingga 2010. Total sampel penelitian ini adalah 90 perusahaan manufaktur dengan tiga tahun pengamatan. Dimana setiap tahunnya perusahaan dibagi menjadi dua kelompok, yaitu 42 perusahaan pengguna jasa KAP big four dan 48 perusahaan pengguna jasa KAP non big four. Analisis data dilakukan dengan statistik deskriptif dan pengujian hipotesis dengan metode olab cubes. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa kelompok perusahaan pengguna KAP non big four memiliki tingkat risiko terdapatnya fraudulent financial statement lebih besar apabila dibandingkan dengan kelompok perusahaan pengguna jasa KAP big four.

Kata Kunci : fraud, fraudulent financial statement, big four, non big four, accrual quality, financial performance

vi

vii

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb. Alhamdulillahirabbil‘alamin. Segala Puji dan syukur kepada Allah S.W.T karena atas segala limpahan rahmat dan karuniaNya sehingga skripsi dengan judul “ANALISIS PREDIKSI RISIKO FRAUDULENT FINANCIAL

STATEMENT MELALUI FRAUD SCORE MODEL (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 20082010)” dapat selesai sebagai tugas akhir dalam menyelesaikan pendidikan sarjana (S-1) ini di Fakultas Ekonomika dan Bisnis Jurusan Akuntansi Universitas Diponegoro Semarang. Penulis menyadari bahwa dari awal, proses, dan hingga terselesainya skripsi ini tidak terlepas dari segala bentuk bantuan, bimbingan, dorongan dan doa dari berbagai pihak, maka untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. Mohamad Nasir, SE., M.Si., Akt., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro. 2. Bapak H. Tarmizi Achmad, MBA. Ph.D, Akt. selaku dosen pembimbing yang selalu memberikan bimbingan, nasehat, dan dukungannya selama penulis menyelesaikan skripsinya hingga terselesaikannya skripsi ini. 3. Bapak Prof. Dr. Much. Syafrudin, M.Si., Akt., selaku Ketua Jurusan Akuntansi. vii viii

4. Bapak Puji Harto, S.E., M.Si., Akt., selaku dosen wali yang telah membantu dan membimbing penulis, tidak hanya dalam proses perkuliahan tetapi juga selama pembuatan skripsi. 5. Bapak dan Ibu dosen serta seluruh staf pengajar yang pernah memberikan ilmu dan pembelajaran yang bermanfaat kepada penulis. 6. Kedua orang tuaku, bapak Tri Laksono tersayang dan ibu Astuti tercinta yang telah memberikan dukungan yang luar biasa baik moril maupun materiil, serta doa dan kasih sayang yang tak terhingga. Terima kasih. Ini merupakan hal kecil yang dapat saya persembahkan untuk

membahagiakan kalian 7. Viva Bela Patria, adikku tersayang, dan seluruh keluarga tercinta yang menjadi penghilang penat bagi penulis hanya dengan mendengar cerita dan tawanya. 8. Sahabat sekaligus teman lelaki terdekat Daud Baskoro Sakti, yang selalu memberikan dukungan, semangat, doa dan kasih sayang tak terhingga. Terima kasih. 9. Mama Lestari Dewi Ciptowati, Dina Eva Melinda dan Lukluk Aulia Putra Kurnianda yang sudah penulis anggap sebagai keluarga sendiri, terima kasih atas segala doa dan motivasi semangatnya kepada penulis, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. 10. Sahabat – sahabat terbaik dan tersayang TENSIB : Agatha, Allan, Ariati, Caca Zalza, Diajeng, Lalalele, Nadia Maya, Leony dan Paramastri yang telah memberikan banyak pelajaran berharga dalam kehidupan. Terima viii ix

kasih untuk persahabatan, kekeluargaan, kebersamaan, dan kekompakan selama di bangku kuliah. Jangan pernah putus silaturahmi kita. Kalian istimewa. 11. Teman-teman dari SMA: Nadya, Wika, Hilva dan Cici “Jupek”, yang memberikan banyak pengalaman dan persahabatan yang tak akan pernah penulis lupakan. Jangan pernah lepas persahabatan kita. 12. Teman-teman satu bimbingan: Hilmia Ulya, Inggy Citrasari, Siti Kurniati dan Indra Wahyu Pradana yang selalu mau berbagi cerita dengan penulis, memberikan bantuan, dan dukungan selama penulis mengerjakan skripsi ini hingga selesai. 13. Sahabat-sahabat KKN yang selalu memberikan motivasi sehingga skripsi ini cepat terselesaikan. 14. Teman-teman akuntansi angkatan 2008 Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro, terima kasih atas segala dukungan dan doanya, semoga pertemanan ini tetap terjalin sampai kapanpun. 15. Semua pihak yang telah sangat membantu namun tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Terima kasih untuk sekecil apapun doa yang kalian berikan. Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Semarang,

Viva Yustitia Rini ix x

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL................................................................................................ i HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI ................................................................ ii PENGESAHAN KELULUSAN UJIAN................................................................ iii PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI ........................................................ iv ABSTRACT ...............................................................................................................v ABSTRAK ............................................................................................................. vi KATA PENGANTAR .......................................................................................... vii DAFTAR ISI ............................................................................................................x DAFTAR TABEL ................................................................................................. xii DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xiii DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xiv BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................1 1.1 Latar Belakang Masalah ...................................................................1 1.2 Rumusan Masalah ............................................................................9 1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................10 1.4 Manfaat Penelitian ..........................................................................10 1.5 Sistematika Penulisan .....................................................................12 BAB II TELAAH PUSTAKA ............................................................................14 2.1 Landasan Teori ...............................................................................14 2.1.1 Konsep Fraud .......................................................................14 2.1.1.1 Definisi Fraud ...........................................................14 2.1.1.2 Klasifikasi Fraud ......................................................17 2.1.2 Fraudulent Financial Reporting ...........................................21 2.1.3 Teori Keagenan (Agency Theory) ..........................................22 2.1.4 Kualitas Audit .......................................................................24 2.1.5 Accrual quality ......................................................................26 2.1.6 Financial Performance ..........................................................29 2.2 Penelitian Terdahulu .......................................................................30 2.3 Kerangka Pemikiran .......................................................................34 2.4 Perumusan Hipotesis ......................................................................36 BAB III METODE PENELITIAN ......................................................................39 3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel..................39 3.1.1 Accrual quality ....................................................................39 3.1.2 Financial Performance ........................................................42 3.2 Populasi dan Sampel Penelitian......................................................42 x xi

Jenis dan Sumber Data ...................................................................46 Metode Pengumpulan Data ............................................................46 Statistik Deskriptive .......................................................................47 Uji Hipotesis ...................................................................................48 3.6.1 OLAP Cubes ..........................................................................48 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................49 4.1 Deskripsi Objek Penelitian .............................................................49 4.2 Analisis Data ..................................................................................52 4.2.1 Statistik Deskriptif ................................................................52 4.2.2 Uji Hipotesis .........................................................................58 4.3 Interpretasi Hasil ............................................................................60 BAB V PENUTUP .............................................................................................62 5.1 Simpulan .........................................................................................62 5.2 Keterbatasan ...................................................................................63 5.3 Saran ...............................................................................................63 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................65 LAMPIRAN-LAMPIRAN.....................................................................................70

3.3 3.4 3.5 3.6

xi

xii

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ..............................................................................33 Tabel 3.1 Ringkasan Definisi Operasional Variabel ..............................................43 Tabel 3.2 Kriteria Penentuan Sampel.....................................................................45 Tabel 4.1 Perolehan Sampel Penelitian ..................................................................51 Tabel 4.2 Resume Statistik Deskriptif Perusahaan Pengguna jasa KAP Big four .................................................................53 Tabel 4.3 Resume Statistik Deskriptif Perusahaan Pengguna jasa KAP Non big four ..........................................................56 Tabel 4.4 Statistik Deskriptif Kelompok Perusahaan Pengguna KAP Big four ........................................................................59 Tabel 4.5 Statistik Deskriptif Kelompok Perusahaan Pengguna KAP Non big four .................................................................59

xii

xiii

DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 2.1 Fraud Triangle ...................................................................................16 Gambar 2.2 Fraud Tree..........................................................................................18 Gambar 2.3 Kerangka pemikiran ...........................................................................36

xiii

xiv

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman LAMPIRAN A Daftar Sampel ............................................................................70 LAMPIRAN B Hasil Output SPSS .....................................................................74

xiv

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Masalah Laporan keuangan adalah catatan informasi keuangan suatu perusahaan

pada suatu periode akuntansi, yang dapat digunakan untuk menggambarkan kinerja perusahaan tersebut. Laporan keuangan dapat juga dijadikan sebagai pedoman bagi pemakai laporan keuangan eksternal perusahaan – investor, sebagai dasar pengambilan keputusan (Ghozali dan Chariri, 2007). Oleh karena itu, diperlukan suatu audit laporan keuangan yang harus direncanakan dan dilaksanakan, untuk memperoleh reasonable assurance mengenai apakah laporan keuangan bebas dari salah saji material yang disebabkan oleh kekeliruan (error) atau kecurangan (fraud). Baik error maupun fraud dapat mengakibatkan salah saji material dalam laporan keuangan (Widjaja, 2011a). Menurut standar pengauditan, faktor yang membedakan kecurangan dan kekeliruan adalah apakah tindakan yang mendasarinya, yang berakibat terjadinya salah saji dalam laporan keuangan, berupa tindakan yang sengaja atau tidak disengaja (IAI, 2001). Di era globalisasi seperti sekarang ini, banyak aktivitas yang tidak dapat terlepas dari praktek kecurangan atau fraud. Banyak tindakan kecurangan yang masih terjadi dan masih sulit untuk diatasi serta ditekan keberadaannya. Kecurangan bisa saja dilakukan oleh perorangan, tetapi bisa juga dilakukan oleh sekelompok orang didalam organisasi yang bekerja sama dalam praktek kecurangan. Hasil penelitian yang dilakukan oleh ACFE (Association of Certified

2

Fraud Examiners) (dikutip oleh Widjaja, 2011a) menunjukkan bahwa 58 persen dari kasus kecurangan yang dilaporkan dilakukan oleh karyawan pada tingkat manajerial, 36 persen dilakukan oleh manajer tanpa melibatkan orang lain, dan 6 persen dilakukan oleh manajer dengan melakukan kolusi bersama karyawan. Beberapa kecurangan kebanyakan terjadi pada perusahaan-perusahaan yang memiliki struktur organisasi yang cukup kompleks, tetapi tidak menutup kemungkinan dalam perusahaan kecil pun indikasi terjadinya kecurangan atau fraud lebih besar terjadi. Dalam prakteknya kecurangan yang terjadi khususnya di perusahaan biasanya disebabkan oleh sistem pengendalian perusahaan tidak mampu untuk menekan tindakan kecurangan yang dilakukan oleh pegawainya. Pegawai yang melakukan kecurangan umumnya mempunyai kekuasaan atau kesempatan untuk melakukan kecurangan yang merugikan perusahaan. Adanya kecurangan berakibat serius dan membawa banyak kerugian. Penelitian yang dilakukan oleh ACFE (dikutip oleh Widjaja, 2011a) pada tahun 1996 – 2002 memperkirakan kerugian yang terjadi akibat kecurangan dan penyalahgunaan adalah 6 persen dari pendapatan tahunan. Artinya terdapat sekitar US$600 miliar per tahunnya. Dari kasus-kasus kecurangan tersebut, jenis kecurangan yang paling banyak terjadi adalah asset misappropriations (85%), kemudian disusul dengan korupsi (13%) dan jumlah paling sedikit (5%) adalah fraudulent financial statement (fraudulent statements). Sebanyak 40 persen perusahaan yang mengalami kecurangan menderita kerugian yang signifikan dalam hal reputasi dan kerusakan pada hubungan bisnis, serta turunnya motivasi kerja pada pegawai (Rezaee, 2008). Dari 620 kasus yang dipelajari dalam

3

penelitian ACFE seperti dikutip Amin Widjaja (2011a) , ditemukan lebih dari separuh kecurangan menimbulkan kerugian bagi perusahaan korban minimal sebesar US$100,000 dan 16 persen menyebabkan kerugian sebesar US$1 juta atau lebih. Di Amerika Serikat, kecurangan akuntansi telah berkembang secara luas. Dampak dari kecurangan tersebut sangat besar dan telah merugikan banyak pihak. Pada tahun 2001 terjadi kasus Enron, perusahaan yang merupakan penggabungan dari perusahaan InterNorth dan Houston Natural Gas diperkirakan menimbulkan kerugian bagi Enron sebesar US$50 miliar dan kerugian investor sebesar US$32 miliar, serta ribuan pegawai Enron harus kehilangan dana pensiun kurang lebih US$1 miliar (Kusmayadi, 2009). Ditulis pula bahwa Enron melakukan manipulasi laporan keuangan dengan cara mencatat adanya keuntungan sebesar US$600 juta, sedangkan pada saat itu Enron sedang mengalami kerugian. Manipulasi keuntungan tersebut disebabkan karena adanya keinginan perusahaan supaya saham tetap diminati investor. Kasus Enron yang terungkap berimplikasi secara luas terhadap pasar keuangan global yang ditandai dengan menurunnya harga saham secara drastis di berbagai bursa efek, seperti di Amerika, Eropa sampai Asia. Sebagai respon atas kecurangan akuntansi di Enron dan beberapa perusahaan lainnya, pihak regulator Amerika Serikat menerbitkan Sarbanes-Oxley Act (SOX) untuk melindungi para investor dengan cara meningkatkan akurasi dan reabilitas pengungkapan yang dilakukan perusahaan publik. Kecurangan akuntansi juga marak terjadi di Indonesia. Dibuktikan dengan adanya likuidasi beberapa bank, kasus kejahatan perbankan, manipulasi pajak, dan

4

korupsi di komisi penyelenggara pemilu dan DPRD. Perusahaan bidang perbankan pun menjadi lahan basah orang atau kelompok untuk melakukan kecurangan. Kasus terakhir yang menggemparkan dunia perbankan nasional di Indonesia ialah kasus Malinda Dee, seorang mantan Relationship Manager yang telah bekerja selama 20 tahun di suatu bank di Indonesia menjadi tersangka kasus pencucian uang dan penggelapan dana nasabah. Selama tiga tahun melakukan kecurangan, Malinda Dee tidak bekerja sendiri, dia dibantu oleh seorang teller dan beberapa orang lain (Putra, 2011). Pakar tindak pidana pencucian uang Yenti Ganarsih (2011) mengungkapkan, kasus-kasus kejahatan perbankan dewasa ini sudah termasuk dalam kategori pencucian uang karena modusnya dengan menyebarkan dana yang berhasil digelapkan kepada beberapa pihak atau perusahaan lain. Dari beberapa kasus yang terjadi di dunia perbankan di Indonesia, membuktikan bahwa perbankan di Indonesia masih rawan terhadap tindakan kecurangan dan fraud. Kecurangan yang terjadi di Indonesia bisa saja tidak hanya terjadi pada sektor perbankan saja, melainkan pada beberapa sektor lain, seperti kasus yang terjadi pada PT Kimia Farma Tbk (PT KF). PT Kimia Farma adalah badan usaha milik Negara yang sahamnya telah diperdagangkan di bursa. Berdasarkan indikasi oleh Kementerian BUMN dan pemeriksaan Bapepam (Bapepam, 2002) ditemukan adanya salah saji dalam laporan keuangan yang mengakibatkan lebih saji (overstatement) laba bersih untuk tahun yang berakhir 31 Desember 2001 sebesar Rp 32,7 miliar yang merupakan 2,3 % dari penjualan dan 24,7% dari laba bersih. Salah saji ini terjadi dengan cara melebih sajikan penjualan dan persediaan pada 3

5

unit usaha, dan dilakukan dengan menggelembungkan harga persediaan yang telah diotorisasi oleh Direktur Produksi untuk menentukan nilai persediaan pada unit distribusi PT Kimia Farma per 31 Desember 2001. Selain itu manajemen PT Kimia Farma melakukan pencatatan ganda atas penjualan pada 2 unit usaha. Pencatatan ganda itu dilakukan pada unit-unit yang tidak disampling oleh auditor eksternal (Koroy, 2008). Beberapa kasus besar di Indonesia berdasarkan catatan Indonesia Police Watch (IPW) dikutip Indahrini dan Darman (2011) antara lain yaitu adanya kasus yang terjadi di PT. Jamsostek pada tahun 2002 dengan kerugian mencapai Rp 45 miliar, proyek peningkatan akademik di Departemen Pendidikan Nasional (2005) dengan kerugian mencapai Rp 6 miliar, dan beberapa kasus kecurangan lainnya yang penyelesaiannya masih terkatung-katung. Meski kasus kecurangan akuntansi sudah sering terjadi, namun di Indonesia masih sedikit penelitian yang membahas topik ini. Salah satunya adalah penelitian yang dilakukan oleh Wilopo (2006) yang menunjukkan bahwa pengendalian internal yang efektif memberikan pengaruh yang signifikan dan negatif terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi. Namun keefektifan pengendalian internal suatu perusahaan bukan merupakan suatu data yang dapat diperoleh dengan mudah oleh publik, sehingga akan sangat sulit bagi investor untuk dapat menggunakan model tersebut dalam menganalisa kemungkinan terjadinya kecurangan akuntansi, terutama pada perusahaan publik. Oleh karena itu, sebaiknya dilakukan penelitian untuk memperoleh faktor-faktor yang mempengaruhi kecenderungan kecurangan akuntansi pada perusahaan publik dengan menggunakan informasi yang lebih mudah didapatkan oleh masyarakat

6

secara luas, yaitu informasi yang dapat diperoleh melalui laporan keuangan tahunan. Dengan begitu, investor dapat mempergunakan model tersebut dalam menganalisa kecenderungan kecurangan akuntansi. Untuk meminimalisasi kecurangan yang terjadi dalam suatu laporan keuangan, perusahaan selalu menggunakan jasa akuntan publik untuk mengaudit laporan keuangan perusahaan, yang diharapkan mampu membatasi praktek fraudulent financial statement yang biasanya dikaitkan dengan terjadinya manajemen laba, sehingga diharapkan mampu meningkatkan kepercayaan masyarakat umum terhadap laporan keuangan. Akuntan publik sebagai pihak luar kemudian akan mengeluarkan laporan audit yang merupakan alat utama yang dipakai oleh auditor independen dalam mengkomunikasikan hasil pekerjaannya kepada pemakai jasanya. Pemeriksaan laporan keuangan yang dilakukan oleh auditor memiliki kualitas yang berbeda beda. Kualitas audit sendiri sering dihubungkan dengan ukuran auditor yaitu big four dan non big four. Auditor big four dianggap memiliki kualitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan auditor non big four. Penelitian Balsam et al (2003) menunjukkan bahwa kualitas audit dapat mengurangi manajemen laba sehingga meningkatkan kualitas laba yang dilaporkan perusahaan. Penelitian tersebut tidak sejalan dengan Widyaningdyah (2001) yang menunjukkan bahwa reputasi auditor tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Akan tetapi, Ma’ruf (2006) menunjukkan bahwa reputasi auditor berpengaruh secara signifikan dengan manajemen laba. Hasil yang signifikan tersebut disebabkan karena auditor yang kompeten mempunyai

7

kinerja yang baik dan profesional sehingga dapat mengidentifikasi adanya tindakan manajemen laba lebih dini. Berlatar belakang dari beberapa hal tersebut, melalui penelitian ini penulis mengusulkan untuk menggunakan fraud score model sebagaimana yang telah ditetapkan oleh Dechow et al (2007). Penelitian ini mengacu pada penelitian Skousen dan Brady James (2009) mengenai fraud score analysis in emerging markets. Penggunaan fraud score model, atau yang lebih dikenal dengan F-Scores dapat menentukan rata-rata F-Scores dan standar deviasinya untuk penerapannya di berbagai negara, ataupun berbagai sektor dalam negara yang sama. Komponen variabel pada F-Score meliputi tiga hal yang dapat dilihat di laporan keuangan, yaitu accrual quality yang diproksikan dengan RSST, financial performance yang diproksikan dengan perubahan pada akun piutang, perubahan pada akun persediaan, perubahan pada akun penjualan tunai, perubahan pada EBIT, dan komponen variabel F-Score yang terakhir adalah market incentive yang diproksikan dengan terjadinya actual issuance pada perusahaan tersebut, seperti adanya penambahan pinjaman atau aktivitas saham yang dilakukan oleh suatu perusahaan. Penelitian yang dilakukan Skousen bertujuan untuk membandingkan tingkat risiko fraudulent financial statement antara 9 sektor perusahaan yang terdapat di USA dengan 9 sektor perusahaan di 22 negara berkembang. Skousen dan Brady James (2009) mengambil sampel sebanyak 27.558 perusahaan internasional dan 17.873 perusahaan domestik (USA) sebagai benchmark pada tahun 1998 – 2007. Hasil penelitian tersebut membuktikan bahwa USA termasuk dalam 11 negara yang memiliki standar deviasi yang rendah dalam 23 perusahaan

8

yang menjadi sample penelitian. Rusia, Filipina dan Turki merupakan 3 negara yang memiliki nilai standar deviasi paling tinggi, sedangkan Polandia, Peru dan Meksiko merupakan negara-negara dengan nilai standar deviasi paling rendah. Selain dari sisi negara, Skousen dan Brady James (2009) juga melihat dari sisi sektor perusahaan, dimana dari 23 negara yang menjadi sample penelitian, menunjukkan bahwa sektor banking and finance memiliki nilai standar deviasi yang paling rendah dan sektor agriculture and other industry memiliki nilai standar deviasi paling tinggi. Dari penelitian yang dilakukan oleh Skousen dan Brady James (2009) peneliti ingin mengetahui tingkat risiko fraudulent financial statement baik dalam suatu perusahaan maupun dalam suatu kelompok perusahaan, dimana perusahaan manufaktur yang menjadi sample penelitian dibagi menjadi dua kelompok, yaitu perusahaan pengguna jasa KAP big four dan perusahaan pengguna jasa KAP non big four. Tingkat risiko fraudulent financial statement diperoleh dari nilai F-Score yang merupakan penjumlahan variable RSST yang merupakan proksi dari discreationary accrual, dan change in receivable, change in inventory, change in cash sales dan change in earnings yang merupakan proksi dari financial performance. Pada penelitian ini, peneliti tidak menggunakan variable market incentive sebagai salah satu variable independen, karena market incentive ini merupakan variable dummy yang tidak dapat secara satu kesatuan digunakan untuk menganalisis tingkat risiko terdapatnya fraudulent financial stament. Sebagai variable dummy, market incentive tidak dapat dijumlahkan dengan discreationary

9

accrual dan financial performance, sehingga market incentive akan di sajikan dalam bentuk yang berbeda. Dikarenakan perusahaan-perusahaan yang menjadi sample pada tahun penelitian jarang melakukan aktivitas saham dan pinjaman sehingga menyebabkan tidak adanya keberagaman data, maka variable market incentive tidak digunakan dalam penelitian ini. Analisis ini diharapkan dapat menjadi penyaringan informasi yang kuat bagi investor asing maupun investor dalam negeri supaya dapat menempatkan modal dalam keseluruhan modal global secara efisien. Dari gambaran diatas, peneliti tertarik untuk membahas tentang penggunaan fraud score model dan peranannya dalam memberikan informasi mengenai tingkat risiko terdapatnya fraudulent financial statement dalam kategori dua perusahaan yang berbeda. Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka penelitian ini berjudul “ANALISIS PREDIKSI POTENSI RISIKO FRAUDULENT FINANCIAL STATEMENT MELALUI FRAUD SCORE MODEL (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2008-2010)”

1.2

Rumusan Masalah Pada saat perusahaan publik menerbitkan laporan keuangannya,

sesungguhnya perusahaan tersebut ingin menggambarkan kondisinya dalam keadaan yang terbaik. Hal ini dapat menyebabkan kecurangan pada laporan keuangan yang akan menyesatkan investor dan pengguna laporan keuangan yang lain. Untuk membatasi adanya praktek kecurangan yang dilakukan melalui angka-

10

angka yang tertera dalam laporan keuangan, maka diperlukan jasa akuntan publik untuk mengaudit dan kemudian mengeluarkan laporan audit yang memberikan opini mengenai laporan keuangan perusahaan tersebut. Hal ini sangat perlu untuk dilakukan karena apabila terdapat salah saji material dalam laporan keuangan, maka informasi tersebut menjadi tidak valid untuk dipakai sebagai dasar pengambilan keputusan karena analisis yang dilakukan tidak berdasarkan informasi yang sebenarnya. Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka dilakukan analisis menggunakan fraud score model untuk mendeteksi risiko terdapatnya fraudulent financial statement. Dari uraian tersebut maka pertanyaan dalam penelitian ini

yaitu, apakah tingkat risiko terdapatnya fraudulent financial statement pada perusahaan yang menggunakan jasa KAP non big four lebih besar apabila dibandingkan dengan perusahaan yang menggunakan jasa KAP big four ?

1.3 Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat risiko terjadinya fraudulent financial statement dalam laporan keuangan perusahaan yang dikategorikan sebagai perusahaan pengguna jasa KAP big four dan perusahaan pengguna jasa KAP non big four.

1.4

Manfaat Penelitian Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah :

11

a.

Bagi calon investor, penelitian ini dapat menjadi bahan masukan, pertimbangan dan informasi dalam mengambil kebijakan dan keputusan untuk memilih menempatkan modal di Indonesia dalam kelompok perusahaan yang mana.

b.

Bagi investor, penelitian ini dapat menjadi bahan masukan, pertimbangan dan informasi dalam mengambil kebijakan dan keputusan mengenai modal yang telah ditempatkan pada kelompok perusahaan yang telah dipilih.

c.

Bagi akademisi, penelitian ini dapat menjadi bahan referensi dalam melakukan penelitian selanjutnya di masa mendatang mengenai

pemeriksaan risiko terjadinya kecurangan dilihat dari laporan keuangan perusahaan tersebut. d. Bagi publik, penelitian ini dapat dijadikan tambahan ilmu pengetahuan bagi pembaca dan juga sebagai tambahan informasi bagi pihak lain yang ingin mempelajari masalah kecurangan dalam laporan keuangan, khususnya dengan mengenai penggunaan fraud score model dalam mengetahui indikasi adanya risiko kecurangan. e. Bagi perusahaan / pihak terkait Sebagai bahan pertimbangan bagi perusahaan dalam mengambil kebijakan setelah terbukti secara ilmiah melalui penelitian ini, sehingga dapat dijadikan evaluasi dan perbaikan terhadap tuntutan dunia bisnis yang diberlakukan oleh perusahaan terutama terkait dengan kebenaran dalam

12

pengungkapan berkepentingan.

laporan

keuangan

kepada

pihak-pihak

yang

1.5

Sistematika penulisan Dalam menyusun skripsi ini, sistematikanya adalah sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN Berisi latar belakang masalah mengenai sebab-sebab dilakukannya penelitian ini. Bab ini juga membahas beberapa masalah fraudulent financial statement yang terjadi dewasa ini. Dengan latar belakang tersebut, dilakukan beberapa perumusan masalah penelitian. Bab ini juga disertai dengan tujuan, manfaat penelitian yang ditinjau dari beberapa aspek dan sistematika penulisan. BAB II LANDASAN TEORI Berisi teori-teori yang digunakan sebagai landasan

penelitian. Bab ini juga membahas penelitian terdahulu. Landasan teori dan penelitian terdahulu selanjutnya digunakan untuk membentuk kerangka teoretis. BAB III METODE PENELITIAN Dalam bab ini dijabarkan tentang metode penelitian yang digunakan dalam pelaksanaan penelitian ini. Beberapa hal

13

yang dijelaskan pada bab ini adalah tentang populasi dan sampel yang digunakan dalam penelitian, jenis dan metode pengumpulan data, variabel penelitian dan teknik analisis data. BAB IV PEMBAHASAN Dalam bab ini membahas deskripsi objek penelitian, dilanjutkan dengan analisis data dengan statistika deskriptif dan interpretasi atas hasil analisis data, untuk mengetahui tingkat risiko terjadinya fraudulent financial statement pada suatu perusahaan atau kelompok perusahaan tertentu. BAB V KESIMPULAN Bab ini berisi kesimpulan hasil penelitian secara ringkas dalam bentuk kesimpulan serta diuraikan pula keterbatasan penelitian. Untuk mengatasi keterbatasan penelitian

tersebut, disertakan saran untuk penelitian yang akan dilakukan selanjutnya.

14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 2.1.1

Landasan Teori Konsep Fraud

2.1.1.1 Definisi Fraud Menurut Amin Widjaja (2011a) kecurangan (fraud) mengacu pada kesalahan penyajian suatu fakta yang material dan dilakukan satu pihak ke pihak lainnya dengan tujuan menipu dan membuat pihak lain merasa aman untuk bergantung pada fakta yang merugikan baginya. Statement on Auditing Standards No. 99 (dikutip Widjaja, 2011a) mendefinisikan fraud sebagai “an intentional act that result in a material misstatement in financial statements that are the subject of an audit”. Sedangkan menurut ACFE, organisasi terbesar anti-fraud, fraud adalah “the use of one’s occupation for personal enrichment throught the deliberate misue or misapplication of the employing organization’s resources or asset”. Yang dimaksud dalam definisi tersebut, fraud merupakan tindakan penipuan atau kekeliruan yang dibuat oleh seseorang atau badan yang mengetahui bahwa kekeliruan tersebut dapat mengakibatkan beberapa manfaat yang tidak baik kepada individu atau entitas atau pihak lain. Sedangkan dalam Wikipedia (en.wikipedia.org), memberikan definisi fraud sebagai berikut:

15

a fraud is a deception made for personal gain or to damage another individual. In criminal law, fraud is the crime or offense of deliberately deceiving another in order to damage them – usually, to obtain property or services unjustly. Fraud can be accomplished through the aid of forged objects. In the criminal law of common law jurisdictions it may be called "theft by deception," "larceny by trick," "larceny by fraud and deception" or something similar.

Yang diterjemahkan sebagai penipuan yang dibuat untuk mendapatkan keuntungan pribadi atau untuk merugikan orang lain. Dalam hukum pidana, kecurangan adalah kejahatan atau pelanggaran yang dengan sengaja menipu orang lain dengan maksud untuk merugikan mereka, biasanya untuk memiliki sesuatu/harta benda atau jasa ataupun keuntungan dengan cara tidak adil/curang. Kecurangan dapat dilakukan melalui pemalsuan terhadap barang atau benda. Dalam hukum pidana secara umum disebut dengan “pencurian dengan penipuan”, “pencurian dengan tipu daya/muslihat”, “pencurian dengan penggelapan dan penipuan” atau hal serupa lainnya. Berdasarkan hukum kasus (common law) yang dikutip oleh Amin Widjaja (2011a) dalam bukunya, tindakan curang harus memenuhi lima syarat berikut : 1. Kesalahan penyajian. Ada pernyataan palsu atau tidak diungkapkannya suatu hal. 2. Fakta yang material. Fakta harus merupakan factor yang substansial untuk mendorong seseorang agar bertindak. 3. Niat. Ada niat untuk menipu atau mengetahui bahwa pernyataan pihak tertentu adalah salah.

16

4.

Ketergantungan yang dapat dijustifikasi. Kesalahan penyajian tersebut merupakan faktor yang substansial, yaitu pihak yang dirugikan bergantung padanya.

5.

Kerusakan atau kerugian. Penipuan tersebut menyebabkan kerusakan atau kerugian bagi korban kecurangan. Berdasarkan penelitian Cressey (2006) penyebab atau pemicu fraud

dibedakan atas tiga hal yang dapat digambarkan sebagai berikut : Gambar 2.1 Fraud Triangle

1. Tekanan (Unshareable pressure/ incentive) yang merupakan motivasi seseorang untuk melakukan fraud. Motivasi melakukan fraud, antara lain motivasi ekonomi, alasan emosional (iri/cemburu, balas dendam, kekuasaan, gengsi), nilai (values) dan apa pula karena dorongan keserakahan. Menurut SAS no. 99, terdapat empat jenis kondisi yang umum terjadi pada pressure yang dapat mengakibatkan kecurangan. Kondisi tersebut adalah financial stability, external pressure, personal financial need, dan financial targets.

17

2. Adanya kesempatan / peluang (Perceived Opportunity) yaitu kondisi atau situasi yang memungkinkan seseorang melakukan atau menutupi tindakan tidak jujur. Biasanya hal ini terjadi karena adanya internal control perusahaan yang lemah kurangnya pengawasan, dan/atau penyalahgunaan wewenang. Di antara 3 elemen fraud triangle, opportunity merupakan elemen yang paling memungkinkan untuk diminimalisir melalui penerapan proses, prosedur, dan control dan upaya deteksi dini terhadap fraud. 3. Rasionalisasi (Rationalization) menjadi elemen penting dalam terjadinya fraud, dimana pelaku mencari pembenaran sebelum melakukan kejahatan, bukan sesudah melakukan tindakan tersebut. Rasionalisasi diperlukan agar si pelaku dapat mencerna perilakunya yang illegal untuk tetap mempertahankan jatidirinya sebagai orang yang dipercaya, tetapi setelah kejahatan dilakukan, rasionalisasi ini ditinggalkan karena sudah tidak dibutuhkan lagi. Rasionalisai atau sikap (Attitude), yang paling banyak digunakan adalah hanya meminjam (borrowing) asset yang dicuri dan alasan bahwa tindakannya untuk membahagiakan orang-orang yang dicintainya. 2.1.1.2 Klasifikasi Fraud The Association of Certified Fraud Examiners (ACFE) atau Asosiasi Pemeriksa Kecurangan Bersertifikat, merupakan organisasi professional bergerak di bidang pemeriksaan atas kecurangan yang berkedudukan di Amerika Serikat dan mempunyai tujuan untuk memberantas kecurangan, mengklasifikasikan fraud (kecurangan) dalam beberapa klasifikasi, dan dikenal dengan istilah “Fraud Tree”

18

yaitu Sistem Klasifikasi Mengenai Hal-hal Yang Ditimbulkan Sama Oleh Kecurangan (Uniform Occupational Fraud Classification System), dengan bagan sebagai berikut (Tuanakotta, 2006) : Gambar 2.2 Fraud Tree

Occupational fraud tree ini mempunyai tiga cabang utama, yaitu Corruption, Asset Missappropriation dan Fraudulent Statements.

19

1.

Corruption Korupsi umumnya didefinisikan sebagai penyalahgunaan jabatan di sektor

pemerintahan dan juga di perusahaan publik untuk keuntungan pribadi. Dilihat dari fraud tree, korupsi mencakup empat hal, yaitu : 1.1 Conflict of interest (konflik kepentingan). Konflik kepentingan terjadi ketika seorang karyawan bertindak atas nama pihak ketiga dalam melakukan pekerjaannya atau memiliki kepentingan pribadi dalam pekerjaan yang dilakukannya. 1.2 Bribery (penyuapan). Melibatkan pemberian, penawaran, permohonan untuk menerima atau penerimaan berbagai hal yang bernilai untuk mempengaruhi seorang pejabat dalam melakukan kewajiban sahnya. 1.3 Illegal gratuity (tanda terima kasih yang tidak sah). Melibatkan pemberian, penerimaan, penawaran, atau permohonan untuk menerima sesuatu yang bernilai karena telah melakukan tindakan yang resmi. Skema ini hamper sama dengan penyuapan, tetapi transaksinya dilakukan setelah tindakan resmi dilakukan. 1.4 Economic extortion (pemerasan secara ekonomi). Adalah penggunaan (atau ancaman untuk melakukan) tekanan (termasuk sanksi ekonomi) terhadap seseorang atau perusahaan, untuk mendapatkan sesuatu yang berharga. 2 Asset Missappropriation Asset misappropriation meliputi penyalahgunaan/pencurian aset atau harta perusahaan atau pihak lain. Ini merupakan bentuk fraud yang paling mudah

20

dideteksi karena sifatnya yang tangible atau dapat diukur/dihitung (defined value). Beberapa contoh skema kecurangan yang melibatkan penyalahgunaan asset adalah : 2.1 Pembebanan asset ke akun beban dan mengurangi ekuitas dalam jumlah yang sama. 2.2 Lapping (gali lubang tutup lubang) seperti melibatkan penggunaan cek dari para pelanggan, menerima pembayaran rekening mereka untuk menutupi kas yang sebelumnya dicuri oleh seorang karyawan. 2.3 Transaction fraud (kecurangan transaksi) dengan melibatkan

penghapusan, pengubahan, atau penambahan transaksi palsu untuk mengarahkan asset ke pelaku kecurangan. 3. Fraudulent Statements Fraudulent statements meliputi tindakan yang dilakukan oleh pejabat atau eksekutif suatu perusahaan atau instansi pemerintah untuk menutupi kondisi keuangan yang sebenarnya dengan melakukan rekayasa keuangan dalam penyajian laporan keuangannya untuk memperoleh keuntungan. Ranting pertama menggambarkan fraud dalam menyusun laporan keuangan. Fraud ini berupa salah saji, baik dengan menyajikan asset atau pendapatan lebih tinggi dari yang sebenarnya (asset/revenue overstatements) atau dengan menyajikan asset atau pendapatan lebih rendah dari yang sebenarnya (asset/revenue understatements). Ranting kedua menggambarkan fraud dalam menyusun laporan non keuangan. Fraud ini berupa penyampaian laporan non-keuangan secara menyesatkan, lebih

21

baik dari keadaan yang sebenarnya, dan seringkali merupakan pemalsuan atau pemutarbalikan keadaan 2.1.2 Fraudulent Financial Reporting Amin Widjaja (2011b) menjelaskan bahwa fraudulent financial reporting adalah salah saji atau pengabaian jumlah atau pengungkapan yang disengaja dengan maksud menipu para pemakai laporan keuangan tersebut. Definisi fraudulent financial statement menurut Association of Certified Fraud Examiners (ACFE) adalah (dikutip oleh Widjaja, 2011a) :

the intentional, deliberate, misstatement, or omission of material facts, or accounting data which is misleading and, when considered with all the information made available, would case the reader to change or alter his or her judgment or decision.

Penyebab fraudulent financial reporting umumnya 3 (tiga) hal sebagai berikut : 1. Manipulasi, falsifikasi, alterasi atas catatan akuntansi dan dokumen pendukung atas laporan keuangan yang disajikan. 2. Salah penyajian (misrepresentation) atau kesalahan informasi yang signifikan dalam laporan keuangan. 3. Salah penerapan (misapplication) dari prinsip akuntansi yang berhubungan dengan jumlah, klasifikasi, penyajian (presentation) dan pengungkapan

(disclosure). Gravitt (2006) mengatakan bahwa kecurangan pada laporan keuangan melibatkan skema berikut :

22

1.

Pemalsuan, perubahan, atau manipulasi catatan keuangan yang material, dokumen pendukung atau transaksi bisnis.

2.

Kelalaian yang disengaja atau misrepresentasi peristiwa, transaksi, rekening, atau informasi penting lainnya dari laporan keuangan yang disusun.

3.

Kesalahan yang disengaja pada penggunaan prinsip akuntansi, kebijakan, dan prosedur yang digunakan untuk mengukur, pengakuan, laporan, dan mengungkapkan peristiwa ekonomi dan transaksi bisnis.

4.

Kelalaian yang disengaja pada pengungkapan atau penyajian pengungkapan yang tidak memadai berdasarkan prinsip akuntansi dan kebijakan dan nilai keuangan yang terkait. Elliott dan Willingham (1980) mengatakan bahwa fraud sengaja dilakukan

oleh manajemen untuk memuaskan investor dan kreditor melalui laporan keuangan yang sesungguhnya menyesatkan.

2.1.3 Teori Keagenan (Agency Theory) Teori keagenan ini pertama kali dicetuskan oleh Jensen dan Meckling (1976) yang menyatakan bahwa teori keagenan merupakan teori ketidaksamaan kepentingan antara principal dan agen. Teori keagenan ini timbul karena adanya perbedaan kepentingan, dimana principal ingin supaya agent melakukan sesuatu seperti keinginannya, sedangkan agent ingin melakukan sesuatu untuk memaksimalkan utilitasnya. Perbedaan kepentingan inilah yang menyebabkan principal melakukan pengawasan terhadap agent sehingga timbul agency cost dalam mengawasi kinerja manajemen. Disini, manajemen perusahaan dipandang

23

sebagai agen yang diberikan kepercayaan untuk menjalankan perusahaan. Satu atau lebih principal memberi wewenang dan otoritas kepada agen untuk melakukan kepentingan principal, sedangkan agen dalam mengelola perusahaan justru cenderung lebih mementingkan kepentingan pribadinya daripada

meningkatkan nilai perusahaan. Dalam hubungan keagenan, manajer memiliki asimetri informasi terhadap pihak eksternal perusahaan seperti kreditur dan investor. Asimetri informasi terjadi ketika manajer memiliki informasi internal perusahaan yang relatif lebih banyak dan mengetahui informasi tersebut lebih cepat dibandingkan pihak eksternal. Kondisi ini memberikan kesempatan kepada manajer untuk

menggunakan informasi yang diketahuinya untuk memanipulasi laporan keuangan sebagai usaha untuk memaksimalkan kepentingannya (Scott, 1997) . Disisi lain, konflik kepentingan kemudian akan semakin meningkat terutama karena principal tidak dapat memonitor aktivitas manajer untuk memastikan bahwa manajer bekerja sesuai dengan keinginan principal. Teori keagenan menggunakan tiga asumsi sifat manusia, yaitu (Eisenhardt, 1989): 1. 2. manusia pada umumnya mementingkan kepentingan diri sendiri, manusia memiliki daya pikir terbatas mengenai persepsi masa mendatang, dan 3. manusia selalu menghindari risiko. Asimetri informasi dan konflik kepentingan yang terjadi antara principal dan agen mendorong agen untuk menyajikan informasi yang tidak sebenarnya

24

kepada principal, terutama jika informasi tersebut berkaitan dengan pengukuran kinerja agen (Scott, 2007).

2.1.4

Kualitas Audit Secara umum audit adalah suatu proses sistematik untuk memperoleh dan

mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan tentang kejadian ekonomi, dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan serta penyampaian hasil-hasilnya kepada pihak yang berkepentingan (Mulyadi, 2002). Secara umum pengertian tersebut dapat diartikan bahwa audit adalah proses sistematis yang dilakukan oleh orang yang kompeten dan independen dengan mengumpulkan dan mengevaluasi bahan bukti dan bertujuan memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut. Adapun audit merupakan suatu proses untuk mengurangi ketidakselarasan informasi yang terdapat antara manajemen dan para pemegang saham dengan menggunakan pihak luar untuk memberikan pengesahan terhadap laporan keuangan. Kualitas auditor merupakan salah satu pertimbangan penting bagi investor untuk menilai kewajaran suatu laporan keuangan (Pradita, 2010). Para pengguna laporan keuangan terutama para pemegang saham akan mengambil keputusan berdasarkan pada laporan keuangan yang telah diaudit oleh auditor. Oleh karena itu, auditor diharapkan dapat membatasi praktik kecurangan serta membantu menjaga dan meningkatkan kepercayaan masyarakat umum terhadap laporan keuangan. Namun demikian, efektifitas dan kemampuan auditor untuk

25

mendeteksi adanya praktek kecurangan tergantung kepada kualitas dan independensi auditor tersebut. Kualitas auditor dipandang sebagai kemampuan untuk mempertinggi kualitas suatu laporan keuangan bagi perusahaan. Oleh karena itu, auditor yang berkualitas tinggi diharapkan mampu meningkatkan kepercayaan investor (Nuryaman, 2010) Kualitas audit ini biasanya dikaitkan dengan ukuran kantor akuntan publik, yakni big four dan non big four. Kantor Akuntan Publik (KAP) adalah suatu bentuk organisasi akuntan publik yang memperoleh izin sesuai dengan peraturan perundang-undangan dalam hal pemberian jasa professional bagi praktek akuntan publik. Kantor Akuntan Publik (KAP) Internasional atau yang lebih dikenal dengan julukan “The Big four” di Indonesia, dimana masing masing KAP Internasional memiliki kantor disetiap kota kota besar di Amerika Serikat dan dibanyak kota besar diseluruh dunia termasuk Indonesia. Keempat KAP menyelenggarakan audit bagi hampir semua perusahaan raksasa di Amerika dan seluruh dunia serta mengaudit pula banyak perusahaan yang berskala kecil. Auditor big four adalah auditor yang memiliki keahlian dan reputasi tinggi dibanding dengan auditor non big four. Oleh karena itu, auditor big four akan berusaha secara sungguh sungguh mempertahankan pangsa pasar, kepercayaan masyarakat dan reputasinya dengan cara memberi perlindungan kepada publik (Sanjaya, 2008). Perusahaan yang menggunakan jasa KAP big four cenderung lebih dipercaya bila dibandingkan dengan perusahaan yang menggunakan jasa KAP non big four. Setiap KAP big four sekarang ini mempunyai kemampuan

26

melayani pasar internasional. Sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Indonesia, big four berafiliasi dengan KAP Indonesia, sebagai berikut : The Big four KAP Deloitte Touche Thomatsu KAP Ernets dan Young Mitra Indonesia Osman, Bing, Satrio, dan rekan Purwantoro, Sarwoko, dan Sandjaja

KAP KPMG (Klynveld Peat Marwick Sidharta, Sidharta dan Widjaya Goerdeler) KAP Price Waterhouse Coopers Sumber : www.wikipedia.org Haryanto, Sahari, dan rekan

Kantor Akuntan Publik (KAP) internasional membutuhkan waktu yang lebih singkat dalam menyelesaikan audit, karena Kantor Akuntan Publik (KAP) tersebut dianggap dapat melaksanakan audit secara lebih efisien dan memiliki tingkat fleksibilitas jadwal waktu yang lebih tinggi untuk menyelesaikan audit tepat pada waktunya. Disamping itu, KAP yang besar memperoleh premium harga dalam menyelesaikan auditnya lebih cepat dibandingkan dengan KAP lainnya. Waktu audit yang tepat waktu, kualitas dan kuantitas sumber daya manusia (auditor) yang lebih baik sehingga akan berpengaruh pada kualitas jasa yang dihasilkan.

2.1.5

Accrual Quality Terdapat dua jenis pencatatan yaitu basis kas (cash basis) dan basis akrual

(accrual basis). Menurut akuntansi basis kas, pendapatan dicatat hanya pada saat kas diterima dan beban dicatat pada saat kas dikeluarkan. Sedangkan pada

27

akuntansi berbasis akrual, transaksi transaksi yang mempengaruhi laporan keuangan perusahaan dicatat pada periode dimana transaksi yang mempengaruhi laporan keuangan perusahaan tersebut terjadi, bukan pada saat kas diterima atau dikeluarkan. Informasi yang disajikan pada basis akrual mengungkapkan hubungan yang mungkin penting dalam memprediksi masa depan sehingga dapat lebih bermanfaat untuk tujuan pengambilan keputusan. Oleh karena itu, basis akrual yang banyak dipakai dan sesuai dengan prinsip akuntansi (Sambodo, 2010). Satwika dan Damayanti (2005) menyatakan bahwa akrual merupakan jumlah penyesuaian akuntansi yang dibutuhkan untuk mengubah arus kas operasi menjadi laba bersih. Akrual kemudian dibagi menjadi dua jenis, antara lain : 1. NonDiscretionary Accrual (Normal Accruals) yaitu pengakuan akrual yang wajar dan tunduk pada saat standar atau peraturan akuntansi yang berlaku umum. 2. Discretionary Accrual (Abnormal Acrual) yaitu pengakuan akrual yang bebas, tidak diatur dan merupakan pilihan kebijakan manajemen. Dengan basis akrual akan menyediakan banyak keleluasaan bagi manajer dalam hal pengakuan pendapatan dan beban. Manajemen perusahaan kemudian dapat melakukan manipulasi dengan menggunakan discreationary accrual. Pendapat lain yang dinyatakan oleh Sulistyanto (2008) menyatakan bahwa discreationary accrual merupakan komponen akrual hasil rekayasa manajerial dengan memanfaatkan kebebasan dan keleluasaan dalam estimasi dan pemakaian standar akuntansi. Terdapat beberapa metode yang bisa dipakai manajer

28

perusahaan untuk merekayasa besar kecilnya discreationary accrual ini sesuai dengan tujuan yang ingin dicapainya, contohnya seperti kebebasan dalam menentukan estimasi persentase jumlah piutang tak tertagih, memilih metode penentuan jumlah persediaan dan sebagainya. Sementara itu, Sulistyanto (2008) juga menyatakan bahwa pengertian non discreationary accrual merupakan komponen akrual yang diperoleh secara alamiah dari dasar pencatatan akrual dengan mengikuti standar yang diterima secara umum, contohnya metode depresiasi dan penentuan persediaan yang dipilih harus mengikuti metode yang diakui dalam prinsip akuntansi Bermula dengan Healy (1985) yang berhipotesis bahwa salah saji penghasilan terutama melalui komponen akrual laba. Oleh karena itu penelitian yang dilakukan oleh Dechow (2010) menyelidiki apakah tahun terjadinya salah saji berhubungan dengan akrual yang tinggi pula. Ukuran pertama disebut dengan Working Capital (WC) akrual, dimana hanya berfokus pada modal kerja akrual. Penelitian sebelumnya biasanya menyertakan beban penyusutan sebagai modal kerja akrual, tetapi dalam penelitian ini tidak disertakan beban penyusutan, seperti yang dibahas oleh Barton dan Simko (2002) dinyatakan bahwa mengelola pendapatan melalui penyusutan akan lebih transparan karena perusahaan diwajibkan untuk mengungkapkan efek dari perubahan kebijakan penyusutan (Beneish, 1998). Kemudian digunakan ukuran yang diistilahkan dengan akrual RSST yang dicetuskan oleh Richardson, Sloan, Soliman dan Tuna (2005). Langkah ini memperluas definisi akrual WC termasuk perubahan dalam aset

29

jangka panjang operasi dan jangka panjang kewajiban operasi. Ukuran ini sama dengan perubahan dalam non cash net operating assets.

2.1.6

Financial Performance Merupakan suatu set pengukur variable kinerja keuangan perusahaan pada

berbagai dimensi dan memeriksa apakah manajer melakukan salah saji yang berdampak pada kesengajaan untuk menutupi keburukan kinerja perusahaan tersebut (Dechow et al 1996 ; Beneish 1997). Variabel pertama yang dianalisis adalah change in receivable. Manipulasi dari jumlah akun piutang merupakan salah satu cara sederhana yang dilakukan oleh manajer untuk menaikkan jumlah penjualan. Karena jumlah penjualan tersebut merupakan salah satu bagian yang merupakan konsentrasi investor, perubahan piutang yang cenderung terlalu tinggi dapat mengindikasikan potensi terjadinya fraud. Change in inventory. Tingkat perubahan persediaan suatu perusahaan dapat secara drastis mempengaruhi gross margin. Karena gross margin adalah salah satu bagian yang menjadi perhatian shareholders, maka tingkat perubahan persediaan dapat menjadi suatu bukti terjadinya fraud. Change in cash sales. Dengan mengukur perubahan hanya pada penjualan tunai, dan tidak termasuk penjualan kredit dan penjualan berbasis akrual lainnya, variabel ini dapat membantu dalam mengevaluasi apakah terjadi penurunan pada penjualan yang tidak sesuai pada manajemen akrual.

30

Change in earnings. Penelitian telah menunjukkan bahwa manajer cenderung lebih memilih untuk menunjukkan pertumbuhan positif pada earnings (Burgstahler and Dichev, 1997). Akrual yang tidak sebenarnya merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan untuk dapat mencapai pertumbuhan positif pada earnings, walaupun kenyataannya perusahaan sedang mengalami penurunan earnings.

2.2

Penelitian Terdahulu Hingga saat ini, telah banyak penelitian yang membahas tentang fraud.

Tinjauan umum dari beberapa literatur yang relevan mengindikasikan telah terdapat penelitian-penelitian mengenai terjadinya fraud, terutama fraudulent financial statement. Penelitian yang dilakukan oleh Tri Ramaraya Koroy (2008) bertujuan untuk mengidentifikasi dan menguraikan permasalahan dalam pendeteksian kecurangan dalam audit atas laporan keuangan oleh auditor eksternal. Penelitian ini menemukan empat faktor yang dapat menghalangi implementasi dari pendeteksian yang tepat. Pertama adalah karakteristik terjadinya kecurangan sehingga menyulitkan proses pendeteksian, kedua yaitu standar pengauditan belum cukup memadai untuk menunjang pendeteksian yang sepantasnya, kemudian yang ketiga adalah lingkungan kerja audit dapat mengurangi kualitas audit, dan keempat yaitu metode dan prosedur audit yang tidak cukup efektif untuk melakukan pendeteksian kecurangan.

31

Christopher J. Skousen dan Brady James Twedt (2009) melakukan penelitian terhadap perusahaan-perusahaan di 22 negara berkembang dengan mengkategorikan perusahaan-perusahaan dalam 9 sektor utama dan

membandingkannya dengan perusahaan-perusahaan yang terdapat di USA. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa USA sebagai benchmark masuk dalam 11 negara dengan nilai standar deviasi yang rendah. Sementara Rusia, Filipina dan Turki memiliki nilai standar deviasi yang tinggi. Hal tersebut menunjukkan bahwa tingkat risiko terdapatnya fraudulent financial statement lebih besar dibandingkan dengan negara pembandingnya. Sedangkan Polandia, Peru dan Meksiko memliki nilai standar deviasi yang rendah. Dechow, dkk. (2010) menguji 2.190 SEC Accounting and Auditing Enforcement Releases (AAERs) pada periode tahun 1982 – 2005. Telah didapatkan sample yang komprehensif dari perusahaan – perusahaan yang diduga telah melakukan salah saji dalam laporan keuangan. Penelitian ini meneliti karakteristik perusahaan yang melakukan salah saji laporan keuangan dalam lima dimensi: discreationary accrual, financial performance, non-financial measures, off-balance sheet activities, and market-based measures. Penelitian ini kemudian membandingkan perusahaan yang melakukan salah saji pada tahun perusahaan tersebut tidak melakukan salah saji dengan perusahaan yang melakukan salah saji untuk populasi yang lebih luas dari semua perusahaan publik yang telah terdaftar. Penelitian ini menemukan bahwa manajer menyembunyikan kinerja yang menurun selama tahun tahun salah saji, hal tersebut tampak dari tingginya nilai accrual dan perusahaan yang melakukan salah saji memiliki proporsi besar dalam

32

aset dengan penilaian yang tunduk pada kebijakan manajerial. Selain itu, terdapatnya pinjaman yang meningkat serta adanya pengurangan jumlah karyawan secara abnormal. Berhubungan dengan kualitas audit dan fraudulent financial statement, Rusmin (2010) melakukan penelitian terhadap seluruh perusahaan non keuangan di Malaysia pada tahun 2003. Penelitian ini menguji pengaruh kualitas auditor tehadap manajemen laba, dimana discreationary accrual digunakan sebagai proksi dari manajemen laba. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas auditor yang tinggi dapat mendeteksi adanya praktek manajemen laba dalam suatu perusahaan, sehingga didapatkan nilai discreationary accrual yang rendah pada perusahaan yang diaudit oleh auditor dengan kualitas tinggi. Penelitian yang dilakukan oleh Resti Maolida (2011) mengenai efektivitas fraud triangle dalam mendeteksi financial statement fraud. Dimana variabelvariabel dari fraud triangle yang digunakan adalah financial stability yang diproksi dengan persentase perubahan total aset, personal financial need yang diproksi dengan persentase kepemilikan saham oleh orang dalam, dan ineffective monitoring yang diproksi dengan jumlah komite audit. Pendeteksian financial statement fraud ini menggunakan manajemen laba dengan proksi discreationary accruals sebagai variabel dependen. Penelitian dengan 40 sample perusahaan manufaktur selama dua tahun pengamatan (2008-2009) ini, menunjukkan bahwa financial stability dengan proksi persentase perubahan total aset dan personal financial need dengan proksi persentase kepemilikan saham oleh orang dalam berpengaruh signifikan terhadap financial statement fraud. Sementara ineffective

33

monitoring dengan proksi jumlah komite audit tidak berpengaruh signifikan terhadap financial statement fraud.

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No. 1. Peneliti Tri Ramaraya Koroy (2008) Hasil Penelitian Penelitian ini menemukan empat faktor yang dapat menghalangi implementasi dari pendeteksian yang tepat. Pertama adalah karakteristik terjadinya kecurangan sehingga menyulitkan proses pendeteksian, kedua yaitu standar pengauditan belum cukup memadai untuk menunjang pendeteksian yang sepantasnya, kemudian yang ketiga adalah lingkungan kerja audit dapat mengurangi kualitas audit, dan keempat yaitu metode dan prosedur audit yang tidak cukup efektif untuk melakukan pendeteksian kecurangan. Rusia, Filipina dan Turki memiliki nilai standar deviasi yang tinggi. Hal tersebut menunjukkan bahwa tingkat risiko terdapatnya fraudulent financial statement lebih besar dibandingkan dengan negara pembandingnya. Sedangkan Polandia, Peru dan Meksiko memliki nilai standar deviasi yang rendah. Dengan menggunakan variabel independen: discreationary accrual, financial performance, non-financial measures, off-balance sheet activities, and market-based measures, dan variabel dependen: F-Score, didapat bahwa manajer menyembunyikan kinerja yang menurun selama tahun tahun salah saji. Hal tersebut tampak dari tingginya nilai accrual dan perusahaan yang melakukan salah saji memiliki proporsi besar dalam aset dengan penilaian yang tunduk pada kebijakan manajerial. Selain itu, terdapatnya pinjaman yang meningkat serta adanya pengurangan jumlah karyawan secara abnormal.

2.

Christopher J. Skousen dan Brady James Twedt (2009)

Dechow, dkk. (2010)

34

4.

Rusmin (2010)

Penelitian ini menguji pengaruh kualitas auditor tehadap manajemen laba, dimana discreationary accrual digunakan sebagai proksi dari manajemen laba. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas auditor yanng tinggi dapat mendeteksi adanya praktek manajemen laba dalam suatu perusahaan, sehingga didapatkan nilai discreationary accrual yang rendah pada perusahaan yang diaudit oleh auditor dengan kualitas tinggi Penelitian dengan 40 sample perusahaan manufaktur selama dua tahun pengamatan (2008-2009) ini, menunjukkan bahwa financial stability dengan proksi persentase perubahan total aset dan personal financial need dengan proksi persentase kepemilikan saham oleh orang dalam berpengaruh signifikan terhadap financial statement fraud. Sementara ineffective monitoring dengan proksi jumlah komite audit tidak berpengaruh signifikan terhadap financial statement fraud.

5.

Resti Maolida (2011)

2.3

Kerangka Pemikiran Laporan keuangan seharusnya menyajikan informasi yang handal, tetapi

tidak menutup kemungkinan apabila terdapat salah saji material yang disebabkan oleh kesalahan (error) maupun kecurangan (fraud). Penelitian ini berfokus pada salah saji pada laporan keuangan yang disebabkan adanya kecurangan (fraud), yang berarti salah saji yang disebabkan karena adanya suatu kesengajaan dari satu atau beberapa pihak, yang ingin mendapatkan keuntungan pribadi dan mengabaikan kepentingan pemilik kepentingan yang lain. Sesuai dengan tujuan penelitian bahwa pendeteksian fraud berguna sebagai penyaringan awal bagi calon investor maupun investor yang telah ada baik dari dalam negeri maupun luar negeri, sehingga pihak yang berkepentingan

35

tersebut dapat menempatkan modal secara lebih efisien pada golongan perusahaan dengan potensi risiko kecurangan paling rendah. Penelitian ini membandingkan dua kelompok perusahaan pengguna jasa KAP yang berbeda, yaitu perusahaan pengguna jasa KAP big four dan KAP non big four dengan dua variabel independent, yaitu accrual quality dengan proksi RSST dan financial performance dengan proksi change in receivable, change in inventory, change in cash sales dan change in earnings. Penjumlahan kedua variabel independent yang terdiri dari 5 proksi tersebut kemudian menjadi nilai FScore yang dapat secara baik memprediksi tingkat risiko terjadinya fraudulent financial statement dalam suatu perusahaan dilihat dari perspektif laporan

keuangan. Hal tersebut tentu akan lebih memudahkan pihak-pihak yang berkepentingan dalam mengambil keputusan, pasalnya laporan keuangan perusahaan publik merupakan instrument yang mudah didapat dewasa ini, terlebih lagi dengan adanya internet yang memudahkan pengguna laporan keuangan untuk terus memantau perubahan laporan keuangan suatu perusahaan.

36

Gambar 2.3 Kerangka Pemikiran

Kualitas Audit KAP Big Four Fraudulent Financial Statements (F-Score) Accrual Quality Financial Performance Kualitas Audit KAP non Big Four

2.4

Perumusan Hipotesis Hasil penelitian yang dilakukan oleh Skousen dan Brady James (2009)

menunjukkan bahwa sektor banking dan finance merupakan sektor yang memiliki standar deviasi paling kecil, hal itu menunjukkan bahwa sektor banking and finance merupakan sektor yang memiliki fraudulent financial statement paling rendah. Sedangkan sektor agriculture and others merupakan sektor yang memiliki standar deviasi paling tinggi. Hal itu menunjukkan bahwa agriculture and others memiliki kecenderungan fraudulent financial statement paling tinggi diantara sektor-sektor yang lain. Penelitian tersebut menggunakan laporan keuangan dari 22 negara berkembang di dunia dengan 9 sektor utama, lalu dibandingkan dengan

37

laporan keuangan pada 9 sektor utama yang terdapat di USA. Berbeda dengan penelitian sebelumnya, pada penelitian ini penguji mengambil sample dua kelompok perusahaan dari dua kategori perusahaan yang berbeda. Kategori yang pertama adalah perusahaan yang menggunakan jasa KAP big four, sedangkan kategori yang kedua adalah perusahaan yang menggunakan jasa KAP non big four. Menurut Becker et al., (1998) menyatakan bahwa terdapat hubungan antara kualitas audit dan manajemen laba. Auditor diharapkan dapat membatasi dan mengurangkan praktik manajemen laba serta membantu untuk meningkatkan kepercayaan pemegang saham dan pengguna laporan keuangan. De Angelo (1981) menganalisis hubungan antara kualitas audit dan ukuran audit. Hasilnya ialah auditor size besar (Big-audit) lebih berkualitas dibanding dengan auditor size kecil (non-Big audit). Kecakapan profesional auditor size besar lebih memiliki kemampuan teknikal untuk menemukan pelanggaran dalam sistem akuntansi kliennya, karena Big 5 memiliki pengalaman yang luas dan reputasi yang tinggi berbanding dengan non Big 5. Zhou dan Elder (2004) meneliti hubungan kualitas audit dan manajemen laba pada perusahaan yang akan melakukan IPO. Hasilnya mengindikasikan bahwa KAP besar (big five dan big four) dan auditor spesialis industri sebagai proksi kualitas audit berasosiasi dengan discreationary accrual yang lebih rendah pada perusahaan yang akan melakukan IPO. Hasil ini menjelaskan bahwa kualitas audit akan menurunkan praktik manajemen laba. Becker dkk (1998) menyimpulkan bahwa klien dari auditor non big six melaporkan akrual

38

diskresioner (proxy dari pengelolaan laba) secara rata-rata lebih tinggi dari yang dilaporkan oleh klien auditor big six. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan Zhou dan Elder (2004), Rusmin (2010) meneliti hubungan kualitas audit dan manajemen laba pada perusahaan di Singapura. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa KAP kelompok big four lebih memiliki kemampuan dalam mendeteksi adanya praktik manajemen laba dibandingkan KAP kelompok non big four. Meutia (2004) menyatakan bahwa KAP big five lebih berkualitas dalam mendeteksi berlakunya manajemen laba dalam suatu perusahaan. Hasil yang sama juga ditunjukkan oleh penelitian Edgina Antonia (2008) yang menyimpulkan bahwa reputasi auditor secara signifikan mempengaruhi terjadinya manajemen laba, Berdasarkan penjelasan diatas, maka hipotesisnya dapat dirumuskan sebagai berikut : H0 : tingkat risiko terjadinya fraudulent financial statement pada perusahaan yang menggunakan jasa Kantor Akuntan Publik (KAP) non big four lebih besar dibandingkan dengan perusahaan yang menggunakan jasa Kantor Akuntan Publik (KAP) Big four. Ha : tingkat risiko terjadinya fraudulent financial statement pada perusahaan yang menggunakan jasa Kantor Akuntan Publik (KAP) non big four lebih kecil dibandingkan dengan perusahaan yang menggunakan jasa Kantor Akuntan Publik (KAP) Big four.

39

BAB III METODE PENELITIAN

3.1

Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel Ada tiga cara atau pendekatan yang dapat ditempuh dalam suatu

penelitian. Tiga metode tersebut adalah kuantitatif, kualitatif, dan gabungan keduanya. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif berupa analisis fraud score model (F-Score) terhadap proksi-proksi yang dianggap menjadi penyebab terjadinya fraudulent financial statement. Metode kuantitatif dirasa tepat dan sesuai untuk digunakan dalam penelitian ini. Hal ini dikarenakan penelitian ini menggunakan angka-angka sebagai indikator variable penelitian untuk menjawab permasalahan penelitian, sehingga penelitian ini menggunakan metode kuantitatif sebagai pendekatan untuk menganalisis permasalahan penelitian yang telah dijabarkan pada Bab I.

3.1.1

Accrual Quality Fraudulent financial statement seringkali diawali dengan salah saji atau

manajemen laba dari laporan keuangan yang dianggap tidak material tetapi akhirnya tumbuh menjadi fraud secara besar-besaran dan menghasilkan laporan keuangan tahunan yang menyesatkan secara material (Rezaee, 2002). Oleh sebab itu, earnings management digunakan sebagai salah satu variable independen dalam penelitian ini, dikarenakan dianggap sebagai salah satu faktor terjadinya fraudulent financial statement. Hal itu dapat terjadi karena jika pada suatu kondisi

40

dimana pihak manajemen ternyata tidak berhasil mencapai target laba yang ditentukan, manajemen termotivasi untuk memperlihatkan kinerja yang baik dalam menghasilkan nilai atau keuntungan maksimal bagi perusahaan (Halim et al., 2005). Dasar akrual dalam laporan keuangan memberikan kesempatan kepada manajer untuk memodifikasi laporan keuangan untuk menghasilkan jumlah laba yang diinginkan (Halim et al., 2005). Jumlah akrual yang tercermin dalam perhitungan laba terdiri dari discreationary accrual dan non discreationary accrual. Non discreationary accrual merupakan komponen akrual yang terjadi seiring dengan perubahan dari aktivitas perusahaan, sedangkan discreationary accrual merupakan komponen akrual yang berasal dari earning management yang dilakukan manajer. RSST accrual (dari Richardson, Sloan, Soliman dan Tuna, 2005) mendefinisikan semua perubahan non-kas dan non-ekuitas dalam suatu neraca perusahaan sebagai akrual dan membedakan karakteristik keandalan working capital (WC), non-current operating (NCO) dan financial accrual (FIN) serta komponen asset dan kewajiban dalam jenis akrual. Mengingat dampak yang beragam dan panjang mulai dari operasi perusahaan, investasi dan pendanaan kinerja masa depan maka klasifikasi ini dianggap baik untuk menjelaskan kedua dampak tersebut, yaitu untuk jangka pendek (dalam satu tahun kedepan) dan jangka panjang dari akrual laba masa depan. Richardson, Sloan, Soliman dan Tuna (2005) meranking tingkat keandalan dari jenis akrual diatas sebagai berikut : WC memiliki medium reability, NCO memiliki low-medium reability dan FIN memiliki high reability.

41

Accrual quality dapat diukur melalui RSST accrual yang dihitung melalui perubahan aktiva lancar (tidak termasuk kas), dikurangi perubahan dalam kewajiban lancar (tidak termasuk utang jangka pendek) dan penyusutan, juga diperhitungkan perubahan long-term operating assets dan long-term operating liabilities. Model perhitungannya sebagai berikut : RSST Accrual = ( ΔWC + ΔNCO + ΔFIN ) / Average Total Assets (3.1) Dimana : WC = (Current Assets – Cash and Short term Investments) – (Current Liabilities – Debt in Current Liabilities) (3.2)

NCO = (Total Assets – Current Assets – Investment and Advances) – (Total Liabilities – Current Liabilities – Long Term Debt) FIN (3.3)

= (Short Term Investments + Long Term Investments) – (Long Term Debt + Debt in Current Liabilities + Preferred Stock) (3.4) (3.5)

ATS

= (Beginning total assets + end total assets) / 2

kemudian perhitungan disederhanakan sesuai dengan garis besar rumus menjadi : RSST Accrual = ( ΔWC + ΔNCO + ΔFIN ) / Average Total Assets Dimana : WC = Current Asset – Current Liability (Shelton, 2002) (3.6)

NCO = (Total Assets – Current Assets – Investment and Advances) – (Total Liabilities – Current Liabilities – Long Term Debt) FIN ATS = Total Investasi – Total liabilities = (Beginning total assets + end total assets) / 2 (3.7) (3.8)

42

Keterangan : WC : Working capital

NCO : Non-current operating accrual FIN ATS : Financial accrual : Average total assets

3.1.2

Financial performance Financial performance dari suatu laporan keuangan yang dianggap mampu

memprediksi terjadinya fraudulent financial statement sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Skousen (2009). Financial performance ini dapat dilihat dari proksi :

Change in receivable Change in inventory Change in cash sales

= = =

Δ Receivable / Average total Assets Δ Inventory / Average total Assets

(3.9) (3.10)

[(Δ Sales / sales (t)) – (Δ Receivable / receivable (t))] (3.11)

Change in earnings

=

[(Earnings (t) / Average total Assets (t)) – (Earnings (t-1) / Average total assets (t-1))] (3.12)

43

Tabel 3.1 Ringkasan Definisi Operasional Variabel No Variabel Dimensi RSST Accrual (Richardson, Sloan, Soliman dan Tuna, 2005) Indikator Indikasi terjadinya manajemen laba ditandai dengan nilai RSST Accrual yang tidak sama dengan nol. Indikasi terjadinya fraudulent financial statement ditandai dengan perubahan pada tiap proksi yang terlalu besar. Indikasi terjadinya fraudulent financial statement ditandai dengan perubahan pada tiap proksi yang terlalu besar. Indikasi terjadinya fraudulent financial statement ditandai dengan perubahan pada tiap proksi yang terlalu besar. Indikasi terjadinya fraudulent financial statement ditandai dengan perubahan pada tiap proksi yang terlalu besar. Tingkat risiko terjadinya fraudulent financial statement dapat diketahui dengan membandingkan nilai Skala Pengukuran Skala rasio dimana nilai dasarnya adalah nilai 0. Skala rasio

1.

Accrual Quality

1. Change in receivable

Skala rasio

2. Change in inventory 2. Financial Performance 3. Change in cash sales

Skala rasio

Skala rasio

4. Change in earnings

3.

F-Score

Penjumlahan dari proksi accrual quality dan financial performance

Skala rasio

44

(Skousen dan Brady James , 2009)

standar deviasi dengan perusahaan lain. Semakin besar nilai standar deviasi maka semakin tinggi pula tingkat risiko terjadinya fraudulent financial statement pada perusahaan tersebut.

3.2

Populasi dan Sampel Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah laporan keuangan perusahaan

manufaktur yang terdaftar (listing) di Bursa Efek Indonesia tahun 2008 – 2010. Metode pengambilan sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode purposive sampling (BEI 2008 – 2010). Dalam purposive sampling, dilakukan pengambilan sampel dengan tujuan yang sudah ada dan sudah terencama sebelumnya. Adapun kriteria – kriteria sampel yang digunakan dalam penelitan adalah : a. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode 2008 – 2010. b. Perusahaan menyajikan laporan keuangannya dalam website perusahaan atau website BEI selama periode 2008 – 2010. c. d. Perusahaan yang tidak delisting selama periode pengamatan Perusahaan yang tidak berpindah KAP selama periode pengamatan. Dengan kata lain, selama tahun 2008 – 2010 perusahaan tidak berpindah

45

dari penggunaan jasa audit laporan keuangan dari KAP Big four ke KAP Non big four atau sebaliknya e. Perusahaan yang menyajikan laporan keuangannya dalam mata uang Rupiah f. Perusahaan yang memiliki kelengkapan data untuk seluruh tahun pengamatan Tabel 3.2 Kriteria Penentuan Sampel Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2008 – 2010 Perusahaan menyajikan laporan tahunannya dalam website perusahaan atau website BEI selama periode 2008 – 2010 Dikurangi perusahaan manufaktur yang delisting selama periode 2008 – 2010 Jumlah perusahaan yang masih terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2008 – 2010 Dikurangi perusahaan yang pindah KAP selama tahun pengamatan 158 perusahaan 158 perusahaan 13 perusahaan 145 perusahaan 10 perusahaan -

Jumlah perusahaan yang tidak pindah KAP selama tahun 135 perusahaan pengamatan Dikurangi perusahaan yang tidak menyajikan laporan 3 perusahaan keuangannya dalam mata uang Rupiah Jumlah perusahaan yang menyajikan laporan keuangan dalam mata uang Rupiah Dikurangi jumlah perusahaan yang tidak memiliki kelengkapan data untuk seluruh tahun pengamatan Jumlah perusahaan yang memiliki kelengkapan data untuk seluruh tahun pengamatan atau dijadikan sebagai sampel Perusahaan dibagi menjadi 2 kelompok : Perusahaan pengguna jasa KAP big four Perusahaan pengguna jasa KAP non big four Sumber : www.idx.com dan diolah 2012 42 perusahaan 48 perusahaan 132 perusahaan 42 perusahaan 90 perusahaan

46

3.3

Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data

sekunder yang dimaksud dalam penelitian ini adalah laporan keuangan tahunan perusahaan. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari : 1. 2. IDX (Indonesian Stock Exhanges) tahun 2008 – 2010 Jurnal, makalah, penelitian, buku, website perusahaan yang bersangkutan dan situs internet yang berhubungan dengan tema penelitian ini. Alasan peneliti menggunakan data sekunder adalah karena data sekunder lebih mudah diperoleh, biayanya lebih murah, sudah ada penelitian dengan jenis data ini, serta lebih dapat dipercaya keabsahannya karena laporan keuangannya telah diaudit oleh akuntan publik.

3.4

Metode Pengumpulan Data Dalam penelitian ini, data-data yang diperlukan dikumpulkan dengan

metode studi pustaka dan dokumentasi. Studi pustaka dilakukan dengan mengolah literature, artikel, jurnal, maupun media tertulis lain yang berkaitan dengan topik pembahasan dari penelitian ini. Sedangkan metode dokumentasi dilakukan dengan mengumpulkan sumber-sumber data dokumenter seperti laporan keuangan auditan perusahaan yang menjadi sampel penelitian. Untuk metode pengambilan sampel, yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode purposive sampling. Data – data yang digunakan dalam penelitian ini antara lain : 1. Data penjualan, earnings yang diperoleh dari laporan laba rugi.

47

2. Data jumlah aset lancar, total aset, jumlah kewajiban lancar, total kewajiban, total investasi, piutang, persediaan yang diperoleh dari neraca. 3. Data arus kas bersih yang diperoleh dari aktivitas operasi diperoleh dari laporan arus kas. 4. Data KAP yang digunakan oleh perusahaan diperoleh dari laporan auditor independen dalam laporan keuangan perusahaan yang telah diaudit. 5. Serta informasi lainnya yang diperoleh dari www.idx.co.id dan literature lainnya.

3.5

Statistik Deskriptif Pada awalnya, dilakukan perhitungan dari variable RSST dan komponen

financial performance yang kemudian membentuk suatu variable baru bernama FScore di tiap perusahaan dari setiap tahunnya. Dimana nilai F-Score ini adalah data yang kemudian dianalisis dengan melakukan statistik deskriptif. Analisis statistik deskriptif merupakan teknik deskriptif yang memberikan informasi mengenai data yang dimiliki. Analisis ini digunakan untuk menyajikan dan menganalisis data disertai dengan perhitungan agar dapat memperjelas keadaan atau karakteristik data yang bersangkutan. Pengukuran yang digunakan dalam statistik deskriptif meliputi jumlah sampel, nilai minimum, nilai maximum, nilai rata – rata (mean), dan standar deviasi. Minimum digunakan untuk mengetahui jumlah terkecil data yang bersangkutan. Maksimum digunakan untuk mengetahui jumlah terbesar data yang bersangkutan. Mean digunakan untuk mengetahui rata –

48

rata data yang bersangkutan. Standar deviasi digunakan untuk mengetahui seberapa besar data yang bersangkutan bervariasi dari rata – rata (Ghozali, 2006). Berbeda dengan penggunaan statistik deskriptif secara umum, pada penelitian ini hasil analisis statistik deskriptif baik per perusahaan maupun dalam lingkup besar per kelompok perusahaan dapat menggambarkan tingkat risiko terjadinya fraudulent financial statement. Dengan kata lain, statistik deskriptif merupakan hasil utama untuk menggambarkan hasil analisis penelitian ini.

3.6

Uji Hipotesis Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan statistic parametric

yaitu Uji Olap Cubes. Menurut Bardosono (n.d) persyaratan untuk menggunakan metode parametric ini adalah sebagai berikut : 1. Sampel yang dipakai untuk analisis harus berasal dari populasi yang berdistribusi normal. 2. 3. Jenis data yang dianalisis adalah kuantitatif. Jumlah populasi atau sampel yang dipakai minimal berjumlah 30.

3.6.1

OLAP Cubes OLAP (Online Analitycal Processing) adalah teknologi yang memproses

data di dalam database dalam struktur multidimensi, menyediakan jawaban yang cepat untuk query dan analisis yang kompleks. Data yang disajikan biasanya merupakan suatu fungsi agregasi seperti summary, maximum, minimum, average, mean, standar deviasi dan lain-lain. Secara garis besar, OLAP Cubes adalah

49

fasilitas terbaru dari software SPSS untuk meringkas data dengan cepat dan mudah. OLAP umumnya dimanfaatkan untuk pola analisis seperti berikut ini : 1. Meringkas dan mengumpulkan sejumlah besar data 2. Melakukan filtering, mengurutkan dan memberikan peringkat 3. Membandingkan beberapa set dari data

Similar Documents

Free Essay

Systemic Ginance

...Working Paper Pengawasan Terhadap Lembaga Keuangan Berdampak Sistemik Working Paper: Pengawasan Terhadap Lembaga Keuangan Berdampak Sistemik (Systemically Important Financial Institution) Draft 1November2010 Rofikoh Rokhim*, Arief Wibisono Lubis**, IA Agung Faradynawati*** Makalah ini di presentasikan dalam seminar tentang Macroprudential yang diselenggarakan Bank Indonesia di Bandung, Jawa Barat, pada 1011 November 2010. * Rofikoh Rokhim adalah Staf Pengajar Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Ketua Management Research Center FEUI, dan Head of Business Indonesia Intellegence Unit **Arief Wibisono Lubis adalah Staf Pengajar Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia *** IA Agung Faradynawati adalah Staf Pengajar Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia Korespodensi : Management Research Center, Gedung Departemen Manajemen Lantai 2 Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia Depok 16424. Telepon: (021) 7272425 ext.503. Fax (021) 7863556. Email : rofikoh.rokhim@ui.ac.id Halaman 1 Working Paper Pengawasan Terhadap Lembaga Keuangan Berdampak Sistemik 1. Pendahuluan: Pengertian lembaga keuangan berdampak sistemik (Systemically Important Financial Institution) Pada akhir tahun 2009 perdebatan panjang muncul ketika Bank Century yang saat itu diputuskan oleh Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) mendapat bailout karena dianggap sebagai bank gagal yang bersifat sistemik meskipun jika dilihat secara ukuran sangat kecil terhadap keseluruhan industri keuangan. Semenjak itu semakin banyak...

Words: 7431 - Pages: 30

Free Essay

Country Attractiveness (Manajemen Pemasaran Internasional)

...Internasional Chapter 4 - Country Attractiveness Outline * Political risk factors * Environmental research * Stages in the Entry Evaluation Procedure * Data Bases for Country Evaluations * Sales Forecasting in Foreign Markets * Forecasting in early PLC markets * Forecasting in Mature Markets * Forecasting Market Shares * Takeaways Risiko politik Adalah bahaya bahwa pergolakan politik dan militer akan mengubah aturan ekonomi bangsa dan peraturan semalam Munculnya terorisme internasional adalah jenis baru dari risiko politik Sebagai pemerintah berubah dan rezim baru datang ke kekuasaan risiko politik bisa bersifat sementara Dimana indeks risiko tinggi , perencanaan skenario menjadi perlu Faktor risiko politik Level 1 : Ketidakstabilan umum Contoh : Perubahan, Serangan dari luar Level 2 : Perampasan / Pengambilan Contoh : Kewarganegaraan, pencabutan kontrak Level 3 : Operasional Contoh : Pembatasan import, aturan konten lokal, pajak, persyaratan ekspor Level 4 : Keuangan Contoh : Pembatasa pemulangan, tariff pertukaran Penelitian lingkungan Setelah risiko politik telah menganalisis faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi pemasaran harus diteliti Di pasar lokal baru , pusat-pusat riset pasar yang paling berharga di determinan lingkungan yang sangat mendasar dari perilaku konsumsi dan membeli Untuk pemasaran tujuan penelitian itu adalah umum untuk membedakan antara empat dimensi lingkungan : * Lingkungan fisik Iklim...

Words: 1132 - Pages: 5

Free Essay

Risk Management

...ARSITEKTUR ELEKTRO MANAJEMEN RiSIKO DALAM PROYEK KONSTRUKSI Mastura Labombang* Abstract Risk is the variation in things that may happen naturally or the possibility of occurrence of events beyond that expected of a threat to property and financial benefits due to hazards that occur. Risk management is an approach taken against risks is to understand, identify and evaluate the risk of a proyek.Tujuan of this study is to know about risk management in project construction. The method used is the study of literature on risk management in construction projects with reference to relevant theories. The study shows that risk management is very important to do for every construction project to avoid losses on cost, quality and project completion schedule. Conduct response actions carried out against possible risks (risk response) by: holding risk (risk retention), reduce the risk (risk reduction), transfer of risk (risk transfer), to avoid risk (risk avoidance). Key words : Risk management, construction project Abstrak Risiko adalah variasi dalam hal-hal yang mungkin terjadi secara alami atau kemungkinan terjadinya peristiwa diluar yang diharapkan yang merupakan ancaman terhadap properti dan keuntungan finansial akibat bahaya yang terjadi. Manajemen risiko merupakan Pendekatan yang dilakukan terhadap risiko yaitu dengan memahami, mengidentifikasi dan mengevaluasi risiko suatu proyek.Tujuan dari studi ini adalah untuk mengetahui tentang manajemen risiko pada proyek konstruksi. Metode...

Words: 2803 - Pages: 12

Free Essay

Analisa Laporan Keuangan

...|ANALISIS | |LAPORAN | |KEUANGAN | |CHAPTER 01 | |Gambaran Umum Analisis Laporan Keuangan | |CHAPTER 02 | |Pelaporan dan Analisis Keuangan | |PROGRAM PASCA SARJANA | |MAGISTER AKUNTANSI | |UNIVERSITAS TRISAKTI | [pic] KELOMPOK 1 : RONALD ( 123-131-067 ) DENNYS SURYA ( 123-131-015 ) MIFTAH ( 123-131-046 ) ARFIANTO ( 123-131-096 ) RIKA ( 123-131-064 ) WILLIAM ( 123-131-080 ) STEVANUS ( 123-140-140 ) DR. VINOLA HERAWATY, AK, CA, MSC UNIVERSITAS TRISAKTI KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa penulis dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah yang berjudul “ Gambaran Umum Analisis Laporan Keuangan & Pelaporan dan Analisis Keuangan ” dengan lancar. Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan penulis pada khususnya, penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih...

Words: 10835 - Pages: 44

Free Essay

Dbms Journal

...Bagaimana Cloud Computing Memungkinkan Proses dan Inovasi Model Bisnis Saul J. Berman, Lynn Kesterson-Townes, Anthony Marshall dan Rohini Srivathsa Meskipun cloud computing secara luas diakui sebagai permainan perubahan teknologi karena menawarkan layanan kapan saja, di mana saja, potensi untuk mengendalikan inovasi bisnis yang hampir belum dimanfaatkan. Bahkan, teknologi cloud memiliki kekuatan fundamental untuk menggeser competitive landscape dengan menyediakan sebuah platform baru untuk menciptakan dan memberikan nilai bisnis. Proposisi nilai pelanggan ( Customer Value Preposition) * Meningkatkan: organisasi dapat menggunakan cloud services untuk mempertahankan yang telah ada saat ini dan menarik pelanggan baru, mengumpulkan pendapatan tambahan dengan meningkatkan produk dan pelayanan saat ini serta meningkatkan pengalaman pelanggan. * Memperpanjang: teknologi cloud dapat membantu perusahaan menciptakan produk dan layanan baru atau memanfaatkan saluran baru ataupun metode pembayaran untuk menarik pelanggan yang ada atau yang memiliki segmen berdekatan untuk menghasilkan pendapatan baru yang lebih signifikan. * Menciptakan: perusahaan dapat menggunakan teknologi cloud untuk membuat sebuah ''kebutuhan”baru dan berpotensi memiliki pasar baru, sehingga menarik segmen pelanggan baru dan menghasilkan aliran pendapatan baru. Rantai nilai ( Value Chain ) * Meningkatkan: Cloud dapat membantu organisasi mempertahankan tempatnya dalam rantai nilai yang ada melalui...

Words: 2037 - Pages: 9

Free Essay

Fundamental and Technical Analyst of Pt Indofood Sukses Makmur Tbk

... Artinya, peluang untuk memperoleh keuntungan sangat besar bahkan dapat mencapai ratusan persen perbulan namun diimbangi dengan kemungkinan kerugian yang besar apabila tidak dikelola dengan baik. Pada dasarnya, semua jenis investasi memiliki kemungkinan merugi. Besarnya potensi kerugian akan sebanding dengan besarnya potensi keuntungan yang dapat diperoleh. Dan sebaliknya semakin besarnya potensi keuntungan yang dapat diperoleh disini, maka semakin besar juga potensi kerugian yang dapat timbul. Oleh karena itu, sangat penting bagi investor untuk memprediksi arah pergerakan harga saham. Pergerakan saham pada dasarnya dipengaruhi oleh teori ekonomi yang paling dasar, yaitu hukum permintaan dan hukum penawaran. Harga saham akan naik jika semakin banyak pihak yang ingin membeli suatu saham, sedangkan harga saham akan turun jika yang terjadi sebaliknya. Jadi sebenarnya harga saham ditentukan oleh investor yang bertransaksi di pasar modal dan harga tersebut sekaligus mewakili pendapat kebanyakan investor. Untuk mengatasi perubahan harga saham tersebut diperlukan analisis harga saham. Terdapat dua pendekatan yang sering digunakan untuk menganalisis harga saham, yaitu fundamental analisis (FA) dan teknikal analisis (TA). FA menilai saham berdasarkan kondisi fundamental perusahaan itu sendiri,...

Words: 5168 - Pages: 21

Free Essay

Marketing

...1. EXECUTIVE SUMMARY PT. Siap Technovation Unggul adalah Industri kreatif yang bergerak dalam pembuatan dan pengembangan Perangkat Lunak (Software) serta sistem pembelajaran modern berbasis keunggulan otak sebagai solusi sekolah dan sistem pendidikan agar menjadi lebih cepat, mudah,  efisien, akuntabel dalam rangka membantu sekolah mencapai 8 Standar Nasional Mutu Pendidikan (PP No. 20, 2005). PT..Siap Technovation Unggul senantiasa berusaha berinovasi untuk menyediakan solusi dalam pemanfaatan teknologi sistem informasi, sistem pembelajaran modern maupun peningkatan sumber daya manusia pendidikan melalui berbagai bentuk produk dan jasa yang inovatif dan tepat. Alamat : Jln Ketintang Permai Blok AE No 18 Surabaya - Jawa Timur Indonesia Kontak : Telepon 031-8290842 Message 0853 3833 3535 Email admin@stu.co.id Website : http://www.stu.co.id 2. VISI DAN MISI Visi : Menjadi perusahaan ICT dan sistem pembelajaran terbesar Nasional yang meningkatkan kualitas pendidikan Nasional untuk menghasilkan sumberdaya manusia yang kreatif, berdaya saing global serta menjadi kebanggaan Bangsa Indonesia. Misi : 1. Kami membangun tim bisnis yang terdiri atas orang-orang yang berkomitmen, berpikir positif dan bermental sukses 2. Kami bekerja untuk selalu menghasilkan produk-produk berkualitas sehingga klien dan masyarakat menerima manfaat lebih dari biaya yang mereka belanjakan 3. Kami mendidik diri kami sendiri, klien kami dan semua pihak yang bekerjasama...

Words: 5841 - Pages: 24

Free Essay

Optimalisasi Waqaf Tunai Melalui Peran Satria (Safety Triangle of Stakeholders) Sebagai Upaya Peningkatan Daya Saing Umkm Yang Berkelanjutan Di Indonesia (Studi Kasus : Umkm Sentra Industri Keramik Dinoyo, Malang)

...Optimalisasi Waqaf Tunai melalui Peran SATRIA (Safety Triangle of Stakeholders) sebagai Upaya Peningkatan Daya saing UMKM yang Berkelanjutan di Indonesia (Studi Kasus : UMKM Sentra Industri Keramik Dinoyo, Malang) Oleh: Aji Nur Afifatul Hasna LusianaWatiningsih Sarintan Pratiwi Usman UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2014 HALAMAN PENGESAHAN USULAN LKTI NASIONAL SELF XI 2014 1. Judul Kegiatan : Optimalisasi Waqaf Tunai melalui peranSATRIA (SafetyTriangle of Stakeholders) sebagai Upaya Peningkatan DayaSaingUMKM yang Berkelanjutan di Indonesia (Studi KasusUMKM Sentra Industri Keramik Dinoyo, Malang) 2. Ketua Pelaksana Kegiatan a) Nama Lengkap : Aji Nur Afifatul Hasna b) NIM : 125020300111060 c) Jurusan : Akuntansi d) Universitas : UniversitasBrawijaya e) AlamatRumah dan No Tel/HP : Perum Persada Bhayangkara Singashai Blok N-16 Malang/085755500645 f) Alamat email :ajinurafifatul@gmail.com 3. AnggotaPelaksanaKegiatan : 2 orang 4. DosenPendamping a) Namalengkap dan gelar :AchmadZaky, SE.,MSA.,Ak. b) NIP : 19841024 201012 1 003 c) AlamatRumah dan No tel,/ HP : Tata surya II/7 Malang/ 081805081000 Malang, 13 April 2014 Ketua Pelaksana Kegiatan (Aji Nur Afifatul Hasna)NIM. 125020300111060 | Dosen Pendamping(AchmadZaky, SE.,MSA.,Ak.)NIP. 19841024 201012 1 003 | | | Pembantu Dekan Bidang KemahasiswaanFakultas Ekonomi dan Bisnis (Fatchur Rohman, SE., Msi., Dr)NIP. 19610121 1986011 002 | |...

Words: 6947 - Pages: 28

Free Essay

Flinder

...kedalam pasar dunia: 1. Untuk  memasuki akses terhadap pelanggang-pelanggang baru, dengan alasan bahwa ekspansi ke dalam pasar dunia akan memberi potensi untuk meningkatkan pendapatan, laba dan pertumbuhan  jangka panjang, dan dapat  menjadi perusahaan domestik yang mapan. 2. Untuk mencapai biaya rendah dan dan meningkatkan daya saing perusahaan.  Banyak perusahaan melakukan perluasan usaha karena pasar domestik dan industri mereka sudah terbatas, sehingga dengan demikian pada hakekatnya meningkatkan daya saing- perusahaan. 3. Untuk mengkapitalisasi kompetensi utamanya. Sebuah perusahaan dapat memperluas kompetensi dan kapabilitasnya untuk posisi memperoleh keuntungan kompetetif dalam pasar luar negeri seperti pada pasar domestik. 4. Untuk menyebar atau membagi risiko bisnisnya melalui perluasan pasar yang telah ada. Ada beberapa strategi dasar bagi perusahaan untuk memasuki pasar luar negeri: 1.  Export Strategy Mempertahankan produksi berbasis nasional dan mengekspor barang-barang ke pasar luar negeri dengan menggunakan jalur pengawasan distribusi. Dengan memakai pabrik dalam negeri (domestik) sebagai suatu basis produksi untuk mengekspor barang-barang keluar negeri adalah suatu strategi yang terbaik untuk mengejar penjualan internasional. Keuntungan dari strategi ekspor ini antara lain meminimumkan risiko dan peryaratan modal dan meminimumkan investasi secara langsung di negara-negara asing. Suatu strategi ekspor mudah diserang jika biaya-biaya manufaktur...

Words: 3167 - Pages: 13

Free Essay

Audit Pada Sistem Erp

...tersebut, sistem komputer dapat melayani berbagai kebutuhan khusus di setiap area fungsional. Aplikasi inti dari ERP dapat dikategorikan kedalam 2 kelompok, yaitu: 1. Aplikasi inti, adalah aplikasi yang secara operasional mendukung berbagai aktivitas harian perusahaan. Jika aplikasi gagal, maka perusahaan juga demikian. Aplikasi ini tidak terbatas hanya pada penjualan dan distribusi, perencanaan bisnis, perencanaan produksi, pengendalian pabrik, dan logistik. Tetapi aplikasi ini juga disebut aplikasi pemprosesan transaksi online (OLAP). Perencanaan bisnis terdiri atas prediksi permintaan, perencanaan produksi produk, dan perincian aliran informasi yang menjelaskan urutan dan berbagai tahapan proses produksi sesungguhnya, dan 2. Aplikasi analisis bisnis, keberhasilan aplikasi ini terletak pada gudang data. Gudang data yaitu, basis data yang dibangun untuk pencarian secara cepat, penarikan, permintaan ad hoc, dan kemudian penggunaannya. Server OLTP vs OLAP Ketika mengimplementasikan sebuah sistem ERP yang akan mencakupi gudang data, maka harus dilakukan perbedaan antara berbagai jenis alternatif pemprosesan data, yaitu pemprosesan transaksi online (OLTP) dan pemprosesan analitis online (OLAP). OLPT terdiri atas sejumlah besar transaksi yang relatif sederhana seperti pembaharuan record yang disimpan dalam beberapa tabel yang terkait. Sedangkan OLAP melakukan hal-hal berikut, yaitu:...

Words: 463 - Pages: 2

Free Essay

Genentech Case

...LAPORAN STUDI KASUS STRATEGI OPERASI UNTUK DAYA SAING GLOBAL GENENTECH – CAPACITY PLANNING Disusun oleh : Allen Pradita – 1506699176 Bonny Antonio – 1506699415 Emmy Handayani – 1506772712 Gertrudis Ratna – 1506772826 Rezi Rafiki – 1506773343 MAGISTER MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS INDONESIA 2016 LATAR BELAKANG Genentech adalah perusahaan biotechnology yang didirikan pada tahun 1976. Seiring dengan suksesnya Genentech, di tahun 2004 perusahaan berhasil memproduksi obat kanker Avastin yang telah mendapat approval dari FDA. Melihat peluang tersebut, Genentech memutuskan untuk ekspansi cell culture production facility ke dua (CCP2) yang diharapkan akan selesai di tahun 2009. Di antara tahun 2003 dan 2004, Genentech mendapatkan dua kontrak untuk menjadi produsen Rituxan di tahun 2005 dan mensupplai Herceptin di tahun 2006. Kotrak tersebut membuat Genentech setidaknya harus memproduksi minimum 1.000 kg (total) untuk memenuhi kebutuhan di tahun 2005. Hal ini memaksa para analis membuat demand expectations di tahun 2010 dan 2015 masing-masing mengalami kenaikan sebesar 25%. Dengan alasan yang jelas, Ebersman memberikan usulan untuk membangun CCP3 berbarengan dengan CCP2. Genentech menghadapi banyak masalah dan kesulitan untuk menerapkan serta menggabungkan teknologi terbaik untuk growth di masa mendatang terkait ketidak pastian permintaan obat kanker. Hal tersebut membuat Senior Vice President Genentech, David Ebersman bersama timnya sibuk...

Words: 884 - Pages: 4

Free Essay

Swot Analysis of Mydin

...5.2.2 PENDEKATAN STRATEGIK ORGANISASI Analisis Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman (SWOT). Menurut Harold Koontz (1995), Analisis SWOT merujuk kepada analisis persekitaran luaran yang melibatkan ancaman (threats) dan peluang (opportunities) dan persekitaran dalamanan iaitu kelemahan (weaknesses) dan kekuatan (strengths). Menurut Harold Koontz (1995), perincian dalam analisis SWOT meliputi Strengths [Kekuatan-dalaman] ialah kekuatan dalam pengurusan, operasi, kewangan, pemasaran, penyelidikan dan pembangunan, kejuruteraan. Manakala weaknesses [Kelemahan-dalaman] ialah kelemahan dalam bidang-bidang pengurusan, operasi, pemasaran, penyelidikan dan pembangunan, kejuruteraan. Opportunities [Peluang-luaran] merupakan keadaan ekonomi masa kini dan masa hadapan, perubahan politik dan sosial, keluaran, perkhidmatan, dan perkembangan teknologi baru. Threats [Ancaman-luaran] ialah kekurangan tenaga, persaingan, perubahan politik dan budaya, kemerosotan ekonomi, dan perubahan teknologi baru. Menurut Rangkuti dan Freddy (2000), analisis swot adalah proses mengenalpasti factor luaran dan factor dalaman yang mempengaruhi sesuatu tindakan atau pelaksanaan sesuatu strategi yang akan dilakukan oleh sesebuah organisasi dalam mencapai visi, misi dan objektif organisasi Syarikat Starbucks menggunakan analisis swot dalam pengurusan strategik untuk meningkatkan kecemerlangan organisasi melalui program pembangunan organisasi dan mengenal pasti...

Words: 1489 - Pages: 6

Free Essay

Mod Median Min

...Statistik Perihalan 3.1 Ukuran Kecenderungan Memusat Satu jenis pengukuran yang digunakan untuk memerihalkan set data adalah ukuran kecenderungan memusat. Pengukuran kecenderungan memusat menghasilkan maklumat berkaitan dengan titik tengah pada satu kumpulan nombor. 3.1.1 Data Tidak Berkumpul Ditunjukkan didalam Jadual 3.1 adalah harga tawaran saham bagi 20 syarikat yang akan disenaraikan di Bursa Saham Kuala Lumpur pada tahun 2000. Bagai data ini, ukuran kecenderungan memusat boleh menghasilkan maklumat berkaitan dengan purata harga tawaran, titik tengah harga tawaran dan juga harga tawaran yang paling kerap ditawarkan. Ukuran kecenderungan memusat tidak menumpukan keatas pengembangan set data atau berapa jauh nilai daripada titik tengah. Ukuran kecenderungan memusat bagi data yang tidak berkumpul adalah min, mod, median, peratusan dan quantil. Jadual 3.1 Harga Saham bagi 20 Kaunter KLSE (RM) |14.25 |19.00 |11.00 |28.00 | |24.00 |23.00 |43.25 |19.00 | |27.00 |25.00 |15.00 |7.00 | |34.22 |15.50 |15.00 |22.00 | |19.00 |19.00 |27.00 |21.00...

Words: 4438 - Pages: 18

Free Essay

Persediaan

...dollar AS perseroan adalah hal yang wajar dan tak melanggar aturan. Itu dilakukan sebagai prinsip kehati-hatian terhadap fluktuasi kurs rupiah, kata Fuad Rahmany, Ketua Bapepam. Kasus Indosat mencuat pada tahun 2007 ketika anggota Komisi XI DPR, yang juga Wakil Ketua Fraksi Partai Amanat Nasional Dradjad H Wibowo dalam rapat kerja dengan Menteri Keuangan mengatakan, Indosat diduga berpotensi merugikan negara sebesar Rp 323 miliar akibat salah kelola dalam transaksi derivatif pada tahun 2004-2006. Bapepam telah menelaah kasus ini. Namun, dari akuntan publik, Ernst & Young telah menyatakan transaksi derivatif itu wajar. Secara terpisah, Direktur Keuangan Indosat Wong Heang Tuck mengatakan, kebijakan lindung nilai itu untuk mengelola potensi risiko dari fluktuasi kurs. Itu praktik umum yang dilakukan perusahaan di seluruh dunia yang memiliki utang valas, sementara pendapatan usahanya dalam mata uang lokal. Perseroan memiliki kebijakan lindung nilai paling sedikit 50 persen dari total utang dalam denominasi dollar AS. Pada akhir triwulan I-2007, kewajiban jangka panjang Indosat dalam dollar AS berjumlah 584 juta dollar AS. Sebanyak 400 juta dollar AS atau 69 persen di antaranya telah dilakukan program lindung nilai. Kerugian derivatif, sebagaimana disebutkan dalam laporan keuangan tahun 2004 sampai 2006, sebesar Rp 653 miliar. Porsi yang belum terealisasi merupakan transaksi atas nilai pasar wajar (marked to market) yang berjumlah lebih...

Words: 1525 - Pages: 7

Free Essay

Audit Kontigensi

...1.0 PENGENALAN IAS 37 iaitu Peruntukan, Liabiliti Kontingen dan Aset Kontingen, telah menetapkan perakaunan dan pendedehan bagi semua peruntukan, liabiliti kontingen dan aset kontingen, kecuali: i. Sesuatu yang timbul daripada instrument kewangan yang dinilai pada nilai saksama ii. Sesuatu yang timbul daripada pelaksanaan kontrak, kecuali untuk kontrak membebankan (onerous). Pelaksanaan kontrak adalah kontrak yang mana pihak-pihak terlibat telah menjalankan obligasi mereka sama ada satu pihak sahaja mahupun kedua-dua pihak pada tahap yang sama. iii. Sesuatu yang timbul dalam entiti insurans daripada kontrak dengan pemegang polisi iv. Sesuatu yang telah diliputi oleh standard lain. Dalam tajuk kejadiaan selepas tarikh kunci kira-kira iaitu ketidakpastian dalam laporan kewangan, salah satu topik yang dibincangkan ialah kontingensi. Di Malaysia MFRS 137 Peruntukan, Liabiliti Kontingen dan Aset Kontingen merupakan standard pelaporan kewangan yang digunakan untuk sebarang peruntukan, aset kontingen dan liabililiti kontingen. Objektif MFRS 137 ialah untuk memastikan bahawa kriteria pengiktirafan dan asas pengukuran yang sesuai telah digunakan kepada peruntukan, liabilti kontingen dan aset kontingen serta maklumat yang mencukupi didedahkan dalam nota bagi membolehkan pengguna memahami ciri-ciri, pemasaan dan amaun. MFRS 137 adalah sama dengan IAS 37 seperti yang telah dipinda dan dikeluarkan oleh IASB, temasuklah tarikh efektif dan tarikh pengisuan. Entiti yang mematuhi...

Words: 3763 - Pages: 16